Sunteți pe pagina 1din 41

Rengganis Eka Sandhya

04091003049
PSIK ‘09

BEBERAPA PERATURAN DAN UNDANG-UNDANG YANG


BERKAITAN DENGAN KEPERAWATAN

1. UU RI No 6 Tahun 1963

BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

Maksud dan tujuan undang-undang ini ialah untuk menetapkan *3007 ketentuan-
ketentuan dasar mengenai Tenaga Kesehatan.

BAB II
KETENTUAN UMUM

Pasal 2
Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan dalam undang-undang ini, ialah :
I. Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu :
a. dokter;
b. dokter-gigi;
c. apoteker;
d. sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan;

II. Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah:


a. Dibidang farmasi : asisten-apoteker dan sebagainya;
b. Dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya;
c. Dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya;
d. Dibidang kesehatan masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain-lain;
e. Dibidang-bidang kesehatan lain.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

BAB V
TUGAS PEKERJAAN TENAGA KESEHATAN SARJANA MUDA, MENENGAH
DAN RENDAH

Pasal 7
1) Tugas pekerjaan tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah
ditetapkan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.
2) Pendidikan yang dimaksudkan dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan.

Pasal 8
1) Tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah melakukan pekerjaannya
dibawah pengawasan dokter/dokter-gigi/ apoteker/sarjana lain yang dimaksud
pasal 2 nomor 1.
2) Kepada tenaga kesehatan tertentu dapat diberikan wewenang terbatas untuk
menjalankan pekerjaan tanpa pengawasan langsung sebagaimana dimaksud
dalam ayat ( 1).
3) Ketentuan-ketentuan dalam pasal 5 dan 6 berlaku juga untuk melakukan
pekerjaan tenaga kesehatan yang dimaksud dalam ayat (2).

BAB VI
TENAGA PENGOBATAN BERDASARKAN ILMU & ATAU CARA LAIN
DARIPADA ILMU KEDOKTERAN
Pasal 9
1) Menteri Kesehatan memberi bimbingan dan pengawasan kepada mereka yang
melakukan usaha-usaha pengobatan berdasarkan ilmu dan atau cara lain dari pada
ilmu kedokteran.
2) Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan peraturan-peraturan pelaksanaan.

BAB VII
BIMBINGAN PEMERINTAH
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 10
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang tentang
Pokok -pokok Kesehatan (Undang-undang tahun 1960 No. 9; Lembaran-Negara
tahun 1960 No. 131), Menteri Kesehatan mengatur, membimbing dan mengawasi
tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pekerjaannya, baik yang dijalankan
sebagai perseorangan maupun yang merupakan aktivitas-aktivitas secara
kolektip.

BAB VIII
TINDAKAN-TINDAKAN ADMINISTRATIF

Pasal 11
1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan didalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap
tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal
sebagai berikut :
a) melalaikan kewajiban;
b) melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang
tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat
sumpah sebagai tenaga kesehatan;
c) mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan,
d) melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.

2) Tindakan-tindakan yang dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) dapat diambil oleh
Pejabat Kesehatan Tertinggi di Daerah tingkat I dan/atau Menteri Kesehatan,
setelah diadakan pemeriksaan yang teliti.

Pasal 12
1) Jika tindakan-tindakan dalam pasal 11 ayat (1) yang diambil oleh Pejabat
Kesehatan Tertinggi di Daerah Tingkat I tidak diterima oleh tenaga kesehatan
yang bersangkutan, maka ia dapat memajukan perkaranya kepada Menteri
Kesehatan.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

2) Menteri Kesehatan mengambil tindakan-tindakan yang dimaksud dalam pasal 11


ayat (1) atau dalam hal yang dimaksud dalam pasal ini ayat (1), setelah
mendengar pertimbangan Dewan Pelindung Susila Kedokteran dan bilamana
perlu badan-badan-lain.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13
Hal-hal yang tidak, belum atau belum cukup diatur dengan Undang-
undang ini, diatur dengan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri
Kesehatan.

Pasal 14
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya
setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-
undang ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

2. UU RI No 18 Tahun 1964
Pasal 1
Yang dimaksud dengan tenaga paramedis dalam Undang-Undang ini
adalah tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, rendah sebagaimana tersebut
dalam pasal 2 No II UU No 6 Tahun 1963.

Penjelasan Pasal 1

a. Bidang Farmasi: asisten apoteker


b. Bidang Kebidanan: bidan
c. Bidang Keperawatan: perawat, fisioterapi, dll
d. Bidang Kesehatan Masyarakat: penilik kesehatan
e. Bidang Kesehatan lainnya: laboratorium, analisis, dll
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

3. PERMENKES No 262/1979/VII
Pasal 2
Kategori Tenaga Kesehatan:
a) Tenaga Medis;
1. FK/FKG dan pascasarjananya
2. Pelayanan medis dan para penunjang medis

b) Tenaga Paramedis;
1. Sekolah/akademi perawat kesehatan
2. Pelayanan perawatan paripurna
3. Penata perawat, perawat kesehatan, bidan, dll

c) Tenaga Paramedis Non Perawatan


1. Sekolah/akademi kesehatan lainnya
2. Pelayanan penunjang yakni; analis, piñata rontgen, sekolah
menengah gizi, dsb

d) Tenaga Non Medis


1. Tidak termasuk pendidikan butir 1,2, dan 3 diatas
2. Yaitu sekolah pencatatan medis, sarjana kimia, sarjana fisika medis,
dsb.

4. UNDANG-UNDANG No 23 Tahun 1992


Pasal 1
1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 53
1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan
tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2 ditetapkan dengan PP.

5. PP No 32 Tahun 1996
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan;
2. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan;
3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat;
4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

BAB II
JENIS TENAGA KESEHATAN

Pasal 2
1) Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kefarmasian;
d. tenaga kesehatan masyarakat;
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

e. tenaga gizi;
f. tenaga keterapian fisik;
g. tenaga keteknisian medis.
2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomology
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan
dan sanitarian.
6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi dan perekam medis.
BAB III
PERSYARATAN

Pasal 3
Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di
bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

Pasal 4
1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga
kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.
2) Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi
tenaga kesehatan masyarakat.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur oleh Menteri.

BAB V
STANDAR PROFESI DAN PERLINDUNGAN HUKUM

Bagian Kesatu
Standar Profesi
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 21
1) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.
2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 22
1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk:
a. menghormati hak pasien;
b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang
akan dilakukan;
d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;
e. membuat dan memelihara rekam medis.
2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh Menteri.

Pasal 23
1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan
terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau
kelalaian.
2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua
Perlindungan Hukum

Pasal 24
1) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan
tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh Menteri.

BAB VI
PENGHARGAAN
Pasal 25
1) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar
prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal dunia
dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan.
2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh
Pemerintah dan/atau masyarakat.
3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau
bentuk lain.

BAB VII
IKATAN PROFESI
Pasal 26
1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasal 28
1) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian
profesi tenaga kesehatan.
2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui pembinaan
karier, disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 29
1) Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan
pemberian penghargaan.
2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 30
1) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab penyelenggara
dan/atau pimpinan sarana kesehatan yang bersangkutan.
2) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan
yang berlaku.

Pasal 31
1) Menteri melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan.
2) Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. bimbingan;
b. pelatihan di bidang kesehatan;
c. penetapan standar profesi tenaga kesehatan.

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 32
Menteri melakukan pengawasan terhadap tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas profesinya.

Pasal 33
1) Dalam rangka pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap
tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:


a. teguran
b. pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan
3) Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X
KETENTUAN PIDANA

Pasal 34
Barangsiapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang
kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana
sesuai dengan ketentuan Pasal 84 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan.

Pasal 35
Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, barangsiapa dengan sengaja:
a) melakukan upaya kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1);
b) melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1);
c) melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1);
d) tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1); dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).

6. KEPMENKES RI No 1239/MENKES/SK/XI/2001
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik berwenang untuk:
a) Melaksanakan askep meliputi pendiagnosaan/penetapan diagnose
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
b) Tindakan keperawatan yang dimaksud pada butir a meliputi: intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling.
c) Dalam melaksanakan askep sesuai butir a dan b harus sesuai dengan
standar profesi.
d) Pelayanan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dari
dokter.

Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal
15, perawat berkewajiban untuk:
a) Menghormati hak klien
b) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
c) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
d) Memberikan informasi
e) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
f) Melakukan perawatan yang baik

Pasal 20
1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa, perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang dimaksud dalam
pasal 15.
2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 1
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Pasal 30
Perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan pada ayat 1 (a).
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

7. PP No 10 Tahun 1996 tentang wajib menyimpan rahasia.

Pasal 1
Yang dimaksud dengan rahasia kadokteran adalah segala sesuatu yang
diketahui orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalan lapangan kedokteran.

Pasal 3
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1
adalah:
a) Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tenaga kesehatan
b) Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan dan orang
lain yang ditetapkan oleh menkes.

8. PERMENKES No HK.02.02/MENKES/148/I/2010

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulis pendidikan perawat baik didalam
maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undang.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative.
3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan
secara perorangan dan/atau berkelompok.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan
standar prosedur operasional.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,
6. Obat Bebas Tadalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
7. Obat bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter.
8. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

BAB II
PERIZINAN

Pasal 2
1. Perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri.
3. Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan.

Pasal 3
1. Setiap Perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP.
2. Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandidi.

Pasal 4
1. SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
2. SIPP berlaku selama STR masih berlaku.

Pasal 5
1. Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Perawat harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
melampirkan:
a) Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

b) Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
c) Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d) Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 lembar
e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi
2. Surat permohonan memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir.
3. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 tempat
praktik.
4. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam
Formulir II terlampir.

Pasal 6
Dalam menjalankan praktik mandiri, perawat wajib memasang papan nama praktik
keperawatan.

Pasal 7
SIPP dinyatakan tidak berlaku karena:
a) Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP
b) Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
c) Dicabut atas perintah pengadilan
d) Dicabut atas rekomendasi Organisasi profesi
e) Yang bersangkutan meninggal dunia

BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 8
1. Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.
2. Praktik keperawatan sebaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan:
a) Pelaksanaan asuhan keperawatan
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

b) Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan


masyarakat
c) Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer
4. Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi
pengkajian, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
5. Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi
penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
6. Tindakan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi pelaksanaan
prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling
kesehatan.
7. Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas.

Pasal 9
Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

Pasal 10
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak
ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan
diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
2. Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan tugas
pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
3. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan
untuk dirujuk.
4. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimna dimaksud pada ayat (2) adlah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
5. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter,
kewenangan perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 11
Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak:
a) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan
sesuai standar
b) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya
c) Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
d) Menerima imbalan jasa profesi
e) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya.

Pasal 12
1) Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Melakukan rujukan
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan
pelayanan yang dibutuhkan
e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis
g. Mematuhi standar
2) Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau organisasi profesi.
3) Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program Pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
dengan mengikutsertakan organisasi profesi.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan


untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan.

Pasal 14
1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan administrarif
kepada perawat yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan praktik dalam peraturan ini.
2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a) Teguran lisan
b) Teguran tertulis
c) Pencabutan

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 15
1) SIPP yang dimiliki perawat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat masih tetap
berlaku sampai masa SIPP berakhir.
2) Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPP yang sedang dalam proses perizinan
dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sepanjang yang
berkaitan dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

9. Rancangan Undang-Undang Keperawatan Nomor 02

Rancangan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20
TENTANG
PRAKTIK KEPERAWATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam


bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada
seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau
oleh masyarakat; (?)

c. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian


integral dari penyelenggaraan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan kaidah etik, nilai-
nilai moral serta standar profesi.

d. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada


kewenangan yang diberikan karena keahlian yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan
tuntutan globalisasi.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

e. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian


masalah yang timbul dalam penyelenggaraan praktik
keperawatan, perlu keterlibatan organisasi profesi;

f. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada


penerima pelayanan kesehatan dan perawat diperlukan
pengaturan mengenai penyelenggaraan praktik
keperawatan;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf


d, huruf e dan huruf f, perlu ditetapkan Undang-Undang
tentang Praktik Keperawatan.

Mengingat :

1. Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 20 dan pasal 21 ayat (1) (cek ulang di UUD 45)

2. Undang-Undang No. 23, tahun 1992 tentang kesehatan.(di konsulkan ulang)

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

(2) Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan
sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok.
(3) Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien di sarana dan
tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan
berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.
(4) Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Perawat terdiri dari perawat vokasional dan perawat profesional.
(6) Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III
Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh
pejabat yang berwenang.
(7) Perawat profesional adalah seseorang yang lulus dari pendidikan tinggi keperawatan
dan terakreditasi, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan.
(8) Ners generalis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan Ners.
(9) Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
spesialis keperawatan 1.
(10) Ners Konsultan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
spesialis keperawatan 2.
(11) Registered Nurse disingkat RN adalah perawat profesional yang teregistrasi.
(12) Licensed Practical Nurse disingkat LPN adalah perawat vokasional yang teregistrasi.
(13) Konsil Keperawatan Indonesia adalah suatu badan otonom yang bersifat independen.
(14) Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap program pendidikan dan pelatihan
keperawatan dalam menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan di seluruh
Indonesia yang dilaksanakan oleh organisasi profesi.
(15) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang
perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus
uji kompetensi oleh konsil keperawatan. (?)
(16) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang telah memiliki sertifikat
kompetensi.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

(17) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah diregistrasi
setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
(18) Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik
keperawatan setelah memenuhi persyaratan.
(19) SIPP I adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada perawat
vokasional yang telah memenuhi persyaratan
(20) SIPP II adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada
perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan
(21) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan.
(22) Klien dan atau pasien/klien dan atau pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perawat.
(23) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
(24) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat generalis dan perawat spesialisasi
sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh organisasi profesi
keperawatan.
(25) Komite adalah badan kelengkapan konsil yang dibentuk untuk melaksanakan tugas-
tugas konsil.
(26) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2

Praktik keperawatan dilaksanakan berasaskan Pancasila dan berlandaskan pada nilai


ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan
serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.

Pasal 3

Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:


Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

a. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa
pelayanan keperawatan. (?)
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
oleh perawat.

BAB III
LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN
Pasal 4

Lingkup praktik keperawatan adalah :

a. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.
b. Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling,
dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien.

c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.


d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,
pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.
e. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.

BAB IV
KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA
Bagian Kesatu
Nama dan Kedudukan
Pasal 6
(1) Dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud pada Bab II pasal 3, dibentuk konsil
keperawatan yang selanjutnya disebut Konsil Keperawatan Indonesia.
(2) Konsil Keperawatan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab kepada Presiden.
(3) Konsil Keperawatan Indonesia bersifat nasional dan dapat membentuk kantor
perwakilan bila diperlukan.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 7
Konsil Keperawatan Indonesia berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
Bagian Kedua
Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil Keperawatan
Pasal 8
Konsil Keperawatan Indonesia mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, serta
penetapan kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Pasal 9
Konsil Keperawatan Indonesia mempunyai tugas:
1. Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat;
2. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik perawat untuk melindungi
masyarakat..?(sebatas apa/aakah peraturan internal .?)
Pasal 10
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 Konsil Keperawatan
Indonesia mempunyai wewenang :
a. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi perawat;
b. Mengesahkan standar kompetensi perawat yang dibuat oleh organisasi profesi
keperawatan dan asosiasi institusi pendidikan keperawatan;
c. Menetapkan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan perawat;
d. Menetapkan sanksi terhadap kesalahan praktik yang dilakukan perawat; dan
e. Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan keperawatan.

Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil
Keperawatan Indonesia serta pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Konsil
Keperawatan Indonesia.
Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 12
(1) Susunan organisasi dan keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris Eksekutif
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

c. Bendahara
d. Komite-komite
(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Komite Uji Kompetensi dan registrasi
b. komite praktik keperawatan
c. komite disiplin keperawatan
(3) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing dipimpin oleh 1 (satu)
orang Ketua Komite merangkap anggota dan dapat membentuk sub komite sesuai
kebutuhan.

Pasal 13
(1) Ketua konsil keperawatan Indonesia dan ketua komite adalah perawat dan dipilih oleh
dan dari anggota konsil keperawatan Indonesia.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan ketua konsil dan ketua Komite diatur dalam
peraturan konsil keperawatan Indonesia

Pasal 14
(1) Komite Uji Kompetensi dan Registrasi mempunyai tugas untuk melakukan uji
kompetensi dan proses registrasi keperawatan.

(2) Komite Praktik Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan mutu
praktik Keperawatan.

(3) Komite Disiplin Keperawatan mempunyai tugas untuk menentukan ada tidaknya
kesalahan yang dilakukan perawat dalam penerapan praktik keperawatan dan
memberikan masukan kepada Ketua Konsil.

Pasal 15
(1) Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia terdiri dari unsur-unsur wakil
Pemerintah, organisasi profesi, institusi pendidikan, pelayanan, dan wakil
masyarakat.
(2) Jumlah anggota Konsil Keperawatan Indonesia 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri
atas unsur-unsur yang berasal dari:
a. Anggota yang ditunjuk adalah 11 (sebelas) orang terdiri dari:
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

- Persatuan Perawat Nasional Indonesia 2 (dua) orang;


- Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;
- Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 1 (satu) orang;
- Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang;
- Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;
- Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;
- Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;
- Departemen Pendidikan Nasional 1 (satu) orang;
- Departemen Hukum 1 (satu) orang; dan
b. Anggota yang dipilih adalah 10 (sepuluh) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama
(barat, tengah, timur) Indonesia.

Pasal 16
1. Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Presiden atas usul
Menteri dengan rekomendasi organisasi profesi
2. Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil keperawatan Indonesia harus
berdasarkan usulan dari organisasi profesi dan asosiasi sebagaimana dimaksud
pada pasal 14 ayat (2).
3. Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Konsil Keperawatan
Indonesia diatur dengan Peraturan Presiden.
4. Masa bakti satu periode keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia adalah 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa bakti 1 (satu) periode
berikutnya, dengan memperhatikan sistem manajemen secara berkesinambungan.

Pasal 17
1. Personalia Konsil Keperawatan sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus
mengangkat sumpah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
2. Sumpah /janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :
 Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk
melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama
atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada
siapapun juga.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan


sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak
langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa
menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika
diperlukan untuk kepentingan hukum.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia, taat kepada Negara Republik
Indonesia, mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik
Indonesia.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan
wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil,
tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu
dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya serta bertanggung
jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak
menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya
akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan
Undang-Undang kepada saya.“

Pasal 18
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia :
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
b. Warga Negara Republik Indonesia;
c. Sehat rohani dan jasmani;
d. Memiliki kredibilitas baik di masyarakat;
e. Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam
puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia;
f. Mempunyai pengalaman dalam praktik keperawatan minimal 5 tahun dan memiliki
Registrasi Tenaga Perawat, kecuali untuk non perawat;
g. Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi
yang baik; dan
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

h. Melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama
menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia.

Pasal 19
(1) Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia berakhir apabila :
a. Berakhir masa jabatan sebagai anggota;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri dan disetujui konsil;
c. Meninggal dunia;
d. Bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;
e. Ketidakmampuan melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;
f. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau
g. Melakukan tindakan tercela yang dibuktikan dari hasil investigasi Badan
Kehormatan Konsil Keperawatan. (hapus...?)
(2) Dalam hal anggota Konsil Keperawatan Indonesia menjadi tersangka tindak pidana
kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya.
(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Ketua
Konsil Keperawatan Indonesia.
(4) Pengusulan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Konsil
kepada Menteri kesehatan dan diteruskan kepada Presiden.

Pasal 20
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Konsil Keperawatan Indonesia dibantu
sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris.
(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Konsil
(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pegawai Konsil
Keperawatan Indonesia
(4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan Konsil
Keperawatan Indonesia
(5) Ketentuan fungsi dan tugas sekretaris ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan
Indonesia.
Bagian Keempat
Tata Kerja
Pasal 21
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

(1) Setiap keputusan Konsil Keperawatan yang bersifat mengatur dilputuskan oleh rapat
pleno anggota.
(2) Rapat pleno Konsil Keperawatan Indonesia dianggap sah jika dihadiri oleh paling
sedikit setengah dari jumlah anggota ditambah satu.
(3) Keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka
dapat dilakukan pemungutan suara.

Pasal 22
Pimpinan Konsil Keperawatan Indonesia melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan
tugas anggota dan pegawai konsil agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Pembiayaan
Pasal 23
(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil Keperawatan Indonesia dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber pendapatan lain yang
sah.
(2) Sumber pendapatan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi biaya yang
diperoleh dari registrasi perawat dan sumbangan lain yang tidak mengikat.
(3) Pembiayaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Ketua Konsil
Keperawatan Indonesia.

BAB V
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN
Pasal 24
(1) Standar pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi keperawatan
dan disahkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia
(2) Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan,
organisasi profesi dapat membentuk Kolegium Keperawatan
(3) Standar pendidikan profesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):
a. untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan
melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

b. untuk pendidikan profesi Ners Spesialis I dan II disusun oleh Kolegium Ners
Spesialis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

BAB VI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN
Pasal 25
Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan, untuk memberikan kompetensi
kepada perawat, dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan keperawatan
berkelanjutan.

Pasal 26
(1) Setiap perawat yang berpraktik wajib meningkatkan kompetensinya melalui
pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.
(2) Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan berkelanjutan perawat yang
ditetapkan oleh organisasi profesi.

BAB VII
REGISTRASI KEPERAWATAN
Pasal 27
(1) Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus
memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP).
(2) Registrasi perawat dilakukan dalam 2 (dua) kategori:
a. LPN untuk perawat vokasional
b. RN untuk perawat profesional
(3) Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi persyaratan :
a. memiliki ijazah perawat Diploma III dan SPK untuk LPN (diakomodasi pada pasal
peralihan)
b. memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis I, atau Ners Spesialis II untuk RN
c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji perawat
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental


e. lulus uji kompetensi
f. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan kode etik profesi
keperawatan
g. rekomendasi dari organisasi profesi

Pasal 28
(1) Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, ijin tempat praktik diberikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat Ijin Praktik
Perawat (SIPP).
(2) Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan LPN berhak memperoleh SIPP
I dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.
(3) Perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak memperoleh SIPP
II dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dan
praktik mandiri.
(4) PN dengan latar belakang Diploma III Keperawatan dan pengalaman kerja sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun di sarana pelayanan kesehatan dapat mengikuti uji
kompetensi RN dan berhak memperoleh SIPP II.

Pasal 29
Syarat untuk memperoleh SIPP:
a. Memiliki STRP
b. Mempunyai tempat praktek
c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan
SIPP masih tetap berlaku sepanjang:
d. STRP masih berlaku
e. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP
Ketentuan lebih lanjut mengenai SIPP diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 30
(1) Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register Nurse) di
belakang nama, khusus untuk perawat profesional, atau PN (Practical Nurse) untuk
perawat vokasional.
(2) Sebutan RN dan PN ditetapkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 31
(1) Surat Izin Praktik Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap
5 (lima) tahun sekali.
(2) Registrasi ulang dilakukan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 27
ayat (3) huruf d dan huruf g, ditambah dengan:
a. rekomendasi dari Komite Etik dan Disiplin
b. angka kredit pendidikan berlanjut
(3) SIPP hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan kesehatan.

Pasal 32
(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus
dilakukan adaptasi dan evaluasi.
(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan
milik pemerintah sesuai dengan jenjang pendidikan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. keabsahan ijazah;
b. kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat
keterangan telah mengikuti program adaptasi dan STRP;
c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji perawat;
d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik
keperawatan Indonesia.
(4) Perawat asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kemampuan berbahasa Indonesia.
(5) Perawat asing yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3) diberikan SIPP oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pasal 33
(1) SIPP sementara dapat diberikan kepada perawat warga negara asing yang melakukan
kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan keperawatan yang
bersifat sementara di Indonesia.
(2) SIPP sementara berlaku selama 1 ( satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 ( satu)
tahun berikutnya.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

(3) SIPP sementara dapat diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada pasal 32 ayat (2) dan (3).

Pasal 34
(1) SIPP bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan keperawatan warga
negara asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
(2) Perawat warga negara asing yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan dalam
rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk waktu tertentu, tidak
memerlukan SIPP bersyarat.
(3) Perawat warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat
persetujuan dari Konsil Keperawatan Indonesia.
(4) SIPP dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diberikan
melalui program adaptasi.

Pasal 35
SIPP tidak berlaku karena:
a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;
c. atas permintaan yang bersangkutan;
d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau
e. dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pasal 36
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi, registrasi ulang, registrasi sementara,
dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

BAB VIII
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN
Pasal 37
Praktik keperawatan dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat dengan
klien dan atau pasien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.

Pasal 38
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPP berwenang
untuk:
a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan;
b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi: intervensi/tritmen
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;
c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi;
d. melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam pasal 4.

Pasal 39
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memiliki SIPP I
berwenang untuk :
a. melakukan tindakan keperawatan dibawah pengawasan perawat yang memiliki SIPP II;
b. melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 huruf a
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi;

Pasal 40
(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau
pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan.
(2) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan diluar
kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut.
(3) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan
diluar kewenangannya sebagai perawat.
Pasal 41
(1) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat vokasional
(PN).
(2) PN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah pengawasan RN.
(3) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain yang
setara kompetensi dan pengalamannya.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Pasal 42
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak
memiliki SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan
tersebut.
Pasal 43
Hak Klien dan atau Pasien
Klien dan atau pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai
hak:
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 38;
b. meminta pendapat perawat lain;
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan keperawatan;
d. menolak tindakan keperawatan; dan
e. mendapatkan resume keperawatan.
Pasal 44
Kewajiban Klien dan atau Pasien
Klien dan atau pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai
kewajiban:
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk perawat;
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Pasal 45
Pengungkapan Rahasia Klien dan atau Pasien
Pengungkapan rahasia klien dan atau pasien/klien dan atau pasien hanya dapat dilakukan
atas dasar:
a. Persetujuan klien dan atau pasien
b. Perintah hakim pada sidang pengadilan
c. Ketentuan perundangan yang berlaku
d. Kepentingan umum
Pasal 46
Hak Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :


Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

1) Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas


sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);

2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau pasien atau
keluarganya;

3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;

4) Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi yang luar biasa dan
atau bertugas di daerah terpencil dan rawan;

5) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan


tugasnya;

6) Menerima imbalan jasa profesi yang proporsional sesuai dengan


ketentuan/peraturan yang berlaku.

Pasal 47
Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :

1) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar


praktek keperawatan, kode etik, dan SOP serta kebutuhan klien dan atau
pasien;

2) Standar profesi, standar praktek, kode etik ditetapkan oleh organisasi profesi dan
merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga keperawatan.

3) Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau tindakan;

4) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien,
kecuali untuk kepentingan hukum;
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

5) Menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan
ketentuan/peraturan yang berlaku;

6) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin


ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;

7) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan


dalam meningkatkan profesionalisme.

Pasal 48
Praktik Mandiri
(1) Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok.
(2) Perawat dalam melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan:
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan;
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan di luar institusi
pelayanan kesehatan termasuk kunjungan rumah;
c. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan,
formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan.
(3) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan standar
perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
(4) Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib
memasang papan nama praktik keperawatan.

BAB IX
PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN
Pasal 49
Pemerintah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi Perawat membina,
mengembangkan dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas
masing-masing.
Pasal 50
(1) Pembinaan dan pengembangan perawat meliputi pembinaan profesi dan karir
(2) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi kompetensi profesional dan kepribadian
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

(3) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat dilakukan melalui jabatan fungsional
perawat.
(4) Pembinaan dan pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi
penugasan, kenaikan pangkat dan promosi.
Pasal 51
(1) Pemerintah dan profesi membina serta mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi profesional perawat pada institusi baik pemerintah maupun swasta;
(2) Pemerintah memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat pada
institusi pelayanan pemerintah;
(3) Pemerintah menetapkan kebijakan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme
perawat pada institusi pelayanan swasta
Pasal 52
Pembinaan, pengembangan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50,
diarahkan untuk:
a. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.
b. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan perawat
c. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat;
d. Melindungi perawat terhadap keselamatan dan risiko kerja.
Pasal 53
(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat
yang telah memiliki SIPP.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan
yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.
Pasal 54
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perawat yang menyelenggarakan praktik
keperawatan dapat dilakukan supervisi dan audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
5 (lima) tahun.
Pasal 55
Sanksi Administratif
(1) Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 38 dikenakan sanksi
administrasi berupa pencabutan sementara SIPP paling lama 1 (satu) tahun
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

(2) Perawat yang dinyatakan melanggar Etik dan disiplin Profesi dikenakan sanksi
administrasi sebagai berikut:
a. Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP paling lama 6
(enam) bulan
b. Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP paling lama 1
(satu) tahun
c. Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP paling lama 3
(tiga) tahun
Pasal 56
Sanksi Pidana
Setiap perawat yang dengan sengaja melakukan praktik keperawatan tanpa memiliki
SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
Setiap perawat asing yang dengan sengaja melakukan praktek keperawatan tanpa
SIPP sementara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 30 ayat (4) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Setiap perawat asing yang dengan sengaja melakukan praktek keperawatan tanpa
SIPP bersyarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 32 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 57
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain
yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat
yang telah memiliki SIPP yang dimaksud dalam pasal 48 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh
puluh lima juta rupiah).
Pasal 58
Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja
mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal
41 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 59
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Perawat yang dengan sengaja:


tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 45 ayat (4);
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 huruf a
sampai dengan huruf f
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 60
Penetapan sanksi administrasi maupun pidana harus didasarkan pada motif pelanggaran
dan berat ringannya risiko yang ditimbulkan sebagai akibat pelanggaran.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 61
Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan
yang merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik keperawatan, masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan
Undang-undang ini.
Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini, ijin praktik yang diberikan sesuai
KepMenKes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan, masih tetap berlaku sampai berakhirnya izin praktik tersebut
sesuai ketentuan.
Pasal 62
Dengan telah diberlakukannya Undang Undang Praktik Keperawatan, sebelum
terbentuknya Konsil Keperawatan Indonesia maka dalam kegiatan perijinan dilaksanakan
sesuai ketentuan yang ada.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 63
Konsil Keperawatan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) harus
dibentuk paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan.
Pasal 64
Undang-Undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.
Rengganis Eka Sandhya
04091003049
PSIK ‘09

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini


dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

S-ar putea să vă placă și