Sunteți pe pagina 1din 9

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

AMENSALISME
Kelompok 3
Syayyida Muslimah (1509 100 012), Rizky Yanuarista (1509 100 027)
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2011

Abstrak
Amensalisme adalah interaksi antara dua atau beberapa spesies tumbuhan, dimana salah satu
spesies diantaranya menekan spesies yang lain agar pertumbuhan dan perkembangannya tetap stabil.
Bagian interaksi alelokemis yang melibatkan hanya tumbuhan saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa
kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua organ tumbuhan, termasuk daun,
batang, akar rhizoma, bunga, buah dan biji. Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan
aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati Casia tora terhadap
perkecambahan jagung dan kacang hijau. Praktikum dimulai dengan membuat ekstrak dari daun Casia
tora. Ekstrak yang dibuat dengan perbandingan antara daun Casia tora dan akuades adalah sebesar 1:7,
1:14, dan 1: 21. Kemudian ekstrak disaring dan dibiarkan selama 24 jam. Biji Phaseolus radiatus dan Zea
mays ditanam dalam botol dengan media kapas yang dibasahi air, masing-masing berjumlah 5 biji pada
tiap botol dengan 3 kali pengulangan. Setiap cawan ditetesi dengan 2 ml ekstrak tiap hari, sedangkan
pada kontrol hanya ditetesi akuades. Pengamatan dilakukan selama 13 hari dengan mengukur
pertumbuhan tanaman. Kemudian digunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak bahan allelopati terhadap respon pertumbuhan.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa ekstrak daun Casia tora menghambat perkecambahan biji
Phaseolus radiatus dan Zea mays.

Abstract
Amensalisme is the interaction between two or more types of plants, which one species among
other species in order to suppress the growth and development remained stable. Alelokemis part
interaction affecting only plants that we just mentioned waste. Chemical compounds that have the
potential to waste can be found in all organs of the plant, including leaves, stems, roots Rhizoma,
flowers, fruits, and seeds. Germination is the beginning of the emergence of active growth resulting in
the outbreak of the cover of the seed and seedling emergence.
This experiment aim to determine the effect of Casia tora residues in the germination of corn
and beans. The experiment begins causing Casia tora leaf extracts grandiflora. Extracts are made with
the comparison between the leaves of Casia tora and distilled water amounted to 1: 7, 1: 14 and 1: 21.
Then, extract is filtered and is no longer for 24 hours. Seeds of Phaseolus radiatus and Zea mays grown in
a bottle with a cotton cloth soaked in water media, where each number 5 seeds per bottle with a repeat
3 times of drops. Each cup of drops with 2 ml of the extract by day, while controls falls only distilled.
Observations made during 10 days, by measuring the height of outbreaks and the number of sheets (only
on the last day) growth. The difference is then used to determine the effect of the extract allelopathy to
the respons of plant.

The results of laboratory showed that the Casia tora leaf extract inhibits germination of seeds of
Phaseolus radiatus and Zea mays.
Pendahuluan Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh senyawa alelopati pada
Tumbuhan bersaing secara interaksi turi (Sesbania grandiflora) terhadap
biokimia, yaitu salah satu tumbuhan perkecambahan kacang hijau (Phaseolus
mengeluarkan/mengekskresikan senyawa radiates) dan jagung (Zea mays).
beracun ke lingkungan sekitarnya dan pada
akhirnya dapat mengakibatkan gangguan Tinjauan Pustaka
pertumbuhan dan perkembangan dari
tumbuhan yang lain yang berbeda di lingkungan Perkecambahan
tersebut. Gangguan-gangguan tersebut antara Perkecambahan berarti permulaan
lain adalah gangguan perkecambahan biji, munculnya pertumbuhan aktif yang
kecambah menjadi abnormal, pertumbuhan menghasilkan pecahnya kulit biji dan
memanjang akan terhambat, perubahan munculnya semai. Perkecambahan meliputi
susunan sel sel akar dan lain sebagainya. peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis
(Molles, 1999). berikut :
1. Imbibisi dan absorbsi air.
Prinsip utama alelopati ialah bahwa 2. Hidrasi jaringan.
pengaruh yang negatif itu berkecenderungan 3. Absorbsi O2.
secara kuantitatif menjadi kecil dimana populasi 4. Pengaktifan enzim pencernaan.
yang berinteraksi itu mempunyai sejarah 5. Transpor molekul yang terhidrolisis ke
evolusi bersama di dalam ekosistem yang relatif sumbu embrio.
tepat. Dengan kata lain, seleksi alam cenderung 6. Peningkatan respirasi dan asimilasi.
untuk membawa pengurangan di dalam 7. Inisiasi pembelahan dan pembesaran sel.
pengaruh yang merugikan interaksi bersama, 8. Munculnya embrio.
karena tekanan yang kuat yang berkelanjutan (Franklin, 1991)
dari mangsa atau populasi parasit hanya dapat Perkecambahan dibagi menjadi dua
mengakibatkan pemusnahan dari suatu atau macam berdasarkan letak kotiledonnya, yaitu:
kedua populasi itu. Akibatnya, interaksi yang
kuat sering sekali dijumpai apabila interaksi itu a. Perkecambahan epigeal
masih baru (yakni apabila kedua populasi itu Perkecambahan epigeal adalah
baru saja diasosiasikan) atau apabila telah perkecambahan yang menghasilkan kecambah
terjadi perubahan-perubahan secara besar- dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan
besaran atau mendadak (barangkali sementara) tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah
di dalam ekosistem (seperti yang mungkin radikel menembus kulit benih, hipokotil
dapat dibuat oleh manusia). Hal ini dapat memanjang melengkung menembus ke atas
membawa kepada apa yang dapat disebut permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus
”prinsip dari patogen dadakan” yang permukaan tanah, kemudian hipokotil
menerangkan mengapa introduksi yang kurang meluruskan diri dan dengan cara demikian
atau tidak direncanakan sering berakibat dalam kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke
masalah epiemik (Odum, 1995). atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan
tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya
Permasalahan yang dibahas dalam kotiledon membuka dan daun pertama
percobaan ini adalah bagaimana mengetahui (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat
pengaruh senyawa alelopati pada Casia tora kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke
terhadap perkecambahan kacang hijau tanah. Beberapa contoh benih dengan
(Phaseolus radiatus) dan jagung (Zea mays). perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, dan lamtoro (Pramono,
2009).
Metodologi
b. Perkecambahan hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah Alat dan bahan
perecambahan yang menghasilkan kecambah Peralatan yang digunakan dalam
dengan kotiledon tetap berada di bawah praktikum amensalisme adalah blender, gelas
permukaan tanah. Dalam proses ukur, 40 botol aqua yang telah dipotong bagian
perkecambahan, plumula dan radikel masing- atasnya, corong penyaring, kertas saring,
masing menembus kulit benih. Radikel menuju pisau/gunting dan pipet.
ke bawah dilinungi oleh koleoriza, dan plumula
menuju ke atas dilindungi oleh koleoptil. Bahan-bahan yang digunakan dalam
Setelah kolepotil menembus permukaan tanah praktikum ini adalah biji tanaman yang cepat
dari bawah mencapai udara, lalu membuka dan berkecambah yaitu biji jagung (Zea mays) dang
plumula terbebas dari lindungan koleoptil dan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), dan daun
terus tumbuh dan berkembang, sedangkan tanaman yang menghasilkan alelokemis yaitu
koleotil sendiri berhenti tumbuh. Beberapa turi (Casia tora), aquades dan kapas.
contoh benh dengan perkecambahan epigeal
adalah padi, jagung, dan sorgum (Pramono, Cara kerja
2009).
Praktikum dilakukan dengan cara
Imbibisi air merupakan awal proses menghancurkan dan menghaluskan daun Casia
perkecambahan. Biji yang hidup dan mati, tora sebagai tanaman penghasil alelokemis,
keduanya melakukan imbibisi air dan menggunakan blender dan dicampur aquades.
membengkak; banyaknya air imbibisi Kemudian ekstrak dimasukkan dalam sentrifuse
tergantung pada komposisi kimia biji. Protein, untuk memisahkannya dari endapan. Ekstrak
getah dan pectin lebih bersifat koloid dan dibuat dengan perbandingan aquades 1: 7, 1:14
hidrofilik dan lebih banyak mengalami imbibisi dan 1: 21. Formulasi bahan yang diambil
air daripada zat tepung. Kelemabapan tanah digunakan sebagai sumber alelopati. 50 gram
pada kapasitas lapang umumnya optimal bagi bahan segar diblender dengan 350 ml air untuk
perkecambahan. Laju perkecambahan konsentrasi 1:7, 30 g dengan 420 ml air untuk
berlangsung lebih lambat pada kelemabapan konsentrasi 1:14, 20 gram dengan 350 ml air
tanah yang mendekati titk layu. Kandungan air untuk konsentrasi 1:21. Setelah ekstrak halus
yang kurang dari batas optimum biasanya disaring menggunakan alat penyaring serta
menghasilkan imbibisi sebagian dan dibiarkan selama 24 jam.
memperlambat atau menahan perkecambahan,
tetapi biasanya tidak tanpa kehilangan Biji Phaseolus radiatus dan Zea mays
viabilitas, yang besarnya tergantung pada ditanam dalam botol dengan media kapas yang
spesies dan banyaknya daur basah dan kering dibasahi air, dimana yang masing-masing
Proses perkecambahan juga meliputi sejumlah berjumlah 5 biji pada tiap botol dengan 5 kali
proses katabolisme dan anabolisme yang perulangan dengan tiga konsentrasi ekstrak
dikendalikan enzim dan karenanya sangat yang berbeda dan 1 kontrol (aquades). Teteskan
responsive terhadap temperature. Temperatur diberikan sebanyak 2 ml ekstrak allelopati atau
cardinal (maksimum, optimum dan minimum) 4 tetes pada tiap bijinya. Penetesan tidak boleh
untuk perkecambahan pada kebanyakan biji tepat mengenai biji untuk menghindari
tanaman budidaya pada dasarnya merupakan terjadinya jamur pada biji. Pengamatan dan
temperature cardinal untuk pertumbuhan penetesan dilakukan setiap hari selama 13 hari
vegetatif yang normal (Franklin, 1991) pada pukul 16.00 WIB serta dilakukan
pengukuran terhadap tinggi tanaman serta 1 0,554 0,765 0,612 0,064
dicatat kenampakan morfologinya. Kemudian 2 0,56 1,275 0,88 0,428
digunakan sidik ragam untuk mengetahui 3 1,064 1,95 1,18 0,472
pengaruh pemberian ekstrak bahan allelopati 4 1,7 3,582 2,098 0,8
terhadap respon pertumbuhan. 5 2,376 5,354 3,336 1,628
6 4,26 6,977 4,5 1,424
Hasil dan Pembahasan
7 7,472 10,795 6,144 2,116
Hasil Perkecambahan Kacang Hijau dan Jagung 8 9,672 13,172 6,586 2,548
9 9,948 15,159 8,4 1,924
1. Pengamatan Perkecambahan Jagung 10 11,325 17,618 8,976 3,092
11 13,06 18,504 9,492 3,252
Hari Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
12 13,104 18,763 9,916 3,708
Jagung Jagung Jagung Jagung
13 13,232 18,563 9,928 3,612
1:7 1:14 1:21 kontrol
1 0,08 0,108 0,096 0,08  Grafik Pengamatan Perkecambahan Kacang
2 0,68 0,452 0,7 0,38 Hijau
3 1,096 1,512 1,26 0,84
4 1,872 1,904 2,296 1,492 20
18 Tinggi
5 2,772 2,736 4,328 2,264 Kacang 1:7
16
6 1,92 3,144 5,088 2,948 Tinggi
14
7 2,772 3,744 6,196 3,988 Kacang
12 1:14
8 3,252 4,248 7,008 4,532 10
9 3,204 4,924 7,128 4,632 Tinggi
8 Kacang
10 3,312 4,856 8,568 4,788 6 1:21
11 3,388 5,172 9,104 4,956 4 Tinggi
12 3,472 5,616 9,892 5,052 2 Kacang
0 Kontrol
13 3,696 5,588 10,396 5,988
1 3 5 7 9 11 13
 Grafik Pengamatan Perkecambahan Jagung
Analisa data dan Pembahasan
30
Tinggi
25 Jagung Praktikum amensalisme bertujuan
kontrol untuk mengetahui pengaruh senyawa alelopati
20 Tinggi Casia tora terhadap perkecambahan biji kacang
Jagung hijau dan jagung.
15 1:21
Tinggi Langkah pertama yang dilakukan
10 Jagung
1:14 adalah merendam biji dengan air sebelum
5 disemaikan untuk mempercepat proses
Tinggi
Jagung perkecambahan. Perendaman akan membuat
0 1:7 biji mengalami imbibisi yang dapat membantu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
proses perkecambahan. Setelah berkecambah,
2. Pengamatan Perkecambahan Kacang Hijau biji dipindahkan pada media baru berupa kapas
yang dibasahi dengan air untuk menumbuhkan
Hari Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi kecambah tersebut. Kapas digunakan karena
Kacang Kacang Kacang Kacang media ini membuat pertumbuhan akar tanaman
1:7 1:14 1:21 Kontrol mudah diamati. Kelembaban media harus dijaga
agar selalu basah hal ini dilakukan untuk anggota lainnya, bersaing pakan, mengeluarkan
membuat biji dapat tumbuh dengan baik tetapi kotoran yang merugikan atau cara lain,
suasana yang terlalu basah dapat memunculkan mencampurtangani populasi lainnya (Odum,
jamur sehingga biji akan membusuk dan mati. 1995).

Ekstrak daun Casia tora ditimbang 100 Alelopati merupakan sebuah fenomena
gram dan ditambahkan aquades sebanyak 500 ml yang berupa bentuk interaksi antara makhluk
untuk dibuat larutan alelokemis. Setelah itu hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya
disentrifuge. Perlakuan ini bertujuan untuk melalui senyawa kimia (Rohman, 2001).
memisahkan filtrat dengan endapan. Kemudian , Sedangkan menurut Odum (1971), alelopati
filtrat diletakkan di dalam beker gelas Sementara merupakan suatu peristiwa dimana suatu
itu , endapan hasil sentrifuge dibuang karena individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia
tidak digunakan. Ekstrak dibuat dengan dan dapat menghambat pertumbuhan jenis
konsentrasi 1:7, 1:14, dan 1:21. Pada konsentrasi yang lain yang tumbuh bersaing dengan
1:7, artinya jika 7 gram gram daun Casia Tora tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan
sama dengan 49ml aquadest dan kelipatannya. oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan
Untuk konsentrasi yang lain juga dilakukan cara sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis
seperti pada konsentrasi 1:7. Hasil pembuatan tumbuhan tingkat tinggi terhadap
ekstrak alelopati dimasukkan pada wadah botol perkecambahan, pertumbuhan, dan
air mineral berukuran 600 ml. Botol berisi ekstrak pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan
alelopati disimpan di tempat yang sejuk dengan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan
tutup yang sedikit dilubangi supaya bau yang lain merupakan akibat adanya suatu senyawa
dihasilakan oleh ekstrak alelopati segera kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis
menghilang. tumbuhan.

Biji yang telah diletakkan pada wadah Dalam Rohman (2001) disebutkan
diberi perlakuan yang berbeda. Dimana jagung bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat
dan kacang hijau sebagai kontrol diberi ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun,
aquadest tiap harinya. Sedangkan pada wadah batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji).
lain yang berisi jagung dan kacang hijau diberi Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa
senyawa alelokemis. Perbedaan perlakuan ini tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan
dilakukan untuk mengetahui perbedaan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan,
pertumbuhan masing-masing tanaman dengan eksudat akar, pencucian, dan pembusukan
adanya senyawa alelokemis. Perlakuan ini bagian-bagian organ yang mati. Anonim a
dilakukan tiap hari selama 13 hari. Pada saat (Tanpa Tahun), menjelaskan lebih lanjut proses-
penetesan ekstrak tidak boleh mengenai biji, proses tersebut melalui penjelasan berikut ini.
hal ini bertujuan agar biji tidak cepat busuk.
1. Penguapan
Amensalisme merupakan suatu Senyawa alelopati ada yang dilepaskan
hubungan negatif jika salah satu anggota melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan
terhambat, sedangkan yang lainnya tidak yang melepaskan senyawa alelopati melalui
terpengaruh dengan kata lain, dimana dalam penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan
populasi dihalang-halangi, sedangkan yang Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam
lainnya tidak terpengaruh. Amensalisme juga golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap
merupakan tindakan suatu populasi yang oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap,
mempengaruhi laju pertumbuhan atau bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam
kematian populasi lainnya. Jadi anggota- tanah yang akan diserap akar.
anggota satu populasi dapat memakan anggota-
tentang pengaruh alelopati terhadap
pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut.
2. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang 1. Senyawa alelopati dapat menghambat
dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan
akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam kecepatan penyerapan ion-ion oleh
benzoat, sinamat, dan fenolat. tumbuhan.
2. Beberapa alelopat menghambat
3. Pencucian pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci 3. Beberapa alelopat dapat menghambat
dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi
atas permukaan tanah oleh air hujan atau pembesaran sel tumbuhan.
tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan 4. Beberapa senyawa alelopati memberikan
Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak pengaruh menghambat respirasi akar.
ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di 5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh
bawah naungan tumbuhan ini. menghambat sintesis protein.
6. Beberapa senyawa alelopati dapat
4. Pembusukan organ tumbuhan menurunkan daya permeabilitas membran
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian pada sel tumbuhan.
organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang 7. Senyawa alelopati dapat menghambat
mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel aktivitas enzim.
pada bagian-bagian organ yang mati akan
kehilangan permeabilitas membrannya dan Rice (1974) dalam Salempessy (1998)
dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang dalam Tetelay (2003) juga menjelaskan bahwa
ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis senyawa alelopat dapat menyebabkan
mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau gangguan atau hambatan pada perbanyakan
jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan
berikutnya. Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun,
Selain melalui cara-cara di atas, pada sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan
tumbuhan yang masih hidup dapat lain-lain. Selain itu Patrick (1971) dalam
mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ Salampessy (1998) dalam Tetelay (2003)
yang berada di atas tanah maupun yang di menyatakan bahwa hambatan allelopathy
bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang dapat pula berbentuk pengurangan dan
sudah matipun dapat melepaskan senyawa kelambatan perkecambahan biji, penahanan
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah pertumbuhan tanaman, gangguan sistem
maupun yang di bawah tanah (Anonim a, Tanpa perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian
Tahun). tanaman.

Rohman (2001) menyebutkan bahwa Tumbuhan yang bersifat sebagai


senyawa-senyawa kimia tersebut dapat alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang
mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman
penyerapan unsur hara, penghambatan pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin
pembelahan sel,pertumbuhan, proses menurun (Anonim a, Tanpa Tahun). Namun
fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang
dan proses-proses metabolisme yang lain. Lebih dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi
lanjut, Anonim a (Tanpa Tahun) menjelaskan oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam
tumbuhan alelopat, saat kemunculan tumbuhan
alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang
habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh kemudian mempengaruhi pembukaan stomata
tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya
tumbuhan alelopat (C3 atau C4). mungkin terjadi dalam proses sintesis protein,
pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas
Alelopati tentunya menguntungkan bagi beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh
spesies yang menghasilkannya, namun hambatan tersebut kemudian bermuara pada
merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena terganggunya pembelahan dan pembesaran sel
itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan
alelokimia umumnya mendominasi daerah- perkembangan tumbuhan (Franklin, 1991).
daerah tertentu, sehingga populasi hunian
umumnya adalah populasi jenis tumbuhan Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di
penghasil alelokimia. Dengan adanya proses berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun,
interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis
dapat terkonsenterasi pada tumbuhan alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies.
penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit
yang toleran terhadap senyawa ini. Senyawa sekunder yang dikelompokkan menjadi 14
alelokemis memberikan efek yang bersifat golongan, yaitu asam organik larut air, lakton,
mencegah spesies akan bertunas dan tanaman asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid,
yang baru tumbuh, mungkin dihubungkan ke flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya,
kehadiran zat senyawa alelokemis pada Casia asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol
tora yang mengandung termasuk samak, lilin, dan asam fenolat, asam amino nonprotein,
flavonoide, fenol, terpeten, phenolic asam dan sulfida serta nukleosida (Rice,1984; Einhellig,
pada daunnya mengandung saponin, flavonoida 1995).
dan polifenol. Selanjutnya, toxiciti boleh dalam
kaitan dengan efek sinergistik daripada tunggal. Pelepasan alelokimia pada umumnya
Asam phenolic telah menunjukkan efek beracun terjadi pada stadium perkembangan tertentu,
pada proses bertunasnya suatu tanaman dan dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik
pertumbuhan tanaman (Odum,1995). maupun abiotik (Einhellig, 1995).

Alelokemis merupakan mekanisme Dalam interaksi alelokemis, tumbuhan


keagresifan dari kompetisi, tumbuhan bersaing secara interaksi biokimia, yaitu salah
mengeluarkan/mengekskresikan senyawa satu tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan
beracun ke lingkungan sekitarnya dan pada senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan
akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dari pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan
tumbuhan yang lain yang berbeda di lingkungan yang lain yang berbeda di lingkungan tersebut.
tersebut (Odum, 1995). Gangguan-gangguan tersebut antara lain adalah
gangguan perkecambahan biji, kecambah menjadi
Mekanisme pengaruh alelokimia abnormal, pertumbuhan memanjang akan
(khususnya yang menghambat) terhadap terhambat, perubahan susunan sel sel akar dan
pertumbuhan dan perkembangan organisme lain sebagainya. (Molles, 1999).
(khususnya tumbuhan) sasaran melalui
serangkaian proses yang cukup kompleks, proses Kesimpulan
tersebut diawali di membran plasma dengan
terjadinya kekacauan struktur, modifikasi Kesimpulan yang dapat diambil dari
saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim pecobaan ini adalah senyawa alelokemis yang
ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap terdapat pada ektrak daun Casia tora dapat
mempengaruhi perkecambahan tanaman lain, dari
hasil penambahan ekstrak alelopati dari daun Odum, Eugene. P. 1995. Dasar-Dasar Ekologi.
Casia tora selama 13 hari menunjukkan rata-rata UGM PRESS: Yogyakarta.
tinggi tanaman yang lebih rendah dari pada
perkecambahan pada biji kontrol, dan juga biji Pramono, Eko. 2009. Perkecambahan Benih.
yang berkecambah pada perlakuan alelopati lebih Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
sedikit persentasenya bila dibandingkan dengan Pertanian Universitas Lampung:
kontrol yang tidak diberi ekstrak alelopati. Lampung.

Daftar Pustaka Rice. 1984. Allelopathy, Second Edition.


Academic Press: Orlando FL.
Anonim a. Tanpa Tahun. Alelopati.(Online)
(http://io.ppijepang.org/download.php? Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum
file=files/inovasi diakses tanggal 18 April Ekologi Tumbuhan. Universitas Negeri
2011). Malang: Malang.

Einhellig. 1995. Allelopathy Organism, Processes Tetelay, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy
and Applications. American Chemical Acacia mangium wild terhadap
Society. Hal. 1 – 24 : Washington DC. Perkecambahan Benih Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus) dan Jagung (Zea
Franklin, Gardner. (1991). Fisiologi Tanaman mays).(Online)
Budidaya. UI PRESS : Jakarta. (http://www.geocities.com/irwantoshut/
allelopathy_acacia.doc.diakses pada
Molles, M.C., Jr. 1999. Ecology : Concept and tanggal 18 April 2011).
Application. McGrawHill Company Inc:
New York.
Lampiran

S-ar putea să vă placă și