Sunteți pe pagina 1din 9

Hestia Hartini Novitasari 1006704644 Teknik Metalurgi dan Material

TUGAS 5

Klausul Permenaker No.5/1996 Klausul 6 (KEAMANAN BEKERJA BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN K3) 6.4 Lingkungan Kerja 6.41 Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui daerahdaerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk Latar belakang teori yang mendukung klausul tersebut

Pertama-tama akan saya jelaskan pengertian dari tempat kerja, bahaya, ketidaksesuaian, dan kecelakaan kerja. 1. Tempat Kerja a. Definisi Tempat Kerja Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya (Depnakertrans RI, 2007). b. Ruang Lingkup Tempat Kerja Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. 2. Bahaya a. Definisi Bahaya Bahaya adalah sesuatu atau sumber yang berpotensi menimbulkan cedera atau kerugian baik itu pada manusia, proses, properti maupun lingkungan (Ronny Kountur). Bahaya di lingkungan kerja adalah segala kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang berada di lingkungan kerja. Faktor bahaya

di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi. Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja dan sekelilingnya yang dapat melukai baik secara fisik maupun mental. Bahaya terhadap keselamatan adalah yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung. Contoh: benda-benda panas dan lantai yang licin. Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya lainnya yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Contoh: kebisingan, penyakit menular atau gerakan yang berulang-ulang. Pekerja tidak dapat dilindungi apabila bahaya yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi.

b. Potensi Bahaya Potensi bahaya (hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. c. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah suatu proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya. Aktivitas yang dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya antara lain: 1) Berkonsultasi dengan pekerja mengenai masalah apa yang ditemukan dan keadaan bahaya yang belum terdokumentasi. 2) Berkonsultasi dengan Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 3) Mempertimbangkan peralatan dan material yang digunakan pekerja. 4) Pemantauan lingkungan kerja. 3. Ketidaksesuaian a. Definisi Ketidaksesuaian Ketidaksesuaian adalah suatu penyimpangan yang mempengaruhi pencapaian sasaran mutu. Definisi yang lain menyebutkan bahwa ketidaksesuaian adalah suatu penyimpangan dari standar kerja, praktek, prosedur, regulasi, sistem kinerja manajemen dan lain-lain yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mengarah pada terjadinya kecelakaan atau sakit, kerusakan properti, kerusakan lingkungan tempat kerja atau kombinasi dari semuanya.

b. Temuan ketidaksesuaian Temuan ketidaksesuaian merupakan temuan penyimpangan yang seharusnya tidak boleh ada di tempat kerja yang kemungkinan dapat menimbulkan kerugian maupun potensi bahaya. 4. Kecelakaan Kerja a. Definisi Kecelakaan Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga yang menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Depnakertrans RI, 2007). b. Definisi Kecelakaan Kerja Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui (Depnakertrans RI, 2007). c. Penyebab Kecelakaan Kerja Kecelakaan terjadi oleh karena kontak dengan substansi atau sumber energi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi: 1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. 2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkitan dengan hubungan kerja. d. Teori Kecelakaan Kerja Heinrich (1931) dalam risetnya menemukan teori yang dinamakan Teori Domino. Setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera, terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai domino yang berdiri sejajar yaitu; kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi yang tidak aman (hazard), kecelakaan serta cedera. Birds (1967) memodifikasi Teori Domino dengan mengemukakan Teori Manajemen yang berupa lima faktor dalam urutan kecelakaan yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan kerugian. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama. Namun demikian, ada kesamaan umum bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu:

1) Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts). Contoh: peralatan pengaman yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat, peralatan rusak, terlalu sesak atau sempit, sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai, bahaya kebakaran dan ledakan, housekeeping yang buruk, lingkungan berbahaya atau beracun, bising dan paparan radiasi. 2) Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Contoh: gagal untuk memberi peringatan, gagal mengamankan, bekerja dengan kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat tidak berfungsi, menggunakan alat yang rusak, menggunakan alat yang salah, kegagalan dalam memakai alat pelindung diri, membongkar secara salah dan mengangkat secara salah. Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil penelitian bahwa, rata-rata di atas 50 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Sumamur (1996) mengatakan bahwa sekitar 70-80% kecelakaan kerja karena faktor kelalaian dan kesalahan manusia. Bahkan pakar K3 ada yang berpendapat, bahwa kecelakaan secara langsung atau tidak langsung jika dirunut ke belakang penyebabnya oleh karena faktor manusia. Kesalahan-kesalahan tersebut mungkin saja dilakukan oleh perencanaan dan manajemen perusahaan, oleh konstruktor pembuat kapal atau perancang mesin atau alat, pengusaha, insinyur teknik dan para ahli, supervisor, operator, atau petugas yang melakukan pemeliharaan dan perawatan peralatan dan tempat kerja. Ada beberapa tempat kerja yang memiliki potensi bahaya cukup besar, seperti daerah pertambangan, perusahaan manufaktur, bahkan hypermart. Di lokasi-lokasi tersebut banyak berseliweran alat-alat berat yang tentu saja berpotensi menyebabkan kecelakaan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan, maka diperlukanlah pembatasan ijin masuk pada lokasi-lokasi tersebut. Latar belakang bunyi peraturan perundangan- undangan lainnya yang mendukung klausul tersebut 1) Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya

meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 2) KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Kesamaan klausul tersebut dengan OHSAS 18001:2007

1.15 Confined Spaces. Contractors are responsible for the supply of all safety equipment including all portable gas detection devices, escape breathing apparatus, harnesses and other escape equipment and safety equipment must be in good order. Contractors must be familiar with the system of clarification, the appropriate procedures that apply and follow a safe system of work in order that danger both to themselves and others is avoided. A permit to work may be required. Contractors staff who enter a confined space must be formally trained and hold an up to date certificate of competence.

Bukti objektif untuk menunjukkan kepada auditor bahwa klausul tersebut telah

dilaksanakan Diberlakukannya HSE (Health Safety and Environment) di perusahaan tersebut. Contoh pelaksanaannya adalah pemasangan sign atau tanda untuk membedakan ada pekerjaan yang sedang berlangsung. Sehingga orang-orang yang tidak bersangkutan tidak dapat masuk. Ilustrasi gambar yang relevan dengan klausul

Klausul 1 (PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN)

1.1 Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja 1.1.1 Adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang tertulis bertanggal dan secara jelas menyatakan tujuan-tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan komitmen perusahaan dalam memperbaiki kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Latar belakang teori yang mendukung klausul tersebut

Dunia perindustrian yang semakin lama semakin maju seiring dengan perkembangan zaman, tidak lepas dari permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan ketenagakerjaaan. Globalisasi industri menuntut hasil produksi yang tinggi dan berkualitas serta keuntungan yang besar. Hal itu harus diimbangi dengan perlindungan yang cukup bagi tenaga kerja terhadap ancaman bahaya di tempat kerja mengingat bahwa tenaga kerja sangat berperan penting terhadap pencapaian tujuan perusahaan untuk dapat unggul di dalam dunia perindustrian dan mengeruk keuntungan yang sebesarbesarnya. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 menyatakan bahwa, Upaya pencegahan kecelakaan, kebakaran dan penyakit akibat kerja merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan di instansi baik milik pemerintah maupun swasta. Berbagai indikator dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan keselamatan kerja seperti angka kecelakaan, resiko bahaya, penyediaan sarana keselamatan yang kurang memadai, kondisi tempat kerja yang kurang aman, kurang sehat dan sarana pemadam yang sedikit. Oleh sebab itu, di setiap perusahaan perlu dilakukan upaya untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, salah satunya dengan membuat kebijakan keselamatan dan kesehatan. Kebijakan tersebut harus bertanggal dan disetujui oleh semua pihak termasuk para tenaga kerja. Latar belakang bunyi peraturan perundangan- undangan lainnya yang

mendukung klausul tersebut


1) UU No.12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan 2) Pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama

Kesamaan klausul tersebut dengan OHSAS 18001:2007

1.3 Risk Assessment Before any work commences on site the contractor shall nominate a competent person to be responsible for co-ordinating risk assessments of all operations where risk is foreseeable and ensuring that appropriate control measures are established and incorporated into safe systems of work. The contractor shall use these safe systems of work as the basis for the health and safety method statements. All method statements shall be developed in reasonable time to allow co-ordination of hazardous works. The objective of risk assessment, is to highlight project related hazards and to develop methods to deal with those hazards. These assessments shall be in writing and include but not restricted to the following activities:
o o o o o o o o o o o

Major Construction Elements General public and third party safety Location of site access/egress Vehicle movements on and off site Vehicle, Machinery and equipment hazards within the site Vehicle/Pedestrian segregation Temporary services distribution Siting of static plant and equipment Scaffolding Trench/Ground works Hazardous Chemicals

o o o o o o o o o o o o o o

Services Clearances Construction Materials Storage, use and disposal of substances hazardous to health Noise Working at heights Excavation and underground services Manual Handling Use of portable hand tools Emergency procedures including evacuation routes Fire Materials storage Site hoarding Contaminated ground Lifting new elements of structure

All risk assessments shall be reviewed and revised as necessary to accommodate any changes in methods of working, plant, equipment, material and/or site development. The management team will be available to liase on all matters of health and safety relevant to these risk assessments.

Bukti objektif untuk menunjukkan kepada auditor bahwa klausul tersebut telah dilaksanakan Dokumen kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang tertulis dan bertanggal serta diketahui oleh seluruh pihak termasuk tenaga kerja.

Ilustrasi gambar yang relevan dengan klausul

Referensi : http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/103392809200909281.pdf http://hadipurnama.wordpress.com/2010/01/22/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-lingkunganhidup/ http://www.ohsas-18001-occupational-health-and-safety.com/procedure.htm http://www.scribd.com/doc/54600051/3-BAB-I-BAB-III http://4.bp.blogspot.com/xLy70wiJIwk/Tavy9UIVNkI/AAAAAAAAACE/0K2uYKGmGRU/s1600/kebijakan%2Bk3l %2Bsarimandared%2Bbg%2Bfont.jpg

S-ar putea să vă placă și