Sunteți pe pagina 1din 19

BAB I STATUS PASIEN

NOMOR REKAM MEDIS : 573557 IDENTITAS/BIODATA Nama Umur : Ny. DS : 18 Tahun Nama Suami : Tn. A Umur : 19 Tahun

Suku Bangsa : Sunda Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Islam : SMA : IRT : Kp. Cikahuripan 08/06

Suku Bangsa : Sunda Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Islam : SMA : Wiraswasta : Kp.Cikahuripan 08/06

Tanggal Masuk Yang Merujuk

: 30 Maret 2013, Pukul 06.05 WIB : Bidan Setempat

ANAMNESIS Autoanamnesis Keluhan Utama : Mules yang semakin kuat dan sering

Riwayat Penyakit Sekarang : Os merasa hamil 9 bulan, mengeluh mules yang semakin Sering sejak 8 jam SMRS. Tidak disertai keluar cairan yang banyak dari jalan lahir, tetapi ditemukan lendir dan sedikit darah. OS mengeluh pusing, tidak disertai nyeri ulu hati, pandangan kabur, maupun demam. Gerakan anak masih dirasakan ibu Riwayat Penyakit Dahulu : OS pernah dirawat dengan PEB 2 bulan yang lalu. Riwayat Hipertensi sebelum kehamilan disangkal Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pengobatan Riwayat Psikososial : Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat yang sama : OS belum mengkonsumsi obat apapun sejak timbul keluhan : Pola makan teratur, merokok dan alkohol disangkal

RIWAYAT OBSTETRI Riwayat Kehamilan HPHT TP PNC KB : G1P0A0 : 07 Juli 2012 : 14 April 2013 : Bidan/9x, SPOG/2x : Tidak menggunakan KB

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas : No. 1. Riwayat Menstruasi Menarche Siklus Haid Lama Haid : 13 Tahun : 28 hari : 7 hari Th. Partus Tempat Partus Umur Hamil Jenis Persalinan Penolong Persalinan Hamil ini Riwayat Pernikahan Pernikahan keUsia saat Menikah Usia suami Lama Menikah :1 : 17 tahun : 18 tahun : 1 tahun Penyulit BB/ Kel Anak

Dismenorrhea : Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran Tanda- tanda Vital : Tampak sakit : Composmentis :-T -N -R -S Antropometri : 140/110 mmHg : 88 kali/menit : 20 kali/menit : Afebris

: Tidak diukur

STATUS GENERALIS Kepala : Normocephal Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-) Refleks Pupil (+/+) Isokor ka=ki Leher : Pembesaran KGB (-/-) Pembesaran Tiroid (-/-) Thorax : Normochest Gerak Simetris Paru-Paru : VF Simetris (+/+) Vesikular (+/+) Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-) Jantung Abdomen : Bunyi I/II murni, regular : Lihat status obstetri : Akral Hangat CRT < 2dt Udem (-/-) Ekstremitas bawah : Akral Hangat CRT <2dt Udem (-/-)

STATUS OBSTETRI Inspeksi - Wajah - Thorax - Abdomen : Chloasma grav. (-) : Mammae simetris : Cembung lembut Striae grav. (+) Linea Nigra (+) Luka Post. Op (-) Palpasi - TFU : 31 cm - LP - LA : 95 cm : Kepala 2/5, puki

- His 1-2 kali/10/20, Kuat - TBBA : (USG) 2700 gram Auskultasi DJJ : 148 kali/menit Pemeriksaan Genitalia - v/v : t.a.k

Ekstremitas atas

- Portio tebal lunak - Ostium : Pembukaan 3-4 cm - Ketuban (+) - Kepala station 0

Pemeriksaan Haemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit Protein Urin

Hasil 10.7 33.6 5.25 23.9 229

Nilai Rujukan 12 - 16 37 - 47 4.2 - 5.4 4.8 - 10.8 150 - 450 +++

Satuan g/dL % 106/L 103/L 10s/L

INTERPRETASI USG 1. Gravida 37-38 minggu 2. Janin intrauterin, tunggal, hidup 3. Cairan amnion dan plasenta dalam batas normal 4. TBBA : 2700 gram

RESUME Seorang wanita 18 tahun diketahui hamil 9 bulan merasa mules yang semakin kuat sering sejak 8 jam SMRS. Keluhan disertai pusing, gerak anak masih dirasakan ibu. OS pernah dirawat 2 bulan yang lalu dengan diagnosis preeklamsi berat. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 140/110mmHg, tanda vital lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan luar didapatkan TFU 31 cm, LP 95 cm, LA letak kepala 2/5, punggung kiri dengan DJJ 148 kali/menit dan TBBA 2500 gram. Pemeriksaan dalam menujukkan v/v t.a.k, porsio tebal lunak, pembukaan 3-4 cm, ketuban positif, kepala pada station 0. Hasil USG menunjukkan usia kehamilan 37-38 minggu, janin intrauterin, tunggal, hidup, cairan amnion dan plasenta dalam batas normal, TBBA 2700 gram. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan protein urine (+++)

DIAGNOSIS G1P0A0 Parturient aterm kala I fasen laten dengan preeklamsia berat

PLANNING 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Informed concent Cek laboratorium darah rutin IVFD 2 Line : Loading dose dan maintenance MgSO4 Nifedipine 2x10mg Pasang DC Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, DJJ, his, dan pembukaan Pemeriksaan serial protein urin Rencana partus pervaginam
4

LAPORAN PARTUS Tanggal Partus : 30 Maret 2013

Pukul 07.00 WIB : Pembukaan 4-5 cm, his 1-2 kali/10/25K Pukul 13.00 WIB : Pembukaan lengkap, his 3-4 kali/10/40K gram, panjang badan 47 cm, APGAR 1: 3, 5 : 5. Kelainan kongenital tidak ada.

Pukul 13.10 WIB : Bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-laki, berat badan 2700 Pukul 13.15 WIB : Lahir placenta spontan lengkap, panjang tali pusar 50 cm, TFU sejajar pusar, kontraksi uterus baik. Pukul 13.20 WIB : dilakukan jahitan pada jalan lahir, 6 jahitan dalam, 5 jahitan subkutis, dan 5 jahitan luar. Perdarahan 150 cc T N R S : 130/80 mmHg : 84 kali/menit : 20 kali/menit : Afebris

DIAGNOSIS

: P1A0 Partus Maturus Spontan

PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

FOLLOW UP RUANGAN Tanggal 31.03.2013 KU : CM T : 120/80 mmHg R : 20 x/mnt N : 80 x/mnt S : Afebris Asi : (-/-) Abdomen : Datar, Lembut TFU : 2 jari dibawah pusar Luka Jahitan terawat Perdarahan (+), sedikit Lochia (-) Diuresis 300 cc/ 3 jam BAB (-) 01/04/2013 KU : CM T : 120/80 mmHg R : 20 x/mnt N : 80 x/mnt S : Afebris Asi : (+/+) Abdomen : Datar, Lembut TFU : 2 jari dibawah pusar Luka Jahitan terawat Perdarahan (+), sedikit Lochia (+) BAK/BAB (+/-) - Cefadroxile 2x500 mg - Asam Mafenamat 3x500mg - Observasi KU, T, N, R, S, Perdarahan Catatan Instruksi - Cefadroxile 2x500 mg - Asam Mafenamat 3x500mg - Observasi KU, T, N, R, S, Perdarahan - Aff DC

Tanggal 02.04.2013 KU : CM

Catatan

Instruksi - Cefadroxile 2x500 mg - Asam Mafenamat 3x500mg - Observasi KU, T, N, R, S, Perdarahan - BLPL

T : 120/80 mmHg R : 20 x/mnt N : 80 x/mnt S : Afebris Asi : (-/-) Abdomen : Datar, Lembut TFU : 4 jari dibawah pusar Luka Jahitan terawat Perdarahan (+), sedikit BAK/BAB (+/+)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN (01 APRIL 2013) Pemeriksaan Haemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit Protein Urin Hasil 12.5 37.8 4.10 26.2 285 Nilai Rujukan 12 - 16 37 - 47 4.2 - 5.4 4.8 - 10.8 150 - 450 Satuan g/dL % 106/L 103/L 10s/L

BAB II DISKUSI

A. PENDAHULUAN Preeklampsia adalah suatu gangguan multisistem, bersifat spesifik pada kehamilan dan mempunyai ciri khas yaitu terdapatnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan mencapai 20 minggu. Gangguan ini terdapat pada setidaknya 5 -7% pada seluruh kehamilan dengan insidensi 23.6 kasus pada 1000 kelahiran bayi di Amerika Serikat1. Komplikasi dari hipertensi adalah penyebab ketiga terbesar setelah perdarahan dan embolisme yang menyebabkan kematian pada kehamilan. Preeklampsia dikaitkan dengan peningkatan resiko dari abruptio plasenta, gagal ginjal akut, komplikasi serebrovaskular dan kardiovaskular, pembekuan intravaskular meluas (disseminated intravaskular coagulation) dan kematian ibu hamil. Preeklampsia dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu preeklampsia ringan dan berat. Angka kejadian rekurensi preeklamsia kategori berat lebih kurang 20-25% pada kehamilan selanjutnya2. Karena itu, diagnosa dini dan penanganan tepat dari preeklampsia berat menjadi hal yang sangat penting dan tidak dapat dielakkan lagi, dengan tentunya tidak mengesampingkan diagnosis dan penanganan preeklampsia ringan.

B. KRITERIA DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA RINGAN Preeklampsia ringan dapat ditegakkan diagnosisnya dengan kriteria yaitu : 1. Tekanan darah : 140/90 mmHg -- < 160/110 mmHg Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan kenaikan diastolik 15 mmHg tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik preeklampsia tetapi perlu observasi yang cermat 2. Proteinuria 300 mg/24 jam jumlah urine atau dipstick 1 + 3. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali anasarka3

C. PREEKLAMPSIA BERAT 1. Kriteria Diagnosis Terdapat banyak versi kriteria diagnosis dari pre eklampsia berat yang beredar di lingkungan petugas kesehatan termasuk dokter. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists di UK4 mendeskripsikan preeklampsia berat dengan adanya gejala klinis yaitu : a. Nyeri kepala yang hebat b. Gangguan pada visus c. Nyeri epigastrik dan/atau muntah d. Tanda akan kejang e. Papilloedema f. Terabanya hati g. Penurunan hitung jumlah trombosit hingga dibawah 100x106/l h. Enzim liver yang abnormal ( peningkatan ALT/AST > 70 iu/l ) i. Terdapat sindroma HELLP Sedangkan Himpunan Kedokteran Feto-Maternal POGI dalam Pedoman Pengelolaan Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia menyatakan bahwa termasuk ke dalam preeklampsia berat adalah preklampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda dibawah 3: a. Tekanan darah : pasien dalam keadaan istirahat tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg b. Proteinuria : 5 gr/jumlah urine selama 24 jam. Atau dispstick 4 + c. Oliguria : produksi urine < 400 500 cc/24 jam d. Kenaikan kreatinin serum e. Edema paru dan cyanosis f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen : disebabkan teregangnya kapsula Glisoni. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar dan biasanya diikuti dengan peningkatan enzim hepar dalam serum, menunjukkan tanda untuk terminasi kehamilan5 g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran nyeri kepala, scotomata, dan pandangan kabur h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino transferase

i. Hemolisis makroangiopatik j. Tombositopenia < 100.000 sel/mm3 k. Sindroma HELLP 2. Pembagian Preeklampsia Berat Preeklampsia berat dapat dibagi dalam dua kategori yaitu : a. Preeklampsia berat tanpa Impending Eklampsia b. Preeklampsia berat dengan Impending Eklampsia, dengan gejala-gejala Impending yaitu : nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah, nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen3. 3. Pengelolaan Preeklampsia Berat Tujuan pengelolaan preeklampsia6 ialah : a. Mencegah terjadinya eklampsi b. Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar c. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya dan jangan sampai menyebabkan penyakit pada kehamilan dan persalinan berikutnya (sectio caesarea menambah bahaya pada perhamilan dan persalinan berikutnya) d. Mencegah hipertensi yang menetap Pengelolaan preeklampsia dapat berupa pengobatan jalan dan di Rumah Sakit. Pengobatan jalan hanya mempunyai tempat kalau preeklampsia ringan sekali misalnya kalau tensi kurang dari 140/90 mmHg dan edema serta proteinuria tidak ada atau ringan sekali. Anjuran diberikan pada pasien semacam ini adalah : a. Istirahat sebanyak mungkin di rumah b. Penggunaan garam dikurangi c. Pemeriksaan kehamilan harus 2 kali seminggu d. Dapat juga diberikan sedativa dan obat-obat antihipertensi e. Mengetahui tanda-tanda bahaya

10

Pengobatan di Rumah Sakit indikasinya ialah : a. Tensi 140/90 atau lebih b. Proteinuria positif kuat ( ++ ) c. Tambah berat 1 kg atau lebih dalam seminggu Di Rumah Sakit harus dilakukan pemeriksaan dan observasi yang teliti : a. Sakit kepala, gangguan penglihatan dan edema jaringan dan kelopak mata harus ditanyakan dan dicari, karena merupakan tanda akan terjadinya impending Eklampsia b. Berat badan ditimbang sekali dalam dua hari untuk mengetahui ada atau tidak perubahan berat badan yang abnormal c. Tekanan darah diukur sekali tiap empat jam kecuali pada malam hari kalau pasien tidur d. Cairan yang keluar dan masuk diukur dan dicatat untuk mengetahui terjadinya retensi urine atau tidak e. Pemeriksaan urine tiap hari; proteinuria ditentukan kuantitatif, dari hasil yang didapat kita akan bisa menentukan seberapa parah kerusakan filtrasi glomerulus ginjal ( berbanding lurus dengan kenaikan kreatin plasma )5 f. Pemeriksaan retina g. Pemeriksaan darah Selanjutnya perawatan dan pengobatan dilakukan sebagai berikut : a. Istirahat rebah dalam kamar yang tenang dan tidak silau b. Makanan yang sedikit mengandung garam (3 Gram sehari); protein harus cukup c. Cairan yang diberikan 3000 cc d. Berikan sedasi kuat selama 24 jam untuk mencegah kejang-kejang, misalnya dengan menyuntikkan morphine 20 mg disusul dengan barbiturat (luminal sodium 100 mg tiap 6 jam), walau tindakan ini sudah ditinggalkan karena ikut menimbulkan efek sedasi pada janin. Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar sebagai berikut : a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya

11

b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang tergantung umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilannya dibagi dua, yaitu : 1) Ekspektatif; Konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu artinya : kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa. 2) Aktif; Agresif, dengan indikasi a) Bila umur kehamilan 37 minggu artinya kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu. b) Adanya gejala impending eklamsi c) Laboratorik : Adanya HELLP syndrome: kenaikan SGOT, SGPT, LDH, Trombositopenia 150.000/ml. d) Janin : Adanya tanda tanda gawat janin atau hipoksia 3. Terapi Aktif a. Pengobatan medisinal 1) Infus larutan Ringer Laktat 2) Pemberian MgSO4 Cara pemberian MgSO4 : a) Pemberian melalui intravena secara kontinyu ( dengan menggunakan infusion pump) Dosis awal : 4 gram ( 20 cc MgSO4 20 % ) dilarutkan kedalam 100 cc ringer laktat, diberikan selama 15 20 menit Dosis pemeliharaan : 10 gram ( 50cc MgSO4 20% ) dalam 500 cc cairan RL, diberikan dengan kecepatan 1 2 gram/jam ( 20 30 tetes per menit ) b) Pemberian melalui intramuskuler secara berkala : Dosis awal : 4 gram MgSO4 ( 20 cc MgSO4 20% ) diberikan secara i.v. dengan kecepatan 1 gram/ menit Dosis pemeliharaan : Selanjutnya diberikan MgSO4 4 gram ( 10 cc MgSO4 40% ) i.m. setiap 4 jam tambahkan 1 cc lidokain 2% pada setiap pemberian i.m. untuk mengurangi perasaan nyeri dan panas.

12

Syarat syarat pemberian MgSO4: a) Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10 % ( 1 gram dalam 10 cc ) diberikan i.v. dalam waktu 3 5 menit b) Refleks patella ( + ) kuat c) Frekuensi pernafasan 16 kali per menit d) Produksi urin 30 cc dalam 1 jam sebelumnya ( 0,5 cc/Kg bb/jam ) Syarat-syarat penghentian MgSO4 a) Ada tanda tanda intoksikasi b) Setelah 24 jam pasca salin c) Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan tekanan darah (normotensif) 3) Diuretikum Salah satu diuretik yang dapat dipakai adalah golongan thiazid yaitu diazoxide yang merupakan vasodilator arteiolar yang poten7. Diuretikum tidak dibenarkan kecuali bila ada : a) Edem paru b) Payah jantung kongestif c) Edema anasarka Tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena dapat memperberat penurunan perfusi plasenta, memperberat hipovolemia, dan meningkatkan hemokonsentrasi. 4) Anti Hipertensi diberikan bila : a) Tekanan darah : Bila tensi 180/110 atau MAP 126. b) Obat-obat anti hipertensi yang diperlukan: Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg i.v pelan-pelan selama 5 menit. Dosis dapat diulang dalam waktu 15-20 menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan. Apabila hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan: Nifedipin : 10mg, dan dapat diulangi setiap 30 menit (max 120mg/24 jam) sampai terjadi penurunan tekanan darah.
13

Labetalol 10mg i.v. Apabila belum terjadi penurunan tekanan darah, maka dapat diulangi pemberian 20mg setelah 10 menit, 40mg pada 10 menit berikutnya, diulangi 40mg setelah 10 menit kemudian dan sampai 80mg pada 10 menit berikutnya. Bila tidak tersedia, maka dapat diberikan Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10cc larutan garam faal atau air untuk suntikan. Disuntikkan mula-mula 5cc i.v perlahan-lahan selama 5 menit. 5 menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka diberikan lagi sisanya 5 cc i.v selama 5 menit. Kemudian diikuti dengan pemberian secara tetes sebanyak 7 ampul dalam 500 cc dextrose 5% atau martos 10%. Jumlah tetesan dititrasi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan, yaitu penurunan MAP sebanyak 20% dari awal. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 10 menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan, kemudian setiap jam sampai tekanan darah stabil. 5) Kardiotonika Indikasi : tanda-tanda payah jantung Jenis kardiotonik yang diberikan cedilanid-D. Perawatan dilakukan dengan subbagian penyakit jantung. 6) Lain-lain Obat-obat antipiretik : Diberikan bila suhu rektal > 38,5 c. Antibiotika diberikan atas indikasi Anti nyeri, bila pasien karena kontraksi rahim dapat diberikan 50-75 mg 1x saja. Diet, diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih

b. Pengelolaan Obstetrik Cara terminasi kehamilan : 1) Belum Inpartu : Induksi persalinan: amniotomi+tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 8. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan mesoprostol. Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak,

14

induksi persalinan dianggap gagal dan harus disusul dengan pembedahan sesar bila : Tidak ada indikasi untuk persalinan per vaginam Induksi persalinan gagal Terjadi maternal distres Terjadi fetal distres Bila umur kehamilan < 33 minggu 2) Sudah Inpartu Perjalanan persalinan diikuti dengan Grafik Friedman Memperpendek kala II Pembedahan cesar dilakukan bila terdapat maternal distres dan fetal distres Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar Anestesia : regional anestesia, epidural anestesia. Tidak dianjurkan anestesia umum Kala I Fase Laten : Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop Fase Aktif : Amniotomi Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap, pertimbangkan S.C. Catatan : amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal Kala II Pada persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus buatan. c. Pengelolaan Konservatif 1) Indikasi : Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsi dengan keadaan janin baik.

15

2) Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif. Hanya dosis awal Mg SO4 tidak diberikan i.v cukup i.m saja (MgSO4 40% 8 gram i.m). Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. 3) Pengelolaan Obstetrik Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk memantau kesejahteraan janin7 , pemeriksaan air ketuban dengan amniocentesis dan amnioskopi (dilakukan setelah minggu ke 32 diilangi tiap 2 hari, cephalometri mengukur diameter biparietalis sehingga induksi persalinan pada anak yang terlalu kecil dapat dihindarkan ( >9 cm), kardiografi, dan penentuan estrogen dalam urine6 Bila setelah 2 x 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus diterminasi. Cara terminasi sesuai dengan pengelolaan aktif.6 Proses terminasi kehamilan aktif diatas masih menuai kontroversi dikalangan praktikan. Penelitian di Bangladesh membuktikan bahwa pada kasus tertentu dengan pengawasan dan observasi yang teliti dan ketat, kehamilan pada preeklampsia berat dan eklampsia dapat dilanjutkan dengan tujuan untuk mencapai kematuran janin tanpa meningkatkan resiko pada ibu janin. Dengan rata-rata mempertahankan kehamilan dalam kurun waktu 13,27 hari (cakupan 3-35 hari), dari 51 bumil yang diteliti terdapat 32 bayi lahir dengan selamat dengan prosentase 62.75% dan hanya 1 yang meninggal 5 menit setelah lahir9.

16

BAB III ANALISA KASUS

A. ANALISA KASUS TERHADAP TINJAUAN PUSTAKA Diagnosis preeklamsi berat bila didapatkan satu atau lebih dari gejala pada kriteria preeklamsi berat. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kriteria Preeklamsia Berat Tekanan darah diastol 110 mmHg Proteinuri 2g/24 jam atau +2 dipstick Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oliguri (<400 ml/24jam) Trombosit< 100.000 mm3 Angiolisis mikroangiopathy (peningkatan kadar LDH) Peningkatan kadar enzim hati (SGOT dan SGPT) Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan serebral Nyeri epigastrium yang menetap Pertumbuhan janin terhambat Edema paru disertai sianosis Adanya HELLP syndrome Kasus + + + + -

B. PENATALAKSANAAN 1. Informed concent 2. Cek laboratorium darah rutin 3. IVFD 2 Line : Loading dose dan maintenance MgSO4 4. Nifedipine 2x10mg 5. Pasang DC 6. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, DJJ, his, dan pembukaan 7. Pemeriksaan serial protein urin 8. Rencana partus pervaginam

17

C. PROGNOSIS 1. Quo ad vitam ad bonam Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah pada ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital pasien masih dalam batas normal. 2. Quo ad functionam ad bonam Preeklamsia berat apabila diobati dan ditangani dengan benar akan sembuh, namun akan menyebabkan komplikasi yang mengancam bagi ibu dan janin apabila tidak segera ditangani.

18

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi RSHS. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS. Bagian Pertama (Obstetri). 2005. Bandung : RSHS Cunningham, F. Gary. Williams Obstetry. Edisi 23 Jilid 1. 2010. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Kelompok Kerja Penyusunan Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia. Edisi kedua. Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI, 2005 Tucker, D. Pre-eclampsia and Eclampsia. diambil dari situs

http://www.hon.ch/Dossier/MotherChild/complications/complicate_eclampsia.ht ml diterbitkan pada 25 Juni 2002, diakses pada 8 April 2013 Tuffnell, DJ. Shennan, AH. Waugh JJS dkk. The management of Severe preeclampsia / eclampsia diambil dari situs http://www.rcog.org.uk/ resources/Public/pdf/management_pre_eclampsia_ mar06.pdf diterbitkan pada Maret 2006 dan berlaku hingga Maret 2009. diakses pada 8 Aprl 2013 Wagner, K Lana. Diagnosis and Management of Preeclampsia. diambil dari situs http://www.aafp.org/afp/20041215/2317.html diterbitkan pada 15 December 2004 diakses pada 8 April 2013

19

S-ar putea să vă placă și