Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PRAKTIK KETRAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
A. DEFINISI Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo Aru, dkk, 2009). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti dan panyakit ini menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak (Nursalam, 2005). Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo Aru, dkk, 2009). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit akut demam akut yang disebabkan oleh empat serotip virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tandatanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat kebocoran plasma yang menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002). Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertedensi manimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian (Depkes, 2006).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue henorraghic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aeges aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. ETIOLOGI Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah berturut turut nyamuk (Soegijanto,2004). Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk group B Arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang paling banyak sebagai penyebab. Dalam hal ini penularan melibatkan tiga factor yaitu menusia, virus dan virus perantara. Nyamuk- nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari atau 13-14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh (Nursalam, 2005). Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi orang
itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2000).
C. PATOFISIOLOGI Virus Dengeu akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dimana virus tersebut akan masuk ke alliran darah, maka terjadilah viremia (virus dalam aliran darah). Kemudian aliran darah beredar ke seluruh tubuh maka virus tersebut dapat dengan mudah menyerang organ tubuh manusia. Paling banyak organ yang terserang adalah sistem gastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan pada reaksi imunologi. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah, dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengeu tersebut mengganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan oksidasi lemak, namun karena hati terserang virus dengeu maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi benda-benda keton, sehingga akan menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen (Mansjoer, 2000). Virus dengue juga masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat. Dapat terjadi kebocoran plasma yang akan menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian. Bila virus bereaksi dengan antibodi maka mengaktivasi sistem komplemen untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadi demam, dimana dapat DHF dengan derajat I, II, III.IV (Mansjoer,2000).
D. MANIFESTASI KLINIS Berdasarkan derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut (Mansjoer, 2005): 1. Derajat I (Ringan) Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes rumple leed yang positif. 2. Derajat II (Sedang) Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena (muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab. 3. Derajat III (Berat) Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah. 4. Derajat IV Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.
E. MANIFESTASI KLINIS Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga merupakan suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic fever dan dengue shock syndrome (Depkes, 2006). a. Demam Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala. Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis.
b. Perdarahan Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk perdarahan dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura, echimosis, epistasis, perdarahan gusi dan yang paling parah adalah melena. c. Hepatomegali Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadang-kadang juga di temukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus. d. Shock Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya mempunyai prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin pada ujung hidung, jari dan kaki, sianosis sekitar mulut dan akhirnya shock. e. Trombositopenia Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila dibawah 150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai ketujuh sakit. f. Kenaikan Nilai Hematokrit Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik. g. Gejala Klinik Lain Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium, muntahmuntah, diare dan kejang-kejang (Depkes ,2006).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun IgG. Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain : Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah. Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat. Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal. 2. Pemeriksaan radiologis Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG (WHO, 2006). 3. Serologi a. Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot. b. Uji serologi memakai serum tunggal. Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M. G. PATHWAY (Terlampir) H. PENATALAKSANAAN MEDIS Menurut Hadinegoro (2001) dan Hendrawanto (2003), pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan. Medikamentosa yang bersifat simptomatis : Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala,
ketiak,inguinal. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti : Larutan fisiologis NaCl Larutan Isotonis ringer laktat Ringer asetat Glukosa 5%
I. ANALISA DATA Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang
dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
G. RENCANA KEPERAWATAN NO 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipertermia (00007) Batasan Karakteristik: NOC: 1. Hidration TUJUAN NIC: Fever treatment 1. Monitor suhu sesering mungkin 2. Monitor IWL 3. Monitor warna dan suhu kulit 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR antara 5. Monitor kesadaran penurunan tingkat INTERVENSI
- kenaikan suhu tubuh diatas rentang 2. Adherence behavior normal - serangan atau konvulsi (kejang) - kulit kemerahan - pertambahan RR - takikardi - saat disentuh tangan terasa hangat Faktor faktor yang berhubungan - penyakit/ trauma - peningkatan metabolism - aktivitas yang berlebih - pengaruh medikasi/anastesi - ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat - terpapar dilingkungan panas - dehidrasi - pakaian yang tidak tepat 3. Immune status 4. Risk control 5. Risk detection Kriteria hasil: 1. Keseimbangan
dan 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct 7. Monitor intake dan output antara 8. Berikan anti piretik pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Berikan cairan intravena Kompres pasien pada lipat
kehilangan panas selama 10. 28 hari pertama 11. 12. asam 13.
kehidupan 3. Keseimbangan basa bayi baru lahir 37,5C 5. Tidak ada kejang 6. Tidak ada
warna kulit
7. Pengendalian hipertermia 8. Pengendalian hipotermia 9. Pengendalian proses menular 10. Pengendalian paparan
risiko: 1. Monitor suhu minimal tiap dua jam risiko: 2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu risiko: 3. Monitor tekanan darah, nadi dan respiratory rate 4. Monitor warna dan suhu kulit sinar 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh 8. Ajarkan pada orang tua pasien cara mencegah keletihan akibat panas 9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
risiko: matahari
kemungkinan efek negative dari kedinginan 10. Beritahu terjadinya tentang keletihan indikasi dan
penanganann emergency yang diperlukan 11. Ajarkan indikasi dari hipotermia dan penanganan yang diperlukan yang diperlukan 12. Berikan diperlukan anti piretik jika
2.
Kekurangan volume cairan (00027) Batasan Karakteristik : - Kelemahan - Haus - Penurunan turgor kulit/lidah - Membran mukosa/kulit kering - Peningkatan penurunan denyut tekanan
NOC 1. Fluid balance 2. Hydration 3. Nutritional status: food and fluid intake Kriteria hasil:
NIC Fluid management 1. Timbang popok jika perlu 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 3. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan 4. Monitor vital sign 5. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV 7. Berikan cairan IV pada suhu ruangan 8. Dorong masukan oral 9. Berikan nasogastrik sesuai output 10. Dorong keluarga untuk
nadi, 1. Mempertahankan urine darah, output sesuai dengan usia dan berat badan, berat jenis urine normal , HT normal 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
penurunan volume/tekanan nadi - Pengisian vena menurun - Perubahan status mental - Konsentrasi urine meningkat - Temperatur tubuh meningkat - Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat badan seketika 3. Tidak ada tanda-tanda (kecuali pada third spacing) Faktor-faktor yang berhubungan: - Kehilangan volume cairan secara aktif - Kegagalan mekanisme pengaturan dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
(jus buah, buah segar) untuk anak usia bermain sampai remaja/dewasa 12. Kolaborasi dengan dokter
1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan 2. Pelihara IV line 3. Monitor tingkat Hb dan Ht 4. Monitor tanda vital 5. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan 6. Monitor berat badan 7. Dorong pasien atau orang tua pasien untuk menambah intake oral 8. Pemberian cairan IV monitor untuk mengindikasi adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan yang diberikan 9. Monitor adanya tanda gagal ginjal 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Batasan karakteristik : - Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal - Dilaporkan adanya intake NOC: 1. Nutritional status 2. Nutritional status: Food and fluid intake 3. Nutritional status: nutrient intake NIC Weight Management (1260) 1. Bina hubungan dengan keluarga klien 2. Jelaskan keluarga klien
makanan yang kurang dari RDA 4. Weight control (Recomended Daily Allowance) - Membran mukosa Kriteria Hasil:
badan dan kehilagan berat badan 3. Jelaskan kelurga klien tentang kondisi berat badan klien 4. Jelaskan resiko dari kekurangan berat badan
dan 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat badan ideal sesuai
- Luka, mulut
inflamasi
pada
rongga
dengan tinggi badan 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tanda malnutrisi 5. Menunjukan
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan - Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan - Dilaporkan sensasi rasa adanya perubahan
badan klien 6. Pantau porsi makan klien 7. Anjurkan klien makan teratur
- Perasaan ketidakmampuan untuk 6. Tidak terjadi penurunan mengunyah makanan - Miskonsepsi - Kehilangan BB dengan makanan cukup - Keengganan untuk makan - Kram pada abdomen - Tonus otot jelek - Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi - Kurang makanan - Pembuluh darah kapiler mulai rapuh - Diare dan atau steatorrhea - Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) - Suara usus hiperaktif - Kurangnya misinformasi Faktor-faktor yang berhubungan : informasi, berminat terhadap berat badan yang berarti
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi. 4. Pola napas tidak efektif (00032) Batasan karakteristik : - Penurunan inspirasi/ekspirasi - Penurunan pertukaran udara per menit - Menggunakan tambahan - Nasal flaring - Dyspnea - Orthopnea - Perubahan penyimpangan dada - Nafas pendek - Assumption of 3-point position - Pernafasan pursed-lip - Tahap ekspirasi otot tekanan NOC: 1.Respiratory status : Ventilatior 2.Respiratory status : Airway patency 3.Vital sign Status pernafasan Kriteria Hasil: 1.Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) berlangsung 2.Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak diameter anteriormerasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 3.Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan NIC: Airway Management 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 5. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 7. Lakukan suction pada mayo 8. Berikan bronkodilator bila perlu 9. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab 10. Atur intake untuk cairan
sangat lama - Peningkatan posterior - Pernafasan rata-rata/minimal Bayi : < 25 atau > 60 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat Bayi ml/Kg - Timing rasio - Penurunan kapasitas vital Faktor yang berhubungan : - Hiperventilasi - Deformitas tulang - Kelainan bentuk dinding dada - Penurunan energi/kelelahan - Perusakan/pelemahan skeletal - Obesitas - Posisi tubuh - Kelelahan otot pernafasan - Hipoventilasi sindrom - Nyeri - Kecemasan - Disfungsi Neuromuskuler - Kerusakan persepsi/kognitif - Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang - Imaturitas Neurologis muskulovolume tidalnya 6-8
darah, nadi, pernafasan) Terapi Oksigen 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea 2. Pertahankan jalan nafas yang paten 3. Atur peralatan oksigenasi 4. Monitor aliran oksigen 5. Pertahankan posisi pasien 6. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi 7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan. 8. Monitor suara paru 9. Monitor pola pernapasan
kelembaban kulit 11. 12. Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 13. Identifikasi penyebab dari
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hadinegoro et al. 2001. Tatalaksanan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hendrawanto. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi ketiga.jakarta: Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Cetakan Keenam. Jakarta: Media Aesculapius. Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika. Soegijanto, Soegeng. Demam Berdarah Dengue. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.