Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Definisi Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA), 2004, asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.
Epidemiologi Asma lebih sering terjadi pada anak dari ras kulit hitam dan dari keluarga dengan sosioekonomi rendah.
Etiologi Belum diketahui pasti, kemungkinan terdapat hubungan antara genetik dan lingkungan. Dalam hal genetik, lebih dari 22 loki di 15 kromosom autosomal terkait dengan asma. Biasanya, asma dikaitkan dengan lokus yang mengandung gen proalergi dan proinflamatori (seperti gen IL-4 di kromosom 5). Sedangkan, faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah infeksi virus yang umum pada saluran nafas, seperti RSV (respiratory syncytial virus), dapat menginduksi terjadinya eksaserbasi asma pada semua usia, dan merupakan faktor risiko terjadinya asma persisten pada anak-anak. Selain itu, pajanan alergen terhadap saluran nafas juga dapat mencetuskan hipersensitivitas dan inflamasi saluran nafas, seperti asap rokok, udara kering dan dingin, dan bau yang tajam.
Faktor Risiko 1. Jenis kelamin Sampai usia 10 tahun: L:P = 1,5-2:1 2. Usia Serangan asma pertama kali lebih banyak timbul pada beberapa tahun pertama kehidupan. 3. Riwayat atopi
Adanya atopi meningkatkan risiko asma. 4. Lingkungan Adanya alergen di lingkungan hidup anak meningkatkan risiko penyakit asma. 5. Ras Kulit hitam >> kulit putih. 6. Asap rokok Terpajan asap rokok >> tidak terpajan. 7. Outdoor air pollution Beberapa partikel halus di udara diduga berperan pada penyakit asma. 8. Infeksi respiratorik Kelompok anak yang sering terkena infeksi respiratorik mempunyai prevalens asma rendah, kecuali RSV.
Pencetus
Patofisiologi Mekanisme terjadinya asma melalui reaksi hipersensitivitas tipe I, dimana nantinya akan menghasilkan respon pada fase cepat dan fase lambat. Pada fase cepat, terjadi bronkonstriksi, sekresi mukus, dan vasodilatasi. Sedangkan, pada fase lambat, terjadi pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil, dan
makrofag, yang akan memperkuat respons awal serta menyebabkan kerusakan sel epitel. Kerusakan tersebut nantinya akan diikuti oleh perbaikan dan pergantian jaringan yang dinamakan airway remodeling.
Manifestasi Klinis Batuk kering intermiten. Pernafasan mengi/wheezing. Anak-anak yang lebih tua mengeluh sesak nafas dan dada seperti tertekan, sedangkan pada yang lebih muda mengeluh nyeri dada nonfokal dan intermiten. Gejala biasanya lebih parah saat malam, terutama ketika dicetuskan infeksi respiratorik dan alergen inhalan.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fungsi paru Berupa pengukuran FEV1 dan PEF. PNAA 2004 mendukung diagnosis asma anak digunakan batasan: 1. Variabilitas* PEF/FEV1 15%, 2. Kenaikan PEF/FEV1 15% setelah pemberian inhalasi bronkodilator, 3. Penurunan PEF/FEV1 20% setelah provokasi bronkus. *Variabilitas adalah perbedaan nilai (peningkatan/penurunan) selama kurun waktu tertentu. Penilaian variabilitas sebaiknya dilakukan dengan mengukur selama 2 minggu.
Pemeriksaan hiperreaktivitas saluran nafas Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan/olahraga, udara kering dan dingin, atau dengan salin hipertonik.
Pengukuran petanda inflamasi saluran nafas non-invasif Dapat dilakukan dengan cara memeriksa eosinofil sputum. Penilaian status alergi Dapat dilakukan dengan uji kulit atau pemeriksaan IgE spesifik dalam serum.
Derajat Asma menurut KPI III Asma episodik jarang 75% populasi asma anak Episode 1x tiap 4-6 minggu Timbul mengi setelah aktivitas berat Tidak terdapat gejala di antara periode serangan Asma episodik sering 20% populasi asma anak Frekuensi serangan lebih sering Timbul mengi pada aktivitas sedang Dapat dicegah dengan pemberian agonis 2 Timbul mengi pada aktivitas ringan Di antara interval gejala, dibutuhkan agonis 2 > 3x/minggu Fungsi paru normal di antara serangan Terapi profilaksis tidak dibutuhkan Gejala terjadi < 1 x/minggu Fungsi paru di antara serangan normal atau hampir normal Terapi profilaksis biasanya dibutuhkan Terapi profilaksis sangat dibutuhkan Asma persisten 5% populasi asma anak Seringnya episode akut
Derajat Asma menurut PNAA Parameter klinis, kebutuhan obat, dan faal paru Frekuensi serangan Asma episodik jarang (asma ringan) < 1x/bulan Asma episodik sering (asma sedang) > 1x/bulan Sering Asma persisten (asma berat)
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Tanpa gejala
Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
Tidak perlu
Steroid hirupan/oral
Uji faal paru (di luar serangan) Variabilitas faal paru (bila ada serangan)
PEF/FEV1 60-80%
Eksaserbasi (Serangan) Asma Merupakan episode perburukan gejala-gejala asma secara progresif, yaitu sesak nafas, batuk, mengi, dada rasa tertekan, atau berbagai kombinasi gejala tersebut.
Derajat Serangan Asma Parameter klinis, fungsi paru, laboratorium Ringan Sedang Tanpa ancaman henti nafas Berat Ancaman henti nafas
Sesak (breathless)
Posisi
Bisa berbaring
Bicara Kesadaran
Penggal kalimat Biasanya irritable Tidak ada Nyaring, sepanjang ekspirasi inspirasi
Kata-kata Biasanya irritable Ada Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi Nyata Sulit/tidak terdengar Kebingungan
Sianosis Mengi
Biasanya tidak
Biasanya ya
Ya
Retraksi
Dangkal/hilang
Takipnea
Takipnea
Bradipnea
Normal
Takikardi
Takikardi
Bradikardi
Pulsus paradoksus
PEER atau FEV1 Prabronkodil ator Pascabronkodil ator SaO2 % PaO2 PaCO2 > 95% Normal < 45 mmHg 91-95% > 60 mmHg < 45 mmHg > 80% 60-80% < 60% Respons < 2 jam 90% < 60 mmHg > 45 mmHg > 60% 40-60% < 40%
Diagnosis Banding
Prevensi dan Intervensi Dini Pengendalian lingkungan. Pemberian ASI eksklusif minimal 4 bulan. Penghindaran makanan berpotensi alergenik. Pengurangan pajanan terhadap tungau debu rumah dan rontokan bulu binatang.