Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi adalah suatu alat, obat atau cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur dengan sel jantan (sperma) di dalam kandungan atau rahim (BKKBN, 2003). Menurut Wiknjosastro (2007) kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 2.1.1.1. Dapat dipercaya 2.1.1.2. Tidak menimbulkan efek yang dapat mengganggu kesehatan 2.1.1.3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan 2.1.1.4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
2.1.1.5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
2.1.1.6. Mudah pelaksanaannya 2.1.1.7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat 2.1.1.8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
2.1.2. Jenis-Jenis Kontrasepsi Menurut Wijono (1999) kontrasepsi hormonal dibagi menjadi: 2.1.2.1. Pil Pil yang berisi hormon sintetik yang digunakan wanita secara periodik sebagai alat kontrasepsi.
a.
Jenis:
1) Berisi gabungan hormon sintetik estrogen dan progesteron (disebut
1) Menekan ovulasi yang akan mencegah pematangan sel telur (ovum) dari pelepasan indung telur. 2) Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel mani/sperma tidak mudah masuk ke dalam rahim. 3) Menjadikan endometrium tidak siap menerima implantasi.
c.
Efek Samping/Komplikasi:
1) Gangguan siklus haid/menstruasi a) Gejala/Keluhan: Tidak mengalami haid(amenore), perdarahan
berupa tetesan/bercak-bercak (spotting), perdarahan di luar siklus haid (metroragia/breakthrough bleeding) dan perdarahan yang
lebih banyak dan atau yang lebih banyak dari biasanya (menoragia).
b) Penyebab: Karena adanya ketidakseimbangan hormon terutama
pemakaian estrogen dosis rendah (30mcg), sehingga endometrium mengalami perubahan histologi berupa degenerasi atau atropi. Keadaan amenore disebabkan adanya atropi endometrium. 2) Tekanan darah tinggi
a) Gejala/Keluhan: Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. b) Penyebab: Karena efek estrogen terhadap pembuluh darah
sehingga terjadi hipertropi arteriole dan vasokontriksi, estrogen mempengaruhi sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. 3) Berat badan naik
a) Gejala: Berat badan bertambah secara cepat dalam beberapa bulan
udema,
sedangkan
progestagen
mempermudah
perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian pil kombinasi dapat menyebabkan berat badan bertambah. 4) Jerawat
a) Gejala: Timbul jerawat yang berlebihan pada wajah.
10
dapat menyebabkan peningkatan kadar lemak. 5) Kloasma/bercak-bercak coklat kehitaman pada wajah
a) Gejala/Keluhan: Hiperpigmentasi berwarna coklat, bentuk tidak
terjadinya kloasma tergantung dosis dan lamanya pemakaian estrogen dan progesteron. 6) Tromboemboli
a) Gejala/Keluhan:
Gejala
yang
timbul
akibat
tersumbatnya
pembuluh darah oleh darah yang membeku (trombus). Dapat terjadi trombosis vena atau emboli paru, trombosis arteri otak atau trombosis arteri jantung. Tromboemboli jarang terjadi. Angka kejadian tromboemboli 4-9 kali lebih tinggi daripada yang bukan pemakai pil.
b) Penyebab: Karena efek estrogen, sehingga terjadi peningkatan
aktivitas faktor-faktor pembekuan, atau mungkin karena pengaruh vaskuler secara langsung. Keadaan varises merupakan faktor predisposisi terjadinya tromboemboli. 7) Produksi ASI berkurang
a) Gejala/Keluhan: Air Susu Ibu (ASI) berkurang bahkan kadang-
11
prolaktin yang sangat berguna untuk merangsang produksi ASI. Dengan demikian kadar prolaktin menjadi rendah dan
empedu menjadi lambat, dan bila berlangsung lama saluran empedu tersumbat, sehingga penyimpanannya dalam kantong empedu terganggu, akibatnya bilirubin darah meningkat dan menimbulkan warna kuning. 9) Varises
a) Gejala/Keluhan: Terjadi pelebaran pembuluh darah vena dan
menonjol di permukaan kulit (biasanya pada betis), kadangkadang disertai rasa panas pada tungkai.
b) Penyebab: Mungkin karena efek estrogen terhadap pembuluh
darah secara langsung, sehingga terjadi perubahan dinding pembuluh darah (tunika intima). 10) Perubahan Libido (dorongan seksual)
a) Gejala/Keluhan: Terjadinya peningkatan libido atau penurunan
libido.
12
dari ketakutan akan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Penurunan libido terjadi karena efek samping terutama yang berisi 19-norsteroid. Namun demikian faktor psikis juga dapat berpengaruh dalam hal ini. Sebenarnya tidak mudah untuk mendiagnosa apakah libido meningkat atau menurun karena bersifat subyektif. 11) Depresi
a) Gejala/Keluhan:
Perasaan
lesu,
tidak
bersemangat
dalam
kerja/kehidupan.
b) Penyebab: Diperkirakan dengan adanya hormon estrogen dan
progesteron yang berasal dari pil KB menyebabkan terjadinya retensi air dan garam sehingga ada bagian otak yang menggelembung dan menekan susunan saraf tertentu. Karena hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan tubuh kekurangan Vit. B6 (Pyridoxin) secara absolut. 12) Kandidiasis vaginal
a) Gejala/Keluhan: Cairan berwarna putih kekuningan di dalam
vagina atau mulut vagina (vaginal discharge), biasanya gatal tapi tidak berbau.
b) Penyebab: Oleh karena efek progesteron yang mengubah flora
dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.
13
seluruh bagian kepala dan terasa berdenyut, dapat disertai rasa mual dan muntah.
b) Penyebab: Kemungkinan karena efek estrogen terhadap pembuluh
darah otak yang menyebabkan penyempitan dan hipertropi arteriole. 14) Mual dan muntah
a) Gejala/Keluhan: Rasa mual sampai muntah seperti hamil muda.
dibandingkan pada keadaan sebelum minum pil (estrogen mempengaruhi produksi asam lambuing) 15) Rasa penuh, tegang dan nyeri pada payudara
a) Gejala/Keluhan: Perasaan penuh dan tegang kadang-kadang
diproduksi oleh kelanjar payudara (prolaktin). Karena adanya gangguan produksi hormon inilah muncul gejala tersebut di atas. 2.1.2.2. Suntikan Alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormon progesteron disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik.
14
a.
Jenis:
1) Golongan progestin. Misalnya: Depo Provera 150mg (disuntikkan
1) Mencegah pematangan dan lepasnya sel telur dari indung telur wanita. 2) Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel mani) tidak dapat masuk ke dalam mulut rahim. 3) Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan.
c.
Efek Samping/Komplikasi: 1) Gangguan siklus haid/menstruasi 2) Depresi 3) Keputihan(leukorea) 4) Jerawat 5) Rambut rontok
a) Gejala/Keluhan: Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau
Progesteron
terutama
19-norprogestine
dapat
mempengaruhi folikel rambut, sehingga timbul kerontokan rambut. 6) Perubahan berat badan (BB) 7) Pusing/sakit kepala/migrain
15
8) Mual dan muntah 9) Perubahan libido/dorongan seksual 2.1.2.3. Implan/Susuk/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) Alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang ditanamkan di bawah kulit.
a.
Jenis:
1) Terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya berisi
1) Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur (ovum) dari indung telur. 2) Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel mani/sperma tidak mudah masuk ke dalam mulut rahim. 3) Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk nidasi.
c.
Efek Samping/Komplikasi:
1) Gangguan siklus haid/menstruasi 2) Ekspulsi implan 3) Perubahan berat badan 4) Jerawat 5) Rasa nyeri/perih/pedih payudara (mastalgia)
16
6) Gangguan fungsi hati 7) Perubahan libido/dorongan seksual 8) Pusing/sakit kepala/migrain 9) Nyeri perut bagian bawah
a) Gejala: Rasa nyeri perut bagian bawah/nyeri panggul yang
menusuk.
b) Penyebab:
Kemungkinan
karena
ketidakseimbangan
kadar
hormon estrogen-progesteron di dalam darah dibandingkan pada keadaan sebelum pemasangan implan. 10) Kloasma (bercak-bercak coklat kehitaman pada wajah) 11) Tromboflebitis atau tromboemboli 12) Infeksi pada luka insisi 13) Perubahan perasaan/depresi 14) Gangguan pertumbuhan rambut 2.1.3. Wanita Usia Subur Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur, ini berlangsung lebih cepat daripada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40, wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Anonim, 2009).
17
Tanda-tanda wanita subur menurut Anonim (2009) dapat dilihat dari 5 hal berikut ini, antara lain : 2.1.3.1. Sikus haid Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28 hingga 30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti suhu basal tubuh, perubahan seksresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara. 2.1.3.2. Alat pencatat kesuburan Kemajuan teknoligi seperti ovulation thermometer juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang wanita. Termometer ini akan mencatat perubahan suhu badan saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih keluar, biasanya termometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,2 derajat celsius selama 10 hari. Namun, jika wanita tersebut tidak mengalami perubahan suhu badan pada masa subur, berarti wanita tersebut tidak subur.
18
2.1.3.3. Tes darah Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya haid tiga bulan sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak subur. Jika dalam kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab dari tidak lancarnya siklus haid. Tes darah dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon yang berperan pada kesuburan seorang wanita. 2.1.3.4. Pemeriksaan fisik Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat diketahui dari organ tubuh seorang wanita. Beberapa organ tubuh, seperti buah dada, kelenjar tiroid pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin berlebihan mengganggu proses pelepasan sel telur. Sedangkan pemeriksaan buah dada ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin yang tinggi akan mengganggu proses pengeluaran sel telur. Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau tidak. 2.1.3.5. Track record Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun tidak, peluang terjangkit kuman pada saluran reproduksi akan tinggi. Kuman ini akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran reproduksi.
2.1.4. Kondisi Seksual Normal pada Wanita
Menurut Familia (2010) secara normal, siklus seksual wanita ditandai oleh perubahan fisiologis dan psikologis yang terdiri dari empat tahap, yaitu fase exitement, fase plateu, fase orgasm, dan fase resolution.
19
2.1.4.1. Fase exitement Fase ini merupakan tahap pertama (awal) dan terindikasi oleh adanya perubahan emosional dan peningkatan frekuensi detak jantung, frekuensi pernapasan, dan pembengkakan pada vagina disertai lubrikasi akibat peningkatan aliran darah. 2.1.4.2. Fase plateu Fase ini merupakan suatu tahap yang akan terjadi jika stimulasi secara konsisten dilanjutkan. Fase ini merupakan tahap kedua yang ditandai dengan terjadinya pembengkakan vagina dan peningkatan frekuensi detak jantung. Selain itu, juga terjadi tarikan otot yang terus meningkat. Indikasi lainnya seperti
payudara membesar, puting payudara mengeras, dan rahim siap menerima penetrasi. 2.1.4.3. Fase orgasm Fase orgasm merupakan tahap ketiga yang melibatkan sinkronisasi vagina, anus, dan kontraksi otot perut. Kontrol otot involunter menghilang sehingga menghasilkan peningkatkan perasaan kesenangan. 2.1.4.4. Fase resolution Fase ini adalah tahap terakhir, ketika aliran darah mengalir menjauhi vagina, payudara dan puting payudara kembali mengecil. Frekuensi detak jantung dan frekuensi pernapasan serta volume tekanan darah kembali menurun. Terdapat variasi pada wanita saat menjalani tahap demi tahap fase tersebut. Dengan demikian, antara wanita yang satu dengan yang lain mungkin memiliki pengalaman yang berbeda. Sebagai contohnya, mungkin beberapa wanita
20
mungkin lebih cepat mencapai fase orgasme dibandingakan wanita normal lainnya. Ada juga wanita yang memiliki variasi orgasme yang berulang sebelum mencapai fase resolusi. Menurut Familia (2010) beberapa alasan wanita menerima stimulus seksual adalah :
a.
Keinginan untuk mengekspresikan cinta. Meskipun cinta tidak melulu diekspresikan dengan hubungan seksual, bagaimana pun hubungan seksual menjadi salah satu jalan menunjukkan cinta kepada pasangan. Tentu saja ini hanya berlaku bagi mereka yang sudah menikah dan tidak dibenarkan bagi mereka yang belum memiliki ikatan pernikahan.
hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang jika dilakukan dengan cara yang baik dan penuh perasaan akan memberikan kesenangan fisik.
c.
Agar merasa lebih dekat secara emosional, membahagiakan pasangan dan untuk meningkatkan keberadaannya.
Disfungsi seksual adalah ketidakmampuan seseorang untuk memiliki sebagian atau keseluruhan tahap dari siklus respon seksual. Tahap-tahap tersebut antara lain fase desire, fase arousal, fase orgasm, dan fase resolution (Vorvick, 2008). Disfungsi seksual bisa disebabkan oleh faktor fisiologis, faktor psikologis ataupun faktor gabungan antara keduanya.
21
Menurut Vorvick (2008) disfungsi seksual terbagi menjadi 4 kategori, antara lain : 2.1.5.1. Sexual desire disorders yaitu gangguan keinginan sexual yang disebabkan oleh penurunan nafsu seksual (libodo). Rendahnya jumlah estrogen pada wanita dan testosterone pada pria dapat menyebabkan menurunnya libido. Faktor alami dari menurunnya libido antara lain : penuaan, kehamilan dan kelelahan. 2.1.5.2. Sexual arousal disorders yaitu gangguan gairah seksual adalah kategori kedua tetapi lebih merusak reputasi seseorang dikenal dengan istilah frigiditas pada wanita dan impotensi pada pria atau lebih dikenal sebagai disfungsi ereksi. Kategori ini menunjukkan tidak suka atau penghindaran kontak seksual. Kondisi ini disebabkan oleh masalah medis seperti aliran darah berkurang atau berkurangnya lubrikasi vagina. 2.1.5.3. Orgasm disorders yaitu gangguan pada orgasme. Dapat terjadi pada pria maupun wanita. Adanya penundaan yang konstan atau kurangnya orgasme setelah periode stimulasi seksual yang normal. 2.1.5.4. Sexual pain disorders yaitu gangguan berupa nyeri saat berhubungan seksual. Lebih sering terjadi pada kebanyakan wanita. Dalam dunia medis lebih dikenal dengan dispareunia (nyeri saat bersetubuh), dan vaginismus (kejang pada otot dinding vagina yang menghalangi hubungan seksual normal). Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan atau jumlah yang tidak memadai dari pelumas vagina, yang disebut juga kekeringan pada vagina. Penurunan pelumas vagina dapat disebabkan
22
oleh rangsangan yang tidak memuaskan dan dapat juga disebabkan oleh perubahan hormon seperti menopause, kehamilan dan menyusui. Menurut Vorvick (2008) penyebab disfungsi seksual pada wanita disebabkan oleh :
a. Faktor Psikologis 1) Konflik intrapersonal meliputi keyakinan yang bersifat tabu, merasa
terasing, konflik identitas seksual, rasa bersalah (misalnya pada janda dengan pasangan baru).
2) Faktor sejarah meliputi pengalaman dilecehkan (seksual, verbal, fisik),
baru saja mengalami pelecehan secara fisik, verbal atau seksual, libido seksual, perbedaan keinginan dengan pasangan, kurangnya
komunikasi seksual.
4) Faktor Depresi dalam hidup/stress meliputi kondisi keuangan,
keluarga atau masalah pekerjaan, penyakit atau kematian anggota keluarga, depresi.
b. Faktor Fisiologis 1) Faktor fisiologis meliputi menjelang masa menopause, terjadi
23
pembengkakan payudara dan ereksi puting payudara sebagai respon terhadap stimulasi seksual.
4) Vagina yang memendek dan yang kehilangan elastisitasnya. Sekresi
fisiologis (lubrikasi) berkurang. Peningkatan pH vagina dari 3,5 menjadi 4,5 hingga > 5, penipisan lapisan luar (epitel) dinding vagina. 2.2. Kerangka Teori Kontrasepsi Hormonal
Suntikan
Implant
Pil
Normal :
-
Disfungsi :
-
Sexual desire disorders Sexual arousal disorders Orgasm disorders Sexual pain disorders
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dengan Fungsi Seksual Wanita Wijono (1999), Vorvick (2008), Familia (2010)
24
2.3. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dengan fungsi seksual wanita usia subur.