Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Daftar Isi
iii 1 3 5 7
Pendahuluan
15
17
Produk
35
Pendahuluan
1 Profil Badan Informasi Geospasial
Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial ini telah disetujui oleh DPR RI pada tanggal 5 April 2011 dan disahkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 April 2011. Informasi Geospasial sebagai data geospasial yang sudah diolah dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. Informasi Geospasial yang akurat, dapat dipertanggungjawabkan dan mudah diakses oleh masyarakat sangat diperlukan untuk dasar perencanaan penataan ruang, penanggulangan bencana, pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Dalam menjawab kebutuhan Informasi Geospasial yang akurat, dapat dipertanggungjawabkan dan mudah diakses masyarakat, keberadaan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) menjadi penting dan strategis. Dengan UU tentang Informasi Geospasial, keberadaan BAKOSURTANAL berganti nama menjadi Badan Informasi Geospasial (BIG). Hal ini telah disyahkan pada tanggal 27 Desember 2011 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 tahun 2011. Perubahan ini tidak hanya nama yang berubah, namun tugas dan fungsinya juga berubah atau diperkuat sejalan dengan kebijakan nasional informasi geospasial yang tertuang di dalam undang-undang. Badan inilah yang berwenang dalam penyelenggara informasi geospasial, khususnya untuk informasi geospasial dasar. Informasi geospasial dasar terdiri atas jaring kontrol geodesi dan peta dasar. Jaring kontrol geodesi menjadi acuan referensi posisi horizontal dan vertikal serta acuan gaya berat. Peta dasar terdiri dari Peta Rupa Bumi Indonesia atau RBI, Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN). Peta dasar ini sebagai kerangkanya atau istilahnya sebagai papan caturnya yang bersumber dari satu lembaga (BAKOSURTANAL/BIG). Sedangkan Informasi Geospasial Tematik yang memuat tema tertentu dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan usaha, kelompok atau perseorangan. Dengan kata lain, tugas BIG antara lain mengkoordinasikan standarisasi data dan informasi geospasial. Keberhasilan Badan Informasi Geospasial dapat terlihat ketika seluruh peta tematik yang dibuat oleh berbagai instansi sektoral, badan usaha, kelompok atau perorangan telah mengacu kepada Informasi Geospasial Dasar. Dengan adanya satu acuan informasi geospasial dasar, tumpang-tindih informasi ruang kebumian yang menimbulkan ketidakpastian hukum dan kerusakan lingkungan dapat dihindari. Penggunaan satu acuan (single references) ini juga memudahkan dalam pertukaran informasi geospasial antar instansi dan integrasi dalam perencanaan pembangunan dari tingkat pusat hingga daerah.
Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia tahun 1949, pemerintah membubarkan Raad en Directorium voor het Meet en Kaarteerwezwn (Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 1951), selanjutnya membentuk Dewan dan Direktorium Pengukuran dan Penggambaran Peta. Badan ini memiliki pola organisasi yang sama seperti bentukan Hindia Belanda. Dewan bertugas membuat kebijakan dan pengambilan keputusan, sedangkan pelaksananya adalah Direktorium. Di lain pihak, dibentuk pula Panitia Pembuatan Atlas Sumber-sumber Kemakmuran Indonesia, dengan tugas menunjang rencana pembangunan nasional. Panitia ini berada di bawah Biro Ekonomi dan Keuangan Menteri Pertama. Pada tahun 1964, status Panitia Atlas ditingkatkan menjadi Badan Atlas Nasional (Batnas), berdasarkan Keputusan Kabinet Kerja No. Aa/D57/1964, yang ditandatangani oleh Wakil Perdana Menteri II, Ir. Chaerul Saleh.
BAKOSURTANAL dibentuk berdasar Keppres No. 63 tahun 1969 tanggal 17 Oktober 1969 (diperingati sebagai ulang tahun BAKOSURTANAL). Pertimbangan pembentukan BAKOSURTANAL, yaitu: 1. Perlu adanya koordinasi dalam kegiatan dan pelaksanaan tugas surta (survei dan pemetaan) sehingga dapat tercapai adanya effisiensi serta penghematan pengeluaran keuangan negara; 2. Terkait dengan itu, dalam rangka penertiban aparatur pemerintahan, dipandang perlu untuk meninjau kembali kedudukan tugas dan fungsi badan-badan yang melakukan kegiatan surta untuk dipersatukan dalam suatu badan koordinasi surta nasional. Dengan dibentuknya BAKOSURTANAL maka badan-badan yang masih ada seperti Desurtanal serta Badan Atlas Nasional dibubarkan dan fungsi-fungsi kedua badan tersebut ditampung BAKOSURTANAL. Hingga kini BAKOSURTANAL telah dipimpin oleh 5 kepala (dulu ketua), yaitu : Ir. Pranoto Asmoro (1969-1984), Prof. Dr. Ir. Jacub Rais, M.Sc. (1984-1993), Dr. Ir. Paul Suharto (1993-1999), Prof. Dr. Ir. Joenil Kahar (1999-2002), Ir. Rudolf Wennemar Matindas, M.Sc. (2002-2010), dan Asep Karsidi, M.Sc, Ph.D. (2010-sekarang). Di antara masa itu, badan koordinasi ini pernah berkantor di beberapa tempat berbeda. Pada awalnya di Jalan Wahidin Sudirohusodo I/11, dan Jalan Merdeka Selatan No. 11, pernah pula di Gondangdia, dan terakhir (hingga sekarang) di Kompleks Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta - Bogor Km. 46, Cibinong, Bogor, 16911.
BIG
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial atau BIG lahir untuk menggantikan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) sebagai penunaian amanat Pasal 22 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (IG). UU ini disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 5 April 2011 dan disahkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 April 2011. Lahirnya BIG ditandai dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 tahun 2011 mengenai Badan Informasi Geospaisal pada tanggal 27 Desember 2011. Berdasarkan Bab XI Pasal 69 UU Informasi Geospasial yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Ketentuan Peralihan BAB VII Pasal 40 Peraturan Presiden tentang Badan Informasi Geospasial, dinyatakan bahwa bidang tugas yang terkait dengan informasi geospasial tetap dilaksanakan oleh Bakosurtanal sampai dengan selesainya penataan organisasi BIG. Bakosurtanal wajib menyerahkan seluruh arsip dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya kepada BIG dan seluruh hak dan kewajiban Bakosurtanal, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangan, beralih kepada BIG. BIG menjadi tulang punggung dalam mewujudkan tujuan UU tentang Informasi Geospasial untuk: 1. Menjamin ketersediaan dan akses terhadap informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan; 2. Mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial yang berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) melalui kerja sama, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi; dan 3. Mendorong penggunaan informasi geospasial dalam penyelenggaraan pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kerja keras dan dukungan seluruh pemangku kepentingan di bidang informasi geospasial, dari unsur pemerintah, akademisi, pengusaha, profesional dan segenap masyarakat, BIG siap mengemban amanah sebagai institusi terdepan dalam mengoptimalkan penyelenggaraan informasi geospasial untuk negeri.
Visi
Terwujudnya Informasi Geospasial yang Andal, Terintegrasi dan Mudah Dimanfaatkan pada Tahun 2025
Misi
1. Membangun dan memperkuat koordinasi kelembagaan terkait penyelenggaraan informasi geospasial yang efektif, efisien, dan sistematis; 2. Membangun data dan informasi geospasial yang berkualitas dan berkelanjutan dengan multi-resolusi dan multi-skala dalam satu referensi tunggal serta mudah dimanfaatkan secara cepat dan dapat dipertanggungjawabkan; 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, sumber daya manusia, kualitas penelitian dan pengembangan dalam penyelenggaraan informasi geospasial, serta mendorong pemanfaatannya.
Kedudukan
Berdasarkan Bab 1 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 94 tahun 2011, Badan Informasi Geospasial adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BIG dipimpin oleh seorang kepala.
Tugas
Badan Informasi Geospasial mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial
Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Perpres No.94 Tahun 2011, BIG menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi geospasial; 2. Penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial; 3. Penyelenggaraan informasi geospasial dasar yang meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial dasar; 4. Pengintegrasian informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 5. Penyelenggaraan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan selain BIG meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial tematik; 6. Penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan data dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial. 7. Penyelenggaraan dan pembinaan jaringan informasi geospasial; 8. Akreditasi kepada lembaga sertifikasi dibidang informasi geospasial; 9. Pelaksanaan kerjasama dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri. 10. Pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di lingkungan BIG; 11. Pelaksanaan koordinasi perencanaan, pelaporan, penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum; 12. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, keprotokolan, kehumasan, kerjasama, hubungan antar lembaga, kearsipan, persandian, barang milik negara, perlengkapan, dan rumah tangga BIG. 13. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta promosi dan pelayanan produk dan jasa di bidang informasi geospasial. 14. Perumusan, penyusunan rencana dan pelaksanaan pengawasan fungsional.
PROGRAM BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) 1. Pembangunan dan Pemutakhiran Informasi Geospasial Dasar (IGD) a. Pembangunan dan Pemutakhiran Jaring Kontrol Geodesi Nasional b. Pembangunan dan Pemutakhiran Peta Dasar 2. Pembinaan dan Pengintegrasian Informasi Geospasial Tematik (IGT) a. Pembangunan IGT Strategis yang Merespon Program Pembangunan Nasional b. Pengintegrasian IGT Nasional Menuju Kebijakan One Map 3. Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) a. Pembangunan dan Pengembangan Simpul Jaringan Secara Nasional b. Peningkatan Aksesibilitas Data dan Informasi Geospasial 4. Pembinaan Kelembagaan Informasi Geospasial (IG) a. Pembinaan dan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) IG Melalui Pembinaan Jabatan Fungsional, Diklat, dan Litbang IG b. Sertifikasi SDM dan Badan Usaha IG
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IG
DUKUNGAN MANAJEMEN
Doktor
S2
S1
D3
D2
SLTA
SLTP
SD
Surveyor Pemetaan Pranata Hubungan Masyarakat Peneliti Analisis Kepegawaian Arsiparis Auditor Perancang Peraturan Perundang-undangan Pranata Komputer
Doktor
S2
S1
D3
D2
SLTA
SLTP
SD
Hingga saat ini BAKOSURTANAL/BIG telah bekerjasama dengan berbagai instansi, baik pemerintah pusat maupun daerah, akademisi, swasta dan lembaga-lembaga luar negeri, diantaranya: Kementerian dan Lembaga: Kementerian Riset dan Teknologi Kementerian Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Dalam Negeri Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kementerian Pertahanan Kementerian Pertanian Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Komunikasi dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Kesehatan Kementerian Agama Badan Perencana Pembangunan Nasional Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Badan Pusat Statistik Badan Pertanahan Negara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Badan Nasional Penanggulangan Bencana LIPI LAPAN dll Perguruan Tinggi: ITB - Bandung ITS - Surabaya IPB - Bogor UGM - Yogyakarta UI - Depok UNDIP - Semarang ITN - Malang UNIBRAW - Malang UNS - Surakarta UNMUL - Samarinda UPN Veteran - Yogyakarta Center for Environmental Remote Sensing, Chiba University Japan Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology Seameo Biotrop - IPB Graduate School of Asian and African Area Studies, Kyoto University Japan The Graduate School of Science Kyoto University Japan University of Queensland Australia ITC The Netherlands The Geodynamics Dept. DTU Space, Copenhagen, Denmark dll Pemerintah Daerah: Pemerintah Provinsi di Seluruh Indonesia Pemerintah Kabupaten/ Kota di Seluruh Indonesia Lembaga Swadaya Masyarakat dll
produk
Pasal 22 ayat (1) UU-IG menyatakan bahwa IG berjenis Informasi Geospasial Dasar (IGD) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a hanya diselenggarakan oleh pemerintah. IGD tersebut terdiri atas jaring kontrol geodesi dan peta dasar.
Profil Badan Informasi Geospasial 18
Peta dasar terdiri dari Peta Rupa Bumi Indonsia atau RBI, Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN). Peta dasar ini sebagai kerangkanya atau istilahnya sebagai papan caturnya yang bersumber dari satu lembaga (BAKOSURTANAL/BIG).
Peta Lingkungan Pantai Indonesia dan Peta Lingkungan Laut Nasional merupakan peta dasar yang memberikan informasi secara khusus untuk wilayah pesisir dan laut, terutama tentang kedalaman, jenis pantai (berpasir, berlumpur, atau berbatu), serta informasi dasar lainnya terkait dengan navigasi dan administrasi di wilayah laut. 23 Profil Badan Informasi Geospasial
Bakosurtanal sebagai instansi yang menyediakan peta dasar di Indonesia bertugas salah satunya untuk menyiapkan peta dasar Lingkungan Laut Nasional (Peta LLN) skala 1:500.000. Peta LLN merupakan representasi secara grafis sepetak permukaan bumi di wilayah sekitar pantai atau pesisir baik ke arah darat maupun laut, dibuat dengan sistem generalisasi untuk menggambarkan detil yang ada dengan jelas dan tidak bermakna ganda. Peta LLN edisi pertama dibuat Bakosurtanal dan Dishidros TNI AL pada tahun 1992. Seluruhnya berjumlah 44 nlp (nomor lembar peta) mencakup seluruh wilayah Indonesia. Peta LLN edisi pertama tersedia dalam format cetak (hardcopy) maupun format digital (ArcInfo Coverage). Seiring dengan perkembangan dan kegiatan pembangunan di berbagai wilayah di Indonesia, informasi-informasi yang disajikan dalam peta LLN edisi I tahun 1992 tersebut sudah tidak sesuai dengan kondisi terkini (out of dated), sehingga dilakukan revisi untuk memperbarui kandungan informasi pada peta LLN, baik spasial maupun non spasial, agar sesuai dengan kondisi yang ada saat ini, sekaligus merupakan pembangunan basis data spasial peta LLN yang mengacu pada standar model data S57 (IHO) untuk informasi laut dan spesifikasi AUSLIG untuk informasi darat. Saat ini seluruhnya berjumlah 44 nlp (nomor lembar peta) telah direvisi.
Pembuatan (revisi) peta LLN ini dilakukan dengan mengacu pada : SNI No. 19-56-02.1-2000 tentang Peta Rupabumi. SNI 19-6726-2002 tentang Peta Dasar LPI Skala 1:50.000. SNI 19-6727-2002 tentang Peta Dasar LPI Skala 1:250.000. International Chart Series INT1, Symbols Abbreviations Terms Used on Chart, IHO. IHO Standards for Hidrographic Surveys 4th. Special Publications Model S-57 IHO,. Hasil Kerja Pembakuan Nama Pulau-pulau di Indonesia.
Bakan Kurup
Lebung
Sri Besuki
Libo
Sriminasari
L A U T J A W A
Pasikan
Informasi Geospasial Tematik yang memuat tema tertentu dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah pusat, pemerintah badan
Maringgai
usaha, kelompok atau perseorangan. Namun informasi geospasial tematik yang dibuat harus merujuk ke informasi geospasial dasar. Kualamaringgai Dengan adanya satu acuan informasi geospasial dasar, tumpangtindih informasi ruang kebumian yang menimbulkan ketidakpastian hukum dan kerusakan lingkungan dapat dihindari. Penggunaan satu acuan ini juga memudahkan dalam pertukaran informasi geospasial antar instansi dan integrasi dalam perencanaan pembangunan dari tingkat pusat hingga daerah. Dengan kata lain, tugas BIG antara lain mengkoordinasikan standarisasi data dan informasi geospasial. U
Nibung 1
0 7 14 28 Km
Peta Taktil merupakan lembar peta yang dibuat pada suatu media dari kertas/plastik, yang digunakan untuk menyajikan informasi keruangan, dalam bentuk tiga dimensi. Peta Taktil tersebut dibuat khusus untuk tuna netra atau orang yang mempunyai kendala penglihatan. Oleh karena itu, dalam rangka belajar untuk membaca dan untuk memahami Peta Taktil, seorang tuna netra memerlukan instruktur khusus. Dengan demikian, seorang instruktur maupun para tuna netra, perlu mempelajari tentang konsep peta, konsep mengenai keruangan dan dimensi keruangan, arah, teknik membaca peta secara sistematis, garis-garis pada peta, simbol-simbol peta, serta harus memahami pula bagaimana suatu peta dua dimensi yang dibentuk menjadi model tiga dimensi. Oleh karena peta tersebut dibuat khusus untuk tuna netra, sedangkan indera yang sensitif dari tuna netra adalah jari-jari tangannya, maka simbol-simbol yang digunakan dalam peta tersebut adalah dalam bentuk tiga dimensi. Simbol pada peta dapat diartikan sebagai media untuk berkomunikasi dengan kita, media untuk menunjukkan kepada kita kondisi permukaan bumi, atau informasi yang spesifik, seperti ibu kota dengan bentuk kotak segi empat, Batas negara/provinsi/kabupaten dengan bentuk garis. Namun demikian, pembuatan simbol tidak akan dapat memenuhi seperti bentuk aslinya, oleh karena itu dalam pembuatan simbol perlu adanya kesepakatan antara pembuat dan pengguna peta. Dengan banyaknya tuna netra di Indonesia dan bahwa mereka juga mempunyai hak untuk mengetahui dan mempelajari lingkungannya melalui peta, maka BAKOSURTANAL, yang mempunyai kewenangan dibidang survei dan pemetaan, diharapkan dapat mengembangkan Peta Taktil tersebut. Pengembangan peta tersebut dapat dimulai dengan memilih jenis bahan-bahan pembuat peta, dapat dicari bahan yang relatif murah, mudah dibuat oleh guru-guru Sekolah Luar Biasa serta memilih teknologi yang mudah diterapkan di Indonesia. Model peta tactile dan simbol yang dibuat sudah melalui tahap uji coba keterbacaan yang dilakukan oleh Guru-guru dan Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB).
Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong 16911, Telp. 021 8752062-63, 8753155 Fax.8752064, 87916647 Email : info@bakosurtanal.go.id, Website: www.bakosurtanal.go.id GeoPortal : http://maps.ina-sdi.or.id