Sunteți pe pagina 1din 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan ibu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena masih
besarnya angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu
indikator kesehatan ibu, dewasa ini masih tinggi di Indonesia bila dibandingkan
dengan AKI di Negara ASEAN lainnya (Depkes, 2011) dalam Ika fauziah (2012).
Angka kematian ibu merupakan target dalam tujuan pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per empat
jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015. Di
sisi lain penurunan AKI periode 1990-2015 ternyata hanya diperkirakan akan
mencapai 52-55% sehingga target MDGs tentang AKI kemungkinan besar masih
sulit dicapai (Bapenas, 2007).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka
kematian ibu masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, tidak
mengalami perubahan sejak dilakukan survei tahun 2007. Sedangkan cakupan
yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-5 tahun 2015
yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2012).
Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan
(27%), pre-eklampsia atau eklampsia (23%) kemudian infeksi (11%), abortus
(5%), komplikasi puerperium (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obtetrik (5%),
partus lama (5%) dan lain-lain (11%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak. Perdarahan dapat
terjadi pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering dikaitkan
dengan kejadian abortus (Sarwono, 2008).
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO)
memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat abortus tidak aman di
wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara satu sampai 250, Negara maju hanya
2

satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di
Indonesia masih cukup tinggi ( Lusa, 2012).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin
mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
Macam abortus ada 4 yaitu abortus spontan, abortus infeksiosa, Missed
Abortion, dan abortus habitualis. Abortus spontan sendiri meliputi abortus
imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Terjadi ketika plasenta tidak dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi aborsi
(Varney, 2007).
Komplikasi abortus jika tidak ditangani dapat terjadi perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji mengenai abortus yang terjadi
pada ibu hamil dan mampu melaksanakan asuhan pada ibu hamil patologi
dengan abortus inkompletus secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji data subyektif dan data obyektif pada ibu hamil dengan abortus
inkompletus.
b. Menginterpretasikan data dasar dan merumuskan diagnosa kebidanan pada
ibu hamil dengan abortus inkompletus.
c. Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
d. Menentukan tindakan segera pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
e. Membuat rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus
inkomplietus.
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus
inkompletus.
3

g. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus
inkompletus.
h. Mengetahui kesenjangan antara teori dengan lahan setelah dilakukan
tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.

C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat khususnya ibu hamil
Dapat digunakan sebagai landasan akan pentingnya Antenatal Care selama
kehamilan terutama berkaitan dengan konseling aktifitas, kebersihan dan pola
seksual ibu sehari-hari.
2. Bagi Tenaga Kesehatan / Rumah Sakit
Dapat menambah wawasan bagi tenaga kesehatan, sehingga dapat mengenali
secara dini tanda-tanda bahaya kehamilan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan ibu hamil patologi
umur kehamilan 13
+1
minggu dengan Abortus inkompletus dan memperkaya
referensi sebagai bahan referensi.
4. Bagi Instansi Kesehatan
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam penanganan klien,
terutama ibu hamil dengan abortus inkompletus.
5. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan abortus inkompletus.






4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, sehingga terbentuknya bayi dalam
waktu 280 hari atau 40 minggu (Prawirohardjo, 2008).
2. Sebab-Sebab yang Menimbulkan Kehamilan
Menurut Kusmiyati, dkk (2008), untuk terjadinya kehamilan harus ada
spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil
konsepsi.
a. Spermatozoa
Spermatozoa atau sel sperma adalah sel dari sistem reproduksi laki-
laki. Spermatozoa terdiri dari 3 bagian yaitu kaput (kepala), ekor yang
berguna untuk bergerak, bagian silindrik, menghubungkan kepala dan
ekor. Pada saat coitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan ke dalam fornik
posterior, dengan jumlah spermatozoa sekitar 200-500 juta. Dengan
gerakan ekornya sperma masuk ke dalam kanalis servikalis. Di dalam
rongga uterus dan tuba gerakan sperma terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot pada organ tersebut.
b. Ovum
Ovum atau sel telur adalah sel reproduksi yang dihasilkan dari
ovarium pada wanita. Merupakan sel terbesar pada badan manusia. Setiap
bulan satu ovum atau kadang-kadang lebih menjadi matur, dengan sebuah
penjamu mengelilingi sel pendukung.
c. Konsepsi
Yaitu pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal
kehamilan. Pada waktu ovulasi, sel telur yang telah masak dilepaskan dari
ovarium. Ovum yang lepas oleh ovarium dibawa oleh mikrofilamen
fimbria infundibulum tuba ke arah ostium tuba abdominalis dan disalurkan
5

ke arah medial. Jutaan spermatozoa ditumpahkan di fornik vagina dan
sekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa
dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat
sampai ke bagian ampula tuba, spermatozoa dapat memasuki ovum yang
telah dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan
untuk membuahi ovum. Penyatuan ovum dam spermatozoa yang
berlangsung di ampula tuba mengalami penetrasi. Dalam beberapa jam
setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot dan pembelahan
selanjutnya. Dalam 3 hari terbentuk kelompok sel yang sama besarnya
yang berada dalam stadium morula (Prawirohardjo, 2008).
d. Nidasi (implantasi)
Nidasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada
tempatnya tertanam. Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium
blastula disebut blastokista yang diselubungi oleh suatu simpai disebut
trofoblas. Trofoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic
gonadotropin (hCG). Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau
belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Selanjutnya hasil konsepsi akan
bertumbuh dan berkembang di dalam endometrium (Prawirohardjo, 2008).
3. Macam-Macam Kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kehamilan fisiologi
Merupakan masa kehamilan dimulai hasil dari konsepsi sampai
lahirnya janin tanpa adaya komplikasi maupun kelainan yang berhubungan
langsung dengan kehamilan. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6
bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, dkk,
2006).


6


b. Kehamilan patologi
Menurut Suparyanto (2011), Patologi kehamilan adalah penyulit atau
gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu saat hamil. Komplikasi
yang berhubungan dalam kehamilan yaitu
1) Hyperemesis gravidarum
2) Mola hidatidosa
3) Kelainan lamanya kehamilan
4) Kehamilan ganda
5) Kelainan air ketuban
6) Abortus
7) Kehamilan ektopik terganggu
8) Hipertensi dan pre eklampsia atau eklampsia
4. Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda kehamilan merupakan perubahan fisiologi pada ibu atau seorang
perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil (Prawirohardjo, 2008).
secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu tanda
yang tidak pasti dan tanda kepastian hamil, antara lain :
a. Tanda tidak pasti (probable signs) atau tanda mungkin kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan adalah karakteristik- karakteristik fisik
yang bisa dilihat, diukur oleh pemeriksa dan lebih spesifik dalam hal
perubahan psikologis yang disebabkan oleh kehamilan, meliputi :
1) Amenorhea, adalah terlambat haid yang bisa disebabkan oleh
beberapa faktor.
2) Mual dan muntah
3) Mastodinia, adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan
payudara membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron.
4) Quickening, adalah persepsi gerakan janin pertama.
5) Keluhan kencing
7

Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan
karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke
kranial.
6) Konstipasi, terjadi karena efek relaksasi progesteron atau karena
perubahan pola makan.
7) Perubahan berat badan
8) Perubahan temperatur basal, terjadi kenaikan temperatur basal lebih
dari 3 minggu.
9) Perubahan warna kulit
10) Perubahan payudara
11) Perubahan pada uterus
12) Tanda piskaceks, terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada
bagian uterus yang dekat dengan implantasi plasenta.
13) Perubahan-perubahan pada serviks
(1) Tanda Hegar, berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri.
(2) Tanda Goodells, serviks terasa lebih lunak.
(3) Tanda Chadwick, dinding vagina mengalami kongesti, warna
kebiru-biruan.
(4) Tanda Mc Donald, yaitu fundus uteri dan serviks bisa dengan
mudah difleksikan satu sama lain.
14) Terjadi pembesaran abdomen
15) Kontraksi uterus, tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh
perutnya kencang, tapi tidak disertai rasa sakit.
16) Pemeriksaan tes biologis kehamilan
Pada pemerksaan ini hasilnya positif, dimana kemungkinan positif
palsu.
b. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan secara
jelas adanya buah kehamilan sehingga tidak bisa dijelaskan dengan kondisi
kesehatan yang lain.
1) Denyut jantung janin (DJJ) untuk memastikan kesejahteraan janin.
8

2) Palpasi abdomen untuk memastikan letak/posisi janin dan gerakan
janin (Kusmiyati ,dkk, 2008).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
a. Faktor fisik
Faktor fisik merupakan penentuan dan dugaan terhadap kehamilan yang
terkait dengan pengetahuan tentang awal kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
b. Status kesehatan/ penyakit
Status kesehatan berpengaruh terhadap kehamilan karena menjadi dasar
dalam identifikasi faktor resiko pada kehamilan. Ada 2 klasifikasi dasar
yang berkaitan dengan status kesehatan yang dialami ibu hamil yaitu :
1) Penyakit akibat langsung pada kehamilan
Merupakan penyakit yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan,
yaitu: hyperemesis gravidarum, preeklampsia/ eklampsia, kelainan
lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta, perdarahan
antepartum, gemelli.
2) Penyakit tidak langsung berhubungan pada kehamilan
Merupakan penyakit tidak langsung berhubungan pada kehamilan, yaitu
penyakit atau kelainan alat kandungan, penyakit kardiovaskuler,
penyakit darah, penyakit saluran nafas, penyakit traktus digestivus,
penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit saraf dan
penyakit menular (Kusmiyati, dkk, 2008).
c. Gizi
Faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil
serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Antara lain dengan
pemenuhan zat gizi yaitu asam folat, energi atau karbohidrat, protein, zat
besi (Fe), kalsium, suplemen vitamin D, yodium (Kusmiyati, dkk, 2008).
d. Gaya Hidup
Seperti kebiasaan minum jamu yang beresiko bagi kehamilan, karena
dapat membahayakan tunbuh kembanng janin seperti kecacatan, abortus,
BBLR, partus prematurus, asfiksia neonatorum, kematian janin. Selain itu,
9

mitos, kepercayaan, aktivitas seksual, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
juga termasuk dalam gaya hidup yang berpengaruh dalam kehamilan
(Kusmiyati, dkk, 2008).
e. Substance Abuse
Substance abuse adalah perilaku yang merugikan atau membahayakan bagi
ibu hamil, seperti penggunaan obat-obat selama hamil merokok, alkohol
atau kafein, ketergantungan obat, sinar radiasi (Kusmiyati, dkk, 2008).
1) Kehamilan di luar nikah dan kehamilan tidak diinginkan.
2) Kehamilan dengan kematian janin dalam kandungan
(Kusmiyati, dkk, 2008).
f. Faktor Psikologis atau kelainan jiwa dalam kehamilan
Ada beberapa keadaan spesifik dalam kehamilan yang mungkin juga
menimbulkan kelainan jiwa atau gangguan psikologis misalnya
hyperemesis grvidarum, abortus, pre eklampsia atau eklampsia
(Kusmiyati, dkk, 2008).
6. Tanda Bahaya Kehamilan
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang normal
dapat berubah menjadi patologi (Kusmiyati, dkk, 2008). Salah satu asuhan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya resiko ini yaitu
melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi atau penyakit yang mungkin
terjadi selama hamil muda.
Menurut Cibermed (2006) kelainan pembentukan organ (malformasi)
paling banyak terjadi pada trimester pertama kehamilan yang merupakan
merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan
terhadap efek obat-obatan atau virus. Menurut Manuaba (2008) gawat darurat
pada hamil muda antara lain terjadi hyperemesis gravidarum, abortus,
kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa.
Menurut Salmah (2006) yang perlu diketahui pasien dan keluarga untuk
mengenal tanda bahaya kehamilan pada trimester 1 dan 2 yaitu perdarahan
yang keluar dari jalan lahir, hiperemesis, preeklamsi dan eklamsia, ketuban
pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan. Adapun salah satu tanda
10

bahaya yang penulis uraikan di sini adalah perdarahan yang keluar dari jalan
lahir, yang bisa terjadi pada trimester 1 dan 2 kehamilan dapat dibedakan
menjadi: abortus yaitu pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum
janin cukup berkembang untuk dapat hidup di luar kandungan. Ada beberapa
bentuk abortus yaitu abortus imminens, abortus insipien, abortus inkomplit,
abortus komplit, abortus infeksius, missed abortion; plasenta previa yaitu
keadaan ketika plasenta terletak di tempat yang tidak normal yaitu di segmen
bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna.
Plasenta previa terdiri dari plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis,
plasenta previa marginalis, plasenta letak rendah; dan solusio plasenta
yaitu peristiwa terlepasnya plasenta dari tempatnya yang normal sebelum anak
lahir. Dari uraian tersebut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai tanda bahaya
perdarahan hamil muda yaitu tentang abortus khususnya abortus inkomplit.

B. Abortus
1. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).
2. Macam-macam
a. Abortus Spontan
Adalah terminasi kehamilan sebelum periode viabilitas janin atau
sebelum gestasi minggu ke 20 atau berat badan 500 gram (Varney, 2007).
Abortus spontan dibagi menjadi:
1) Abortus Imminens
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi
seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
(Syaifudin, 2006)
2) Abortus Insipiens
11

Ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi servik uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. (Varney, 2007).

3) Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Terjadi ketika
plasenta tidak dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi aborsi
(Varney, 2007).
4) Abortus Kompletus
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin, 2006).
b. Abortus Infeksiosa
Adalah abortus yang diserta komplikasi infeksi. Adanya penyebaran
kuman atau toksin kedalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat
menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis. Atau disebut juga abortus
yang disertai infeksi pada genetalia sedang (Sarwono, 2008).
c. Missed Abortion (Retensi Janin Mati)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil
konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Kematian janin
berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih (Sarwono, 2008)
d. Abortus Habitualis
Ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut
(Manuaba, 2001).

C. Abortus Inkompletus
1. Pengertian
Abortus inkompletus adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada
12

ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
(Saifuddin, 2006).
2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi karena:
1) Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks (Sarwono,
2008).
2) Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
3) Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen (Sarwono, 2008).
b. Kelainan pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenasi placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan
13

muda misalnya karena hipertensi menahun. (Sarwono, 2008) Gangguan
pembuluh darah placenta, di antaranya pada DM (Manuaba, 2001).
c. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan
lain-lain dapat menyebabkan abortus toxic, virus dan plasmodium dapat
melalui placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin
kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, toksoplasmosis juga
dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang (Sarwono, 2008).
d. Kelainan tractus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaab uterus dapat
menyebabkan abortus.Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi
inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab
lain abortus ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada servik, dilatasi berlebihan, amputasi atau robekan servik luas
yang tidak dijahit.
3. Gambaran klinis
a. Terlambat haid atau amenorrhea kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tapak lemah, kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, tekanan nadi cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut di daerah sympisis, sering nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
e. Pemeriksaan dalam :
1) Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
2) Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
f. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
g. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan (Manuaba, 2001).
14

4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,
disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah
yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol benjol karena
terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang
maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi
tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah merahan dan dapat
15

menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah
berlangsung lama.(Prawirohardjo,2005),
5. Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperrentrofleksi.
c. Infeksi
Pada abortus septic virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
miometrium, tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi
menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis dan
kemungkinan diikuti oleh syok.
d. Syok
Pada abortus biasanya terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat (Sarwono, 2008).
6. Penatalaksanaan Abortus inkompletus
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan
NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan
transfuse darah.
1) Setelah syok teratasi, lakukan kerokan.
2) Pasca tindakan berikan injeksi metil ergometrin maleat intra muscular
untuk mempertahankam kontraksi otot uterus.
3) Perhatikan adanya tanda tanda infeksi.
4) Bila tak ada tanda tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis
(ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg).
16

5) Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8
jam. Abortus komplit tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup
uterotonika atau kalau perlu antibiotika.
6) Apabila kondisi pasien baik, cukup diberikan tablet ergometrin 31
tablet/hari untuk 3 hari (Nugroho, 2010).
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas Ferosus
600 mg/hari selama 2 minggu disertai anjuran mengkonsumsi makanan
bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat
berikan transfusi darah.
7. Peran Bidan pada kehamilan dengan abortus
Peran bidan pada ibu dengan abortus terdapat dalam Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 369. Disini bidan perlu memiliki pengetahuan dasar
diantaranya :.
a. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
b. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
c. Indikator subinvolusi: misalnya perdarahan yang terus-menerus, infeksi.
d. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
e. Tanda dan gejala komplikasi abortus.
Dan bidan perlu memiliki keterampilan dasar diantaranya :
a. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk
keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran.
b. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
c. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
d. Menyusun perencanaan.
e. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau
merujuk untuk tindakan yang sesuai.
f. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
g. Memberikan antibiotika yang sesuai.
h. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang
dilakukan.

17






Pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase atau kerokan
(Saifuddin. A.B., 2001, Hal 441).
Prosedur kerja kuretase adalah suatu rangkaian proses pelepasan jaringan
yang melekat pada dinding cavum uteri dengan melakukan invasi dan
memanipulasi instrument (sendok kuret). Sendok kuret akan melepas jaringan
tersebut dengan tehnik pengerokan secara sistematis.
1) Prosedur kerja kuretase terdiri atas :
a) Persetujuan tindakan medik (informat counsent)
b) Persiapan pasien :
(1) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi
(2) Cairan dan slang infus sudah terpasang, perut bagian bawah dan lipatan
paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
(3) Uji fungsi kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
(4) Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
(5) Medikamentosa :
(a) Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCL 0,5 mg/kg BB,
tramadol 1-2 mg/kg BB).
(b) Sedativa (diazepam 10 mg)
(c) Atropiny sulfas 0,25 0,50 mg/ml
(d) Oksitoksin 1 amp dan ergometrin 1 amp
(6) Larutan bethadine
(7) Oksigen dengan regulator
(8) Instrument :
(a) Speculum sims 2 buah
(b) Cunam tampong 1 buah
(c) Cunam peluru atau tenakulum 1 buah
18

(d) Sonde uterus 1 buah
(e) Dilatator 1 set
(f) Kuret tajam 1 buah dan kuret tumpul 1 buah
(g) Klem ovum (penster) 1 buah lurus dan lengkung 1 buah
(h) Sendok kuret 1 set
(i) Kateter karet 1 buah
(j) Spoit 3 cc sekali pakai 2 buah
(k) Kain kasa dan kapas steril
(l) Doek steril 2 buah
(m) Mangkok logam 2 buah
(n) Ember penampung darah dan jaringan 1 buah
(o) Ember yang berisikan larutan klorin 0,5 %
(p) Lampu sorot 1 buah
c) Penolong (operator dan asisten)
(1) Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung.
(2) Sarung tangan DTT/steril 2 pasang
(3) Alas kaki (sepatu/bot karet) 2 pasang

2) Tindakan :
a) Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik (dokter Obgyn)
b) Lakukan kateterisasi kandung kemih
c) Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan serviks, besar,
arah dan konsistensi uterus.
d) Bersihkan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin 0,5
%.
e) Pakai sarung tagan DTT / steril yang baru
f) Satu tangan masukkan speculum sims / L secara vertikal kedalam vagina
setelah itu putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi transversal.
g) Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya.
19

h) Dengan sedikit menarik spekulum bawah hingga (lumen vagina tampak
jelas) masukkan bilah speculum secara vertikal kemudian putar dan tarik
keatas hingga jelas terlihat serviks.
i) Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.
j) Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas antiseptik yang
dijepit dengan cunam tampon). Tentukan bagian serviks yang akan dijepit
(jam 11.00 dan 13.00).
k) Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan.
l) Setelah penjepitan terpasang dengan baik, keluarkan spekulum atas.
m) Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan sonde uterus.
Pegang gagang tenakulum, masukkan klem ovum yang sesuai dengan
pembukaan serviks hingga mengentuh fundus.
n) Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung
sendok kuret melalui kanalis servikalis kedalam uterus hingga menyentuh
fundus uteri.
o) Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam
hingga bersih.
p) Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen
vagina bagian belakang.
q) Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
r) Lepaskan spekulum bagian bawah.
s) Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium patologi
t) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilakukan.

3) Pasca tindakan :
(a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan apabila terjadi
kelainan/komplikasi.
(b) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan (dokter) didalam kolom
yang tersedia.
(c) Lanjutkan pengobatan dan pemantapan kondisi pasien.
20








D. Manajemen Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Abortus
Incomplete
Tanggal/Waktu Pengkajian :
Tanggal/Waktu MRS :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia ibu hamil < 20 th dan > 40 th meningkatkan resiko
abortus. (Cunningham,2005)
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan : ibu hamil yang bekerja di lahan pertanian dan sering
terpapar pestisida berisiko lebih tinggi mengalami abortus.
(Sindo,2008)
Alamat :
No Register :
2. Alasan kunjungan / Keluhan Utama:
a. Alasan kunjungan
21

Berisi alasan klien masuk ke RS. Apakah karena rujukan atau
keinginan sendiri
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan dengan abortus
inkomplet , misalnya pasien merasa adanya perdarahan pervaginam
yang banyak, adanya sisa jaringan yang keluar bersamaan pendarahan
pervaginam.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa kahamilannya hingga terjadi abortus. Waktu terjadinya
sakit,proses terjadinya sakit, upaya yang telah dilakukan. Hasil
pemeriksaan sementara/sekarang (Ambarwati,2009)
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1) Penyakit Kardiovaskuler : Hipertensi esensial pada kehamilan
dapat menyebabkan abortus (Wiknjosastro,2005)
2) Penyakit Darah : Anemia berat
Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan hipoksia janin dan
kurangnya asupan nutrisi sehingga terjadi abortus
3) Penyakit Paru-paru : Pneumonia, Asma
Ibu hamil yang terkena pneumonia dapat mengalami abortus
(Wiknjosatro,2005)
Asma dapat menyebabkan hipoksia janin sehingga akan terjadi
abortus (Wiknjosastro,2005)
4) Penyakit Hati : Hepatitis
Pada nifas dapat menyebabkan gangguan bekuan darah dan atonia
uteri
5) Penyakit Endokrin : Diabetes Melitus, Hipotiroidism
22

Abortus spontan dan malformasi congenital meningkat pada wanita
dengan diabetes dependen insulin. Resiko ini berkaitan dengan
derajat control metabolic pada trimester I (Cunningham,2005)
Hipotiroidism dapat meningkatkan resiko abortus
6) Penyakit Infeksi : Infeksi TORCH,malaria, tifoid
Infeksi TORCH pada kehamilan dapat menyebabkan abortus
(Haksohudusodo,2002)
Insiden abortus karena meningkat pada wanita yang terkena
malaria (Cunningham,2005)
Tifoid dapat menyebabkan abortus pada hampir 80 % kasus
(Cunningham,2005)
7) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing :
8) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi : Retroversio
uteri,mioma uteri,serviks inkompeten dapat menyebabkan abortus
(Wiknjosastro,2005)
Adanya riwayat abortus (Kiwi, 2006).
9) Riwayat Alergi
10) Riwayat Pembedahan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan
janinnya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya
(Ambarwati, 2009)
5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. (Sulistyawati,2010)
Adanya perdarahan yang banyak setelah amenore merupakan tanda
abortus
HPHT : Bila hari pertama haid terakhir diketahui maka
dapat memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
23

Ditanyakan untuk mengetahui umur kehamilan dan menentukan TP dan
rumus Neagel (hari+7, bulan-3, tahun +1).
Riwayat siklus : 23 32 hari (Sulistyawati,2010)
Lama haid : Lama menstruasi ideal terjadi 4-7 hari, darah yang
keluar encer karena tidak mengandung fibrin, puncak derasnya terjadi
pada hari ke-3 sampai ke-4, dan pembalut yang digunakan 2-3 penuh
setiap hari (Manuaba, 2007).
Jumlah menstruasi :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang di
keluarkan. (Sulistyawati,2010)
6. Riwayat Obstetri:
N
o
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Sua
mi
Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny J
K
BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Peny
1
- Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran
sebelumnya.
- Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan
- Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada
kehamilan/persalinan sebelumnya.
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
Berapa sering ibu melakukan kunjungan antenatal
Keluhan ibu selama hamil
Imunisasi
KIE yang didapat

8. Riwayat Kontrasepsi :
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2009)
24

9. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Kapan terakhir makan dan minum pasien. Untuk
mengetahui nutrisi yang ada di dalam tubuh ibu
apakah sudah mencukupi untuk tenaga dalam
melahirkan/perlu tambahan nutrisi per IV jika
diperlukan (Sarwono, 2005)
Eliminasi Kapan terakhir BAB dan BAK. Kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan atonia uteri
(Sarwono, 2005)
Istirahat Kapan terakhir istirahat. Jika istirahat kurang
dapat menimbulkan kelelahan dan stres sehingga
dapat mengganggu kondisi kesehatan ibu.
Aktivitas Apakah aktivitas terakhir yang dilakukan klien.
Untuk mengetahui apakah penyebab abortus
inkomplit yang terjadi saat ini berhubungan
dengan aktivitas tersebut.
Personal
Hygiene
Bagaimana pola kebersihan ibu. Untuk
mengetahui apakah ada hubungan pola
kebersihan ibu dengan terjadinya abortus
inkomplit.
Seksualitas Kapan terakhir melakukan hubungan seksual.
Hubungan seksual yang dilakukan dapat memicu
kontraksi persalinan.
10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
a) Psikologis : Bagaimana psikis ibu setelah abortus
b) Sosial : Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan
sah/tidak. Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan,
diterima/tidak
25

Kalau orang hamil sudah lama kawin,nilai anak tentu besar sekali
dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan
persalinan.(Sulaiman,1983 : 155)
c) Kultural : Adat istiadat yang dapat merugikan kesehatan
d) Spiritual : Tradisi keagamaan yang dapat merugikan kesehatan

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Kesadaran menurun
Tanda Vital :
Tekanan Darah : Hipotensi
Suhu badan : normal-hipertermi
Nadi : Tachikardi
Pernafasan : Tachipnea
Antropometri :
Tinggi Badan :Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan
seseorang. Tinggi badan dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan dkk,2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang : Massa tubuh di ukur dengan pengukuran massa
atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung
hubungan antara tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat
kegemukan. (Tambunan dkk,2011).
LILA : Untuk menentukan status gizi ibu
2. Pemeriksaan Fisik
I nspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata dan tekstur rambut
tampak lembut (Priharjo,2006).
26

Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak
odem, dan tampak pucat (Tambunan dkk,2011)
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva pucat,
dan sklera warna putih
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak polip,
tidak tampak peradangan (Tambunan dkk,2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis, geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tremor dan merah muda,
tidak tampak pembesaran tonsil. (Tambunan dkk,2011 &
Uliyah dkk,2008).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret. (Tambunan
dkk,2011).
Leher : Tidak tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring (
Tambunan dkk,2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan,2011)
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak
tampak pengeluaran colostrum, areolla tampak
hyperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak tampak
retraksi
Abdomen : Uterus tampak besar
Genetalia : Tampak perdarahan pervaginam disertai dengan
keluarnya jaringan hasil konsepsi.

Anus : Tidak tampak hemoroid
Ekstremitas : Tampak simetris,tidak tampak oedem, dan tidak
tampak varices,cavilari refile kembali dalam waktu < 2
detik (Ambarwati dkk, 2009)
Palpasi
27

Kepala : Tidak teraba oedema / massa (Priharjo,2006).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
dan kelejar getah bening (Priharjo,2006).
Payudara : Tidak teraba benjolan / massa, konsistensi teraba padat
berisi ( Ambarwati dkk, 2009)
Abdomen : Uterus teraba lembek, nyeri tekan dan rasa mulas
atau kram perut di daerah sympisis
Genetalia : Tidak teraba pembesaran kelenjar bartholini
Ekstremitas : Tidak teraba oedema (varney 2008 &Ambarwati dkk,
2009)
Auskultasi
Abdomen : 5-35 x/menit (Varney 2008)
Dada : nafas vesikuler, BJ I terdengar jelas teratur
Perkusi
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep (+),
Trisep (+) (Varney 2008 )
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Vaginal Touche : kanalis servikalis terbuka,teraba
jaringan sisa konsepsi dan pendarahan bertambah banyak setelah
dilakukan VT.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : hasil pemeriksaan Test pack
kehamilan masih menyatakan positif walaupun kehamilan tidak
dapat dipertahannkan
Pemeriksaan USG : untuk memeriksa apakah janin sudah
meninggal
Pemeriksaan darah lengkap ( HB, HT, leukosit Dll)
Pemeriksaan Diagnostik lainnya

28

II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : GP Usia Kehamilan. dengan abortus
inkomplit
Janin tunggal mati,intrauterin
Masalah : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL
Diagnosis Potensial :
1. Syok
2. Perforasi uterus
3. sepsis


IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : pemberian cairan IV NaCL atau RL,
pemberian antibiotic, pemberian oksigen, pemberian tranfusi jika
perdarahan banyak

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
Rasional : penjelasan mengenai pemeriksaan fisik merupakan
hak klien
2. Observasi Keadaan umum dan tanda-tanda vital serta
perdarahan
Rasional: Dengan observasi untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan kearah atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan serta mengetahui jumlah perdarahan agar
memudahkan dalam penanganan selanjutnya.
3. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang pentingnya
dilakukan kuret.
29

Rasional : Dengan penjelasan kepada ibu dan keluarganya
diharapkan dapat menyetujui rencana tindakan kuret agar ibu
dapat menyiapkan fisik dan psikis.
4. Informed Consent
Rasional : Sebagai pernyataan persetujuan dari klien/keluarga
untuk tindakan yang akan dilakukan dan sebagai perlindungan
hukum bagi dokter dan bidan dalam melaksanakan tindakan.
5. Siapkan rujukan untuk melakukan kuret
Rasional : Tindakan segera yang dilakukan untuk
mengeluarkan sisa jaringan dan mengurangi perdarahan.
6. Kolaborasikan dokter tentang pemberian obat-obatan
Rasional : obat-obatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
klien dalam masa penyembuhan.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk bentuk


30

E. TINJAUAN KASUS

Tanggal/Waktu Pengkajian :
Tanggal/Waktu MRS :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
S
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. T
Umur : 22 thn Umur : 24 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa: jawa Suku/Bangsa : jawa
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Jl. Melati No 30

2. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri perut dan adanya perdarahan sejak jam 06.00 wita.

3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 24 Maret 2014 jam 02.00 WITA ibu merasakan nyeri pada
perutnya. Pagi harinya ibu merasakan sakit yang amat sangat dan keluar
darah bergumpal berwarna merah kehitaman.Ibu merasa curiga karena
darah terus keluar dari kemaluannya dan ibu merasa sakit di bagian perut.
Kemudian ibu memeriksakan diri Ke BPS.

31


b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu tidak/sedang memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes,
hepatitis, jantung,ginjal,asma,TBC dan penyakit yang menular ataupun
berpotensi menurun.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga ibu tidak/sedang memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes,
hepatitis, jantung,ginjal,asma,TBC dan penyakit yang menular ataupun
berpotensi menurun.

5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 01 Januari 2014
Pemeriksaan PP tes : + (Positive) sejak tanggal 15 januari 2014
Riwayat menstruasi tidak teratur, siklus 30 hari, lama 7 hari, setiap harinya
2-3 kali ganti pembalut, warna darah merah kecoklatan, encer. Pertama kali
haid ibu berusia 13 tahun. Tidak ada flour albus.

6. Riwayat obstetrik
N
o
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
KB Sua
mi
Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M
Abnor-
malitas
Lakt
asi
Peny
1. HAMIL INI

7. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengetahui bahwa dirinya hamil
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
9. Data Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Ibu terakhir makan dan minum tadi pagi
32

Eliminasi Ibu BAK dan BAB terakhir tadi pagi
Istirahat Ibu tidur malam 6 jam
Aktivitas Ibu cepat merasakan lelah
Personal Hygiene Ibu ganti baju dan pakaian dalam, gosok
gigi tadi pagi
Seksualitas Ibu melakukan hubungan seksual
terakhir kemarin

10. Riwayat Psikososiokultural spiritual
a. Psikologis
Ibu, suami, dan keluarga cemas, dan sedih mengetahui telah terjadi
keguguran pada kehamilan yang pertama ini.
b. Sosial
Ini merupakan pernikahan pertama, status pernikahan sah, umur
pertama kali ibu menikah 22 tahun. Lama menikah 6 bulan.
c. Kultural
Di dalam keluarga, tidak ada kebiasaan, mitos, ataupun tradisi
budaya yang dapat merugikan ataupun berbahaya bagi kesehatan ibu.
d. Spiritual
Di dalam keluarga, tidak ada kebiasaan ataupun tradisi agama yang
dapat merugikan ataupun berbahaya bagi kesehatan ibu

O :
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 37,9
o
C
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
33


Antropometri
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan sebelum hamil : 60 kg
Berat badan sekarang : 61 kg
Ukuran LILA : 26 cm



2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Kepala : Tidak ada lesi, tampak kontruksi rambut kuat, distribusi
merata, tekstur agak kasar, dan tampak bersih tidak ada
ketombe maupun kutu.
Wajah : Tidak ada kloasma gravidarum, tidak oedem dan
pucat
Mata : Tidak ada oedem pada kelopak mata, konjungtiva
pucat, sklera berwarna putih
Telinga : Tampak bersih tidak ada kotoran telinga
Hidung : Bersih, tidak ada pengeluran, tidak ada polip dan
perdangan
Mulut : Bibir simetris, mukosa mulut lembab, tidak ada caries
dentis pada gigi, tidak tampak stomatitis, gigi lengkap, gigi
seri keropos, lidah bersih , tremor, berwarna merah muda.
Leher : Tidak ada peradangan tonsil dan faring, tidak ada
bendungan vena jugularis, pembesaran pada kelenjar
tiroid, dan kelenjar getah bening
Dada : Tampak simetris, Tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : Simetris, bersih, tidak nampak dimpling pada payudara,
tampak hyperpigmentasi pada areolla, putting susu
menonjol,tidak ada massa.
34

Abdomen : tampak simetris, tidak ada luka bekas operasi SC. Uterus
teraba 1 jari atas sympisis, dan terdapat
asites,konsistensi lembek, dan bising usus 12x/menit
yang didengarkan pada kuadran kanan bawah.
Genetalia : Pengeluaran darah kehitaman bergumpal.
Anus : tidak tampak hemoroid
Ekstremitas : Bagian ekstremitas atas oedem, cavilari refile kembali
dalam waktu < 2 detik, refleks bisep dan trisep positif.
Bagian ekstremitas bawah oedem dan tidak ada varices,
cavilari refile kembali dalam waktu < 2 detik, refleks
babinski positif ,patella positif (tungkai kaki ekstensi).

3. Pemeriksaan Khusus
VT : Tidak teraba massa pada dinding vagina, ostium uteri teraba
membuka dan teraba jaringan keluar dari uteri dan pendarahan
bertambah setelah dilakukan VT.
4. Pemeriksaan Penunjang
Dopler : tidak terdengar DJJ
USG : terlihat ada jaringan sisa,
A:
Diagnosis : GIP
0000
Usia Kehamilan 12 minggu dengan abortus
inkomplet
Janin tunggal mati,intrauterin
Diagnosis Potensial : Syok dan kematian
Masalah Potensial : Cemas dan takut
Kebutuhan Segera : pemberian cairan IV NaCL atau RL, pemberian
antibiotic, pemberian oksigen, pemberian tranfusi
jika perdarahan banyak.

35




P:
No Jam Tindakan Evaluasi
1 10.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan
pada ibu dan keluarga dimana
dari hasil pemeriksaan
didapatkan bahwa ibu
mengalami tanda-tanda abortus
inkomplet karena adanya
pengeluaran sisa konsepsi
pervaginam dan memerlukan
penanganan lebih lanjut di
rumah sakit untuk
mengeluarkan janin yang masih
ada di dalam kandungan ibu
ibu dan keluarga mengerti
keadaannya saat ini.


2 Observasi keadaan dan tanda-
tanda vital ibu.
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmH
Suhu : 37,9
o
C
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit

3 Melakukan pemasangan infuse
NaCl 500 ml 30 tpm.
Infuse terpasang.

4 Melakukan rujukan ke rumah
sakit RSUD A. Wahab
ibu dan keluarga bersedia untuk
dirujuk.
36

Syahranie



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Dengan kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus inkompletus adalah keguguran tak lengkap ditandai
dengan keluarnya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga
sisanya memberikan gejala klinis.
Tindakan kuretase telah dilakukan pada klien.
Terapi post kuretase telah diberikan pada klien.
Keadaan umum klien baik.

B. Saran
a. Untuk petugas kesehatan
Meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam fungsinya sebagai
pelaksana kesehatan, serta tertib meningkatkan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Seseorang tenaga kesehatan harus
meningkatkan kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain
serta dengan klien dan keluarga.
b. Bagi klien
Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan diperlukan kerja sama
yang baik dari klien dalam usaha memecahkan masalah klien.
c. Bagi pendidikan
37

Lebih meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mahasiswa dapat
bekerja dilahan praktek dengan baik.




DAFTAR PUSTAKA


Anonymous. Permenkes 369 tahun 2007 tentang standar bidan. [Diakses tanggal
10 Maret 2013]. Didapat dari: Dian. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny F
Dengan Abortus Inkomplit. [Diakses 20 April 2014]. Didapat dari:
http//dianlatif90. Blogspot.feeds.
Ika Fauziah Priani. Faktor- faktor yang mempengaruhi keteraturan ibu hamil
melakukan antenatal care di Puskesmas Cimanggis Kota Depok [Skripsi]. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2012.
Kusmiyati, dkk. Perawatan ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya; 2008.
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo;
2008.
Mochtar, R. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis. Jakarta :
EGC; 2001.
Manuaba, Ida Bagus Gede Ilmu Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001.
Nugroho, Taufan. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
Saifuddin AB. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Prawirohardjo; 2006.
Varney, Helen, dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2007.

38

S-ar putea să vă placă și