Sunteți pe pagina 1din 18

SIROSIS HATI Diusulkan oleh: SGD 1 Ketua Kelompok: I Gusti Bagus Jelantik Dharma Putra (1002105050/2010) Sekretaris: I Gusti

Agung Novi Lindaswari (1002105038/2010) Anggota Kelompok: Komang Tri Budi Utami (1002105001/2010) I Gede Ardi Wiranata (1002105008/2010) I Gusti Ayu Anik Sutari (1002105028/2010) Kadek Dian Praptini (1002105029/2010) Lia Dwi Jayanti (1002105036/2010) Kadek Dwi Pradnya Iswari (1002105040/2010) Kadek Ratih Mentari (1002105041/2010) Putu Inge Ruth Suantika (1002105072/2010) Ayu Indah Carolina (1002105073/2010) UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Learning Task Tn. H 45 th datang ke UGD RS sanglah dengan keluhan muntah darah dan BAB

darah, perut terasa sebah dan membesar (asites) BAK sperti air teh, klien adalah penderita sirosis hepatis, saat ini klien dirawat di bangsal, terpasang NGT dan diprogram irigasi lambung setiap delapan jam serta lavament pagi dan so...re, klien mengeluh pusing, mual dan badan terasa lemas, tanda vital : TD = 100/80 mmhg, N = 80 x/menit, s = 37,4 derajat C, RR = 20 x/menit, pemeriksaan lab yang abnormal adalah HB = 7,8 mg%, albumin = 2,4 mg%, SGOT = 98 mg%, SGPT = 110 mg%, seluruh perawatan diri klien dibantu keluarga dan perawat 1. Uraikan pengkajian keperawatan yang bisa dilakukan pada klien berdasarkan pola gordon, tambahkan data yang belum ada dalam pengkajian sesuai dengan patofisiologi penyakit diatas! 2. Uraikan pemeriksaan fisik dan penunjang yang diperlukan klien, tambahkan diagnosa lain sesuai dengan patofisiologi penyakit minimal 5 diagnosa! 3. Uraikan diagonsa keperawatan dan potensial komplikasi yang muncul pada klien, lengkap dengan tujuan dan kriteria hasil.

Pembahasan

1. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001). Pengkajian Pola Gordon : 1. Persepsi Kesehatan Dalam pola ini, yang di kaji adalah pengetahuan pasian terhadap penyakit yang diderita pasien, dan kebiasaan pasien berobat pada saat sakit. 2. Pola Nutrisi dan Metabolik Yang di kaji dalam pola ini meliput kebiasaan pasien dalam makan dan minum sehari-hari, seberapa sering pasien makan dan minum dalam sehari, serta porsi makan dan minum dari pasien pada saat sehat. Selain mengkaji kebiasaan makan dan minum di rumah, pola makan dan minum pada saat di rawat di rumah sakit juga perlu di kaji karena dengan cara mengkaji, perawat dapat mengetahui Berat Badan (BB) dari pasien karena berat badan menggambarkan nutrisi yang di peroleh pasien. Serta yang perlu perawat ketahui adalah apakah pasien mengalami anoreksia, mual, muntah, dll yang dapat merubah pola nutrisi dan metabolic dari pasien. 3. Pola Eliminasi Dalam pola eliminasi, pasien akan di kaji terkait dengan masalah BAB dan BAK. Pada kasus, disebutkan bahwa pasien sirosis hati berwarna seperti air the dan pasien mengalami asites (pembesaran abdomen). 4. Pola Aktivitas dan Latihan pada

Selama dirawat di rumah sakit, pasien dibantu dalam menjalankan segala aktivitasnya karena terpasang NGT dan diprogram irigasi lambung. Sehingga pasien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam perawatan dirinya. 5. Pola Tidur dan Istirahat Untuk mengkaji pasien dari pola ini, yang harus diperhatikan adalah apakah terdapat gangguan pada pola tidur dan istirahat dari pasien. Berapa jam pasien tidur, bagaimana gaya tidur dari pasien serta bagaimana perasaan pasien ketika bangun tidur juga perlu di kaji dalam pola ini. 6. Pola Kognitif dan Perseptual (sensoris) Yang dikaji dalam pola ini adalah bagaimana fungsi dari panca indera pada pasien. Bagaimana pasien berkomunikasi, apakah terdapat gangguan pada pendengaran pasien, dll. 7. Pola Persepsi dan Konsep Diri Dalam pola ini, pasien akan dikaji terkait dengan citra diri, gambaran diri, identitas diri, ideal diri, dan harga dirinya. 8. Peran dan Tanggung Jawab Yang dikaji kepada pasien adalah apa peran pasien dalam keluarganya sebelum dan setelah sakit. Ketika pasien sakit yang perlu perawat kaji adalah adakah orang lain yang menggantikan peran pasien dalam keluarga. 9. Pola Reproduksi dan Seksual Dari pola reproduksi dan seksual yang perlu perawat kaji mencakup jumlah anak yang di miliki pasien. Selain hal tersebut, apakah pasien sudah mengalami menoupause (bagi pasien wanita), ataupun impotensi (bagi pasien laki-laki), rontoknya rambut (dada, aksila, pubis), dll. 10.Pola Koping dan Toleransi Stress

Pasien dalam pola ini akan dikaji terkait dengan masalah yang pernah pasien alami, sehingga perawat dapat mengetahui bagaimana koping atau pertahanan dari pasien dalam menghadapi masalah yang dihadapi. 11.Pola Nilai dan Keyakinan Perawat disini akan mengkaji bagaimana pasien dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, mencakup seberapa teratur pasien sembahyang dan bagaimana keyakinan pasien terhadap agamanya sebelum dirawat dirumah sakit. Selain itu perawat juga akan mengkaji bagaimana ketaatan pasien dalam ibadah ketika dirawat dirumah sakit.

2. Pemeriksaan fisik a. Kesadaran dan keadaan umum pasien Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar tidak sadar (compos mentis coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan fungsi dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak. b. Tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala kaki Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan lebih focus pada pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan dan LLA untuk mengetahui adanya penambahan BB karena retreksi cairan dalam tubuh disamping juga untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan. 1) Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik, konsistensi biasanya kenyal/firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati. Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan adanya

pembesaran walaupun minimal (USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati dengan hipertensi portal. 2) Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara : - Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-IIV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII) - Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja. Pada pasien Tn.MS ditemukan pembesaran limpa (USG) hal ini menunjukkan adanya kelainan pada sistem asesori pencernaan. 3). Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya eritema palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan hemoroid. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium 1. Darah : dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer/hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik. 2. Kenaikan kadar enzim transaminase SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan paremkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif. 3. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang kurang/berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress. 4. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun : kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek 5. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.

6. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis. 7. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan. b. Pemeriksaan lainya 1) Radiologi , dengan barium swallow dapat dilihat varises esophagus untuk konfirmasi adanya hipertensi portal 2) Esofaguskopi , varises esophagus sebagai akibat komplikasi cirosis hati. 3) Ultra sonografi , mengetahui secara lengkap fisik hati dan bentuk permukaan dan lain-lain. 4) Radiografi Gastro intestinal bagian atas dilakukan pemeriksaan secara berseri pada esofagus atau gaster atau ulserasi duodenum. 5) Pemeriksaan angiografi untuk mengidentifikasi tempat perdarahan arteri yang nyata. 6) CT scan untuk membantu mendeteksi ascites kecil yang memberikan informasi tentang volume dan karakter dari kumpulan cairan. 7) Radio isotof hati mengidentifikasi adanya massa pada hati. 8) Biopsi jaringan hati yang rusak, infiltrasi lemak dan fibrosis sel hati,mengidentifikasikan adanya sirosis.Pemeriksaan ini juga untuk mendiagnosa adanya tumor ganas dan infeksi pada hati.

Diagnosa yang muncul pada pasien antara lain :

a) Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan


mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat. b) Gangguan integritas kulit berdasarkan dengan perubahan sirkulasi, akumulasi garam di kulit, menurunnya turgor kulit , adanya edema, asites. c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.

d) Sindrom defisit self care b/d kelemahan

3. Diagnosa yang muncul pada pasien antara lain : a) Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan
mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat. b) Gangguan integritas kulit berdasarkan dengan perubahan sirkulasi, akumulasi garam di kulit, menurunnya turgor kulit , adanya edema, asites. c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema. d) Sindrom defisit self care b/d kelemahan e) PK : Anemia f) PK : Hipoalbuminemia

Diagnosa Keperawat an Gangguan integritas kulit yang berhubunga n dengan pembentuka n edema. Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan: Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema. Kriteria Hasil:
Memperlihatka

Rencana Keperawatan Intervensi 1. Batasi natrium seperti yang diresepkan. 2. Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit. 3. Balik dan ubah posisi pasien dengan sering. 4. Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.

Rasional

1. Meminimalkan pembentukan edema. 2. Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma. 3. Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.

n turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubun.

Memperlihatka

5. Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus. 6. Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.

4. Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik. 5. Meningkatkan mobilisasi edema. 6. Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar. 1. Memungkinkan deteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal. 2. Dapat menunjukkan tanda-tanda dini perdarahan dan syok. 3. Mendeteksi tanda dini yang membuktikan adanya perdarahan.

n jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau peningkatan suhu di daerah tonjolan tulang.
Mengubah

posisi dengan sering.

Resiko cedera berhubunga n dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

Tujuan: Pengurangan resiko cedera Kriteria Hasil:


Tidak

1. Amati setiap feses yang dieksresikan untuk memeriksa warna, konsistensi dan jumlahnya. 2. Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan. 3. Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang

memperlihatka n adanya perdarahan yang nyata dari traktus gastrointestina l.


Tidak

memperlihatka n adanya

kegelisahan, rasa penuh pada epigastrium dan indikator lain yang menunjukkan hemoragi serta syok.
Memperlihatka

tersembunyi. 4. Amati manifestasi hemoragi: ekimosis, epitaksis, petekie dan perdarahan gusi. 5. Catat tanda-tanda vital dengan interval waktu tertentu. 6. Jaga agar pasien tenang dan membatasi aktivitasnya. 7. Bantu dokter dalam memasang kateter untuk tamponade balon esofagus. 8. Lakukan observasi selama transfusi darah dilaksanakan. 9. Ukur dan catat sifat, waktu serta jumlah muntahan. 10.Pertahankan pasien dalam keadaan puasa jika diperlukan. 11.Berikan vitamin K seperti yang diresepkan. 12.Dampingi pasien secara terus menerus selama

4. Menunjukkan perubahan pada mekanisme pembekuan darah. 5. Memberikan dasar dan bukti adanya hipovolemia dan syok. 6. Meminimalkan resiko perdarahan dan mengejan. 7. Memudahkan insersi kateter kontraumatik untuk mengatasi perdarahan dengan segera pada pasien yang cemas dan melawan. 8. Memungkinkan deteksi reaksi transfusi (resiko ini akan meningkat dengan pelaksanaan lebih dari satu kali transfusi yang diperlukan untuk mengatasi

n hasil pemeriksaan yang negatif untuk perdarahan tersembunyi gastrointestina l.


Bebas dari

daerah-daerah yang mengalami ekimosis atau pembentukan hematom.


Memperlihatka

n tanda-tanda vital yang normal.


Mempertahank

an istirahat dalam keadaan tenang ketika

terjadi perdarahan aktif.


Mengenali

episode perdarahan. 13.Tawarkan minuman dingin lewat mulut ketika perdarahan teratasi (bila diinstruksikan). 14.Lakukan tindakan untuk mencegah trauma : a. Mempertahankan lingkungan yang aman. b. Mendorong pasien untuk membuang ingus secara perlahanlahan. c. Menyediakan sikat gigi yang lunak dan menghindari penggunaan tusuk gigi. d. Mendorong konsumsi makanan dengan kandungan vitamin C yang tinggi. e. Melakukan kompres dingin jika diperlukan.

perdarahan aktif dari varises esofagus) 9. Membantu mengevaluasi taraf perdarahan dan kehilangan darah. 10.Mengurangi resiko aspirasi isi lambung dan meminimalkan resiko trauma lebih lanjut pada esofagus dan lambung. 11.Meningkatkan pembekuan dengan memberikan vitamin larut lemak yang diperlukan untuk mekanisme pembekuan darah. 12.Menenangkan pasien yang merasa cemas dan memungkinkan pemantauan serta deteksi terhadap

rasional untuk melakukan transfusi darah dan tindakan guna mengatasi perdarahan.
Melakukan

tindakan untuk mencegah trauma (misalnya, menggunakan sikat gigi yang lunak, membuang ingus secara perlahanlahan, menghindari terbentur serta terjatuh, menghindari mengejan pada saat defekasi).
Tidak

mengalami efek samping pemberian

obat.
Menggunakan

f. Mencatat lokasi tempat perdarahan. g. Menggunakan jarum kecil ketika melakukan penyuntikan. 15.Berikan obat dengan hati-hati; pantau efek samping pemberian obat.

kebutuhan pasien selanjutnya. 13.Mengurangi resiko perdarahan lebih lanjut dengan meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah esofagus dan lambung. 14.Meningkatkan keamanan pasien. a.Mengurangi resiko trauma dan perdarahan dengan menghindari cedera, terjatuh, terpotong, dll. b.Mengurangi resiko epistaksis sekunder akibat trauma dan penurunan pembekuan darah. c. Mencegah trauma pada

semua obat seperti yang diresepkan.


Mengenali

rasional untuk melakukan tindakan penjagaan dengan menggunakan semua obat.

mukosa oral sementara higiene oral yang baik ditingkatkan. d.Meningkatkan proses penyembuhan e.Mengurangi perdarahan ke dalam jaringan dengan meningkatkan vasokontriksi lokal. f. Memungkinkan deteksi tempat perdarahan yang baru dan pemantauan tempat perdarahan sebelumnya. g.Meminimalkan perambesan dan kehilangan darah akibat penyuntikan yang berkalikali. 15.Mengurangi resiko efek samping yang

terjadi sekunder karena ketidakmampuan hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi (memetabolisasi) obat secara Kelebihan volume cairan berhubunga n dengan asites dan pembentuka n edema. Tujuan: Pemulihan kepada volume cairan yang normal Kriteria Hasil:
Mengikuti diet

1. Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan. 2. Berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang dipreskripsikan. 3. Catat asupan dan haluaran cairan. 4. Ukur dan catat lingkar perut setiap hari. 5. Jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.

normal. 1. Meminimalkan pembentukan asites dan edema. 2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yang normal. 3. Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan. 4. Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.

rendah natrium dan pembatasan cairan seperti yang diinstruksikan.


Menggunakan

diuretik, suplemen kalium dan protein sesuai indikasi tanpa mengalami efek samping.
Memperlihatk

an peningkatan

5. Meningkatkan
pemahaman dan

haluaran urine.
Memperlihatk

kerjasama pasien dalam menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan.

an pengecilan lingkar perut.


Mengidentifik

asi rasional pembatasan natrium dan cairan. Sindrom defisit self care b/d kelemahan Setelah Bantuan perawatan dilakukan askep diri . jam klien Monitor mampu kemampuan Perawatan pasien terhadap diri Self care perawatan diri :Activity Daly Living dengan Monitor kebutuhan kriteria : akan personal Pasien dapat hygiene, melakukan berpakaian, aktivitas seharitoileting dan hari (makan, makan berpakaian, kebersihan, Beri bantuan toileting, sampai klien ambulasi) mempunyai kemapuan untuk Kebersihan merawat diri diri pasien terpenuhi Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas seharihari sesuai kemampuannya Pertahankan aktivitas perawatan

diri

secara rutin Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan seharihari. Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan.

No 1.

Diagnosa PK: Anemia

Tujuan/KH

Intervensi

perawat akan dapat Monitor meminimalkan terjadinya tanda-tanda komplikasi anemia : anemia Hb >/= 10 gr/dl. Konjungtiva tdk anemis Kulit tidak pucat Akral hangat Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi klien yg bergizi Kolaborasi untuk pemeberian terapi initravena dan tranfusi darah Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe Observasi keadaan umum klien

2.

PK : Hipoalbumin

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sukmarini, Lestari. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Sirosis Hati. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/aabda051e128510234c22ba05ac2a32f 7402fe90.pdf (diakses pada tanggal 22 Juni 2011) Sunardi. Asuhan Keperawatan pasien dengan Sirosis Hati pada Tn. MS di ruang Irna B Lantai 4 kanan RSCM. http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/asuhan-keperawatan-psien-denganserosis-hati2.pdf (diakses pada tanggal 22 Juni 2011)

S-ar putea să vă placă și