Sunteți pe pagina 1din 9

'"rna I Ilmiah Exacta

Vol. 2 No.1 Mei 2009

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA BAGIAN DRY LAMINATING PADA PT ALCAN PACKAGING FEXIPACT
Asep Endih Nurhidayat (a_noerhidayat@yahoo.com) Endang Suhendar (endang_ unindra@yahoo.com) Abstact Good quality (quality), the competitive price (cost), the exact delivery time (delivery), and product flexibility (Flexibility) are some factors that can be used as the benefits of a product. Bas~ on r~sults processing and analyze the data obtained from PT. Alcan Packaging Flexlpack, It can be concluded that in dry lamination station there are many defects, such defects Bub~le (BB), disability Delaminasi (DL), disability wrinkles (KLD), Scratch defect edges (Q), disability shrink film (N) , and disability Tropping (TP). Type of disability that most often occur during the month of May 2005 is disabled Tropping (TP) with the p~rce~~ge of disability of 43.56% and disability wrinkles (KLD), with the percentage of dlsablhty of 39.60%. The cause of a defect in the main station for dry lamination defects, among others, TP caused by tension and Rewind tapper that is damaged, incoming inspection of materials that are less strict, and the size of the roll is too long.

PENDAHULUAN
Kualitas yang baik (quality), harga yang kompetitif (cost), pengiriman yang tepat waktu (delivery), dan fleksibilitas produk (flexibility) adalah beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai keunggulan dari suatu produk. Sebuah perusahaan dapat memilih salah satu dari keempat faktor tersebut untuk dijadikan keunggulan produk yang dihasilkannya. Namun bila dilihat dari kondisi saat ini, dimana kemajuan teknologi dan peradaban manusia yang semakin pesat ternyata memiliki pengaruh besar terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk, maka sudah semestinya kualitas produk dijadikan keunggulan utama yang ditawarkan perusahaan terhadap produkproduk yang dihasilkannya. Kualitas produk dicirikan dengan terpenuhinya spesifikasi yang akan dipasarkan, sehingga mempengaruhi tingkat penjualan dari produk yang bersangkutan. Untuk mengatasi hal ini, PT. Alcan Packaging Flexipack perlu menerapkan suatu konsep yang dapat mengurangi jumlah cacat yang terjadi pada proses produksinya. Sehubungan dengan hal itu, mencoba mengangkat masalah pengendalian kualitas ini sebagai alat penelitian. Dalam pembahasan masalah, maka akan menggunakan beberapa alat bantu pengendalian mutu statistik guna mempermudah proses analisa ini.

yang diinginkan oleh pelanggannya. Hal ini hanya dapat terpenuhi apabila perusahaan menerapkan suatu pengendalian terhadap proses produksi yang dijalankannya. PT. Alcan Packaging Flexipack, adalah persahaan yang bergerak dalam industri pembuatan kemasan fleksibel untuk berbagai macam produk. Pelanggan PT. Alcan Packaging Flexipack adalah berbagai perusahaan yang bergerak dalam industri makanan, obat-obatan, dan lain-lain, baik perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, PT. Alcan Packaging Flexipack dituntut untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas sebab kualitas kemasan akan sangat berpengaruh terhadap higienitas, keamanan, serta keindahan dari produk Latar Belakang 1. Sejarah singkat perusahaan PT. Alcan Packaging Flexipack (APF) terletak di JIn. Gatot Subroto Km 5.4, Tangerang - Banten. Pada awal berdirinya di tahun 1982, perusahaan ini bemama PT. Filmeco Perkasa dan mulai beroperasi di wilayah Tangerang sebagai perusahaan yang bergerak di bidang us aha metalisasi. Perusahaan ini kemudian menjadi pelopor berdirinya industri kemasan fleksibel di Indonesia. Pada tahun 1996, perusahaan ini mulai memasarkan produknya atas nama

64
http://www.univpancasila.ac.id 8/13

[urnal Ilmiak Exacta

VoL 2 No.1 Mei 2009

dagang Flexipack - Converting, Tangerang. Perusahaan ini kemudian diambil alih oleh YAW Europack GmbH (Jerman) dan mengganti namanya dengan PT. Interkemas Flexipack pada tahun 1997. Perubahan nama perusahaan yang ketiga kalinya terjadi pada tahun 2003, yaitu menjadi PT. Alcan Packaging Flexipack. Produk-produk kemasan fleksibel yang dihasilkan oleh PT. Alcan Packaging Flexipack sangat bervariasi, baik dari segi bahan, proses produksi yang dialami, maupun bentuk yang dihasilkan. Sebagian dari produk tersebut akan diekspor ke luar negeri, seperti ke Australia, Filipina, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat (USA), Jepang, dan lain-lain.

2. Proses produksi

Pada industri konverting seperti PT. Alcan Packaging Flexipack, terdapat 5 tahapan proses produksi yang utama, yaitu proses pembuatan silinder (cylinder making process), proses pencetakan (printing process), proses laminasi (lamination and extrution process), proses pembelahan (slitting process), dan proses pembuatan kantung (bag making process). Sedangkan proses blown film merupakan proses penunjang, karena PT. Alcan Packaging Flexipack hanya membuat film dengan skala kecil guna menutupi kekurangan akan kebutuhan film yang disuplai dari luar.

l-i--~~~~o~--fl
~on Solvent free

___ aking_Iin_.der_~H Printing ~_Y

HI
;1

Ij
1\

:_--I--=!:--i-"
Gambar 1 Proses Produksi a. Laminasi kering (dry lamination) adalah penggabungan dua atau lebih lapisan film fleksibel dengan menggunakan bahan perekat. Setelah bahan yang akan dilapisi terselimuti oleh perekat secara merata di seluruh permukaannya, zat perekat ini kemudian dikeringkan dan diuapkan dari pelarut yang terkandung di dalamnya, setelah itu direkatkan pada bahan yang lainnya. Metode dry lamination ini paling populer digunakan karena memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan metode lainnya, seperti : kekuatan zat perekatnya tinggi, kestabilan dimensional pada saat proses tinggi sehingga sesuai untuk proses pencetakan, dan lebih ekonomis terhadap mesin dengan lini proses pendek
Proses Laminasi

Proses laminasi adalah proses menyatukan atau mengkombinasikan dua atau lebih substrat dengan tujuan untuk meningkatkan performa dari kemasan baik terhadap gas, aroma, udara, air atau terhadap sinar ultra violet (UV); untuk menambah daya tarik produk dan untuk membuat lapisan heat seal agar kemasan dapat disegel (disatukan kedua sisinya), karena umumnya beberapa bahan material untuk pencetakan tidak dapat disegel atau mempunyai daya segel yang lemah. Proses laminasi yang dilakukan di PT. Alcan Packaging Flexipack ada 3 macam, yaitu : laminasi kering (dry lamination), laminasi ekstrusi (extrution lamination), dan laminasi bebas solvent
(solvent free).

65
http://www.univpancasila.ac.id 8/13

'"rna I Ilmiah Exacta

Vol. 2 No.1 Mei 2009

b. Laminasi ekstrusi (extrution lamination) merupakan metode laminasi dengan melelehkan resinresin termoplastik dan melapisinya pada bahan. c. Laminasi bebas solvent (solvent free lamination) merupakan proses yang tidak menggunakan pelarut untuk melarutkan perekat yang dipakai sehingga pada mesin tidak ada heat chamber untuk menguapkan pelarut. KAJIAN PUSTAKA 1. Kualitas Kualitas secara konvensional didefinisikan sebagai karakteristik langsung dari suatu produk. seperti performansi (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan definisi kualitas secara strategik adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. 2. Pengendalian kualitas Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan atau memenuhi standard kualitas. Dengan kata lain, pengendalian kualitas merupakan suatu sistem untuk Pengendalian Proses Statistik atau Statistical Process Control (SPC) adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistikal dalam memantau dan meningkatkan performansi proses untuk menghasilkan produk berkualitas. Kualitas dan konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal bisa diartikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu output agar memenuhi spesifikasi dan toleransi yang telah ditetapkan oleh bagian desain suatu perusahaan. Spesifikasi dan toleransi yang telah ditetapkan oleh bagian desain produk yang disebut sebagai kualitas desain harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan konsumen (orientasi pasar). Dalam sistem pengendalian mutu statistik dikenal 7 alat bantu berdasarkan "manajemenjepang", yaitu :

meningkatkan performansi secara terus menerus pada level operasi atau proses, untuk setiap area fungsional dari suatu organisasi yang berdasarkan atas pengujian, analisis, dan tindakan-tindakan yang harus diambil dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada dan modal yang tersedia. Pengendalian kualitas sangat erat hubungannya dengan produksi, dimana pada pengendalian kualiatas ini dilakukan pemeriksaan, atau pengujian atas karakteristik nyata yang dimiliki produk untuk dinilai dan dianalisa serta dibandingkan terhadap standar nilai produk yang diharapkan, kemudian dengan analisa akan didapatkan penyebab terjadinya penyimpangan sebagai dasar untuk mengambil tindakan pencegahan dan perbaikan. Dalam rangka mengendalikan kualitas produk agar produk yang dihasilkan terjamin kualitasnya, maka suatu perusahaan membutuhkan suatu metode atau teknik yang tepat untuk diaplikasikan dalam proses produksinya. Dalam hal ini, perusahaan dapat menerapkan konsep Pengendalian Proses Statistikal atau yang lebih dikenal dengan istilah Statistical Process Control (SPC). 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Lembar Periksa (Checksheet) Stratiftk:asi(Stratification) Histogram (Histogram) Diagram Pareto (Pareto Diagram) Diagram Scatter (Scatter Diagram) Peta Kendali (Control Chart) Diagram Sebab-Akibat (Cause-Effect Diagram)

BASIL PENELITIAN Data yang di dapatkan adalah data produksi stasiun dry lamination. Output yang dihasilkan oleh stasiun ini adalah lembaran plastik (jlexible packaging) dalam bentuk roll-roll. Dari data perusahaan yang didapatkan, dapat dilihat bahwa di stasiun kerja tersebut masih dihasilkan beberapa macam cacat (defect) pada ouput. Secara tradisional, perusahaan biasanya melakukan inspeksi terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat dengan cara memisahkan antara produk yang baik dengan produk yang cacat (reject), kemudian mengerjakan

66
http://www.univpancasila.ac.id 8/13

'"rnal Umiak Exacta

VoL 2 No.1 Mei 2009

ulang produk yang cacat tersebut. Kegiatan inspeksi semacam ini dipandang dari sistem kualitas modem adalah hal yang tidak memberikan hasil pada peningkatan kualitas (quality improvement). Oleh sebab itu, dalam menganalisa masalah ini dari sudut pandang manajemen kualitas dengan
1. Histogram

menggunakan alat bantu yang biasa digunakan dalam pengendalian mutu statistik sehingga kualitas produk dapat dikendalikan sejak dini yaitu di awal proses, dan tidak perlu melakukan perbaikan terhadap produk-produk yang cacat mengetahui frekuensi dari masing-masing cacat yang dihasilkan di stasiun kerja yang bersangkutan.

Histogram merupakan salah satu alat bantu awal yang digunakan untuk
Histogram jumlah data cacat di bagian Dry Lamination

J'enis cocot
BB
44
!l0

J'umloh cocot
1 4 40 11 1 44

40

DL KLD
Q

1; 40
~ 30

{j 20

N TP
KLD

~ 10

BB

DL

Q
CQcat

TP C Jumlah eaeat

:1enls

Gambar 2 Histogram Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui jenis-jenis cacat dan frekuensi munculnya masing-masing jenis cacat selama bulan Mei 2005 di stasiun dry
lamination. 2. Diagram pareto (pareto Diagram)

Diagram pareto digunakan untuk menunjukan urutan prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Pengurutan prioritas masalah yang dibuat berdasarkan frekuensi dan intensitas yang munculnya masalah tersebut dalam jangka waktu tertentu. Berikut ini diagram pareto untuk jenis cacat di dry lamination.

J'enis cocot TP

J'umloh cocot
44 40 11 4 1 1

Persentose cocot
43.610 39.610 10.910 4.010 1.010 1.010

Kumulotif jumloh cocot


44 84 95 99 100 101

Persentose kumulotif jumloh cocot


43.5610 83.1710 94.0610 98.0210 99.0110 10010

KLD
Q

DL BB
N

TOTAL

101

67
http://www.univpancasila.ac.id 8/13

'"mal Ilmiak Exacta

VoL 2 No.1 Mei 2009

Diagram poNto janis CClcat di bagian Dry lAmination


120% 'DO 'DO%

... ell
8

80

80% 60% 44 40%

U 60 40 20

..!i!

~ ..,

11

20%

4
0% DL

0+ --T:
KLD

t= Jumlah cacat
-+-Persentase

BB

Jens cacat

kumulatWcacat

Gambar 3 Pareto Tanggal terjadinya cacat 1-May-05 2-May-05 3-May-05 4-May-05 5-May-05 6-May-05 7-May-05 8-May-05 9-May-05 10-May-05 11-May-05 12-May-05 13-May-05 14-May-05 15-May-05 16-May-05 17-May-05 18-May-05 19-May-05 20-May-05 21-May-05 22-May-05 23-May-05 24-May-05 25-May-05 26-May-05 27-May-05 28-May-05

Jl Tabe12 produk cacat harian Presentase rroporsl ' OTQI yang cacat cacat (p) cacat
diproduksi 947 1188 799 238 105 199 621 421 253 592 385 648 286 607 674 700 192

OFF
5 0 0 0.0053 0 0 0.53% 0 0 0 0 0 3.22% 0 1.98% 0 0 0 0 0 0 0 0

OFF
0 0 0 0

OFF
0 20 0 0 0.0322 0 0.0198 0 0

5
0 0 0 0 0 0 0 0

OFF
0 0 0 0 0 0

OFF OFF
796 818 872 665 290 0 0 5 0 0 0 0 0.0057 0 0 0 0 0.57% 0 0

68
http://www.univpancasila.ac.id 8/13

'"rnal Ilmiah Exacta

VoL 2 No.1 Mei 2009

OFF 228

o
9

o
0.0176

o
1.76%

511
Perhitungan :
=

Rata-rata jumlah produk Rata-rata total caeat Rata-rata proporsi cacat Rata-rata persentase cacat
p

Dugaan rata-rata produksi per hari 3cr 3...J P~~PL VCL CL LCL
p:I-

543.13 1.8333 0.0034 = 0.34 % = Total jumlah cacat Total jumlah produk = 0.0034 = 0.34 % 543 = 0.657 %

44
13035

3 cr

P
p- 3 cr

= =

0.657% 0.338% 0%

Dengau demikian, dapat dibuat peta kendali p sebagai berikut :


PetQ kendali p un1uk cacat Tropping (TP)
3.5'1'. 3.0'1'. 2.5'1'.

+-------

-~---

I<

1; 2.0'1'. u
aoe

1.5'1'. 1.0'1'. 0.5% 0.0'1'.

! .
I

I \

i \

\
\..

\ i \

1:':I

I '';' I

.1 Itt .~.

;;
V

. ..... ....,.. .
/
r\
1\

..,1.
j i

.
I -:.: I ::: I I '-' 1 '''': I

\.

I .:. I :::- I '':

I '.:' I -::.: I '.::. I

t:.

I (. I

I '.:.: 1

1 Co.'I

-,

I ,_, I '''; I

__
Hari ke-

UCL CL LCL

--tr--- % cacat

ANALISIS
1. Analisis Histogram

2. Analisa Diagram Pareto

Dari histogram yang telah dibuat terhadap jenis cacat di dry lamination, diketahui bahwa ada 6 jenis cacat yang terjadi di stasiun dry lamination selama bulan Mei 2005, yaitu cacat Bubble (BB) sebanyak 1 roll, Delaminasi (DL) sebanyak 4 roll, Keriput (KLD) sebanyak 40 roll, Sobek Tepi (Q) sebanyak 11 roll, Menyusutnya Film (N) sebanyak 1 roll, dan cacat Tropping (TP) sebesar 44 roll.

Untuk mengetahui urutan prioritas masalah yang harns diselesaikan terlebih dahulu, maka digunakan alat bantu diagram pareto. Berdasarkan diagram pareto untuk data cacat di bagian Dry Lamination pada bulan Mei 2005, dapat diketahui bahwa masalah utama yang harus diprioritaskan untuk diselesaikan pertama kali adalah masalah cacat Tropping (TP) yang tingkat presentasi cacatnya mencapai 43,56%. Masalah terbesar kedua yang juga harns diselesaikan adalah masalah cacat keriput (KLD) yang memberikan kontribusi sebesar 39,60% terhadap total permasalahan cacat di

http://www.univpancasila.ac.id

8/13

69

lurnal Ilmiak Exacta

Vol. 2 No.1 Mei 2009

bagian Dry Lamination. Jika kedua masalah tersebut dapat diatasi secara baik maka berarti 83,17% masalah cacat di bagian Dry Lamination telah dapat diselesaikan. Barn setelah itu, penyelesaian masalah di bagian Dry Lamination dapat difokuskan secara bertahap terhadap masalah-masalah lainnya seperti masalah cacat Sobek Tepi (Q) yang tingkat presentase cacatnya mencapai 10,89% masalah cacat Delaminasi (DL) dengan presentase cacat yang mencapai 3,69% masalah cacat Bubble (BB) yang presentase cacatnya sebesamya 0,99% dan masalah cacat Menyusutnya Film (N) dengan presentase cacat sebesar 0,99% 4. Diagram Sebab-Akibat (Cause-Effect Diagram) Banyaknya cacat yang dihasilkan di bagian Dry Lamination dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : yaitu dari faktor manusia, mesin, metode kerja,

3. Analisa Peta Kendali p Berdasarkan grafik di peta kontrol p, maka dapat diketahui bahwa rata-rata proporsi cacat pada bulan Mei 2005 (po) adalah 0,34% dengan batas atasnya (UCL) = 0,657% dan batas bawahnya (LCL) = 0%. Pada tanggal 10 Mei 2005, 12 Mei 2005 dan 31 Mei 2005 titik-titiknya out of control atau keluar dari batas kendali atas. Hal ini berarti proses yang berlangsung pada hari itu tidak terkendali (tidak berada dalam pengendalian statistikal) sehingga perlu diambil tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada. material, dan lingkungan kerjanya. Untuk mengetahui penyebab-penyebab timbulnya cacat darimasing-masing faktor tersebut, maka perlu dilakukan analisa dengan menggunakan diagram tulang ikan sebagai berikut

Tldak sigap dalam menanganl

caeat
idak menglkuti SOP dg baik

Kurangnya tanggung jawab & motlVasl kerja

Tension rewind and


pepper sudah rusak

Set up tension berUbah-ubah

Banyoknyo cacat TP di

err

1omilltJtlon

Gambar 4 diagram tulang ikan (fishbone diagram) Berdasarkan fishbone diagram di atas, dapat diketahui hubungan sebab-akibat pada kelima elemen sistem yang berperan dalam mengakibatkan munculnya cacat

http://www.univpancasila.ac.id

8/13

70

Jumal Ilmiah Exacta

VoL 2 NO.1 Mei 2009

Tropping (TP) di dry lamination. Dengan demikian, akar penyebab utama timbulnya

cacat TP di stasiun dry lamination, yaitu :

Manusia Kurangnya rasa tanggung jawab dan motivasi keria. Kurangnya kesadaran operator akan tanggung jawab yang ia sandang terhadap perusahaan serta motivasi kerja yang menurun menyebabkan operator tidak bekerja secara bersungguh-sungguh. Akibatnya, operator seringkali bekerja tanpa memperhatikan SOP yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Akibatnya, sering terjadi kesalahan dalam penanganan produk dan menyebabkan produk cacat. Training kurang Pemberian training yang kurang intensif menyebabkan pengetahuan operator mengenai prosedur kerja yang baik menjadi terbatas, sehingga operator kerap melakukan kesalahan terutama pada saat set-up mesin. Mesin Tension rewind & tapper sudah rusak Tension rewind merupakan bagian yang rawan terhadap kerusakan. Bila tension rewind rusak, maka tension awal dan tension akhir menjadi tidak stabil sehingga dapat menyebabkan timbulnya cacat terutama cacat TP dan KLD Namun jika ditinjau secara lebih lanjut, yang benar-benar merupakan akar permasalahan terjadinya cacat TP di stasiun ini yaitu karena tension rewind dan tapper yang sudah rusak, incoming inspection material yang kurang ketat, serta ukuran roll yang terlalu panjang. Bab V Kesimpulan Dan Saran VI.I. ((esimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan penganalisaan terhadap data yang didapatkan dari PT. Alcan Packaging Flexipack, maka dapat disimpulkan bahwa di stasiun dry lamination masih terdapat banyak cacat, antara lain cacat Bubble (BB), cacat Delaminasi (DL), cacat Keriput (KLD), cacat Sobek Tepi (Q), cacat Film

Material Incoming inspection kurang ketat Kurang ketatnya pengawasan terhadap raw material oleh incoming inspector (QC) akibat banyaknya material yang dipesan serta keterbatasan waktu dan tenaga kerja QC menyebabkan seringkali raw material yang mutunya kurang baik (misalnya bahannya kendor) lolos dari pengawasan dan digunakan dalam proses produksi Metode Ukuran roll terlalu panjang Ukuran satu roll flexible packaging kurang lebih 9000 m. Oleh karena itu, akan cukup menyulitkan operator dalam melakukan inspeksi, sehingga cacat yang berada di roll bagian dalam tidak dapat terdeteksi dengan baik. Kondisi ini memungkinkan cacat bagian dalam diteruskan hingga beberapa meter setelahnya. Lingkungan Berdasarkan pengamatan, dalam kasus ini faktor lingkungan tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap terjadinya cacat TP di stasiun dry lamination. Menyusut (N), dan cacat Tropping (TP). Jenis cacat yang paling sering terjadi selama bulan Mei 2005 adalah cacat Tropping (TP) dengan persentase cacat sebesar 43,56% dan cacat Keriput (KLD) dengan tingkat persentase cacat sebesar 39,60%. Penyebab utamanya terjadinya cacat di stasiun dry lamination untuk cacat TP antara lain disebabkan oleh tension rewind dan tapper yang sudah rusak, incoming inspection material yang kurang ketat, serta ukuran roll yang terlalu panjang. VI.2. Saran Demi kemajuan dan peningkatan prduktivitas di PT. Alcan Packaging Flexipack, maka sebaiknya PT. Alcan Packaging Flexipack melakukan sejumlah 71

http://www.univpancasila.ac.id

8/13

'"rna 1Ilmiah Exacta

VoL 2 NO.1 Mei 2009

perbaikan-perbaikan seperti menentukan jadwal perawatan mesin secara teratur untuk mencegah kerusakan mesin dan mendeteksi secara dini kerusakan-kerusakan yang telah atau mungkin terjadi. Jadwal perawatan mesin ini sebaiknya disesuaikan dengan jadwal pemenuhan permintaan pelanggan oleh bagian PPIC dan Marketing sehingga penjadwalan dapat dijalankan secara teratur dan berkesinambungan. Perbaikan lain yang dapat dilakukan selanjutnya yaitu menyediakan suku cadang dan komponen-komponen mesin yang Agar perbaikan-perbaikan ini dapat dijalankan, maka sebaiknya PT. Alcan Packaging Flexipack menetapkan suatu standar prosedur yang baru sehingga segala sesuatunya menjadi terukur dan jelas. DAFTAR PUSTAKA Nasution, A. Hakim. 2003. "Perencanaan dan Pengendalian Produksi", Penerbit Guna Widya, Surabaya. Gaspersz, Vincent, 2000 "StatisticalProcess Control", PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. . 2001 "Total Quality ---M-a-nag-e-m-e-nt", PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,. 2000."Manafemen Productivitas Total Strategi

rawan rusak dalam jumlah tertentu sehingga kerusakan pada mesin dapat diatasi secara cepat dan efektif. Selain itu, guna mencegah terjadinya cacat yang lebih banyak, PT. Alcan Packaging Flexipack dapat memperbaharui metode pemeriksaan (inspeksi) kemasan fleksibel. Metode yang digunakan sebaiknya memudahkan operator dalam mendeteksi cacat yang terjadi di bagian dalam roll secara efektif. P~mg~wn Pro~~wiws B~n~ Global", PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Nakajima, Seiichi. 1988 "Introduction To Total Productive Maintenance", Productivity Press, Cambridge, Massachusetts.. , 1989. "Total Productive ---M-a-in-t-ena-nce Development Program", Productivity Press, Cambridge, Massachusetts. Subagyo, Pangestu. 1986 "Forecasting Konsep dan Apli~si", BPFEYogyakarta, Yogyakarta,. Imai, Massaki. 1998. "Gemba Kaizen : Pende~tan A~l Sehat, Berbiaya Rendah pada Manafemen", Yayasan Toyota-Astra, Jakarta,

72
http://www.univpancasila.ac.id 8/13

S-ar putea să vă placă și