Sunteți pe pagina 1din 53

ASKEP PRE EKLAMPSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PRE-EKLAMSIA
2.1 Pengertian
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul pada tri wulan ke tiga kehamilan, tetapi dapat
sebelumnya, misalnya karena mola hidatidosa (Winknjosastro.1977 ; 282 )
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensia disertai dengan proteinuria,edema atau kedua-
duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu kedua puluh, atau kadanf kadang timbul
lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vilikoralis ( Cunningham, 1995 :
773 )
2.2 Etiologi dan Faktor resiko
Penyebab pre-eklamsia sampai sekarang belum bisa diketahui . Keaadan ini merupakan tantangan
bagi kita agar kita senantiasa waspada agar dapat menegakkan diagnosa preeklamsia sedini mungkin
.Oleh karena kita harus selalu waspada bila kita menghadapi ibu hamil yang mengidap faktor berikut
yang dapat mempengaruhi terjadinya pre- eklamsia.
Faktor resiko antatara lain;
a. Primigrafida , terutama primigrafida tua dan primigrafida muda
b. Kelompok sosial ekonomi rendah.
c. Hipertensi essensial .
d. Ginjal kronik
e. Diabetes mellitus
f. Multipara
g. Polihidramnion
h. Obesitas
i. Molahidatidosa
j Riwayat pre-eklamsia pada kehamilan yang lalu atau pada keluarga
(Wiknjosastro, 1997 ; 283 )
2.3 Patofisiologi
Pra- eklamsia terjadi spasme pembuluh arterial yang diikuti dengan timbulnya retensi dan air . Pada
biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat dari arteriola gromorulus. Pada beberapa kasus lumen
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah . Jadi semua
arteriola dalm tubuh meng alami spasme , maka tekanan darah dengan sendirinya akan
meningkat drastic, sebagai dampak mekanisme pertahanan tubuh untuk mengatasi kenaikan tahan
perifer agar kebutuhan oksigen dalam jaringan dapat dipenuhi .
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedama yang disebabkan penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya , mungkin disebabkan oleh retensi garam air .
Proteinura mungkin disebabkan oleh spasmus arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus(
Mochtar 1993; 220)
`
2.4 . Manitefasi klinis
Dua gejala yang sangat penting pada per-eklamsia , yaitu hipertensi dan proteinuria merupakan yang
biasanya tidak disadari wanita hamil
a. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah ,merupakan tanda peringatan awal yang penting pada pre-eklamsia
Tekanan diastolik merupakan tanda prognostic yang lebih handal dibandingkan dengan tekanan
sistolik . Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang menetap menunjukan keadaan
abnormal .
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan( BB) yang tiba tiba dapat mendahului serangan pre eklamsia dan
kenaikan berat badan ( BB) yang berlebihan merupakan tanda pertama pre- eklamsia pada sebagian
wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg perminggu. Bila 1 kg dalam seminggu maka mungkin
terjadinya pre- eklamsia harus dicurigai. Peninggkatan BB terutama disebabkan karena retensi cairan
dan selalu dapat ditimbulkan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata
yang membengkak atau jari tangan yang membesar
c. Proteinuria
Pada pre-eklamsi ringan proteinuria hanya minimal positif satu atau positif dua atau tidak ada sama
sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hamper
selalu timbul kemudian, dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.
Klasifikasi pre-eklamsia
Pre-eklamsia dibagi dalam 2 golongan yaitu berat dan ringan. Pre-eklamsia dikatakan ringan apabila
ditemukan tanda-tanda dibawah ini : (Mochtar ,1922 :221 )
a. Tekanan darah 140 / 90 mmhg atau lebih atau kenaikan diastolik 15 mmhg atau lebih dan
kenaikan sistolik 30 mmhg atau lebih.
b. Proteinuria kuantitatif 0,3 grlt dalam 24 jam atau pemeriksaan kuantitatif positif satu atau positif
dua
c. Nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri otot perut bagian atas tidak ada..
d. Oliguria tidak ada.
Sedangkan pre-eklamsia yang dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda dibawah
ini: ( Wiknjosastro.1997 :282 )
a. Tekanan sistolik 160 mmhg atau tekanan diastolic 110 mmhg atau lebih.
b. Proteinuria kuantitatif 5 gr atau lebih dalam 24 jam. pemeriksaan kuantitatif positif tiga atau
positif empat
c. Oliguria, urine 400 ml atau kurang dalam 24 jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri daerah epigastrium
Gejala-gejala Subjektif
a. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri
kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital dan tidak sembuh dengan pemberian analgesic
biasa.
b. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada pre-eklamsia berat. Keluhan ini disebabkan karena
peregangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
c. Gangguan Penglihatan.
Keluhan penglihatan yang terganggu dapat disebabkan oleh spasme anterial, iskemia dan edema
retina dan kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada pre-eklamsia ringan tidak
ditemukan tanda-tanda subjektif.(Cunningham,1995:767 )
2.5. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan janin. Komplikasi yang tersebut dibawah
ini biasanya terjadi pada pre-eklamsia berat dan eklamsia.
a. Pada ibu
Eklamsia
Solutio plasenta
Perdarahan sub kapsula hepar
Kelainan pembekuan darah (DIC:Disseminated Intravaskuler Coagulation)
b. Pada Janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus (IUGR:Intraliterina Growth
Retardation ).
Prematur.
Asphiksia neonatum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
2.6. Asuhan keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses kolaboratif melibatkan
perawat, klien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan
pisik, dalam pengkajian diperlukan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisa untuk mengetahui masalah dan kebutuhan klien
terhadap perawatan.
Pengkajian yang dilakukan kepada klien pre-eklamsia meliputi :
1. Identitas umum klien.
2. Data riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan dahulu
1. Kemungkinan klien menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2. Kemungkinan klien mempunyai riwayat pre-eklamsia pada kehamilan terdahulu.
3. Biasanya mudah terjadi pada klien yang obsitas
4. Klien mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
5. tekanan darah klien sebelum hamil normotensif
B. Riwayat kesehatan sekarang
1. Klien merasa sakit kepala didaerah frontal.
2. Terasa sakit diulu hari/nyeri epigastrium.
3. Gangguan virus : Penglihatan kabur, skotoma, diplopia.
4. Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
5. Gangguan serebral lainnya: oyong, reflek tinggi, tidak tenang.
6. Oedema pada ekstremitas.
7. Tengkuk terasa berat.
8. Kenaikan berat badan 1 kg seminggu.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.
D. Riwayat perkawinan.
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun
3. Pemeriksaan fisik / biologis
Keadaan Umum : Lemah
Kepala : Sakit kepala, wajah oedema
Mata : Konjungiva agak anemis oedema pada retina
Leher : Kuduk terasa berat
Kardiovaskuler : Hipertensi, mudah terkejut
Pencernaan/abdomen : Nyeri daerah epigastrium,anoreksia, mual dan muntah
Ekstremitas : Oedema pada kaki dan tangan serta jari-jari
Sistem persyarafan : Hiperrefleksi, klonus pada kaki
Genito urinaria : Oliguria. Proteinuria
Pemeriksaan janin :Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah
4. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan laboraturium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan daeah
a) Penurunan haemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal haemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr %)
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol %)
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. Urinalisi
Ditemukan protein dalam urin
3. Pemeriksaan fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N =<1 mg/dl)
b) LDH ( lactic dehydrogenase) meningkat
c) Aspartate Aminotransferase (AST)> 60 u/l
d) Serum Glutamic Pyruvic Transaminate ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml)
e) Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase ( SGOT ) meningkat (N = <31 u/l)
f) Total protein serum menurun ( N = 6,7 8,7 g/dl)
g)
4. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4 2,7 mg/dl)
B. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan intra uterin
Pernafasan janin lambat, aktifitas janin lambat, volume cairan ketuban sedikit
Terlihat kehamilan kembar
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah
C. Data Sosial Ekonomi
Pre-eklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dari golongn ekonomi rendah dimana mereka
kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga kurang melakukan perawatan
antenatal yang teratur
D. Data Psikologis
Biasanya klien preiklampsia ini berada dalm kondisi yang labil dan mudah marah, klien merasa
khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir
cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan.
Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisa sehingga diagnosa yang mungkin ditemukan pada
klien preiklampsia berat ini adalah :
1. Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan kehilangan protein
plasma, penurunan tekanan osmatik koloid. (Marylin Doenges,2000)
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadinya vasospasme arteriola (prene M
Bobak,1995:835)
3. Protensial Injury pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah plasenta ( Prene
M Bobak 1989:718)
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake makanan yang dimanifestasikan dengan mual dan anoreksia (Sharon J
Reeder,1987:747)
5. Kecemasan tingkat sedang : takut kegagalan kehamilan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan ( Marylin Doenges,2000)
Perencanaan
Pencernaan keperawatan merupakan tugas lanjut dari perawat setelah mengumpulkan data yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan pengkajian yang telah dilakukan.
Pada tahap ini ditetapkan tujuan dan alternative tindakan yang akan dilakukan pada tahap
implementasi dalam upaya memecahkan masalah atau mengurangi masalah klien.
Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan kemungkinan
diagnosa yang telah dijelaskan sebelumnya.
1) Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan kehilangan protein plasma
penurunan tekanan osmotik
Tujuan ; volume cairan dapat kembali seimbang dan regulasi cairan normal.
Rencana Tindakan :
a. Timbang BB klien ;
Rasional : penambahan BB bermakna dan tiba-tiba menunjukan retensi cairan.
b. Bedakan edema kehamilan patologis dan fasiologis. Pantau lokasi dan derajat pitting.
Rasional : adanya edema pitting pada wajah , tangan , kaki, area sakral atau dinding abnomen ,
edema yang tidak hilang selama 12 jam tirah baring adalah bermakna.
c. perhatikan tanda edema berlebihan ( nyeri epigastric , gejala gejala serebral, mual, muntah).
Kaji terhadap kemungkinan eklamsia.
Rasional : Edema dalam hepar terselubung dimanifestasikan dengan nyeri epigastrium, dyspnea
menandakan adanya hubungan dengan pulmonal. Edema serebral memungkinkan mengarah pada
kejang, mual dan muntah menandakan edema GI
d. Perhatikan perubahan kadar Ht atau Hb.
Rasional : Mengidentifikasi derajat hemokonsentrsi yang disebabkan oleh perpindahan cairan.
e. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori. Berikan informasi sesuai kebutuhan.
Resional : Ketidak adekuatan protein atau kalori meningkatkan resiko pembentukan edema.
f. Pantau masukan dan pengeluaran urine, perhatikan warna urine dan ukur berat jenis sesuai
indikasi.
Rasional : Pengeluaran urine adalah indikator sensitive dari sirkulasi volume darah.
g. Kolaborasi dalam memberikan cairan baik secara oral atau parenteral melalui infuse sesuai
andikasi.
Rasional : Penggantian cairan memperbaiki hypovolemia yang harus diberikan hati-hati untuk
menega kelebihan beban.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadinya vasospasme arterional
Tujuan : Meningkatkan perfusi jaringan
Rencana tindakan :
a) Monitor intake dan outout setiap hari
Rasional : Dengan memonitor intake dan output maka akan dapt diketahui tingkat toleransi/ fungsi
tubuh.
b) Kontrol tetesan infus MgSO4
Rasional : Cairan MgSO4 berguna untuk mengurangi vasospasme, dengan menurunnya vasospasme
akan membantu meningkatkan perfusi ginjal, mobilisasi cairan ekstravaskuler dan diuresis sehingga
oedema dapat dikurangi.
c) Monitor oedema yang tampak
Rasional : Dengan memonitor oedema yang tampak dapat diketahui keadaan oedema merupakan
indicator keadaan cairan tubuh.
d) Anjuran klien untuk istirahat atau tidur dengan posisi berbaring pada salah satu sisi tubuhnya
Rasional : Dengan istirahat tidur dengan posisi berbaring pada salah satu sisi tubuhnyaakan
memaksimalkan aliran darah dan meningkatkan diuresis.
e) Kontrol Vital Sign secara Berkala
Rasional : dengan mengontrol vital sign dapat diketahui keadaan umum klien dan dapat menentukan
tindakan selanjutnya.
3) Potensial Injury pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasma
Tujuan : Injury tidak terjadi pada janin
Rencana tindakan :
a. Istirahatkan klien
Rasional : Dengan mengistirahatkan klien diharapkan metabolisme tubuh menurun dan peredaran
darah keplasenta menjadi adekuat sehingga kebutuhsn oksigen untuk janin dapat dipenuhi.
b. Anjurkan klien tidur miring kekiri
Rasional : Dengan tidur miring kekiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus
yang membesar sehingga aliran darh ke palasenta menjadi lancar.
c. Monitor tekanan darah klien
Rasional : Dengan memonitor tekanan darah klien dapat diketahui keadaan aliran darah ke p;asenta
seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang sehingga suplay oksigen ke janin
berkurang
d. Monitor bunyi Jantung klien
Rasional : Dengan memonitor bunyi jantung janin dapat diketahui keadaan jantung janin lemah atau
menurun menandakan suplay oksigen keplasenta berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan
sebelumnya.
e. Beri obat anti hipertensi akan menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan afterload
jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunnya
tekanan darah sehingga aliran darah keplasenta menjadi adekuat
4) Kelebihan volume cairan intertisial berhubungan dangan penurunan tekanan osmatic, perubahan
permibilitas pembuluh darah, retensi sodium dan air
Tujuan : Volume cairan kembali seimbang
Rencana tindakan :
a) Monitor dan catat intake dan output setiap hari
Rasional : dengan memonitor intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbangan
cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus.
b) Monitor vital sign, catatan pengisian kapiler
Rasional : Dengan memonitor vital sign dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoman untuk
pegganti cairan atau menilai respon dari kardiovaskular.
c) Monitor atau timbang berat badab klien
Rasional : Dengan memonitor berat badan klien dapat diketahui berat badan yang merupakan
indicator yang tepat untuk mrnunjukan keseimbangan cairan
d) Observasi keadaan oedema
Rasional : Keadaan oedema merupakan indicator keadaan cairan dalam tubuh
e) Berikan diit rendah garam sesuai dengan kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Diit rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan
f) Kaji distensi vena jugularis dan perifer
Rasional : Retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan dengan pelebaran vena jugularis dan
oedema perifer
g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretika
Rasional : Diuretika dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dam menghambat penyerapan sodium
dan air dalam tubulus ginjal.
5) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake makanan yang dimanifestasikan dengan mual dan anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Rencana tindakan :
a) Kaji asupan makanan yang dikonsumsi klien terhadap kebutuhan klien
Rasional : Dengan mengkaji asupan makanan terhadapklien dapat diketahui
jumlah makanan yang dikonsumsi hingga dapat ditetapkan intervensi selanjutnya
b) Anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein
Rasional : Makanan yang tinggi kalori dibutukhan untuk sumber energi.Sedangkan makanan yang
tinggi protein berfungsi untuk mengganti sel-sel yang telah rusak.
c) Hindari makanan yang merangsang seperti lemak.
Rasional : makanan yang merangsang dapat menimbulkan peningkatan peristaltic, dan dengan
meningkatnya peristaltic usus dan lambung akan menyebabkan nafsu makan berkurang.
d) Ciptakan suasana yang menyenangkan waktu makan.
suasana yang menyenangkan waktu makan. dengan suasana yang menyenangkan waktu makan.
Diharapkan klien akan bermotivasi untuk menghabiskan diitnya.
e) Temani klien makan sambil mengajak klien membicarakan hal yang menyenangkan
Rasional : Dengan menemani klien makan dapat memotivasi klien untuk menghabiskan makanan
dan klien tidak bosan untuk menghabiskan diitnya sambil berbincang-bincang.
f) Berikan makanan hangat sedikit tapi sering.
Rasional : Dengan porsi makanan yang sedikit tapi sering dapat menghindari kebosanan klien dan
dapat mengurangi rangsangan muntah sehingga makanan yang tersedia dapat terkonsumsi.
g) Dorong klien untuk menghabiskan makanannya
Rasional : Dengan dorongan yang diberikan, klien akan termotivasi untuk menghabiskan diitnya.
h) Berikan makanan klien dalam bentuk bervariasi sesuai dengan program diitnya diharapkan klien
berselera untuk makan sehingga nutrisi klien terpenuhi.
Rasional : Dengan memberikan makanan yang bervariasi sesuai dengan program diitnya diharapkan
klien berselera untuk makan sehingga nurtisi klien terpenuhi.
i) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan selingan lainnya tapi tidak bertentangan dengan
diitnya dan jangan biarkan perut kosong.
Rasional : Bila lambung dibiarkan kosong akan meningkat produksi asam lambung, peningkatan
asam lambung akan menimbulkan rasa mual.
6) Kecemasan tingkat sedang : takut kegagalan kehamilan berhubung dengan kurangnya
pengetahuan.
Tujuan : kecemasan klien dapat teratasi
Rencana tindakan :
a. Bina hubungan yang menyenangkan dan saling percaya
Rasional : Dengan membina hubungan yang menyenangkan dan saling percaya diharapkan akan
menimbulkan rasa percaya klien terhadap perawat sehingga akan terbentuk suatu komunikasi yang
lancar dan ini akan mempermudah dalam pencapaian tujuan.
b. Berikan perhatian pada klien dan tunjukan sikap yang bersahabat
Rasional : Klien merasa diperhatikan dan mempunyai taman yang akan membantu sehingga
menimbulkan rasa percaya terhadap perawat yang dapat mengurangi kecemasan klien.
c. Kontrol vital sign
Rasional : Dengan mengontrol vital sign akan diketahui perubahan vital yang dapat menjadi
gambaran tingkat kecemasan klien klien sehingga dapat ditetapkan intervensi selanjutnya.
d. Jelaskan pada klien tentang penyebab penyakitnya, hal-hal yang dapat memperburuk keadaan
penyakitnya, Prosedur perawatan dan pengobatan serta hal-hal yang harus dipatuhi klien selama
mengalami perawatan
Rasional : penjelasan yang ringkas dan jelas mengenai penyakitnya, penyebab penyakit dan prosedur
pengobatan, memberikan pengertian pada klien sehingga persepsi yang keliru dan membingungkan
dapat dihindari dengan demikian kecemasan klien dapat berkurang.
e. Motivasi klien agar mau mengekspresikan perasaannya secara verbal.
Rasional : Dengan mengekspresikan perasaan diharapkan klien merasa sedikit lega telah
mengungkapkan masalahnya sehingga akan mengurangi kecemasan klien.
f. Beri therapy sentuhan
Rasional : Dengan terapi sentuhan diharapkan klien merasa masih ada yang memperhatikannya
sehingga klien tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalahnya.
Implementasi
Setelah rencana kererawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk mencapai
hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah klien. Pada tahap implementasi
ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan. Menuliskan atau
mendokumentasikan rencana keperawatan serta melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetil dan jelas supaya semua tenaga
keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat
melaksanakannya langsung atau mendelegasikan pada tenaga pelaksana lainnya dibawah
pengawasan perawat.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhirdari proses keperawatan, dimana perawat menilai
hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri klien dan menilai sejauh mana masalah klien dapat
diatasi. Disamping itu perawat juga memberikan umpan balikatau pengkaji ulang jika seandainya
tujuan yang ditetapkan belum tercapai dan proses keerawatan dapat dimotifikasi.












BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah
pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg.
Yang membedakannya dengan preeklamsia yaitu factor-faktor hipertensi esensial muncul pada
awal kehamilan kurang dari 20 minggu, jauh sebelum terjadi preeklamsia, serta tidak terdapat
edema atau proteinuria.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain untuk menegakkan
daignosa pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan
yang biasa ditemukan, sekitar 140 mmHg atau lebih. Tekanan distolik naik dengan 15 mmHg
atau lebih menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat.
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada
keadaan istirahat. Perlu ditegankan bahwa sindroma pre-eklampsia dengan adanya tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria. (Wiknjosastro, 2007:287)
Pre-eklamsia dibagi dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat
bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini di temukan
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5gr atau lebih dalam 24 jam: 3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif.
3. Oligoria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri didaerah epigasrium.
5. Edema paru-paru atau sianosis (Wiknjosastro, 2007:282)
Sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga
tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia ringa, pre-eklamsi berat bahkan
eklampsia. Oleh karena itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin sangat penting
guna mencari tanda-tanda pre-eklampsia dalam usaha pencegahan pre-eklampsia berat dan
eklampsia.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Pre Eklampsia
2. Untuk mengetahui tanda gejala Pre Eklampsia
3. Untuk mengetahui penyebab Pre Eklampsia
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan / asuhan yang diberikan pada penderita Pre Eklampsia



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pre-eklampsia sering juga disebut toxemia atau keracunan, yaitu kondisi ibu hamil yang
ditandai dengan tekanan darah yang tiba-tiba meningkat disertai kadar protein tinggi didalam
urinnya. Terjadi pembengkakan akibat timbunan cairan pada kaki, tungkai dan tangannya yang
sulit hilang, wajahnya sembab. Penyebabnya yang tepat belum diketahui secara jelas. Namun hal
ini dapat mengancam nyawa ibu dan bayinya.
Menurut Spesialis Obstetri dan Ginekologi, RSPAD Gatot Subroto, Dr. Judi Januadi Endjun,
SpOG, Pre-eklamsia adalah keracunan pada masa kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah
yang tinggi, proteinuria yakni adanya protein dalam urin serta edema atau pembengkakan setelah
kehamilan berusia 20 minggu.
Pre eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang
timbul karena ke hamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (prawirohardjo 2005).
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa
nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang di sertai
konvulusi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau
hipertensi sebelumnya (muchtar, 1998)

B. Tanda dan Gejala
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertumbuhan berat badan yang
berlebihan, diikuti oedema, hipertensi, dan akirnya proteinuria. Pada umumnya diagnosis pre-
eklampsia didasarkan adanya dan dari trias tanda utama:
Pre eklamsi
1. Sistolik 140 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa , tetapi tidak lebih
dari 160 mmHg.
Diastolic 90 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa, tetapi tidak lebih
dari 110 mmHg.
Tekanan darah yang meninggi ini, sekurang-kurangnya diukur 2 kali dalam selang waktu 6 jam.
2. Proteinuria lebih dari 0,3 gr/L dalam urine 24 jam /lebih dan 1 gr/L pada urine yang
sembarangan.
Proteinuria ini harus ada pada 2 hari berturut-turut/lebih. Proteinuria pre-eklampsia ringan
proteinuria 1+.
3. Oedema pada umur kehamilan > 20 minggu pada daerah libis, tungkai dan muka.
Sedangkan kenaikan berat badan > 500 gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa
kehamilan.
Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan hasil yang melebihi dari kenaikan berat badan >
500 gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa kehamilan dalam pre-eklampsia ringan
serta timbul komplikasi-komplikasi lain, maka gejala dan tanda tersebut telah memasuki tahap
pre-eklampsia berat dengan tanda dan gejala seperti oliguria < 400ml/jam, koma, trombosit <
100.000, leterus, perdarahan retina dan beberapa keluhan subjektif lain, di antaranya adalah :
a) Nyeri epigastrium
b) Gangguan penglihatan, matanya kabur (diplopia)
c) Nyeri kepala hebat terutama di daerah frontalis
d) Edema paru dan sianosis/sesak nafas
e) Gangguan kesadaran
f) Terdapat mual dan muntah
g) Hiperrefleksia/kejang serta koma
(Wiknjosastro, 2007:287-288)

C. Gejala dan Tanda
1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan
tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang
dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
2. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan
terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan
lainnya.
4. Nyeri perut nyeri pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah.
5. Tanda-tanda umum pre eklampsia (hipertensi, edema, dan proteinuria).
6. Kejang-kejang dan / atau koma

D. Penyebab
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
"maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkaniskemia plasenta (ari ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang
membawa nutrisi ke janin.
Proteinuria pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam air kencing yg melebihi 0,3 g/liter dan air
kencing 400 ml atau kurang dalam sehari. Secara kasar artinya, tandanya air kencing ibu penderita sedikit banget
dalam sehari. Sampai saat ini belum diketemukan secara pasti penyebab dari pre-eklampsia.
Faktor Risiko :
1. Kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan darah
tinggi)
6. Kehamilan kembar.
Deteksi dini :
1. Menyaring semua kehamilan primigravida (kehamilan pertama), ibu menikah dan langsung
hamil, dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi terhadap pre-eklampsia dan eklampsia
2. Pemeriksaan kehamilan secara teratur sejak awal triwulan satu kehamilan

E. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia :
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau
imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih
lama.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang
ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan
gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan
neurologik lain).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang dan atau
koma. Tujuan pengobatan :Menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan fungsi organ
vital, koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai batas aman, pengakhiran
kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang
untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Pre-eklampsia sering juga disebut toxemia atau keracunan, yaitu kondisi ibu hamil yang
ditandai dengan tekanan darah yang tiba-tiba meningkat disertai kadar protein tinggi didalam
urinnya. Terjadi pembengkakan akibat timbunan cairan pada kaki, tungkai dan tangannya yang
sulit hilang, wajahnya sembab.
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertumbuhan berat badan yang
berlebihan, diikuti oedema, hipertensi, dan akirnya proteinuria.
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
"maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkaniskemia plasenta (ari ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang
membawa nutrisi ke janin.
Proteinuria pre-eklampsia terdapat konsentrasi protein dalam air kencing yg melebihi 0,3
g/liter dan air kencing 400 ml atau kurang dalam sehari. Secara kasar artinya, tandanya air
kencing ibu penderita sedikit banget dalam sehari. Sampai saat ini belum diketemukan secara
pasti penyebab dari pre-eklampsia.


DAFTAR PUSTAKA

http://TugasKuliah/PREEKLSI/kesehatan 20PKK1eklamsil.htm
http://rhynakebidananuinmakassar.blogspot.com/2011/04/penatalaksanaan-pre-eklampsia.html
http://emmasitah.blogspot.com/2012/10/penanganan-kasus-perdarahan-abortus.html

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pre-eklamsi-dan-eklamsi.html#ixzz2Rc2h3iB8
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-pre-eklampsi/





















KEPERAWATAN MATERNITAS Askep Pada Bumil Dengan Pre eklamsi/Eklamsi


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul Keperawatan Maternitas : Askep Pada Bumil Dengan Pre-
Eklampsia Dan Eklampsia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena masih dangkalnya
pengetahuan penulis. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan untuk
masa yang akan datang.
Akhirnya, dengan penuh harapan dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amiiin...


Kendari, Mei 2011

HARTO KAMBATON


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................... 6
D. Manfaat ................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
I. Konsep Ibu Hamil ................................................................................ 7
A. Konsep Kehamilan ........................................................................ 7
B. Pembagian Kehamilan Dalam Triwulan ........................................ 7
C. Tanda-tanda Kehamilan ............................................................... 7
D. Diagnosa Banding ......................................................................... 8
E. Perubahan Fisiologi Sistem Tubuh ............................................... 8
F. Perubahan Fisiologi Kehamilan .................................................... 11
II. Konsep Preklamsi dan Eklamsi ........................................................... 13
A. Pengertian Preeklamsi dan Eklamsi ............................................. 13
B. Klasifikasi ..................................................................................... 14
C. Manifestasi Klinik ........................................................................ 16
D. Prognosis ..................................................................................... 17
E. Etiologi ......................................................................................... 19
F. Patofisiologi ................................................................................. 20
G. Komplikasi ................................................................................... 23
H. Penatalaksanaan ......................................................................... 24
III. Teori Askep Bumil Dengan Preklamsi/Eklamsi ................................... 36
A. Pengkajian ................................................................................... 36
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 39
C. Intervensi Keperawatan .............................................................. 39
D. Evaluasi ....................................................................................... 41

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 42
B. Saran ........................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di indonesia masih cukup tinggi. salah satu penyebab utama tinggi angka kematian
ibu ini adalah pre-eklamsia/eklampsia. Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan terutama pada
kehamilan pertama, kehamilan kembar dan wanita yang berusia diatas usia 35 tahun. Selama kehamilan,
tanda-tanda pre-eklampsia ini harus dipantau terlebih pada wanita yang berisiko terjadi pre-eklampsia
pada kehamilannya ini. Tanda khas pre-eklampsia ini adalah tekanan darah tinggi, ditemukan protein
dalam urine dan oedema. Adapun gejala-gejala yang juga harus diketahui yaitu kenaikan BB berlebihan,
nyeri kepala yang hebat, muntah, gangguan penglihatan. Jika tanda-tanda tersebut terlambat dideteksi
maka akan semakin parah dan keadaan paling berat ini akan kejang, pasien yang akan mengalami
kehilangan kesadaran, bahkan sampai pada kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal,
kegagalan hati dan pendarahan otak.
Usia sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia dapat menimbulkan kematian
maternal. Wanita hamil diatas usia 35 tahun mengakat 3 kali lipat terjadinya pre-eklampsia. Jika tidak
terdeteksi secara dini tentu kasus pre-eklampsia ini akan berubah menjadi eklampsia yang harus
mempunyai penanganan yang lebih khusus.
Untuk mengatasi salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu-ibu adalah pelayanan kesehatan
prenatal yang baik dan tidak boleh menganggap remeh jika menemukan salah satu tanda dari pre-
eklampsia.
Jika kasus pre-eklampsia ini menjadi semakin berat dan tidak segera ditangani lamanya akan berakibat
buruk kondisi ibu dan janin, bahkan akan berakibatkan kematian ibu dan janin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep ibu hamil?
2. Apa definisi dari pre-eklamsi dan eklamsi?
3. Apa saja klasifikasi preeklamsi dan eklamsi?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari preeklamsi dan eklamsi?
5. Bagaimanakah prognosis preeklamsi dan eklamsi?
6. Bagaimana etiologi dari preeklamsi dan eklamsi?
7. Bagaimana patofisiologi preeklamsi dan eklamsi (KDM dan Maternitas)?
8. Apa saja komplikasi dari preekelamsi dan eklamsi?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan preeklamsi dan eklamsi (Medis dan Keperawatan)?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada preeklamsi dan eklamsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui konsep preeklamsi dan eklamsi.
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada preeklamsi dan eklamsi.
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah uuntuk mengetahui dan memahami konsep ibu hamil, preeklamsi
dan eklamsi serta askep tentang preeklamsi dan eklamsi.


BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP IBU HAMIL
A. Konsep Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir
sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan
adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang
bayi (Monika, 2009).
B. Pembagian Kehamilan Dalam Triwulan
Triwulan pertama dimulai dari konsepsi 0-12 minggu;
Triwulan kedua dari 13-28/27 minggu;
Triwulan ketiga dari 28/29-40 minggu;
C. Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan menurut Rustam (2005), meliputi :
1. Tanda-tanda presumtif (tidak pasti) :
Amenore (tidak dapat haid);
Mual dan muntah;
Mengidam;
Pingsan;
Tidak ada selera makan;
Payudara membesar;
Tegang;
Sering kencing;
Konstipasi.
2. Tanda-tanda mungkin kehamilan :
Perut membesar;
Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk, konsistensi dari rahim;
Tanda Hegar, yaitu pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena terjadinya oedema dari
cervix dan hiperplasia kelenjar-kelenjar cervix, sehingga cervix menjadi lunak;
Tanda Chadwick, yaitu pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna selaput lendirnya
biru;
Tanda Piscaseek, yaitu pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh di daerah
inplantasi dan di daerah insersi plasenta;
Tanda Ballottement, yaitu teraba benjolan keras.
3. Tanda pasti (tanda positif) :
Gerakan janin dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin;
Denyut jantung janin: didengar dengan stetoskop-monoral laennec, dicatat dan didengar dengan
alat Doppler, dicatat dengan feto-elektro kardiogram, dilihat pada ultrasonografi, terlihat tulang-tulang
janin dalam foto-rontgen.
D. Diagnosa Banding
1. Hamil palsu
2. Kista ovari
3. Mioma uteri
4. Kandung kemih penuh dan retensi urine
5. Hematometra (Rustam, 2005)
E. Perubahan Fisiologis Sistem Tubuh
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta
dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang
menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2009) pada :
1) Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan
hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami
hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin.
2) Vagina (Liang Senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga
tampak makin merah dan kebiru-biruan.
3) Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan
meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
4) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat
laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu
esterogen, progesteron, dan somatomammotropin.
5) Sirkulasi Darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi
hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon
esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan
peredaran darah yaitu :
Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,
sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32
minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.

Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin
dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga
terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah
sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan
dapat mencapai 4 kali dari angka normal.
6) Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan
32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil
akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.
7) Sistem Pencernaan
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan :
Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi);
Daerah lambung terasa panas;
Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning sickness);
Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum;
Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum);
Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.

8) Perubahan Pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini
terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (chloasma
gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang.
9) Metabolisme
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, perubahan
metabolisme yang mendasar antara lain :
Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada trimester ketiga;
Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter
disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin;
Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar
gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari;
Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein;
Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk
pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50
mgr sehari, dan air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air;
Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama kehamilan atau terjadi
kenaikan berat badan sekitar kg/minggu.
F. Perubahan Psikologi Kehamilan
Menurut teori Reva Rubin:
1) Trimester I
Penerima keluarga khususnya pasutri terhadap kehamilannya;
Perubahan kehidupan sehari-hari;
Mencari tanda kehamilan;
Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya;
Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan;
Hasrat hubungan seks terbatas;
Khawatir kehilangan bentuk tubuh;
Ketidakstabilan mirip sindroma prahaid, mudah marah, ayunan suasana hati, irasionalisme, cengeng;
Perasaan was-was, takut dan gembira.
2) Trimester II
Ibu merasa sehat;
Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban;
Sudah menerima kehamilan;
Libido meningkat;
Mulai merasa gerak janin;
Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang diluar dirinya;
Merasa terlepas dari rasa cemas dan tidak nyaman.
3) Trimester III
Disebut periode menunggu dan waspada sebab rasa tidak sabar menunggu kehamilannya;
Gerakan bayi dan membesarnya perut kadang merasa khawatir bayinya lahir sewaktu-waktu;
Meningkatkan kewaspadaan timbulnya tidak dan gejala persalinan;
Rasa tidak nyaman;
Kehilangan perhatian yang didapat dari hamil;
semakin ingin menyudahi rasa kehamilannya;
Tidak sabaran dan resah;
Bermimpi dan berkhayal tentang si bayi.



II. KONSEP PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA
A. Pengertian Preeklamsia Dan Eklamsia
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap
wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan
kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan
pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun
pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri
dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih (Rustam Muctar, 1998). Tidak berbeda dengan definisi Rustam, (Manuaba, 1998)
mendefinisikan bahwa preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Selain itu, (Mansjoer, 2000)
mendefinisikan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Menurut
kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai
oleh hipertensi, edema, dan proteinuria.
Preeklampsia atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil tapi tak terjadi pada wanita yang tidak hamil. Penyakit ini ditandai
dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita
hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang
ditemukan pada awal masa kehamilan.
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan protein urine yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul dalam triwulan ke-3 kehamilan. Hipertensi biasanya
timbul lebih dulu daripada tanda-tanda lain. Umumnya untuk menegakkan diagnostik pre-eklampsia,
kenaikan tekanan siskolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau
mencapai 140 mmHg atau lebih. Apabila tekanan diastolik naik hingga 15 mmHg atau lebih atau
mencapai 90 mmHg atau lebih, Maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan TD dilakukan
minimal 2x dengan jarak 6 jam pada keadaan istirahat (Menurut Sarwono, 2005 Ilmu Kebidanan).
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain
mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang
kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah
melahirkan.
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan
timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsi
(hipertensi, edema, proteinuria) (Wirjoatmodjo, 1994: 49).
Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik pre eklamsi yang disertai
dengan kejang dan koma yang timbul pada ante, intra dan post partum (Angsar MD, 1995: 41).
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain
mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang
kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah
melahirkan.
B. Klasifikasi
Pre-eklampsia digolongkan menjadi PE ringan, sedang dan berat (Menurut Sarwono, 2005 Ilmu
Kebidanan).
Diagnosis
Tekanan Darah
Tanda Lain
Pre-Eklamsi Ringan
Kenaikan TD diastolic 15 mmHg/79 mmHg dengan 2x pengamatan berjarak 1 jam/tekanan diastolic
mencapai 110 mmHg.
Protein Urin +1
Pre-Eklamsi Sedang
Kenaikan TD systolic 30 mmHg/lebih atau mencapai 140 mmHg.
Protein urin positif 2 oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, kenaikan BB 1 kg tiap minggu.
Pre-Eklamsi Berat
Tekanan diastolic >110 mmHg
Protein urine positif oliguria (urine 5 gr/L) hiperefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik,
terdapat oedem paru dan sinosis.
2. Eklamsi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
Berdasarkan waktu terjadinya, yaitu:
a) Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil.
b) Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan
terutama saat mulai inpartu.
c) Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.( Manuaba,
1998: 245)
Berdasarkan lamanya, yaitu :
a) Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan ke
kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 menit.
b) Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam,
pernapasan ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium
ini berlangsung kira-kira 20-30 menit.
c) Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi ulang-ulang waktu yang cepat, mulut terbuka dan tertutup. Keluar ludah
berbusa dan lidah dapat digigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah
berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti
mendengkur.
d) Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ( koma ) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-
kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma. Selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 400 celcius.
C. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik preeklampsi bervariasi luas dan sangat individual. Kadang kadang sukar untuk
menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala
yang timbul pada preeclampsia ialah edema, hipertensi dan terakhir proteinuria. Sehingga bila gejala-
gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia. Dari semua gejala
tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting, namun penderita
seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala,
gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
Sedangkan eklampsia kasus akut pada penderita preeclampsia yang disertai kejang dan koma, sama
halnya dengan preeclampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia
postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Dua gejala yang sangat penting diatas pada preklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya
tidak di sadari oleh wanita hamil, penyebab dari kedua masalah diatas adalah sebagai berikut.
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada preeklampsia.
Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
Tekanan sistolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus menunjukkan kedaan
abnormal.
2. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preklampsia dan bahkan kenaikan berat
badan (BB) yang berlebihan merupakan tanda pertama preklampsia pada sebagian wanita. Peningkatan
BB normal adalah 0,5 Kg perminggu. Bila 1 Kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya
preklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama di sebabkan kerena retensi cairan dan
selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata yang
bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
3. Proteinuria
Pada preklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau tidak sama sekali.
Pada kasus berat proteinuria dapat di temukan dan dapat di capai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu
timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan
Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preklampsia adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri
kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik
biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preklampsia berat. Keluhan ini disebabkan karena
tekanan pada kapsula hepar akibat edama atau pendarahan.
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasies arterial, iskemia, dan edema rutina
dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina, pada preklampsia ringan tidak
ditemukan tanda-tanda subjektif ( Cuningham, 1995:767 ).
D. Prognosis
Kerusakan akibat preeklampsia antara lain sbb :
a) Otak
Dapat terjadi pembengkakan di otak sehingga timbul kejang dengan penurunan kesadaran yang biasa
disebut eklampsia. Dapat juga terjadi pecahnya pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
b) Paru-paru
Bengkak yang terjadi di paru-paru menyebabkan sesak napas hebat dan bisa berakibat fatal.
c) Jantung
Terdapat payah jantung.
d) Ginjal
Ditemukan adanya gagal ginjal.
e) Mata
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan saraf mata yang disebabkan bengkak maupun lepasnya selaput
retina mata. Kebanyakan bersifat sementara. Kendati demikian, pemulihannya memakan waktu cukup
lama.
f) Sistem darah
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat pembekuan darah.
g) Akibat pada janin
Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan
oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke
plasenta menyempit.
Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi dengan berat lahir
yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan
sebagainya.Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah menunjukkan
kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah
dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.
Pada eklamsi
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun
anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk rumah sakit.
a) Kematian ibu
Disebabkan oleh pendarahan otak, kegagalan jantung, paru, kegagalan ginjal, infeksi, kegagalan hepar,
dan lain-lain.
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat
menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat
tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau
ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
b) Kematian janin
Disebabkan hipoksia intrauterin dan prematuritas. Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan
prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim.
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia yang terdiri dari :
Koma yang lama
Frekuensi nadi diatas 120 kali permenit
Suhu 39,4 celcius atau lebih
Tekanan darah lebih dari 200 mmHg
Konvulsi lebih dari 10 kali
Proteinuria 10 gr atau lebih
Tidak ada oedema, oedema menghilang
Bila dijumpai salah satu tanda-tanda yang diatas maka disebut dengan eklampsia ringan, bila dijumpai 2
atau lebih tergolong berat dan prognosis akan lebih jelek
E. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini, namun penelitian menyebutkan
ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor
tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
Sedikit teori yang menerangkan mengenai hal itu adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut, sehingga kelainan ini
sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
Peran faktor imunologis.
Adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
Peran faktor genetik/familial
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/eklampsi pada anak-anak dari
ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
F. Patofisiologi
Patofisiologi preeklamsia/eklamsia (KDM)
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah sakibat spasme pembuluh darah yang disertai
dengan retensi garam dan air. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan
mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik
yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan
terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan
tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi
fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah
menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan
selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat
agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan
gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-paru, hati/liver,
renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya
terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya
gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan
risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah
pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah
merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan
meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan
mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan
pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan
penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi
natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat
memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal
akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR
tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun
sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa
keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan
menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada
mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina.
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat.
Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus
gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi
metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan
pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas.
Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan
diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
Patofisiologi preeklamsia/eklamsia (Maternitas)
Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi,
penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung,
dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun,
sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat
perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih
lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas
oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang
menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan
darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin
dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk
mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian
aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada
ibu dan janin. Peneliti lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah
hipertensi pada kehamilan. Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan
volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema
paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea
merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di
ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan
mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun
dengan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam
perkembangan preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan
respons imunologis lanjut.
G. Komplikasi
Komplikasi preeklamsia :
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namun, yang termasuk komplikasi antara lain
sebagai berikut :
a) Pada ibu
Eklamsia
Solusio plasenta
Perdarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah (DIC)
Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count).
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b) Pada janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
Komplikasi eklamsia :
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah :
Lidah tergigit
Terjadi perlukaan dan fraktur
Gangguan pernafasan
Perdarahan otak
Solutio plasenta dan merangsang persalinan
(Muchtar Rustam, 1995:226)
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia.
Hendaknya janin lahir hidup.
Trauma pada janin seminimal mungkin.
1. Preeklamsi
v Medis
a) Pre-eklamsi ringan dan sedang
Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin.
Lebih banyak istirahat.
Diet biasa.
Tidak perlu diberi obat-obatan.
Jika rawat jalan tidak mungkin, segera rawat di rumah sakit :
Diet biasa.
Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari.
Tidak perlu obat-obatan.
Tidak perlu diuretic,kecuali jika terdapat edema paru,dekompensasi kordisatau gagal ginjal akut.
Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
- Berikan nasehat untuk istirahat, tidak terlalu banyak beraktifitas dan perhatikan tanda-tanda
preeclampsia berat.
- kontrol 2x seminggu.
- jika tekanan diastolic naik lagi " rawat kembali.
jika tidak ada tanda-tanda perbaikan " tetap dirawat.
jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,pertimbangkan terminasi kehamilan.
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan
dengan skema periksa ulang yang lebih sering,
jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeclampsia berat.
misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan
istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali
sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi
tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-
eklampsi berat. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin : kadar
estriol urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasografi, dan sebagainya.Bila keadaan mengizinkan, barulah
dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.
b) Pre-eklamsia berat
Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka
penanganannya adalah sebagai berikut :
Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada kontraindikasi).
Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24
jam sampai dicapai criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi).
Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan ditimbang
seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.
Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus
atau tindakan lain tergantung keadaan.
Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksanaan
kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.
Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
Penanganan umum
Jika tekananan diastolic >110 mmHg,berikan antihipertensi,sampai tekanan diastolic diantara 90-
100 mmHg
Pasang inus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload
Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
Jika jumlah urin <30 ml/jam:
- Infus cairan dipertahankan 8 jam
- Pantau kemungkinan edema paru
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan
janin
Observasi TTV,refleks,dan DJJ setiap jam
Auskulatasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema
paru.jika ada edema paru,stop pemberian cairan,dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7
menit,kemungkinan terdapat koagulopati.
Antihipertensi obat pilihan adalah hidralazin,yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5menit
sampai tekanan darah menurun
Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam,atau 12,5mg IM setipa 2jam
Jika hidralazin tidak tersedia,dapat diberikan:
- Nifedipine 5mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit,beri tambahan 5mg sublingual
- Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit,diberikan lagi labetolol 20 mg IV.
Antikonvulsan magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeclampsia dan eklampsia.
Dosis awal
- MgSO4 4g I.V. sebagai larutan 40% selama 5 menit
- Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g larutan MgSO4 50%, masing-masing 5g dibokong kanan
dan kiri secara IM. Ditambah 1 ml lignokain 2% pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak panas
sewaktu pemberian MgSO4.
- Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2g (larutn 40%) IV selama 5 menit.
Dosis pemeliharaan
- MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2% 1ml IM setiap 4 jam.
- Lanjutkan sampai 2 jam pasca persalinan atau kejang terakhir.
Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
- Frekuensi perafasan minimal 16/menit
- Refleks pattela (+)
- Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
Stop pemberian MgSO4, jika :
- Frekuensi pernafasan <16/menit
- Refleks pattela (-)
- Urin < 30 ml/jam
Siapkan antidotum :
Jika terjadi henti nafas : bantu dengan ventilator, beri kalsium glukonat 2g (20 ml dalam larutan 10%)
IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko terjadinya depresi neonatal.
v Pemberian IV
Dosis awal
- Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
- Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
Dosis pemeliharaan
- Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
- Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30 mg/jam
- Jangan berikan >100 mg/24 jam
v Pemberian melalui rektum
- Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal, dengan dosis awal 20 mg
dalam samprit 10 ml
- Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam
- Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan kedalam rektum.
Penderita dirawat inap.
Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi.
Berikan diit rendah garam dan tinggi protein.
Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri.
Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam.
Syarat pemberian MgSO4 adalah: reflex patella positif; dieresis 100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi
16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc.
Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat.
Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m. dan selanjutnya dapat diberikan tablet
katapres 3 kali tablet atau 2 kali tablet sehari.
Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung
kongerstif.Untuk itu dapat disuntikan 1 ampul intravena Lasix.
Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa
amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infuse tetes.
Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau forceps, jadi ibu dilarang mengedan, jangan
diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr
setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum
Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, bila disertai keadaan sebagai berikut :
- Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
- Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
- Oliguria yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
- Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium.
- Terdapat oedema paru dan sianosis.
v Keperawatan
Preeklamsia ringan dan sedang
c) Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah baring.
d) Diet rendah garam dan tinggi protein.
e) Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit membaik dapat dilakukan rawat
jalan; sedangkan jika penyakit menetap atau memburuk, kehamilan dapat diakhiri pada usia kehamilan
37 minggu.
Preeklamsia Berat (PEB)
Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) :
1. Tirah baring.
2. Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
3. Pasang kateter tetap (bila perlu).
Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-keadaan di bawah ini :
Umur kehamilan >36 minggu.
Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
Gawat janin.
Sindroma HELLP.
Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak terlihat tanda-tanda
perbaikan penyakit.
2. Eklamsi
Medis
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan
mencegah kejang ulang.
a) Konsep pengobatan
Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah diuresis.
b) Obat untuk anti kejang :
MgSO4 (Magnesium Sulfat)
Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada
bokong kanan dan kiri.
Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6
jam bebas kejang.
Syarat : reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan (respirasi >16 kali/menit),
produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.
Apabila ada kejang lagi, diberikan Mg SO 4 20 %, 2gr I.V. pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya
sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg/kg BB/I.V. pelan-pelan. Bila
ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V pelan-
pelan selama 3 menit atau lebih. Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan
pengobatan dengan MgSO 4 .
Keperawatan
Secara prinsip kehamilan dengan eklamsia harus segera dilakukan terminasi (diakhiri), sedangkan
perawatan/pengobatan yang dilakukan adalab untuk stabilisasi kondisi pasien dalam rangka terminasi
kehamilan tersebut.
Tirah baring, diet preeklamsia atau per sonde (bila pasien dalam keadaan koma).
Pasang kateter tetap.
Kepala direndahkan, isap lendir orofaring.
Pasang sudip lidah untuk mencegah lidah tergigit bila pasien kejang.
Bila pasien sadar dan keadaan membaik, kehamilan segera diakhiri, sebisa mungkin mengusahakan
partus per vaginam dengan mempercepat kala II. Bila dalam 6 jam keadaan tidak membaik (klinis
maupun laboratorik) dan pasien belum sadar, maka kehamilan harus segera diakhiri juga.
Prinsip perawatan preeklamsi dan eklamsi secara umum adalah :
1. Tujuan perawatan di RS adalah untuk menghentikan konvulsi, mengurangi vasospasme,
meningkatkan diuresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan yang tepat dan cepat, serta untuk
melakukan terminasi kehamilan 4 jam serangan kejang yang terakhir, dengan tidak menghitungkan
tuanya kehamilan
2. Penderita eklampsia harus dirawat inap di RS
3. Pengangkutan ke RS
Sebelum dikirim, diberikan obat penenang untuk mencegah serangan kejang-kejang selama dalam
perjalanan yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg
Sesampai di RS, pertolongan pertama adalah membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan,
menghindarkan lidah tergigit, pemberian oksigen, pemasangan infus dektrosa atau glukosa, menjaga
agar janagan sampai trauma serta dipasang kateter tetap
4. Observasi penderita
Dilakukan didalam kamar isolasi yang tenang dengan lampu redup (tidak terang), jauh dari
kebisingan dan rangsangan kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisis tensi, nadi, respirasi, suhu
badan, refleks,dan diuresis. Bila memungkinkan dilakukan funduskopi sekali sehari, juga dicatat tingkat
kesadaran dan jumlah kejang yang terjadi
Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam, kadar
protein urin diperiksa dalam 24 jam kuantatif.
5. Regim-regim pengobatan
Regim MgSO4 20 % dengan dosis 4 gr IV perlahan-lahan selama 5-10 menit kemudian disusul
dengan suntikan IM dosis 8 gr. Jika tidak ada kontraindikasi, berikan suntikan IM diteruskan dengan
dosis 4 gr setiap 4 jam. Pemberian ini dilakukan sampai 24 jam setelah konvulsi berakhir atau setelah
persalinan. Bila tidak ada kontraindikasi ( perhatikan pernapasan, refleks dan diuresis ). Juga harus
tersedia kalsium glukonas sebagai antidotum
kegunaan MgSO4 adalah untuk mengurangi kepekaan syaraf pusat agar dapat mencegah konvulsi,
menambah diuresis, kecuali bila ada anuria dan untuk menurunkan pernafasan yang cepat
Regim sodium pentotal
Dosis insial suntikan IV perlahan-lehan sodium pentotal 2,5 % adalah sebanyak 0,2-0,3 gr. Dengan infus
secara tetes ( drips ) tiap 6 jam diberikan :
- 1 gr sodium pentotal dalam 500 cc dektrose 10 %
- gr dalam 500 cc dextrose 10 %
- gr dalam 500 cc dextrose 10 %
- gr dalam 500 cc dextrose 10 %
( selama 24 jam )
- kerja pentotal sodium adalah untuk menghentikan kejang dengan segera. Obat ini hanya diberikan
di RS karena cukup berbahaya dapat menyebabkan henti nafas ( apnea )
Regim valium ( diazepam )
Dengan dosis 40 mg dalam 500 cc glukosa 10 % dengan tetesan 30 permenit. Seterusnya diberikan
setiap 2 jam 10 mg dalam infus atau suntikan IM : sampai tidak kejang, obat ini cukup aman
Regim litik koktil ( lytic cocktail )
Ada 2 macam kombinasi obat yaitu :
- Largactil ( 100 mg ) + phenergen ( 50 mg ) + Pethidin ( 100 mg )
- Pethidin ( 100 mg ) + Chlorpromazin ( 50 mg ) + Promezathin ( 50 mg )
- Masing-masing dilarutkan dalam 500 cc glukosa 5 % dan diberikan secara infus tetes IV : jumlah
tetesan disesuaikan dengan serangan kejang dan tekanan darah penderita
Regim stroganoff
6. Pemberian antibiotika
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,2-2,4 juta
satuan
7. Penanganan obstetrik
Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann
janin, keadaan serviks dan sebagainya. Setelah kejang dapat diatasi, keadaan umum penderita
diperbaiki, kemudian direncanakan untuk mengakhiri kkehamilan atau mempercepat jalan persalinan
dengan cara yang aman. Kalau belum inpartu, maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam bebas
kejang, dengan atau tanpa amniotomi.
Kala II harus dipersingkat dengan ektraksi vakum atau ektraksi forseps. Bila janin mati dilakukan
embriotomi. Bila serviks masih tertutup dan lancip ( pada primi ) serta kepala janin masih tinggi atau ada
kesan terdapat disproporsi sefalopelvik atau ada indikasi obstetrik lainnya, sebaiknya dilakukan SC ( bila
janin hidup ). Anastesi yang dipakai lokal atau umum dikonsultasikan dengan ahli anestesi.
Bahaya yang masih tetap mengancam adalah pendarahan postpartum, infeksi nifas, atau trauma akibat
pertolongan obstetrik
Diet
1. Tujuan Diet
Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
Mencapai keseimbangan nitrogen
Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal
Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit baru pada saat kehamilan
atau setelah melahirkan
2. Syarat Diet
Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara berangsur, sesuai
dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari
makanan atau diet sebelum hamil.
Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan BB
diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu.
Protein tinggi (1 2 g/kg berat badan).
Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh ganda.
Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi.
Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.
Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan
cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan
3. Macam Diet Preeklampsia
a) Diet Preeklampsia I
Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat
Makanan diberikan dalam bentuk cair, yg terdiri dari susu dan sari buah
Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya diberikan secara
parental
Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 2 hari
b) Diet Preeklampsia II
Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yg
penyakitnya tdk begitu besar
Makanan berbentuk saring atau lunak.
Diberikan sebagai diet rendah garam I
Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya
c) Diet Preeklampsia III
Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan preeklampsia
ringan.
Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .
Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa .
Jumlah energi hrs disesuaikan dengan kenaikan berat badan yg boleh lebih dari 1 kg per bulan .















BAB III
TEORI ASKEP IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI/EKLAMSI
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan
perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik.
Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap
perawatan.
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara lain sebagai berikut :
1. Identitas umum ibu.
2. Data riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu.
Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan tidak tenang.
Edema pada ekstremitas.
Tengkuk terasa berat.
Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
d) Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3. Pemeriksaan fisik biologis
Keadaan umum : lemah.
Kepala : sakit kepala, wajah edema.
Mata : konjungtifa sedikit anemis, edema pada retina.
Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah.
Ekstremitas : edema pada kaki juga pada tangan juga pada jari-jari.
Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.
Genituorinaria : oligura, proteinuria.
Pemeriksaan janin : bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin melemah.
4. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
- Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-
14 gr% ).
- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% ).
- Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 ).
Urinalisis :
- Ditemukan protein dalam urine.
Pemeriksaan Fungsi hati :
- Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
- LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
- Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
- Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml ).
- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l ).
- Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
Tes kimia darah :
- Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).
b) Radiologi
Ultrasonografi :
- Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
Kardiotografi :
- Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
c) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d) Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
e) USG : untuk mengetahui keadaan janin
f) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan interstisial berhubungan dengan peningkatan reabsorbsi natrium dan
retensi cairan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi/penurunan aliran balik vena.
3. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
C. Rencana Keperawatan
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, langkah selanjutnya adalah menentutkan diagnosa dan
intervensi keperawatan. Diagnosa yang mungkin ditemukan pada ibu hamil dengan
preeklamsia/eklamsia adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan peningkatan reabsorbsi natrium
dan retensi cairan.
Tujuan : volume cairaan kembali seimbang.
Rencana tindakan :
a) Pantau dan catat intake dan output setiap hari.
Rasional : dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbanagan
cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus.
b) Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisapan kapiler (capilery refill time-CRT).
Rasional : dengan memantau anda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoman untuk
penggantian cairan atau menilai repon dari kardiovaskuler.
c) Memantau atau menimbang berat badan ibu.
Rasional : engan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan yang merupakan indikator
yang tepat untuk menentukan keseimbangan cairan.
d) Observasi keadaan edema.
Rasional : keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam tubuh.
e) Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan.
f) Kaji distensi vena jugularis dan perifer.
Rasional : retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan dengna pelebaran vena jugularis dan
edema perifer.
g) Kaji dengan dokter dalam pemberian diuretik.
Rasional : diuretik dapat meningkatkan filtrasi glumerulus dan menghambat penyerapan sodium dan air
dalam tubulus ginjal.
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengna hipovolemi/penurunan aliran balik vena.
Tujuan : agar curah jantung kembali normal.
Rencana tindakan :
a) Pemantauan nadi dan tekanan darah.
Rasional : dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat melihat peningkatan volume plasma,
relaksasi vaskuler dengan penurunan tahanan perifer.
b) Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal.
c) Pemantauan parameter hemodinamik invasif (kolaborasi).
Rasional : memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskuler dan volume cairan. Konstruksi
vaskuler yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah
jantung.
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti hipertensi sesuai kebutuhan.
Rasional : obat anti hipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk meningkatkan relaksasi otot
polos kardiovaskuler dan membantu meningkatkan suplai darah.
e) Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.
Rasional : mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual muntah dan
palpitasi.
3. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin.
Rencana tindakan :
a) Istirahatkan ibu.
Rasional : dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme menurun dan peredaran darah
keplasenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin dapat terpenuhi.
b) Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri.
Rasional : dengan miring ke kiri diharapkan vena kava dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang
membesar, sehingga aliran darah keplasenta menjadi lancar.
c) Pantau tekanan darah ibu.
Rasional : dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta
seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen
ke janin berkurang.
d) Memantau bunyi jantung janin.
Rasional : dengan memantau bunyi jantung janin dapat diketahui keadaan jantung janin lemah atau
menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta berkurang, sehingga dapat direncanakan tindakan
selanjutnya.
e) Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter.
Rasional : obat anti hipertensi akan menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan afterload
jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunya
tekanan darah, makak aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.
D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana perawat menilai hasil
yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi.
Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di modifikasi.
Berikut ini evaluasi dari diagnosa diatas :
1. Volume cairaan kembali seimbang.
2. Curah jantung kembali normal.
3. Cedera tidak terjadi pada janin.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pre-eklampsia berat merupakan suatu kelanjutan dari pre-eklampsia ringan dimana terjadinya kenaikan
tekanan darah 160/110 mmHg, proteinuria 5 gram/lebih dalam 24 jam (+3 atau +4), oliguria, nyeri
epigastrium, gangguan penglihatan. Dalam keadaan PEB, jika tidak ditangani dengan segera maka pasien
akan mengalami kejang/sudah dalam tahap eklampsia.
Banyak pesien yang berpotensi dalam PEB ini antara lain : faktor genetik (keturunan/riwayat keluarga
hipertensi), kehamilan ganda, obesitas, DM, dan faktor prodisposisi. Ibu pekerja keras dan perokok.
Untuk mencegah agar pre-eklampsia ini tidak menjadi berat atau bahkan menjadi eklampsia, perlu
dipantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu pertambahan BB yang meningkat terlalu jauh
perminggu, tekanan darah dan proteinuria.
Jika kita menemukan pasien dengan kasus PEB, tindakan segera yang langsung kita ambil adalah segera
pasien dirujuk ke RS karena kasus ini bukanlah wewenang kita sebagai bidan dan harus memerlukan
tindakan yang lebih lanjut yang tidak bisa kita tangani sendiri
B. Saran
Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya pre-eklampsia/eklampsia maka dalam
melakukan ANC, bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T
(TB/BB, TD, TFU, TT, Tablet Fe, Temuwicara, Torch).
Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,
sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan penyimpangan yang terjadi dan mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih berat.
Tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada ibu ibu hamil tentang KB supaya mereka
bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi kesehatannya, sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi dan penyulit kehamilan dan persalinan.
Jika tenaga kesehatan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB segera rujuk ke RS


DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sumapraja, Sudraji.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta
Mansjoer.arif,DKK.1999.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1,edisi 3.Jakarta :Media Aesculapsois Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia

S-ar putea să vă placă și