Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PET ANIMAL
NORWEGIAN FOREST CAT
oleh:
Seperti halnya anjing, kucing pun memiliki jenis yang sangat beragam. Mulai
dari yang berambut pendek, seperti scotish fold, devon rex, siamese, berambut
sedang dan yang berambut panjang.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kucing
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Karnivora
Famili : Felidae
Genus : Felis
Upaspesies : Catus
Kucing, yang dikenal dengan nama ilmiah felis silvetris catus, merupakan
karnivora sejati, meskipun belakangan manusia telah memanipulasinya sehingga
beberapa kucing yang telah dipelihara menjadi omnivor. Kata kucing sebenarnya
bukan hanya merujuk pada hewan kucing yang telah dijinakkan atau yang
biasanya berkeliaran disekeliling lingkungan kita. Namun, kata kucing juga
merujuk pada hewan hewn besar yang biasa disebut kucing besar seperti singa,
harimu, dan macan.
Saat ini kucing merupakan salah satu hewan peliharaan terpopuler didunia.
Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau
galur murni(pure breed), seperti persia, siam, manx, dan sphinx, biasanya
dibiakkan ditempat yang resmi dan populasinya diseluruh dunia hanya 1% saja,
sedang sisanya adalah kucing keturunan campuran
Kucing dianggap sebagai "karnivora yang sempurna" dengan gigi dan saluran
pencernaan yang khusus. Gigi premolar dan molar pertama membentuk sepasang
taring di setiap sisi mulut yang bekerja efektif seperti gunting untuk merobek
daging. Meskipun ciri ini juga terdapat pada famili Canidae atau anjing, tapi ciri
ini berkembang lebih baik pada kucing. Tidak seperti karnivora lain, kucing
hampir tidak makan apapun yang mengandung tumbuhan. Beruang dan anjing
kadang memakan buah, akar, atau madu sebagai suplemen jika ada sementara
kucing hanya memakan daging, biasanya buruan segar. Dalam penangkaran,
kucing tidak dapat diadaptasikan dengan diet vegetarian karena mereka tidak
dapat mensintesis semua asam-asam amino yang mereka butuhkan hanya dengan
memakan tumbuhan; berbeda dengan anjing peliharaan, yang sering diberi makan
produk campuran daging dan sayuran dan kadang dapat beradaptasi dengan diet
vegetarian secara total.
Kucing Hutan Norwegia (Norwegian Forest Cat/NFC) adalah salah satu ras
kucing yang berkembang secara alami. Ras kucing ini berasal dari daerah yang
bernama Norway, sehingga sering juga disebut Norway atau Skogkatt (kucing
hutan). Nenek moyang kucing ini tidak diketahui secara pasti, diduga berasal dari
hutan-hutan di daerah Nowegia dan Skandinavia
Norwegian Forest Cat yang kita kenal sekarang ini merupakan hasil breeding
yang nenek moyangnya telah mengalami seleksi oleh alami. Hanya kucing yang
kuat dengan bulu tebal dan “anti air†yang mampu bertahan di hutan
Norway dengan iklim yang tidak bersahabat. Sekarang ini Kucing Norway cukup
populer terutama di Skandinavia. Di Indonesia pun telah ada breeder yang
mengembangbiakkan ras kucing ini.
Sesuai dengan iklim daerah asalnya, bulu kucing ini akan semakin panjang
pada musim dingin dan mulai rontok pada musim semi. Kucing dewasa
mempunyai bulu disekitar tengkuk dan leher yang tebal. Kucing dengan warna
gelap cenderung mempunyai bulu yang lebih pendek dibandingkan dengan kucing
berwana terang atau warna putih. Pola warna pun beragam seperti kucing lainnya
kecuali warna-warna point seperti pada himalayan dan siam. Tidak seperti ras
persia, norway tidak memerlukan banyak grooming .
BAB III
PEMBAHASAN
Norwegian Forest Cat muncul dari hutan sekitar 4000 tahun yang lalu.
Dapat dipastikan, para nenek moyang Norwegian Forest Cat adalah kucing eropa
selatan berbulu pendek yang bermigrasi ke Norwegia pada masa prasejarah.
Melalui seleksi alam, hanya kucing yang memiliki kemampuan beradaptasi yang
kuatlah yang selamat saat menghadapi perubahan iklim yang sangat sulit. Pada
akhirnya, Nowegian Forest Cat menjadi suatu kucing kebun yang bermanfaat
untuk mengendalikan binatang pengerat.
Norwegian Forest Cat merupakan kucing yang kuat dan besar, dengan
ekor yang meliuk & anti air, bulu semi panjang, merupakan sifat alami Norwegian
Forest Cat, berabad-abad telah terbentuk. Dan alam telah memastikan yang
terkuat bertahan terhadap terpaan badai salju, es, hujan dan terus memberikan
keturunan yang lebih kuat dan lebih baik akan terus bertahan hidup, Norwegian
Forest Cat memiliki alat untuk bertahan hidup seperti bulu khusus yang memiliki
underwool yang tebal untuk menjaga mereka tetap hangat dengan bulu pelindung
tahan air yang berada dipundaknya dan menggantung hingga ke sisi kiri dan sisi
kanannya, untuk tetap membuat mereka kering. Untuk melindungi bagian paling
sensitive pada tubuhnya Norwegian Forest Cat memiliki bulu lebih panjang
diseputar lehernya, celah antara telinganya, celah antara jari kakinya, juga di pipi
dan dadanya memiliki bulu yang lebih panjang dan juga ekor yang cukup panjang.
Kaki panjang, besar dan kuat dengan tungkai kaki belakang sedikit yang lebih
tinggi dibanding tungkai kaki depan, Norwegian Forest Cat bergerak layaknya
seorang atlit dan merupakan pemanjat pohon yang sangat handal, dan memiliki
kemampuan turun dari pohon yang sangat fantastis, mereka turun dari pohon
dengan kepala terlebih dahulu kebawah! Kepala Norwegian Forest Cat sekilas
menyerupai Lynx. Dengan telinga yang besar ekspresi mata dan dagu yang kuat
dengan profil tubuh yang tegap, memberi kesan yang sangat kuat atas kucing liar
dan alam bebas.
KESIMPULAN
Kucing Norwegian ini berasal dari daerah norwey, sehingga sering disebut
norwey. Asal usul dari kucing ini tidak diketahui secara pasti, diduga kucing ini
berasal dari hutan-hutan Norway dan Skandinavia, dan menurut mitos kucing ini
dulu banyak dipelihara oleh bangsa Viking. Ciri fisik umumnya Berukuran
besar , bentuk kepalanya segitiga, matanya besar dan oval berwarna emerald,
memiliki rambut yang lebat di sekitar kepala dan leher dan di antara jari kaki, dan
ekor tebal panjang, telinganya besar dengan ujung meruncing dan kucing ini
tergolong jenis semi long hair.
Dellmann, H, Dieter. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC : Jakarta
Suripto, MS. 2003. Fisiologi Hewan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Teknik Bandung : Bandung.