Sunteți pe pagina 1din 17

Laporan praktikum ilmu bedah khusus veteriner OVARIOHISTERECTOMY

TRESIATY ORIZA O11111271 KELOMPOK 10

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

1. Tujuan praktikum Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik operasi ovariohisterectomy pada kucing, untuk mengetahui persiapan dan penggunaan obat anastesi yang
tepat, dan untuk mengetahui tujuan dilakukannya ovariohisterectomy. 2. Tinjauan pustaka

Definisi Ovariohisterectomy (OH) istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan

menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus (Biyani, 2010). Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada

daerahabdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria (Biyani, 2010). Adapun indikasi dari ovariohisterectomy (OH) yaitu (Trisna, 2012) : a. Sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cyste ovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma). b. c. d. e. Tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina Hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan. Penggemukan Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah populasi. Keuntungan dan kerugian Ovariohisterectomy (Biyani, 2010). a. Keuntungan Secara umum keuntungan melakukan ovariohisterectomy adalah : 1. Menghilangkan keributan hewan pada periode estrus 2. Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan. 3. Menghilangkan stress akibat kebuntingan. 4. Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.

5. Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain. 6. Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium.

b. Kerugian Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu : 1. Terjadinya obesitas 2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetic. Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya : 1. Terjadinya komplikasi akibat perdarahan (hemoragi) karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik. 2. Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak sempurna. 3. Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma. 4. Fistula pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi (benang). 5. Urinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary.

Premedikasi dan anastesi Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah (Anonim, 2008). Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,05 ml/kg BB secara subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan

dosis 12,5 ml/kgBB, xilazin dengan dosis 3 ml/kgBB secara intramuskular. Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin,

pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini (Anonim, 2008). Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat yaitu : 1. Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup 2. Cara pemberian mudah 3. Mulai kerja obat yang cepat 4. Tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan. Obat anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261C. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5 (Hickman, 1995). Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka (Hickman, 1995). Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya

100-150 menit (Lumley, 1990). Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler (Hickman, 1995).

Perawatan Post Operasi Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, menginngat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna (Bojrb, 1998). 3. Materi dan metode 3.1. Materi 1. Alat yang digunakan : a. Gunting lurus tajam-tumpul, tumpul-tumpul

b. Jarum c. Catgut chromic 3.0 & silk

d. Stetoskop e. Thermometer f. Pen Light g. PinsetAnatomis h. PinsetChirurgis i. GuntingTumpul-Runcing j. GuntingTumpul-Tumpul k. Needle Holder l. Clamp m. AlliceForcep n. Timbangan o. Silet p. IV Cath q. Infus Set r. Spoit 1 cc

2. Bahan yang digunakan : a. Seekor kucing betina dengan berat badan 2,5 kg b. Atropin 0,2 ml

c. ACP 0,03 ml d. Ketamin 0,25 ml e. Alkohol 70% f. Antibiotic Penstrep (penicillin-sterptomycyn)

g. Betadine 3.2.Metode Operasi a. Setelah kucing tersebut teranastesi atau pingsan dengan baik, kucing tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency. b. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu alcohol pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical. c. Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine. d. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. e. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. f. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium. g. Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal. h. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan oavarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi

(mesosalphinx),dan penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir

uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau rupture. i. Dengan menggunakan klem arteri, dilakukan penjepitan pada bagian penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua klem arteri yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan. j. Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan menggunakan benang silk. k. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada posisi diantara dua klem arteri tadi. l. Klem arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan uterus tidak dilepas sedangkan klem arteri yang satunya lagi dilepas secara perlahan-lahan, sebelumnya pastikan tidak ada perdarahan lagi. m. Berikan cairan infuse agar organ tidak terlalu kering. Dan lakukan hal yang sama pada bagian uterus yang disebelahnya. Dilakukan penjepitan, pengikatan,dan pemotongan dengan cara yang sama. n. Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan klem yang agak besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus uteri menggunakan catgut chromic 3,0. Dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri menggunakan benang catgut chromic, dan pada ikatan terakhir dikaitkan pada corpus uteri agar ikatan lebih kuat. o. Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua klem tadi. p. Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh, dan jika sudah tidak ada perdarahan, klem yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan dansebelum ditutup jangan lupa berikan antibiotic. q. Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan catgut chromic 3,0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik tunggal sederhana. Pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu penjahitan.

r. Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan teknik jahitan lambert menggunakan benang chromic, dan dilanjutkan dengan jahitan tunggal sederhana menggunakan benang silik. s. Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan betadine. 4. Hasil Adapun hasil dari praktikum ini yaitu :

Persiapan Alat dan Bahan

Penimbangan Berat Badan (BB) (2,5 kg)

Pengukuran suhu tubuh kucing (37,1C)

Pengambilan Atropine

Pengambilan ACP

Pengambilan Ketamine

Penyuntikan Atropine pada Subcutan

Penyuntikan ACP pada Intramuscular

Penyuntikan Ketamine pada Intramuscular

Pencukuran rambut pada daerah abdomen

Kucing dibaringkan di atas meja operasi

Pemberian Betadine pada daerah abdomen

Pemasangan Infus

Insisi pada daerah abdomen

Eksplorasi dilakukan hingga ditemukannya ovarium dan uterus.

Uterus yang ditemukan

Hasil ovariohisterectomy

Penutupan dilakukan dengan menjahit 3 lapisan yaitu linea alba,subcutan dan kulit.

1. Menghitung Dosis Obat Premedikasi ( Atropine) Diketahui : Dosis atropine = 0,02-0,04 mg/ kg BB Berat badan (BB) kucing 2,5 Kg Konsentrasi atropine = 0,25 mg/ml Jawaban : V=

V= V= 0,2 ml/kg BB Jadi dalam premedikasi volume atopine yang digunakan ialah 0,2 ml/kg BB, 2. Mnghitung Volume Anastesi Ketamine Diketahui : Dosis = 8-12 mg/kg BB Konsentrasi = 100 mg/ml Berat badan kucing 2,5 Kg Jawaban: V=

V= V = 0,25 ml/kg BB

ACP Diketahui :

Dosis = 1mg/kgBB Konsentrasi = 20mg/ml Berat badan kucing 2,5 Kg Jawaban: V=

V= V = 0,03 ml/Kg BB.

5. Pembahasan Pre-operasi Ovariohisterectomy (OH) merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus. Sebelum melakukan tindakan operasi, pasien terlebih dahulu dipuasakan agar kerja obat premedikasi dan anastesi dalam merangsang pusat muntah tidak terjadi. Sebaiknya sehari sebelum operasi pasien dimandikan terlebih dahulu (terutama bila bulunya kotor),

dikeringkan (dilap dengan handuk kering dan alat pengering bulu). Sterilisasi alat juga diperlukan dalam tahapan preoperasi. Alat-alat yang akan digunakan pada saat operasi berupa scalpel handle, blade,gunting tajam-tumpul, gunting tajam-tajam, gunting tumpul-tajam, pinset anatomis, pinset chirurgis, allis forceps, kelly hemostat, needle holder needle, disterilisasi menggunakan alcohol 70%. Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril tidak terkontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi

Sebelum obat anastesi diberikan pasien diberikan obat preanastesi berupa Atropin sediaan dengan dosis 0,02 mg dengan berat kucing 2,5 kg, sehingga dosis yang di injeksikan secara subcutan pada kucing tersebut adalah ( 0,02 mg / 0,25 mg/cc ) x 2,5 KgBB = 0,2 ml/kgBB. Pulsus pasien pada saat sebelum diberikan premedikasi adalah 28x/menit dengan detak jantung 35x/menit. Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 10-15 menit, dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu Ketamin dengan dosis 10 mg/kg BB x 2,5 kg / 100 mg/ml =0, 25 ml dan ACP dengan dosis 0,2 mg/kg BB x 2,5 kg / 15 mg/ml = 0,03 ml, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular pada kaki sebelah kanan. Pulsus pasien setelah pemberian atropin mengalami percepatan adalah 140x/menit dengan detak jantung 132x/menit. Setelah pemberian ACP dan ketamin pulsus pasien menurun menjadi 110x/menit, detak jantung 124x/menit dan suhu badan 37,1C. Operasi Setelah pasien teranastesi ditandai dengan tidak adanya refleks pupil mata dan tidak adanya gerak, pasien kemudian dibersihkan dari rambut-rambut disekitar area abdomen dimana akan dilakukan pencukuran, setelah itu dibersihkan menggunakan betadine. Pasien kemudian diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal. Operasi ovariohisterectomy mulai dilakukan dengan insisi diposterior umbilical kurang lebih 3-4 cm. Selama proses insisi pasien masih dalam keadaan teranastesi, refleks pupil tidak ada. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, ditemukanlah ovarium kanan pasien. Setelah uterus ditarik keluar dari rongga abdomen, ovarium kiri juga ditemukan dan diklam dibagian posterior ovarium. Pada tahap ini, pasien mulai menunjukkan gerakkan-gerakan yang menunjukkan bahwa efek anastesi telah berkurang sehingga diberikan kembali 0,5

ml/mg BB ketamin yang diinjeksikan di subcutan pasien. Setelah pasien kembali teranastesi, operasi segera dilanjutkan dengan memberikan sedikit cairan infuse pada sayatan agar organ tidak kering. Setelah ovarium tersebut diklam dengan dua klam, dilakukan ligasi kurang lebih 1 cm diatas klam menggunakan benang absorbable dua kali di tempat berbeda dari ligasi pertama. Setelah ovarium diligasi, dilakukan pemotongan pada ovarium. Setelah dilakukan pemotongan pada ovarium, tidak terjadi pendarahan sehingga dilanjutkan dengan pengangkatan uterus. Antara cervic dengan corpus uteri di ligasi tepatnya pada arteri uterina mediana. Setelah kedua pembuluh darah diligasi lakukan pemotongan. Setelah diamati tidak terjadi pendarahan maka uterus dapat diangkat. Setelah pemberian antibiotic, dilakukan penjahitan aponeurose m.obliqous abdominis externus, m. abdominis externus dengan menggunakan teknik tunggal sederhana. Penjahitan pada kulit dengan menggunakan benang silik dengan teknik jahitan lambert, dan dilanjutkan dengan jahitan tunggal sederhana. Selama proses penjahitan, diberikan sekali lagi 0,5 ml/mg BB ketamine karena pasien mulai sadarkan diri. Kemudian jahitan di desinfeksi dengan betadine. Post-operasi Setelah dilakukan operasi, kucing tersebut dirawat kurang lebih selama 2 minggu. Pembukaan jahitan dilakukan setelah daerah tersebut susah benar benar kering. 6. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu : Ovariohisterectomy menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria. Persiapan anastesi meliputi kebersihan pasien, pasien dipuasakan. Anastesi yang digunakan adalah ACP 0,03ml/mg BB dan ketamine 0,25ml/mg BB dengan preanastesi atropine 0,2ml/mg BB. Ovariohisterectomy dilakukan untuk beberapa indikasi, baik dalam menangani kasus penyakit atau membatasi populasi hewan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Ovariohisterectomy. http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/images/pdf/Ovariohisterectomy.pdf.diakses maret 2013 Anonim. 2008. Preanastesi dan Anastesi Sebelum Operasi. http://heriblog.wordpress.com/2008/08/23/preanastesi-dan-anastesi-sebelumoperasi/,diakses 10 maret 2013 Biyani, septi.dkk. 2010. Ovariohysterectomy. IPB. http://id.scribd.com/doc/33001279/OH. Diakses tanggal 09 Maret 2014 Bojrab, M. Joseph. 1998. Current Technicues in Small Animal Surgery-fourth edition. USA Hickman, Jhon.dkk. 1995. An Atlas of Veterinary Surgery. University press, Cambridge :Great Britain. Rubiyani, septi.dkk. 2010.Ovariohysterectomy. IPB. http://id.scribd.com/doc/33001279/OH. Diakses tanggal 10 Maret 2014 Trisna, Rizki Zailani. 2012. Indikasi Ovariohysterectomy pada Anjing dan Kucing http://rizkizailanitrisna.wordpress.com/2012/11/08/indikasi-ovariohisterectomy-padaanjing-dan-kucing/. Diakses tanggal 10 Maret 2014 16

S-ar putea să vă placă și