Sunteți pe pagina 1din 54

The Habibie Center,

Bogor, 15 Mei 2011

Menyuarakan Toleransi melalui


Farid Gaban
Ketrampilan Menulis
Pena Indonesia
Menulis = Berbicara

 Berbagi cerita dan pikiran


 Menyampaikan berita/pesan
 Mempengaruhi orang untuk berpikir dan bertindak
 Menghibur sambil mendidik

 Ketrampilan menulis sangat penting bagi siapa saja,


untuk profesi apa saja. Dan untuk tujuan apa saja,
termasuk mengajarkan toleransi.
Kelebihan Tulisan dari Lisan

 Cenderung lebih terstruktur dan sistematis; terutama


untuk hal-hal yang bersifat argumentatif.
 Meski kini era multimedia (terutama TV): buku, koran
dan majalah tetap merupakan medium paling praktis
dalam memperoleh pengetahuan, informasi dan hiburan.
 Film yang diadaptasi dari novel umumnya kalah menarik
dari novelnya sendiri.
 Buku juga medium lintas generasi.

 Bung Hatta: bapak bangsa yang paling banyak karya


tulisnya.
Keuntungan lain Menulis

 Uang: menulis artikel di koran, menulis buku


 Menjadi terkenal
 Berbagi pengalaman, pengetahuan
 Mempengaruhi orang luas
 Terapi rohani (melepaskan beban di otak)
Kesulitan Menulis: Terlalu Banyak Mitos

• Menulis membutuhkan mood


• Ide buruk akan tertutupi oleh gaya tulisan yang bagus
• Bahasa indah harus dibuat sepuitis mungkin
• Bahasa yang rumit lebih bergengsi dan intelek
• Menulis adalah permainan kata-kata
• Para penulis adalah orang yang memiliki bakat menulis
Kesulitan Utama dalam Menulis

 Otak kiri lebih dominan – menulis terlalu kritis terhadap


diri sendiri.
 Gagasan/topik terlalu luas
 Kekurangan bahan (tak ada bahan yang mau ditulis).
Perlu Keseimbangan

O TA K KI R I V S O TA K KA N A N
Menulis: Keseimbangan Otak Kiri- Kanan

 Menulis dengan dua belahan otak sekaligus

Otak Kiri (Menandai) Otak Kanan (Merancang)


Berpikir bagian per bagian Berpikir keseluruhan
Berpikir secara linier Berdasarkan imajinasi
Secara logis Emosi/empati
Satu per satu Pencarian global
Analisis Sensorik (panca indera)

Daftar Warna
Urutan Dimensi
Angka Irama
Mengasah Otak Kiri

 Belajar ilmu logika/filsafat


 Matematika/angka (ilmu eksakta lain)
 Metodologi penelitian ilmiah
 Mengamati detil
Mengasah Otak Kanan

 Membaca sastra, membaca komik


 Fotografi/melukis
 Menikmati musik
 Bergaul/mendengar cerita manusia
 Berpetualang di alam
Merobek Kebuntuan Menulis

 Fast-writing
 Clustering
Fast-Writing, Menulis Cepat

 Menulis cepat selama 10-20 menit.


 Tanpa berpikir
 Tanpa peduli akurasi ejaan, tanda baca
 Tanpa ada koreksi (editing)
 Menulis, menulis, menulis
 Tetap menulis meski yang ditulis “saya tak bisa
menulis, saya tak bisa menulis”.

 Fast-writing: menjebol bendungan dalam otak.


Clustering: Eksplorasi Gagasan

Laut PMI
Renang Hiu
Dada

Darah Laut

Buah

Pisang Biru
Merah

Delima Muda Raja

Langit
Ambon

Alay
Musik
Maluku Burung
Clustering: Berpikir Non-Linear

Laut
Hiu

Merah

Musik
Maluku Burung
Kesulitan Utama dalam Menulis

 Otak kiri lebih dominan – menulis terlalu kritis terhadap


diri sendiri.
 Gagasan/topik terlalu luas
 Kekurangan bahan (tak ada bahan yang mau ditulis).
Fokus: Mempersempit Gagasan

MIND-MAPPING, MEMBUAT OUTLINE


SECARA MENYENANGKAN
Mind-Mapping (Cetak Biru Tulisan)

 Jika fast-writing dan clustering


mengeksplorasi/memperluas ide, mind-mapping
adalah mempersempit dan membuat fokus.
 Mind Mapping pada dasarnya adalah membuat
outline (kerangka tulisan) dengan cara yang tak
konvensional.
 Mind-mapping adalah kerjasama otak kiri dan otak
kanan, melibatkan warna dan bentuk.
Contoh Peta Pikiran 1
Contoh Peta Pikiran 2
Merumuskan Pernyataan Spesifik

 Saya mau menulis tentang: “Cara Memupuk


Toleransi di Kalangan Anak-Anak”

 Pointers:
 Apa pentingnya?

 Untuk siapa tulisan ini (orangtua, guru)?

 Karakter anak-anak

 Pendidikan dari contoh, tauladan

 Teknik penyampaian: populer, dongeng, gambar


Kesulitan Utama dalam Menulis

 Otak kiri lebih dominan – menulis terlalu kritis terhadap


diri sendiri.
 Gagasan/topik terlalu luas
 Kekurangan bahan (tak ada bahan yang mau ditulis).
Memperkaya Bahan

RISET, MEMBACA, REPORTASE/MENGAMATI,


WAWANCARA, MENGALAMI
Rumus Menulis

Menulis = ReSearch + ReWrite

Kunci:
 ReSearch = mengumpulkan bahan (mengamati,
wawancara, riset pustaka, mengalami)
 ReWrite = mengemas naskah
Membaca, Membaca, dan Membaca

 Membaca sebanyak mungkin: non-fiksi, novel, buku


sejarah, iklan koran/majalah, komik
 Mengalami seluas mungkin
 Bergaul dengan banyak orang, mendengar cerita mereka
 Gemar datang ke perpustakaan atau toko buku atau toko
loak
 Menulis catatan harian
 Membuat kliping
Apa yang Kita Suka Apa yang Kita Benci

 Tempat yang bagus untuk mulai mencari ide adalah


meilhat apa yang kita sukai dan kita benci. Apa yang
membuat kita bahagia dan apa yang membuat kita
sedih atau marah. Ini merupakan "provokator"
dalam otak kita untuk menulis dengan sepenuh jiwa.
 Cakupannya bisa sangat luas: politik, hiburan, atau
bahkan benda-benda di sekitar kita. Apa saja minat
kita yang cukup bisa memicu rasa marah atau
senang dalam diri kita.
Apa yang Kita Ketahui

 Orang di sekitar kita bisa menjadi salah satu sumber


gagasan yang bernas. Mereka punya pekerjaan, hobi,
minat dan masalah yang membuat mereka ahli
dalam urusan tertentu. Teman kita yang arsitek kini
bisa diwawancara untuk merancang rumah secara
bagus.
Siapa yang Kita Kenal

 Orang seringkali melukiskan proses menulis sebagai


sebuah tugas solo, sendirian, tapi salah satu
keuntungan dari menjadi penulis adalah kita bisa
menggunakan keahlian itu untuk bertemu orang.
Pikirkan tentang orang terhormat atau terkenal yang
ingin kita temui: penulis yang kita kagumi, ahli
dalam bidang yang kita minati, aktor atau politisi.
Banyak dari mereka sulit ditemui, tapi beberapa
sangat mudah, lebih mudah dari yang kita
bayangkan.
Kemana Kita Pernah Pergi

 Perjalanan adalah cara bagus untuk memicu


munculnya ide. Ingat kembali tempat yang pernah
kita kunjungi dan hal-hal yang kita lakukan di situ.
Pikirkan juga perjalanan yang ingin kita lakukan.
Untuk menulis artikel panduan wisata hingga latar
cerita, perjalanan kita bisa menjadi sumber gagasan
yang subur. Kapan saja kita bepergian, ingatlah
untuk membuat jurnal dan menulis apa yang
berkesan.
Apa yang Pernah Kita Lakukan

 Tengoklah bidang apa saja yang kita kuasai dengan


baik. Apa pekerjaan yang pernah kita punyai? Apa
hobi yang kita tekuni? Apa yang kita pelajari, di
sekolah, di universitas? Itu semua adalah wilayah
pengetahuan kita. Kita mungkin bukan pakar, tapi
dalam dunia tulis-menulis, umumnya cukup untuk
sekadar menjadi amatir yang cerdas sepanjang kita
mau melakukan riset untuk cerita/artikel kita.
Apa yang pernah Kita Baca

 Jika kita seorang penulis, maka kemungkinan besar


kita juga pembaca yang tekun, dan sangat berguna
jika kita mencatat apa yang kita baca. Suratkabar
majalah, internet, dan buku yang kita baca adalah
sumber subur gagasan. Majalah apa saja, bahkan
buku komik anak-anak, dan tak hanya teks, tapi juga
gambar dan iklan.
Apa yang pernah Terjadi pada Kita

 Di luar pekerjaan dan hobi yang kita punya, ada


banyak hal lain yang menjadi kekayaan kita. Ada
ratusan titik pasang dan titik surut dalam kehidupan
setiap orang; pertemuan dan perpisahan, cinta,
kecelakaan, plot, rencana, pilihan dan kesalahan.
Setiap kepingan kenangan layak menjadi sebuah
cerita atau artikel. Hidup kita sendiri adalah sumber
luas dari bahan cerita jika kita memiliki ketrampilan
untuk membuatnya menarik bagi orang lain.
Memetik Gagasan

 Gagasan ada di mana-mana. Di sekitar kita. Jika kita


menyimak apa yang ada di atas, kita akan memilki
segudang atau bahkan selautan gagasan untuk
dikerjakan, hanya jika kita mau membuka mata
lebar-lebar dan menyiapkan panca-indera kita untuk
mendukungnya. Gagasan akan datang jika kita siap
dan memberinya perhatian. Kita hanya perlu
memiliki sistem untuk melacaknya kembali, bahkan
jika itu hanya notes lusuh tempat kita membuat
coretan.
Strategi Menulis

GUNAKAN OTAK KANAN DULU, BARU


KEMUDIAN YANG KIRI
Apa dulu, baru Bagaimana

Untuk menulis dengan baik konsentrasilah pada APA yang


mau ditulis terlebih dulu, baru kemudian memikirkan
BAGAIMANA menyajikan secara baik.

ISI lebih penting daripada GAYA.


Menulis = mencetak + menyunting (edit)
Pakai otak kanan dulu baru otak kiri

Kesalahan Umum:
 Menulis dan mengedit dilakukan bersamaan
 Terlalu peka/peduli dengan kalimat yang “bagus & urut”
Rumus Tulisan

Ingat:
40% riset/bahan + 20% menulis + 40% revisi/editing

Bahan/isi pesan lebih penting dari gaya penulisan.


Menulis dengan Lepas

 Latihlah menulis secara bebas, tanpa mempedulikan


“sang editor” yang ada di belakang Anda.
 Biarkan saja kalimat-kalimat terus mengalir, walaupun
mungkin kalimatnya tidak bagus, belum urut ataupun
bisa jadi kalimat itu nantinya tak akan terpakai sama
sekali. Terus saja menulis. Jangan terlalu peduli pada
aturan tata bahasa.
 CETAK saja apapun yang ada di mulut pikiran dan
perasaan Anda!
 Ingat saja rumusan ini: MENULIS = MENCETAK
Elemen dalam Penulisan

STRUKTUR
ELEMEN
Struktur Tulisan

 Untuk mempermudah menulis bisa dipakai struktur


sederhana:
 Problem > Solusi
 Before > After (Kisah Sukses atau Kisah Gagal)
 Dulu > Sekarang (Perubahan)
 Sebab > Akibat/Dampak
Tulisan Bagus: Tujuh Elemen

 Tulisan itu seperti arsitektur, bukan dekorasi


interior. Bukan gaya bahasa, tapi isinya.
 Informasi (apa pesannya)
 Signifikansi (apa pentingnya)
 Fokus (ringkas dan padat)
 Konteks (apa kaitan dengan masalah lain)
 Wajah (unsur manusia, drama)
 Bentuk (narasi atau mendongeng)
 Suara (panjang dan pendek kalimat, alinea)
Melukiskan, bukan Mengatakan

 Meningkatkan kredibilitas: melukiskan, bukan


mengatakan (show it, don’t tell it).
 Contoh: Konser Peterpan Heboh Banget
 Konser Peterpan di Gelanggang Senayan dihadiri oleh
50.000 penonton. Tiket seharga Rp 200.000 sudah
habis ludes sebulan sebelum pertunjukan. Penonton
yang rata-rata siswa SMP dan SMA berdesak-desakan.
Duapuluh orang pingsan, ketika para penonton
berjingkrak mengikuti lagu "Ada Apa Denganmu".
Melukiskan, bukan Mengatakan

 Membuat tulisan lebih menarik: memasukkan unsur


manusia, anekdot, ilustrasi bahkan untuk tulisan serius.
 Contoh: Buruh pabrik yang malang
 Sumiarsih terbaring lemas di dipan rumahnya berdinding
tripleks perkampungan kumuh Cibinong, Bogor. Sudah tiga
bulan dia tak pergi bekerja di pabrik kaleng cat tak jauh dari
rumahnya. Dia menderita kanker payudara. Tak punya
uang untuk berobat, dia bahkan kini terancam dipecat
karena tak bekerja. Sumiarsih tidak tahu bahwa Jamsostek,
perusahaan negara yang mengumpulkan uang dari jutaan
buruh seperti dirinya, pekan lalu membeli saham
perusahaan swasta senilai US$ 5 juta. ”Harusnya buruh
seperti saya kaya-raya,” katanya sambil tertawa menyadari
ironi nasibnya.
Mengembangkan Paragraf

 Narasi:
 Mengisahkan suatu obyek bagian per bagian; Memaparkan
asal-muasal sesuatu.
 Deskripsi
 Melukis dalam benak pembaca, cukup detil sehingga pembaca
bisa merasakan lukisan itu dengan seluruh inderanya.
 Eksposisi
 Menjelaskan, memperlihatkan atau mengisahkan kenapa
sesuatu terjadi, melalui rangkaian sebab dan akibat.
 Persuasi
 Mengajak pembaca menyetujui sebuah sudut pandang,
menggerakkan emosi bahkan aksi.
Editing / Menyunting

PROSES YANG PENTING DALAM MENULIS


TAPI DILAKUKAN PADA AKHIR PROSES,
JANGAN DI AWAL.
Editing: Hasil Akhir untuk Dibaca

 Tujuan utama menulis: memberi tahu,


menginformasikan sesuatu kepada pembaca. Bukan
menunjukkan kepintaran penulis.
 Kuncinya: punya empati kepada pembaca (awam,
sibuk, waktu terbatas, banyak gangguan).
 Mendahuluhan kejelasan dan kesederhanaan;
dengan menggunakan kosakata paling lazim.
 Kekeliruan umum: menulis untuk menunjukkan
kepintaran baik dalam keilmuwan maupun
kesusasteraan.
Membuat Fokus, Menyederhanakan

 Tulisan perlu spesifik dan detil, tapi harus dipilih


detil yang relevan.
Fokus
Fokus
Fokus
Perspektif dan Unsur Manusia
Fokus dan Perspektif

 Memilih detil yang relevan.


 Menulis statistik dan menyederhanakannya.
 Menulis kutipan.
 Menghindari jargon/istilah teknis.
 Menjelaskan istilah/definisi.
 Menghindari singkatan/akronim.
Ejaan dan Style Book

 Jangan terlalu pusing dengan ejaan. Gunakan buku


“Ejaan yang Disempurnakan” atau “Style Book”.
 Lakukan editing setelah menulis; jangan menulis
sambil mengedit.
 Hemat waktu dan pikiran, jangan sibuk dengan hal
seperti ini
 Kreativitas atau kreatifitas
 US$ atau Dolar Amerika
 Presiden Soeharto atau Presiden Suharto
Jangan Pusing dengan Kosakata dan Gaya

 Cara memperkaya diri dengan sebanyak-banyaknya


kata-kata adalah dengan cara membaca. Hanya itu
yang membuat bahasa tulis kita kita akan kaya dan
indah.
 Hasil-hasil riset dengan jelas menunjukkan bahwa
kita belajar menulis lewat membaca.
 Gaya tulisan tidak didapat dari menulis, melainkan
dari membaca
Lima Resep George Orwell (non-fiksi)

Jangan gunakan metafor atau kiasan.


Jangan gunakan kata yang panjang jika ada padanan
lebih pendek.
Pangkas kata yang mubazir.
Jangan gunakan bentuk pasif jika yang aktif bisa
dipakai.
Jangan gunakan kata asing, istilah ilmiah dan jargon
jika ada padanannya dalam bahasa sehari-hari.
Selesai

S-ar putea să vă placă și