Sunteți pe pagina 1din 5

Suara Serak (hoarseness) Kelainan yang berasal dari fase oral dan fase paru tidak dianggap sebagai

hoarseness. True hoarseness atau suara serak yang sebenarnya, berasal dari abnormalitas pada laring dan umumnya menghasilkan suara yang kasar (raspy voice).1 Di bawah ini terdapat berbagai istilah untuk mengkarakteristikan hoarseness atau perubahan kualitas suara1: 1. Disfonia: digunakan untuk menggambaran perubahan umum kualitas suara 2. Diplofonia: Menggambarkan suara yang dibentuk oleh vibrasi pita suara menghasilkan 2 frekuensi yang berbeda 3. Afonia: Terjadi jika tidak ada suara di hasilkan oleh pita suara. Ini sering terjadi sekunder terhadap tidak adanya aliran udara melalui pita suara, atau defisiensi dalam aproksimasi pita suara. 4. Stridor: Mengindikasikan bising yang dihasilkan dari saluran penapasan atas selama inspirasi dan/atau ekspirasi karena adanya obstruksi. Stridor menandai keadaan emergensi, dan tidak dipertimbangkan sebagai hoarseness. Artinya mungkin saja muncul bersamaan dengan hoarseness jika obstruksi terjadi di level pita suara. Suara serak dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: onset akut dan onset kronis. Onset akut lebih sering terjadi dan biasanya karena peradangan lokal pada laring. Onset kronis (Laringitis kronis), dapat disebabkan refluks faringeal, polip jinak, nodul pita suara, papilomatosis laring, tumor, defisit neurologis, ataupun peradangan kronis sekunder karena asap rokok atau voice abuse.1 Penyebab suara parau dapat bermacam-macam yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab suara serak dapat dibagi atas:1 1. Anatomi tidak normal 2. Fisiologi tidak normal, dibagi 2 yaitu: 2.1 Korda vokalis tidak dapat bergerak ke medial (paralise, fiksasi aritenoid)

2.2 Korda vokalis tidakdapat merapat ke median (korda vokalis konkaf, adanya halangan untuk merapat) Penyebab suara serak tersering, yaitu:1 1. Laringitis akut viral 2. Nodul pita suara, polip, kista, papiloma 3. Paralisis pita suara 4. Hipotiroidisme 5. Rhinosinusitis 6. Kanker laring 7. Refluks laringofaringeal 8. Tindakan Intubasi 9. Alergi Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi suara dan menyebabkan suara serak yaitu Hipotirodisme, Multiple sklerosis, Rematoid arthritis, Penyakit Parkinson, Lupus sistemik, Wagener's granulomatosis, Miasenia Gravis, Sarkoidosis, dan Amiloidosis.1 Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya disertai gejala lain seperti demam, malaise, nyeri menelan atau nyeri bicara, batuk, disamping suara parau. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di epigastrium, sela iga dan sekitar klavikula. Radang kronik tidak spesifik, dapat disebabkan oleh sinusitis kronik atau bronkitis kronik atau karena penggunaan suara sperti berteriak-teriak atau biasa bicara keras. Radang kronik spesifik misalnya tuberkulosa dan lues. Gejala selain suara parau, terdapat juga gejala penyakit penyebab lain atau penyakit yang menyertainya.1 Tumor laring dapat jinak atau ganas. Gejala tergantung dari lokasi tumor, misalnya tumor pita suara segera timbul suara parau dan bila tumor tumbuh menjadi besar menimbulkan sumbatan jalan nafas.2 Paralisis otot laring dapat disebabkan oleh gangguan persarafan baik sentral maupun perifer dan biasanya paralisis motorik bersama dengan paralisis sensorik. Kejadiannya dapat unilateral atau bilateral.3 Paralisis pita suara merupakan kelainan otot intrinsik laring yang sering ditemukan dalam klinik. Tingkat pembukaan rima glottis dibedakan dalam

5 posisi pita suara yaitu median, para median, intermedian, abduksi ringan, dan abduksi penuh. Menurut jenis otot yang terkena dikenal paralisis aduktor atau paralisis abduktor atau paralisis tensor. Sedangkan penggolongan menurut jumlah otot yang terkena dibagi atas paralisis sempurna atau tidak sempurna.2 Secara klinik paralisis otot laring dikenal unilateral midline paralisis, unilateral incomplete paralysis, bilateral midline paralisis, bilateral incomplete paralisis, adductor paralisis, thyroarythenoid muscle paralysis, dan cricothyroid muscle paralysis.2

Diagnosis Suara Serak Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam pendekatan kedua pita suarakiri dan kanan akan menimbulkan suara parau. Walaupun suara parau hanya merupakan gejala tetapi bila prosesnya berlangsung lama (kronik) keadaan ini dapat merupakan tanda awal dari penyakit yang serius di daerah tenggorok, khususnya laring.2 Penentuan diagnosis dimulai dari anamnesa yang lengkap. Anamnesa meliputi keluhan saat ini, riwayat keluhan sebelumnya yang berkaitan dengan keluhan yang dialami sekarang. Pada disfonia dapat ditanyakan riwayat penggunaan suara berlebih, riwayat trauma, dan riwayat penyakit sistemik.2 Pemeriksaan klinik meliputi pemeriksaan umum (status generalis), pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laring tak laingsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun pemeriksaan laring langsung dengan laringoskop (atau dengan mikroskop).2 Pemeriksaan penunjang yang diperlukan meliputi pemeriksaan

laboratorium klinik, radiologik, mikrobiologik dan patologi anatomi. Pemeriksaan darah, pemeriksaan leukositosis pada infeksi akut, BTA pada biakan laryngitis tuberculosis, histopatologi untuk kasus tumor, dan CT scan pada karsinoma laring.2

Penatalaksanaan suara serak Penatalaksanaan suara serak dilakukan setelah penyakit terdiagnosis. Sehingga penatalaksaan dapat dilakukan secara tepat sesuai diagnosis. Penatalaksanaan suara serak, yaitu:2 1. Secara khusus yaitu eradikasi infeksi dan inflamasi. Pemberian obat antibiotika, antiinflamasi, anti TB pada laring TB dan antasida pada penyakit reflux gastro-esofagitis (GERD). 2. Koreksi bedah (phonosurgery), Mikrolaringoskopi pada tumor jinak laring (vocal nodul, thyroplasty, arytenoids adduction), Laringektomi pada karsinoma laring 3. Rehabilitasi : Terapi suara / wicara (oleh unit rehabilitasi medic). Tujuan ; o Memperbaiki kualitas suara (para paresis pita suara) o Dapat berkomunikasi secara verbal (pada pasien pasca laringektomi)

Daftar Pustaka

1. Megantara, Imam. Suara serak [online] Agustus 2008. Diunduh dari: http://imammegantara.blogspot.com. Diakses tanggal : September 2012. 2. Hermani B, Kartosoediro S. Suara Parau dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI, 1997.

S-ar putea să vă placă și