TUGAS AGROEKOLOGI Applying agroecological concepts to the development of Ecologically Pest Management strategies

Oleh: Rasyiqah Saniy H0813147 AGRIBISNIS 2D

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Applying agroecological concepts to the development of Ecologically Pest Management strategies Most of the scientist toda would agree that conventional modern agriculture faces an environmental crisis. The causes of environmental crisis rooted in a prevalent socioeconomic system which promotes monocultures and the use of high input technologies and agricultural practices that lead to natural resource degradation, such as using pesticide to avoid any problems like pests in the nature. The loss of yields due to pests in many crops, despite the substantial increase in the use of pesticides is a symptom of the environmental crisis affecting agriculture. IPM approaches have not addresed the ecological causes of the environmental problems in modern agriculture which are deeply rooted in the monoculture structure prevalent in large scale production systems. That factor then requires another input-pesticide in this case-and so on, perpetuating a process of treating symtoms rather than the real causes that evoked the ecological unbalance. Emerging biotechnological approaches do not differ as they are being pursued to patch up the problems (e.g. pesticide resistance, pollution, soil degradation, etc.) caused by previous agrochemical technologies promoted by the same companies now leading the bio-revolution. Biotechnology product such as transgenic crops are likely to increase the use of pesticides and to accelerate the evolution of 'super weeds' and resistant insect pests (Rissler and Mellon, 1996). From a management perspective, the agroecological objective is to provide a balanced environment, sustained yields, biologically mediated soil fertility and natural pest regulation through the design of diversified agroecosystems and the use of low-input technologies. The optimal behavior of agroecosystems depends on the level of interactions between the various biotic and abiotic components. In other words, ecological concepts are utilized to favor natural processes and biological interactions that optimize synergies so that diversified farms are able to sponsor their own soil fertility, crop protection and productivity.

The ultimate goal of agroecological design is to integrate components so that overall biological efficiency is improved, biodiversity is preserved, and the agroecosystem productivity and its self-sustaining capacity is maintained. The goal is to design an agroecosystem that mimics the structure and function of natural ecosystem, that is systems that include: a) Vegetative cover as an effective soil-and water-conserving measure, met through the use of no-till practices, mulch farming, and use of cover crops and other appropiate methods. b) A regular supply of organic matter through the regular addition of organic matter (manure, compost and promotion of soil biotic activity). c) Nutrient recycling mechanisms through the use of crop rotations, crop/livestock systems based on legumes, etc. d) Pest regulation assured through enhanced activity of biological control agents achieved by introducing and/or conserving natural enemies. During the four phases, management is guided in order to ensure the following processes: a) Increasing biodiversity both in the soil and above ground b) Increasing biomass production and soil organic matter content c) Decreasing levels of pesticide residues and losses of nutrients and water components d) Establishment of functional relationships between the various plant and animal farm components e) Optimal planning of crop sequences and combinations and efficient use of locally available resources The challenge for EBPM scientists is to identify the correct management techniques and crop assemblages that will provide through their biological synergisms key ecological services such as nutrient cycling, biological pest control, and water and soil conservation. Clearly, the emphasis of this approach is to help to restore natural control mechanisms through the addition of selective biodiversity within and outside the crop field, through a whole array of possible crop arrangement in time and space.

Penerapan konsep agroekologi untuk pengembangan strategi manajemen pengendalian hama

Sebagian besar ilmuwan akan setuju bahwa pertanian modern kini sedang menghadapi krisis lingkungan. Krisis lingkungan yang sekarang terjadi disebabkan oleh penggunaan tekonologi pertanian yang menimbulkan degradasi sumber daya alam, seperti penggunaan pestisida dalam pembasmian hama. Penggunaan pestisida meningkat seiring dengan kerusakan yang disebabkan oleh hama pada tanaman, meskipun penggunaan dari pestisida menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan pada lingkungan. Pendekatan IPM belum menyatakan bahwa penyebab ekologis dalam pertanian modern yang biasanya terjadi pada sistem pertanian monokultur lazim ditemukan dalam skala produksi yang besar. Berdasarkan pernyataan tersebut, ada satu faktor yang dapat membatasi peningkatan hasil dan faktor tersebut dapat diatasi dengan tindakan yang sesuai. Faktor tersebut kemudian membutuhkan bantuan pestisida yang jelas tidak membantu menyeselesaikan masalah

lingkungan yang telah ada. Dengan munculnya pendekatan bioteknologi tidak semata-mata

menyelesaikan masalah yang telah ada. Pendekatan bioteknologi dibuat untuk mengatasi masalah seperti resistensi pestisida, polusi degradasi tanah, dll yang disebabkan oleh teknologi agrokimia oleh oknum sebelumnya yang sekarang memimpin proses bio-evolusi. Tanaman transgenik yang merupakan salah satu dari produk bioteknologi cenderung meningkatkan penggunaan pestisida untuk mempercepat evolusi serta mengurangi serangan hama. Sedangkan dari perspektif managemen, tujuan agroekologi adalah menciptakan lingkungan yang seimbang, hasil optimum yang berkelanjutan, kesuburan tanah tetap terjaga, regulasi hama alami melalui berbagai macam proses agroekosistem yang beragam serta teknologi rendah pengrusakan. Tingkat keberhasilan proses agroekosistem tergantung dari interaksi antar komponen baik abiotik maupun biotik. Konsep konsep ekologi yang ada ditujukan agar mengoptimalkan sinergi antara alam dengan komponennya sehingga mampu

menjaga kesuburan tanah, perlindungan tanaman serta peningkatan produksi mereka sendiri. Tujuan utama dari prinsip agroekologi adalah meningkatkan integrasi antar komponen sehingga efisiensi biologis secara keseluruhan meningkat, keanekaragaman hayati tetap terjaga, serta tingkat produktivitas yang stabil. Tujuan tersebut meliputi: a. Penutup vegetatif yang efektif untuk menjaga kestabilan unsur hara dan air seperti penggunaan mulsa, cover crops, dan metode yang efektif lainnya b. Pemasokan bahan bahan organik yang membantu pertumbuhan seperti pupuk kandang dan kompos c. Siklus nutrisi yang terjaga melalui penggunaan rotasi tanaman, penanaman tanaman kacang kacangan/tumbuhan polong, dll. d. Pengendalian hama melalui melalui peningkatan aktivitas agen pengendalian alami Selama melaksanakan fase fase tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: a. Peningkatan keanekaragaman hayati baik di tanah dan di atas tanah b. Peningkatan produksi biomassa dan kandungan bahan organik tanah c. Penurunan tingkat residu dan kerugian nutrisi dan komponen pestisida d. Pembentukan hubungan fungsional antar tumbuhan dan hewan dalam bidang pertanian e. Efisiensi penggunaan sumber daya yang telah tersedia Tantangan utama bagi para ilmuwan adalah menemukan strategi manajemen yang tepat yang mampu memberikan keuntungan ekologis seperti siklus nutris, pengendalian hama, serta air dan konservasi tanah. Terlihat jelas bahwa tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk membantu mengembalikan mekanisme kontrol alami melalui penambahan keanekaragaman hayati selektif di dalam dan di luar bidang pertanian melalui seluruh kemungkinan yang ada di ruang dan waktu.