Sunteți pe pagina 1din 19

Nyeri di Panggul Karena Jatuh

Kelompok Ketua Sekretaris Anggota

: B 03 : Mohd.Riyan Adi Hermawan : Tania Azhari : Muthia Despi Utami Putri Wulandari Retma Rosela Nurkayanty Siti Syarifah Diasfari Trias Pamungkas Ujang Kadir Yolanda Syafitiri 1102010171 1102011275 1102011182 1102011214 1102011228 1102011261 1102011286 1102011287 1102011296

UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Skenario

Seorang perempuan berumur 67 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit karena nyeri pada daerah pinggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi sehari yang lalu. Pinggul kanan pasien terbentur lantai kamar mandi.Pasien tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada pinggul kanannya tersebut.Tidak didapatkanpingsan, mual, maupun muntah.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekwensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada sendi koksae kanan, posisi tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi, dan eksorotasi. Krepitasi tulang dan nyeri tekan ditemukan, begitu juga pemendekan ektremitas. Gerakan terbatas karena nyeri.Pada pemeriksaan radiologis juga didapatkan fraktur kolum femur tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

SASARAN BELAJAR LI 1 Memahami dan Menjelaskan Femur dan Coxae LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis Femur dan Coxae LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis Femur dan Coxae LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Fraktur LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur

LI 3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femoris LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femoris LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femoris LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan fisik dan penunjang Fraktur Collum Femoris LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Collum Femoris LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Collum Femoris LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Fraktur Collum Femoris

LI 1 Memahami dan Menjelaskan Femur dan Coxae LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis Femur dan Coxae
Articulatio coxae berada pada os.coxae dan os.femur.

Articulatio coxae termasuk articulatio inferioris liberi. Tulang Jenis sendi Penguat sendi : antara caput humeri dan acetabulum : Spheroidea : Terdapat tulang rawan pada facies lunata Terdapat kelenjar havers pada acetabuli Ligamentum iliofemorale : untuk mempertahankan art.coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur dan mencegah batang badan berputar kebelakang pada saat berdiri, mengurangi kebutuhan kontraksi otot saat posisi tegak Ligamentum ishciofemoralis : mencegah rotasi interna Ligamentum pubofemorale : mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa. Ligamnetum transversum acetabuli dan ligamnetum capitisfemoris Capsula articularis dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.

Termasuk sendi Sinovial Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Pada sendi ini, tulang-tulang ditahan menjadi satu simpai sendi. Simpai sendi menyatukan tulang o o lapisan luar simpai jaringan ikat padat kolagen yang menyatu dengan periosteum lapisan dalam simpai membran sinovial (membatasi rongga sendi)

Membran sinovial membran vaskular tipis mengandung kapiler-kepiler lebar. 1. Membran sinovial yang menjulur kedalam rongga sendi lipatan kasar (vili siinovia) 2. Menonojol/evaginasi keluar menembus simpai luar bursa Permukaan tulang yang berhadapan dilapisi tulang rawan, dipisahkan oleh celah sempit cairan sinovial (dihasilkan membran sinovial) o o Terbentuk sebagai dialisat plasma darah dan limf. Unsur cairan sinovial terdiri dari : asam hialuronat yang terikat dengan protein Berfungsi untuk pelumas dan nutritif sel tulang rawan sendi

Sendi Keseluruhan daerah sendi dikelilingi kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk meminyaki sendi.

Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.

Vaskularisasi :

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis Femur dan Coxae 1. Tulang Spongiosa a. Terdapat pada epiphysis tulang panjang b. Terdiri dari trabecula dan spicula yang saling berhubungan dan bercabang kesegala arah c. Ruang diantara trabecula berisi sumsum tulang merah d. Matrix berlamel, pada trabecula yang tebal dapat terlihat osteon

2. Compact Bone Massa padat, terbentuk dari matrix tulang yang tersusun secara berlapis (lamellae)

Dekalsifikasi

Persediaan Gosok

3. Osifikasi a. Osfikasi Desmal 1. Terjadi pada pembentukan tulang tipis: tulang tengkorak, clavicula dan sebagian mandibular 2. Dimulai dengan differensiasi sel mesenchym menjadi osteoblast, sekresi matrix, terbentuk balok tulang 3. Ossifikasi intra membranosa 4. Tulang terbentuk dari differensiasi jaringan mesenchyme Terjadi pada tulang pipih

b. Osifikasi Endochondral 1. Awal terjadi pada daerah diaphysis dari model rangka tulang rawan (pusat ossifikasi primer) 2. Pada waktu umur kehamilan 12 minggu, terjadi perubahan pada tulang rawan didaerah diaphysis, berupa: hypertrophy chondrocyte kalsifikasi matrix disintegrasi chondrocyte degenerasi tulang rawan
8

3. Zona pertumbuhan ossifikasi endochondral a. Zona Istirahat Berupa tulang rawan hialin, Tidak terlihat proliferasi sel tulang rawan atau pembentukan matrix.

b. Zona Proliferasi Terlihat pada daerah metaphysis, Tampak mitosis chondrocyte, Chondrocyte tersusun berderet-deret.

c. Zona Maturasi dan Hypertrophy Chondrocyte Chondrocyte sangat membesar, sehingga matrix hanya terlihat sebagai garis diantara chondrocyte.

d. Zona Kalsifikasi Matrix menjadi basophil karena kalsifikasi, Mulai tampak degenerasi chondrocyte.

e. Zona Reabsorbsi Tulang rawan dan Deposisi Tulang Pada daerah yang dekat ke diaphysis, Tampak daerah tulang rawan yang hancur diisi oleh sel periosteum dan jaringan bervascular.

LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi Fleksi dilakukan oleh m. Iliopsoas, m. Rectus femoris, m.sartorius, mdan juga mm. Adductores. Ekstensi dilakukan oleh m. Gluteus maximus dan otot otot hamstring

Abduksi dilakukan oleh m. Gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m. Sartorius, m.tensor fascia latae dan m. Piriformis Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan musculus adductor brevis serta serabut serabut adductor dari m adductor magnus. Otot otot ini dibantu oleh musculus pectineus dan m.gracilis. Rotasi lateral Rotasi medial Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan gerakan diatas.

Articulatio membri inferior terdiri dari : 1. Articulatio Cinguli Pelvici (gelang panggul) 1.1 Articulatio Sacroiliaca Tulang antara fasciesauricularis sacri dan fasciesauricularis ilei. Jenis sendinya adalahamphiarthrosis. Penguat sendi terdiri dariligamentum sacroiliacaanterior, interoaaea, sacroiliacaposterior, ligamentumsacrotubular, dan ligamentumsacrospinale.

1.2 Symphysis Pubica Tulang antara tulang pubiskedua sisi. Jenis sendi adalahsynchondrosis. Penguat sendi terdiri dariligamentum pubicum superius,ligamentum arcuatum pubis dandiscus interpubica

2. Articulatio Inferioris Liberi Articulatio coxae Antara caput femoris dan acetabulum.Jenis desendinya adalah spheroidea (ball and socket). Sendi di perkuat oleh tulang rawanyang terdapat pada fascies lunata.Articulatio ini di perkuat juga oleh tulang rawan. Ligamen yang memperkuatnya adalah iliofemorale yang berfungsi menghambat rotasi femur, mencegah badan berputar kebelakang pada
10

saat berdiri, dan mempertahankan ekstensi, ischio femorale mencegah endorotasi/ eksorotasi interna,pubofemurale mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi eksterna,transersum acetabuloi dan capitis femoris.

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Fraktur LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges,2 0 0 0 ) . LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Cedera Traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya. b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat. 2. Fraktur Patalogik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut : Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : a. pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. 3. Secara Spontan a. Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
11

1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). 2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari : a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang). 3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah : a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan). c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya). 4. Berdasarkan posisi fragmen : a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur 5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar : a. Tertutup b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi 6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma : a. Garis patah melintang. b. Oblik / miring. c. Spiral / melingkari tulang. d. Kompresi e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela. 7. Berdasarkan kedudukan tulangnya : a. Tidak adanya dislokasi. b. Adanya dislokasi 1. At axim : membentuk sudut. 2. At lotus : fragmen tulang berjauhan. 3. At longitudinal : berjauhan memanjang. 4. At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat. 3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
12

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera. LI 3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femoris LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femoris Fraktur kolum femur adalah fraktur intrakapsuler yg terjadi di femur proximal pd daerah yg berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di proximal daerah intertrochanter. LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femoris 1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur c. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur 2. Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendipinggul a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor b. Fraktur intertrokanter c. Fraktur subtrokanter

LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan fisik dan penunjang Fraktur Collum Femoris 1. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitasyaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasienakan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan. a. Inspeksi (look) b. Palpasi (feel) c. Gerakan (moving) A. Inspeksi / look

13

Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat. B. Palpasi / feel Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama. Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), sensibilitas. Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur. C. Gerakan / moving Gerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of function)

2. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigaifraktur, harus mengikuti aturan role of two b. Pemeriksaan laboratorium c. Bone Scanning d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)5. Pemeriksaan arteriografi e. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur f. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak

frakur

dan

14

g. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel), Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma. h. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

15

LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Collum Femoris Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya. Fraktur collum femur di diagnosis banding dengan kelainan berikut : a.Osteitis Pubis b.Slipped Capital Femoral Epiphysis c.Snapping Hip Syndrome Terdapat tiga situasi dimana fraktur leher femur dapat terlewatkan; Fraktur-tekanan pasien manula dengan nyeri pinggul yang tak diketahui mungkin mengalami fraktur-tekanan; pemeriksaan sinar X hasilnya normal tetapi scan tulang akan memperlihatkan lesi panas. Fraktur yang terimpaksi garis awal fraktur tak terlihat, tetapi bentuk kaput femoris dan leher berubah; selalu bandingkan kedua sisi. Fraktur yang tidak nyeri pasien yang berada di tempat tidur dapat mengalami fraktur diam. 3.5 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Collum Femoris

LO

Komplikasi segera Lokal - Kulit dan otot : berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan), kontusio, avulsi - Vaskular : terputus, kontusio, pendarahan - Organ dalam : jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta), buli-buli (pada fraktur pelvis) - Neurologis : otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer Umum - Trauma multiple, syok Komplikasi dini Lokal - Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis, infeksi sendi, osteomielitits Umum - ARDS, emboli paru, tetanus Komplikasi lama Lokal - Tulang : malunion, nonunion, delyed union, osteomielitis, gangguan pertumbuhan, patah tulang rekuren - Sendi : ankilosis, penyakit degeneratif sendi pascatrauma - Miositis osifikan - Distrofi refleks
16

- Kerusakan saraf Umum - Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur dan hiperkalsemia) - Neurosis pascatrauma 1. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapatdikoreksi dengan transfusi darah yang memadai 2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai. 3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur,trauma kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak diantara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone graftingdan fiksasi interna. 4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpaaksi antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distaluntuk aduktor. 5. Trauma arteri dan saraf, namu ini jarang terjadi (Djuantoro, 1997). LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris Empat prinsip penanganan fraktur menurut Chaeruddin Rasjad tahun 1988,adalah: 1. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan. 2. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus, angulasi <5> 3. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi, dan fiksasi interna meliputi inplan logam seperti screw. 4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Tipe Cedera dan Kelompok Pasien 1. Fraktur nondisplaced kolum femur 2. Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia muda dengan tulang normal 3. Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia tua dengan densitas tulang baik dan butuh

Terapi Internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew Emergent, Open reduksi dan internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew, simultan dengan kapsulotomi Urgent, Open reduksi dan internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew, simultan dengan kapsulotomi
17

pengembalian fungsi 4. Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia tua dengan densitas tulang yang buruk 5. Fraktur displaced kolum femur pada pasien yang tidak bisa bergerak

Hemiartroplasti unipolar vs hemiartroplasti bipolar Terapi nonoperatif dengan mempertimbangkan dilakukan hemiartroplasti unipolar jika belum mendapatkan kenyamanan setelah beberapa hari perawatan rutin

6. Fraktur intertrokanter stabil dan tak Reduksi terbuka atau tertutup dan fiksasi stabil dengan sliding hip screw 7. Fraktur intertrokanter oblik Intramedular hip screw atau reduksi terbuka dan fiksasi dengan membentuk sudut 95 derajat, 1. Tatalaksana pertama Fraktur tertutup - Perhatikan keadaan umum pasien,kalau syok berikan RL atau NaCl0,9%- Untuk mengurangi rasa nyeripasang spalk pada daerah yangfaraktur kemudian diinggikanPemasangan spalk harus melewati2 buah sendi- Kalau nyeri sekali berikan obatanalgetik - Buat rontgen foto minimal 2 posisi- Konsulkan 2. Tatalaksana pertama Frakturterbuka - Pasang IVFD RL/NaCl- Pasang spalk dan tinggikan- Beikan obat analgetik akalunyeri sekali- Pada frakturnya perhatikanperdarahan dan gangguanneurovaskularisasi bagiandistal/acral/ujung- Berikan ATS profilak : ATS1500 unit untuk dewasa, anatseparuhnya . TAT 0,5 cc- Berikan Antibiotik dosis tinggi- Buat Rontgen foto pada daerahyang fraktur- Konsulkan

LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Fraktur Collum Femoris 1. Fase Peradangan :Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau sekitar fragmenfraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya protein inimerangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan darahdan jaringan nekrotik 2. Fase Proliferasi :Akibat jendalan darah 1 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada ujung ujungfragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman untuk perlekatan sel sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan terbentuk jaringangranulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat sehingga terjadifibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah permanen callus yangtergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur. 3. Fase Remodelling Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan sisanyadireabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula

18

Daftar Pustaka Brashers L V. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta : EGC. Corwin E J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC. http://www.scribd.com/doc/23128712/Asuhan-Keperawatan-Klien-dengan-Fraktur http://www.scribd.com/doc/48739095/45487177-Fraktur-Femur Eroschenko, V P. 2010. Atlas Histologi diFiore : dengan Korelasi Fungsional. Jakarta : EGC http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=115:insidensi-frakturtertutup&catid=39:refrat-ortopedi&Itemid=79 http://bedah-mataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=93:frakturleher-atau-kolum-femur&catid=39:refrat-ortopedi&Itemid=79 Syamsir,MS. 2011. Kinesiologi Gerak tubuh manusia. Jakarta : FK Universitas Yarsi. Mardhiya, Wan Rita. Fraktur femur. 2009

19

S-ar putea să vă placă și