Sunteți pe pagina 1din 18

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

























Disusun Oleh:
Qoys M. Iqbal Al-Halaj






PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1434 H
STROKE

A. Pengertian
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat me nyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.
Stroke adalah sindrom yang terjadi dari tanda/gejala hilangnya fungsi saraf pusat
fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit) (Ginsberg, 2008).
Selain itu, stroke merupakan sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan
sebagai tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat, namun karena pecahnya
pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Stroke ini meningkat seiring pertambahan usia
(Dewanto, 2009 dan Muttaqin, 2008).
Stroke biasanya diakibatkan oleh empat kejadian, yaitu (1) trombosis (bekuan
darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), (2) embolisme serebral (bekuan darah
atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), (3) iskemia
(penurunan aliran darah ke otak), dan (4) hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah
serebral sehingga perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak) (Smeltzer
& Brenda, 2002).

B. Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut (Goetz, 2007):
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
1) Perdarahan intra serebral
2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
1) Stroke akibat trombosis serebri
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
2. Berdasarkan waktu terjadinya
a. Transient Ischemic Attack (TIA), atau lebih di kenal dengan transien ischemik
attack dapat didefinisikan sebagai suatu defisit neurologis lokal disebabkan oleh
hipoperfusi reversibel daerah otak, dengan pemulihan penuh dalam waktu kurang
dari 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND), Gejala neurologik yang timbul
akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari
seminggu.
c. Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke, Gejala neurologik yang makin
lama makin berat
d. Completed stroke, gejala klinis sudah menetap.
3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
a. Sistem karotis
1) Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
2) Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
3) Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks
4) Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
b. Sistem vertebrobasiler
1) Motorik : hemiparese alternans, disartria
2) Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
3) Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
STROKE HEMORAGIK

A. Pengertian
Adapun stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi
ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga
menyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di
sebelah hilir (Corwin, 2009). Menurut Muttaqin (2008),
stroke hemoragik merupakan perdarahan serebri dan
mungkin perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu
dan biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat.
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan
struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan
sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi
jaringan otak dan menekan batang otak (Goetz, 2007).

B. Etiologi
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang menekan
dinding arteri sampai pecah. Adapun beberapa penyebab stroke lainnya :
1. Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus gangguan
pembuluh darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri.
2. Pecahnya aneurisma
Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka penderita
biasanya masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu aneurisme. Dan salah satu
dari ciri khas aneurisme adalah kecendrungan mengalami perdarahan ulang (Sylvia A.
Price, 1995)
3. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan).
a. Trombosis sinus dura
b. Diseksi arteri karotis atau vertebralis
c. Vaskulitis sistem saraf pusat
d. Oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)
e. Migrain
f. Kondisi hyperkoagulasi
g. Penyalahgunaan obat (kokain dan amfetamin)
h. Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau leukemia)

C. Jenis-jenis Stroke Hemoragik
1. Perdarahan Sub Dural (PSD)
Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan araknoid. Perdarahan dapat
terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di
permukaan otak dan sinus venosus di dalam dura mater atau karena robeknya
araknoid.
2. Perdarahan Sub Araknoid (PSA)
Perdarahan Subaraknoid (PSA)
adalah keadaan akut dimana
terdapatnya/masuknya darah ke
dalam ruangan subaraknoid, atau
perdarahan yang terjadi di pembuluh
darah di luar otak, tetapi masih di
daerah kepala seperti di selaput otak
atau bagian bawah otak. PSA
menduduki 7-15% dari seluruh kasus
Gangguan Peredaran Darah Otak
(GPDO). Sebagian dari lesi vascular
yang dapat menyebabkan perdarahan
subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).

Gejala klinis :
a. Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,
berlangsung dalam 1 2 detik sampai 1 menit.
b. Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah
dan kejang.
c. Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa
menit sampai beberapa jam.
d. Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
e. Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik
perdarahan subarakhnoid.
f. Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takik ardi, hipotensi atau
hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.

3. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma, dimana
70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang otak
dan serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama
disebabkan oleh hipertensi (50-68%). Angka kematian untuk perdarahan
intraserebrum hipertensif sangat tinggi, mendekati 50%. Perdarahan yang terjadi
diruang supratentorium (diatas tentorium cerebeli) memiliki prognosis yang baik
apabila volume darah sedikit. Namun, perdarahan kedalam ruang infratentorium
didaerah pons atau cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena
cepatnya timbul tekanan pada strukturstruktur vital dibatang otak.
Gejala klinis :
a. Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan
dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu
nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan
epistaksis.
b. Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese
dan dapat disertai kejang fokal / umum.
c. Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan
bola mata menghilang dan deserebrasi
d. Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya
papiledema dan perdarahan subhialoid.

D. Faktor Risiko
Faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan
yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable) (Goetz, 2007; Ropper 2005).
1. Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit
jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol,
hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis.
2. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku,
dan faktor genetik.

E. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan Sub Dural
Gejala-gejala perdarahan sub dural adalah nyeri kepala progresif, ketajaman
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisiensi
neorologik daerah otak yang tertekan
2. Perdarahan Sub Araknoid
a. Gejala prodormal : nyeri kepala hebat dan akut hanya 10%, 90% tanpa keluhan
sakit kepala.
b. Kesadaran sering terganggu, dari tidak sadar sebentar, sedikit delirium sampai
koma.
c. Fundus okuli : 10% penderita mengalami papil edema beberapa jam setelah
perdarahan.
d. Gangguan fungsi saraf otonom, mengakibatkan demam setelah 24 jam karena
rangsangan meningeal, muntah, berkeringat, menggigil, dan takikardi.
e. Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hamtemesis dan melena (stress
ulcer), dan sering disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria dan
albuminuria.
3. Perdarahan Intra Serebral
a. Gejala prodormal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan
seringkali di siang hari, waktu bergiat atau emosi/ marah. Pada permulaan
serangan sering disertai dengan mual, muntah dan hemiparesis. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam,
23% antara -2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari)
Sedangkan menifestasi klinis dari stroke hemoragik berdasarkan lokasi perdarahannya:
1. Hemisfer Serebri
Hemisfer serebri dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer serebri sinistra (kiri) dan
hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri kiri mengendalikan kemampuan
memahami dan mengendalikan bahasa serta berkaitan dengan berpikir matematis
atau logis, sedangkan hemisfer serebri dextra berkaitan dengan keterampilan,
perasaan dan kemampuan seni.
2. Ganglion Basalis
Fungsional peranan umum ganglion basal adalah untuk bekerja sebagai stasiun-
stasiun pemrosesan yang menghubungkan korteks serebrum dengan nukleus-nukleus
thalamus tertentu dan akhirnya berproyeksi ke korteks serebrum. Kerusakan pada
ganglion basalis akan mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk memulai
gerak yang diinginkan.
3. Batang Otak
Batang otak adalah bagian otak yang masih tersisa setelah hemisfer serebri dan
serebelum diangkat. Medula oblongota, pons dan otak tengah merupakan bagian
bawah atau bagian infratentorium batang otak. Kerusakan pada batang otak akan
mengakibatkan gangguan berupa nyeri, suhu, rasa kecap, pendengaran, rasa raba,
raba diskriminatif, dan apresiasi bentuk, berat dan tekstur.
4. Serebelum
Serebelum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Archiserebelum berfungsi untuk mempertahankan agar seseorang berorientasi
terhadap ruangan. Kerusakan pada daerah ini akan mengakibatkan ataxia tubuh,
limbung dan terhuyung-huyung.
b. Paleoserebelum, mengendalikan otot-otot antigravitas dari tubuh, apabila
mengalami kerusakan akan menyebabkan peningkatan refleks regangan pada
otot-otot penyokong.
c. Neoserebelum, berfungsi sebagai pengerem pada gerakan dibawah kemauan,
terutama yang memerlukan pengawasan dan penghentian, serta gerakan halus
dari tangan. Kerusakan pada neoserebelum akan mengakibatkan dysmetria,
intenton tremor dan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan mengubah-ubah
yang cepat.

F. Patofisiologi
(Terlampir)




G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
No Pemeriksaan
umum
Keterangan
1. Umum Tanda vital termasuk irama jantung, Bising kardial, meningismus
2. Kognitif -Tingkat kesadaran, behavior
- Orientasi, perhatian, gangguan lapang pandang
- Fungsi bahasa (kelancaran, komprehensi, repetisi)
- Refleks primitif (grasping, kurang inisiasi, perseverasi)
- Gangguan memori jangka pendek (3 kata dalam 5 menit)
3. Nervi kraniales - Ptosis, refleks cahaya pupil, konfrontasi lapangan pandang
- Gerakan okuler, nistagmus
- Paralisis fasial dan sensasi
- Deviasi lidah dan palatum, disartria
4. Anggota gerak - Kedua lengan dan kaki serta kemampuan untuk mengangkat dan
kekuatannya
- Ataksia
- Sensasi
- Refleks (refleks tendo, refleks kutaneus plantar)

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke
hemoragik antara lain adalah:
No Pemeriksaan Penjelasan
1. Neuroimaging (minimal salah
satu)
CT Scan kepala, termasuk perfusion CT
Scan
MRI kepala, termasuk imaging difusi dan
perfusi, FLAIR dan T2
2. Pemeriksaan imaging pada
servikal dan arteri intracranial
(minimal salah satu)

CT angiografi atau MR angiografi
Doppler dan duplex ultrasonografi
Angiografi konvensional atau digital (jika
akan dilakukan trombolisis intra-arterial)
3. Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap, INR, aPTT,
PTT, gula darah, Natrium, Kalium, ureum,
kreatinin, CK, CK-MB, CRP
4. Lain-lain EKG
Pungsi lumbal (jika curiga perdarahan
subarakhnoid atau infeksi
meningo-vaskuler)
1. Angiografi, dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.
Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di
daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
2. CT-Scan, dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
3. EEG (Elektro Encephalogram), dapat menunjukkan lokasi perdarahan,
gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami gangguan.
4. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya anemia, leukositosis
(setelah terjadinya infeksi sistemik).
5. Pemeriksaan koagulasi untuk menentukan riwayat koagulopati sebelumnya
6. Ureum dan elektrolit untuk menentukan hiponatremia akibat salt wasting,
glukosa serum untuk menentukan hipoglikemia.
7. Rontgen toraks untuk melihat edema pulmonal atau aspirasi
8. EKG 12 sadapan untuk melihat aritmia jantung atau perubahan segmen ST
9. Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui stroke hemoragik ini adalah CT scan
otak. CT scan sangat sensitif terhadap hemoragi (untuk keadaan darurat).
Sebagian besar alat MRI walaupun bahkan lebih sensitif dari pada CT scan
namun direkomendasikan untuk menentukan lokasi kerusakan yang tepat dan
memantau lesi
.
H. Penatalaksanaan
Dalam tatalaksana stroke waktu merupakan hal yang sangat penting mengingat
jendela terapinya hanya berkisar antara 3 sampai 6 jam. Tindakan di gawat darurat untuk
stroke akut sebaiknya ditekankan pada hal-hal berikut:
1. Stabilisasi pasien
2. Pemeriksaan darah, EKG dan rontgen toraks
3. Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan CT Scan kepala atau MRI sesegera mungkin
Pendekatan yang dilakukan di gawat darurat sebaiknya singkat dan terfokus pada
hal-hal berikut:
1. Apa saja gejala yang muncul?
2. Kapan gejala tersebut muncul?
3. Bagamana tanda vital pasien?
4. Apakah pasien mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus atau penyakit jantung?
5. Apakah pasien memakai aspirin atau warfarin?
Hal yang harus selalu diingat adalah komplikasi tersering yang dapat menyebabkan
kematian. Herniasi transtentorial dapat terjadi pada infark yang luas ataupun perdarahan
luas dengan perluasan ke ventrikel atau perdarahan subarakhnoid. Pneumonia aspirasi
juga penyebab kematian yang cukup sering pada stroke akut. Semua pasien stroke akut
harus diperlakukan sebagai pasien dengan disfagia sampai terbukti tidak. Komplikasi
lainnya adalah infark miokard akut, sekitar 3% penderita stroke iskemik mengalami
komplikasi ini.
Perawatan di ICU jika didapatkan volume hematoma lebih dari 30 cc, perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus dan klinis cenderung memburuk, Tekanan darah
diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau sebanyak 15-20% bila tekanan sistolik
>180, diastolik >120, MAP >130, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal
jantung maka tekanan darah segera diturunkan dengan labetolol intravena dengan dosis
10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum
300 mg; enelapril intravena 0,625-1.25 mg per 6 jam; Captopril 3 kali 6,25-25 mg
peroral.
Jika didapatkan tanda-tanda tekanan intra kranial meningkat, mka posisi kepala
dinaikkan 30 derajat, dengan posisi kepala dan dada pada satu bidang, bisa dilakukan
pemberian manitol (lihat stroke iskemik), dan hiperventilasi (PCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan terapi secara umum sama dengan stroke iskemik, Jika didapatkan tukak
lambung maka harus dilakukan dan dapat juga dicegah dengan pemberian antagonis H2
parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton,
Terapi khusus
Pemberian neuroprotektor dapat diberikan pada perdarahan intraserebral kacuali
yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah hanya dilakukan dengan mempertimbangkan
usia dan letak perdarahan lesi yaitu pada pasien yang memburuk karena perdarahan
serebelum dengan diameter lebih dari 3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan
intraventrikel atau serebelum, yaitu dilakukan pemasangan VP-shunting dan perdarahan
lobar di atas 60 cc dengan tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial akut dan ancaman
herniasi. Pada perdarahan subarakhnoid dapat diberikan Kalsium antagonis (nimodipine)
maupun tindakan bedah (aneurisma, AVM) dengan ligasi, embolisasi, ekstirpasi, gamma
knife.

I. Proses Keperawatan
1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d cedera otak, penurunan perfusi serebral,
peningkatan TIK, dan hipertensi intrakranial.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, gangguan muskuloskeletal,
dan gangguan neuromuskuler pada ekstremitas.
3. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak, kelemahan sistem
muskuloskeletal.
4. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal, kelemahan


Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan & KH Intervensi
Penurunan kapasitas adaptif
intrakranial b.d cedera otak,
penurunan perfusi serebral,
peningkatan TIK, dan hipertensi
intrakranial.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x... jam terjadi
peningkatan kapasitas adaptif
intrakranial.

KH :
Neurogical status
- Kesadaran
- Pusat kontrol motorik
- Fungsi pusat sensori dan motorik
- Tekanan intrakranial
- Mengkomunikasikan situasi yang
semestinya
- Ukuran pupil
- Reactivity pupil
- Pola gerakan mata klien
- Pola napas
- Tekanan darah
- Nadi
- RR
- Hipertermi
- Sakit kepala
Measurement Scale
1= severely compromised
2= substantially compromised
3= Moderately compromised
4= mildly compromised
Neurologic Monitoring
- Monitor ukuran, kesimetrisan, bentuk pupil
- Monitor tingkat kesadaran klien
- Monitor tingkat orientasi klien
- Monitor GCS klien
- Monitor tanda vital: suhu, tekenan darah, nadi, dan
pernapasan klien
- Monitor status pernapasan: AGD, nadi oksimetri,
kedalaman, pola, kecepatan dan kemampuan bernapas
klien
- Monitor parameter hemodinamik tindakan invasif yang
tepat
- Monitor ICP dan CPP
- Monitor refleks corneal
- Monitor refleks batuk dan gag
- Monitor kekuatan otot, kemampuan berpindah, dan cara
berjalan klien
- Monitor kesimetrisan wajah
- Monitor gangguan visual klien: diplopia, nistagmus,
pandangan kabur,
- Monitor cara bicara klien:kefasihan, aphasia, kesulitan
menemukan kata
- Monitor respon terhadap rangsangan: verbal, taktil
- Monitor respon terhadap pengobatan
- Tingkatkan frekuensi monitoring neurologis sesuai
indikasi
- Hindari kegiatan yang dapat meningkatkan TIK

5= not compromised

Circulation status
- Tekanan darah sistolik
- Tekanan darah diastolik
- Tekanan nadi
- Tekanan darah rata-rata
- Urin output
- Kapilery refil
- Suara napas tambahan

Measurement Scale
1= severely deviation from normal
range
2= substantially deviation from normal
range
3= Moderately deviation from normal
range
4= mildly deviation from normal range
5= not deviation from normal range





ICP monitoring
- Ukur peningkatan TIK dengan alat monitoring TIK
- Catat adanya peningkatan TIK
- Monitor kualitas dan karakteristik peningkatan TIK
- Monitor tekanan perfusi serebral
- Monitor status neurologis
- Monitor intake dan output
- Pertahankan sterilitas dari sistem monitor
- Monitor temperatur dan jumlah leukosit darah
- Berikan antibiotik
- Posisikan kepala dan leher dengan posisi netral, hindari
posisi ektrim fleksi panggul
- Sesuaikan posisi kepala ntuk mengoptimalkan perfusi
serebral
- Beritahu dokter bahwa elevasi PTIK tidak berespon
terhadap protokol pengobatan
Hambatan mobilitas fisik b.d
penurunan kekuatan otot,
gangguan muskuloskeletal, dan
gangguan neuromuskuler pada
ekstremitas.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x... jam klien
mampu menunjukkan pergerakan
ekstremitas.

KH :
- Klien dapat mempertahankan
pergerakan ekstremitas meliputi
pergelangan kaki/tangan, siku, jari-
jari, panggul, lutut, leher.
Joint mobility :
- Tentukan keterbatasan pergerakan sendi
- Kolaborasi dengan fisioterapist untuk mendukung
program latihan
- Jelaskan pada pasien tentang tujuan latihan
- Pantau lokasi ketidaknyamanan selama aktivitas
- Jaga pasien dari trauma selama latihan
- Bantu posisi optimal untuk pergerakan sendi baik pasif
maupun aktif
- Lakukan ROM aktif/pasif sessuai indikasi
- Bantu untuk membuat jadwal latihan


- Bantu pergerakan sendi secara teratur dalam
mengurangi nyeri, ketahanan, dan kelenturan
Muscle control :
- Kaji fungsi sensori pasien
- Jelaskan rasional latihan tersebut dilakukan
- Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat setelah
dilakukan latihan
- Pantau respon emosional, dan fungsi kardiovaskuler
selama latihan
- Pantau kebenaran tindakan saat latihan mandiri
- Kaji kembali progres dari fungsi pergerakan tubuh
pasien

Hambatan komunikasi verbal b.d
penurunan sirkulasi ke otak,
kelemahan sistem
muskuloskeletal.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x... jam
komunikasi verbal teratasi.
KH :
- Menggunakan bahasa lisan
- Menggunakan bahasa tulis
- Menggunakan bahasa non verbal
- Memahami isi dari pesan yang
diterima

Hemodynamic regulation
- Kenali adanya perubahan tekanan darah
- Auskultasi suara paru dan suara tambahan lainnya
- Aukultasi suara jantung
- Monitor dan catat HR, ritme, dan denyut jantung
- Monitor level elektrolit
- Monitor resistensi pembulh darah sistemik dan
pulmonal
- Monitor curah jantung
- Monitor nadi periperal, capilarely refil, temperatur,
warna ektremitas
- Elevasi kepala dengan tepat
- Berikan vasodialator/vasokonstriktor sesuai indkasi
- Monitor intake output
- Pasang kateter urin dengan tepat
- Monitr efek pengobatan
Lampiran
Tabel perbedaan Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik
Gejala Klinis PIS PSA Non-Hemoragik
Defisit fokal Berat Ringan Ringan-berat
Onset Menit/ jam 1-2 menit Pelan (jam/ hari)
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat Ringan
Muntah pada awalnya Sering Sering
Tidak, kecuali lesi di
batang otak
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
Penurunan kesadaran Ada Ada Tidak ada
Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada
Hemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak ada Sering dari awal
Gangguan bicara Biasa ada Jarang Sering
Likuor Berdarah Berdarah Jernih
Paresi/ gangguan N III Tidak ada Bisa ada Tidak ada


DAFTAR PUSTAKA
Baehr M, Frotscher M. Duus : Topical Diagnosis in Neurology. 4 th revised edition. New York :
Thieme. 2005.
Bulechek, Gloria M. Et al. Nursing Intervention Classification. Fifth Edition. United State of
America : LSEVIER MOSBY. 2004
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC. 2009
Dewanto, George, dkk. Panduan Praktis Diagnosis & tata laksana Penyakit Saraf. Jakarta :
EGC. 2009
Ginsberg, Lionel. Lecture Notes Neurologi. Jakata : PT Gelora Aksara Pratama. 2008
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology, 3
th
ed.
Philadelphia : Saunders. 2007
Herdman, T. Heather. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC. 2012.
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline Stroke 2007.
Jakarta
Moorhead, Sue et al. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. United State
of America : LSEVIER MOSBY. 2004
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin Achmad/FK
UNRI. Pekanbaru. 2007.
Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 1984-1985. Laporan
Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu Penyakit Saraf. 1986.
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors Priciples of Neurology.
Eight edition. New York : Mc Graw-Hill, 2005.

S-ar putea să vă placă și