Sunteți pe pagina 1din 99

Amazing Guardian

(Chouzetsu no
Hogosha)
Part 1

Karya : Ran Orihara




Bab 1
Malam itu sepi dan dingin. Bulan juga hanya membiarkan sebagian dirinya untuk menerangi
kegelapan kali ini. Tak seorang pun terlihat di kompleks perumahan ini. Hanya terdengar
suara angin berhembus kencang. Di depan sebuah balkon rumah bertingkat dua, terlihat
bayang-bayang orang yang berdiri.
Mereka mengeluarkan suara-suara berbisik seperti memberi aba-aba. Si... siapa kalian?
Suara anak laki-laki dari dalam ruangan itu terdengar panik. Pemilik rumah yang mendengar
suara asing di depan balkon kamar tidurnya langsung ternganga.
Melalui pintu geser transparan yang menyambungkan kamar dan balkon, ia bisa melihat
sosok-sosok misterius yang ada di sana. Tidak bisa ditutupi, ada perasaan takut yang tiba-
tiba membuatnya gemetaran. Laki-laki itu menelan ludah sekali sebelum akhirnya
memberanikan diri membuka pintu geser di depannya.
Wusss. Angin langsung menyeruak masuk dan menerbangkan kertas-kertas tugas
sekolahnya. Tiba-tiba...
Bukk!
Laki-laki itu jatuh ke belakang tepat ketika akan keluar. Belum sempat ia berdiri, tubuhnya
mendadak kaku karena melihat bayang-bayang itu mendekat, berdiri tepat di depannya.
Untung saja ada cahaya temaram dari kamar tidur yang sedikit membantunya di tengah
kegelapan. Ia sontak terkesiap. Kali ini, ia dengan jelas bisa melihat bentuk bayangan tadi
karena jarak mereka cukup dekat.
Dari mana kalian masuk?? Apa kalian perampok? Suara anak laki-laki itu bergetar. Cepat-
cepat ia berdiri menghadap mereka, bersikap defensif.
Apa kami terlihat seperti perampok, Hanazawa Takahisa? ucap salah satu bayangan.
Suaranya berirama merdu. Terdengar seperti suara perempuan muda.
Dari mana kamu tahu namaku? Laki-laki yang bernama Hanazawa Takahisa itu semakin
ketakutan, tapi ia tetap tak bisa mengalihkan pandangan dari wajah-wajah misterius yang
ada di depannya.
Sebab, mereka tidak terlihat seperti manusia biasa! Semuanya memakai pakaian serba
hitam, dengan jubah panjang yang menutupi bagian belakang tubuh mereka hingga
mendekati kaki. Hanya satu dari mereka yang berambut panjang dan menggunakan rok di
atas lutut dengan stocking yang juga berwarna hitam, satu-satunya yang diyakini Takahisa
sebagai perempuan dalam kelompok misterius itu. Lalu ada faktor lain yang membuatnya
terpana. Secara fisik orang-orang ini sangat unik, mereka memiliki mata serta rambut
dengan warna mencolok!
Takahisa masih takjub, ia tak sanggup menjawab pertanyaan dari orang-orang misterius
yang tiba-tiba ada di atas balkon rumahnya, ia terlalu kaget dan bingung. Bagaimana cara
mereka masuk dan naik ke sini? Kenapa mereka bisa tahu namaku? Apa iya penjahat
berpenampilan mencolok begini? Runtutan pertanyaan terus berputar di kepalanya.
Guardian time! Mendadak saja si perempuan misterius berkata dengan senyum manis.
Belum sempat Takahisa bereaksi, beberapa bayangan itu tiba-tiba menjentikkan jari mereka
bersamaan, lalu GOTCHA!" ucap mereka sambil menunjuk wajah Takahisa dengan jari
telunjuk dan ibu jari, seperti membentuk sebuah pistol.
Setelah mencerna ucapan itu, tiba-tiba saja ketakutan yang terpancar di wajah Takahisa
berubah jadi kelegaan, yang ditunjukkan dengan sebentuk senyuman.
Jadi kalian... Ia terlalu senang sampai tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Sekarang ia
bisa melihat orang-orang di depannya juga tersenyum.
Takahisa tertawa pelan, merasa bodoh pada ketakutannya tadi. Selama beberapa detik ia
memandang satu per satu sosok-sosok ajaib itu penuh rasa kagum. Arigatou ( Terima
kasih) ..., ucapnya dengan senyum merekah. Guardian.
Keempat sosok gelap itu tak membalas perkataan Takahisa. Mereka hanya berdiri dalam
diam, membuat Takahisa yang semula sudah merasa lega, kembali dibuat berdebar-debar
aneh. Diperhatikannya lagi dengan saksama, keempat manusia yang ia sebuat Guardian ini
memang terlihat mengagumkan. Aura mereka begitu kuat, menyihirnya hingga tak sanggup
melawan. Sangat indah. Mempesona. Dan sekaligus... menakutkan.

*

Kyaaa.... anggota OSIS sudah datang!! Beri jalan, beri jalan! teriak seorang anak
perempuan dengan nada memerintah.
Murid-murid yang ada di sekitar situ pun langsung memposisikan diri. Bukannya kesal,
siswa-siswi SMA Hogosha Gakuen justru terlihat sangat senang. Bahkan tidak sedikit yang
terlihat antusias dengan sorot mata berbinar-binar. Di koridor lantai dasar, semua murid
berjejer di tepi kanan kiri. Mengosongkan bagian tengah jalan, persis seperti para ajudan
yang menunggu tuan besarnya lewat.
Ada apa ini? tanya seorang gadis kelas satu bernama Kosaka Miharu. Kenapa semua
orang memasang wajah aneh begitu? Apa perdana menteri mau datang ke sekolah ini?
Hah? Ini lebih penting dari perdana menteri tahu! jawab Shina, teman perempuan yang
berdiri di sebelahnya dengan penuh semangat. Tiap pagi kita pasti menyambut kedatangan
mereka! Siapa lagi kalau bukan anggota OSIS yang paling melegenda di Hogosha Gakuen!
Memang apa hebatnya mereka? Cuma OSIS biasa saja kenapa diributkan?
Shina menarik napas sekali sebelum menjelaskan, Kosaka kan murid pindahan, makanya
nggak tahu seluk beluk sekolah ini. Di Hogosha Gakuen, pesona anggota OSIS sangat
hebat, bahkan tidak berlebihan kalau mereka disebut sebagai orang yang paling berkuasa
selain kepala sekolah! Karena ini adalah pertama kalinya ada OSIS yang memiliki karisma
seperti mereka.
Kok bisa? Miharu akhirnya penasaran juga, karena Shina berkata dengan heboh sekali.
Mereka membuat beberapa perubahan di sekolah ini. Sangat jelas dan signifikan! Membuat
sekolah Hogosha Gakuen yang awalnya punya aturan kolot dan kaku yang lebih santai dan
menyenangkan. Hebat sekali kan? Ditambah lagi mereka pintar, keren, dan sama sekali
tidak sombong!
Ya, mereka memang hebat..., timpal seorang anak laki-laki di sebelah mereka yang
bernama Yoshiro. Tambah lagi satu alasan murid baru memilih sekolah ini.
Tambah lagi? Memangnya ada berapa alasan sampai sekolah ini jadi terkenal?
Kosaka bukan dari Gifu ya? tanya Yoshiro yang langsung dibalas anggukan Miharu.
Aku baru pindah dari Tokyo.
Oh pantas saja... Yoshiro merasa maklum dengan teman barunya itu. Di kota ini, Hogosha
Gakuen adalah yang paling populer, dan banyak sekali anak-anak SMP yang mengincar
SMA ini. Bukan karena alasan akademis atau fasilitas. Tapi legenda sekolah ini yang
membuatnya terkenal.
Legenda? Miharu semakin terlihat bingung. Maksudnya? Terus apa hubungannya sama
anak OSIS?
Tidak ada hubungannya sih, jawab Shina. Sebelum ada OSIS yang terkenal seperti
sekarang, sebenarnya sekolah ini sudah memiliki legenda lain. Jadi dapat dikatakan,
dengan OSIS tahun ini tidak heran kalau Hogosha Gakuen makin diminati banyak orang.
Legenda selain OSIS? tanya Miharu bingung. Apa itu?
Yoshiro dan Shina saling melepas pandang, tersenyum kecil sesaat, kemudian menjawab
bersamaan, Guardian.
Guardian?! Suara Miharu melengking. Dari sinar matanya terlihat ia sangat bingung
dengan kata yang baru saja keluar dari mulut kedua temannya ini.
Jangan keras-keras. Shina langsung membekap mulut gadis itu.
Guardian itu maksudnya apa? Kali ini suara Miharu jauh lebih pelan. Ia menatap Shina dan
Yoshiro dengan pandangan penuh tanya.
Seperti namanya, Guardian adalah penjaga. Lebih tepatnya pelindung Hogosha Gakuen.
Ini legenda lama, sudah ada sejak 17 tahun lalu. Apa pun masalah yang ada di sekolah ini,
Guardian pasti bisa menyelesaikannya. Sama seperti nama sekolah kita ( Kata hogosha
dari Hogosha Gakuen mempunyai arti guardian/pelindung) .
Apa legenda itu sungguh-sungguh nyata? Berarti mereka sudah tua dong... sudah ada
selama 17 tahun.
Shina dan Yoshiro langsung menggeleng.
Guardian itu misterius, nggak ada yang tahu siapa dia, berapa umurnya, laki-laki atau
perempuan, apa tujuannya menjadi Guardian, atau berapa jumlahnya. Semua serba
misterius. Tetapi, karena Guardian selalu melindungi sekolah secara diam-diam, guru-guru
pun menutup mata dengan masalah ini.
Meski orang dewasa tidak mau mengakui, keberadaan Guardian sangatlah berarti di
Hogosha Gakuen, imbuh Yoshiro.
Miharu cuma bisa ber-ooh sebagai jawaban. Ia terlalu takjub dengan cerita kedua temannya.
Di minggu pertamanya pindah ke SMA Hogosha Gakuen, ia sudah mendengar cerita-cerita
aneh. Padahal awalnya ia berpikir kepindahannya dari kota besar Tokyo ke area Chuubu,
tepatnya di perfektur Gifu adalah sebuah kemunduran. Pindah ke sekolah yang sama sekali
tidak istimewa, cuma sekolah biasa, tak terlalu besar, terkesan kuno, di daerah pinggiran
pula. Namun siapa sangka ada sebuah cerita menarik yang sanggup membuatnya
penasaran. Ternyata sekolah ini bukan sekolah biasa ya? gumamnya kemudian.
Lalu, bagaimana cara Guardian melindungi Hogosha Gakuen? Kali ini suara Miharu
terdengar lebih antusias.
Lewat permohonan, jawab Shina sambil tersenyum. Guardian membantu semua orang
yang ada di sekolah ini tanpa terkecuali. Kalau kamu punya masalah serius, kamu bisa
mengirim e-mail pada mereka.
Hah? Lewat e-mail?
Keraguan yang kembali terdengar dalam suara Miharu tidak begitu mengganggu Shina, ia
tetap saja melanjutkan ucapannya. Kurasa, tak ada satupun di sekolah ini yang tidak
percaya dengan keberadaan Guardian, karena mereka membantu Hogosha Gakuen secara
nyata. Meski di lain sisi identitasnya tetap misterius.
Kok aneh? Miharu langsung mengerutkan kening. Apa tidak ada yang berusaha
membongkar identitasnya? Aku nggak percaya... 17 tahun keberadaan Guardian di sekolah
ini, masa nggak ada yang penasaran sama jati diri mereka sebenarnya? tanya gadis itu
dengan nada skeptis. Di dunia ini kan banyak sekali orang iseng dan sirik.
Hahahaha... Shina dan Yoshiro langsung terbahak.
Ya, pendapat yang sangat masuk akal sebenarnya, tukas Yoshiro di sela tawanya. Tapi,
kalau kamu sudah bertemu Guardian... Ia lalu memelankan suaranya, bahkan nyaris seperti
berbisik. Kamu pasti akan tahu alasan kenapa tidak ada yang sanggup atau mencoba
untuk membongkar identitasnya.
Ya, benar sekali. Guardian memang keren kan? Sang pelindung misterius, imbuh Shina
dengan nada yang sama.
Miharu terdiam cukup lama, berusaha mencerna ucapan mereka. Jangan bilang... Ia
sontak melayangkan pandangan curiga pada keduanya. Kalian ini adalah orang-orang yang
pernah bertemu dengan Guardian?
Bersamaan, Shina dan Yoshiro tersenyum simpul, yang semakin menimbulkan seribu
pertanyaan di kepala Miharu. Kalian sungguh pernah meminta pertolongan padanya?
ulang gadis itu tak sabar.
Kalau itu sih..., Shina menggantung ucapannya dan menatap Yoshiro sejenak. Keduanya
meletakkan jari telunjuk di ujung bibir masing-masing, lalu melemparkan pandangan penuh
arti pada Miharu yang cuma bisa bengong. Rahasia, ucap mereka seirama.
Kyaaa... Kak Naito!
Ah, Kaze!!
Izumi tetap imut seperti biasanya!!
Putri Asa!! Ya ampun, dia selalu saja menawan!
Tiba-tiba sebuah sorak-sorai terdengar begitu keras, membuat ketiganya sontak
menghentikan obrolan kecil mereka. Semua siswa Hogosha Gakuen yang ternyata sudah
berjejer rapi dari ujung koridor utara sampai selatan terlihat antusias. Sejak tahun lalu,
anggota OSIS yang sekarang duduk di kelas dua memang membuat warga sekolah jadi
tidak terkontrol. Setiap pagi, sambutan seperti ini jadi kegiatan yang dilakukan sejak tahun
lalu. Mereka selalu menjerit histeris melihat empat anggota OSIS yang dinobatkan sebagai
OSIS paling karismatik sejak sekolah ini berdiri.
Miharu yang baru hari ini-dengan mata kepala sendiri-melihat anggota OSIS yang
menghebohkan itu, kontan membelalakkan mata. Dia yang sejak tadi tidak begitu tertarik
sekarang mendadak berubah jadi terkagum-kagum.
Shina langsung menyenggol lengannya. Bagaimana? Mereka sangat berkarisma, kan?
Kali ini, Miharu otomatis mengangguk seperti terhipnotis. Aku sama sekali nggak
menyangka, di sekolah kecil seperti ini ada orang-orang seperti mereka!
Shino dan Yoshiro tertawa. Mereka terlalu keren untuk cuma berada di sekolah negeri
biasa, begitu maksudmu?
Miharu lagi-lagi hanya mengangguk, ia terlalu terkesima. Ditatapnya empat orang yang
berjalan seperti top model di tengah jalan para penggemar yang mengelilingi mereka. Tiga
laki-laki tampan dan satu perempuan cantik. Bahkan, seragam SMA Hogosha Gakuen yang
sederhana yang terdiri dari kemeja putih, rok atau celana bermotif kotak hitam-biru, blazer
berwarna biru muda, serta dasi hitam polos, bisa terlihat begitu mewah ketika mereka
memakainya.
Mereka nggak cocok berada di sini, terlalu mencolok! Mereka harusnya sekolah di sekolah
internasional atau swasta nomor satu. Bagaimana bisa orang-orang sekeren mereka
memilih sekolah pinggiran yang tidak istimewa seperti ini??
Hei, Kosaka! Kamu lupa menutup mulut tuh, seru Shina sambil tertawa melihat eskpresi
teman barunya.
Maaf... Miharu terlihat malu karena ketahuan bengong. Mereka berempat jadi anggota
OSIS sejak kelas satu?
Mereka yang pertama. Padahal menurut peraturan, OSIS selalu dipilih dari siswa kelas dua,
tapi... karena mereka memang sangat menonjol waktu kelas 1 dan banyaknya penggemar
yang mendukung, akhirnya mereka membuat rekor baru sebagai OSIS yang paling muda
juga paling berpengaruh dalam sejarah. Keempat anggota OSIS itu adalah murid-murid
terpintar di angkatannya.
Wow! Miharu tak bisa dibuat lebih kagum lagi. Selain keren, mereka ternyata dikaruniai
kepintaran yang luar biasa.
Terus, siapa saja mereka?
Shina langsung terlihat penuh semangat. Rasanya sejak tadi ia menunggu Miharu bertanya
akan hal itu. Ia langsung memandang anggota OSIS yang masih terhadang oleh siswa-siswi
di tengah koridor, lalu menunjuk salah satu dari mereka.
Nah Kosaka... yang berdiri di ujung kiri... namanya Kak Shirokawa Izumi, tinggi 178cm,
berat 62kg, jagoan IT, orangtuanya pemilik rumah sakit besar, dan ia menjabat sebagai
sekretaris.
Hebat! Kamu tahu profilnya sedetail itu? Miharu langsung geleng-geleng, kembali
mengikuti telunjuk Shina. Yang pakai kacamata?
Ya. Bagaimana menurutmu?
Wajahnya imut sekali, tipe yang mudah disukai oleh siapapun.
Shina tertawa mendengar komentar itu, seolah dia sendiri yang mendapat pujian manis
Miharu. Oke, lanjut. Ia menggeser telunjuknya.
Yang berdiri di sebelah Kak Shirokawa, namanya Kak Mitsuno Kaze, tinggi 182cm, berat
65kg, penakluk semua wanita, laki-laki yang sangat romantis. Kabarnya dalam sehari
minimal dapat tiga pernyataan cinta dari anak perempuan. Jagoan sastra, orangtuanya
pengusaha terkenal, dan ia menjabat sebagai bendahara.
Hebat! Lagi-lagi Miharu cuma bisa terpana mendengar penjelasan Shina. Ia betah
memandangi wajah Kaze dari kejauhan yang masih dikerubuti fansnya.
Memang tampan sekali. Dia bisa membuat cewek-cewek tumbang, senyumnya juga
menggoda banget!
Benar sekali. Apalagi dia juga masih single, semua perempuan berlomba-lomba
mendapatkan hati Kak Mitsuno.
Masih belum punya kekasih? Dengan wajah setampan itu? Miharu nggak percaya. Yah,
untuk ukuran wajah seperti itu, rasanya memang belum ada yang pantas bersanding
dengannya di sekolah ini.
Sekarang lihat laki-laki yang berdiri di ujung paling kanan.
Kali ini Miharu tidak sanggup berkomentar, ia terlalu takjub ketika mengikuti arah telunjuk
Shina. Salah satu anggota OSIS itu berdiri menjulang, dengan wajah angkuh yang tajam.
Tak ada seulas senyum pun di bibirnya. Ia hanya berdiri di sana dengan wajah bosan,
berbeda dengan dua laki-laki tadi yang menebar senyum ke mana-mana.
Wajahnya tentu saja tampan, dengan mata coklat tua yang begitu dalam dan
menghanyutkan. Sosoknya yang cool dan menyiratkan aura misterius membuatnya terlihat
sanggup menarik siapapun. Tak terkecuali Miharu. Kalau dia...?
Namanya Kak Eisei Naito. Shina sadar betul arti pandangan Miharu yang berbinar-binar.
Siapa sih yang nggak terkesima melihat Kak Naito?
Kak Eisei, tinggi 184cm, berat 66kg, cool, dan jarang bicara, tapi punya fans perempuan
paling banyak. Ranking satu di sekolah, jago bela diri, pangeran Hogosha Gakuen,
orangtuanya adalah donatur terbesar di sekolah, dan ia menjabat sebagai wakil ketua.
Eh? Miharu langsung mengangkat sebelah alisnya. Orang sesempurna Kak Eisei Naito
cuma jadi wakil? Bagaimana ketuanya?
Kali ini bukan hanya Shina, Yoshiro yang sejak tadi diam tiba-tiba terlihat bersemangat.
Keduanya menunjuk seorang gadis yang berdiri di tengah-tengah tiga lelaki tampan yang
menjulang itu.
Dia ketuanya? Miharu langsung menelan ludah, ia memfokuskan pandangan pada satu-
satunya perempuan di antara anggota OSIS. Wajahnya begitu cantik, tapi bukan itu saja
yang membuatnya jadi sangat menarik. Keanggunan yang ditunjukkan sang ketua OSIS
benar-benar membuat tidak hanya para laki-laki, tapi juga para perempuan terlena.
Ia tersenyum begitu lembut pada orang-orang yang menyerukan namanya. Dengan rambut
hitam panjang sepinggang yang begitu halus, ia terlihat seperti seorang putri yang
sempurna. Kulit lembut seputih salju, bibir tipis berwarna merah alami, matanya bulat
bersinar dengan bulu mata panjang. Dan, meski wajahnya polos tanpa riasan apa pun,
kecantikannya yang khas jadi daya tarik tersendiri.
Be... benar-benar cantik. Apa dia bukan artis? Miharu sampai kehabisan kata-kata.
Banyak juga yang tanya begitu. Tapi, dia nggak tertarik jadi artis, jawab Yoshiro.
Namanya Kak Takagi Asa, lanjut Shina. Tinggi 160cm, berat 42kg, gadis paling anggun
dan cantik di sekolah ini. Tidak hanya pintar di bidang akademik, dia juga pintar masak,
ikebana ( Merangkai bunga) , sadou ( Seni minum teh) , puisi, dan tari tradisional.
Orangtuanya memiliki bisnis di bidang kecantikan dan juga berteman baik dengan keluarga
Kak Naito.
Dia calon menantu paling sempurna, tentu saja. Banyak yang memanggilnya Putri Asa
karena memang cocok dengan image itu. Dia juga sangat baik pada semua orang. Sangat
lembut dan senyumnya... benar-benar menyejukkan hati. Dialah yang memegang kendali
OSIS. Ide-ide cemerlang dan keanggunannya sungguh luar biasa.
Bersamaan dengan ucapan terakhir Shina, keempat orang hebat yang sedang dibicarakan
melewati tempat Miharu dan kedua temannya berdiri. Dan seolah tak bisa ditahan, Miharu
terus terpaku memandang anggota OSIS itu.
Matanya lalu bertumbukan dengan Ketua OSIS, Takagi Asa. Wajah Miharu langsung
memerah karena ketahuan memandangnya tanpa berkedip. Ia berusaha mengalihkan
pandangan, tapi gerakannya tertahan dan makin terhisap oleh mata yang menyejukkan itu.
Tanpa disangka-sangka, Asa mengembangkan bibirnya. Ia tersenyum begitu manis pada
Miharu. Pesona yang dimilikinya membuat Miharu terperangah. Bayangkan, sebagai gadis
normal saja Miharu bisa terpesona dalam sekejap!
Hei Kosaka! Kosaka! Kosakaaaa!! Shina dan Yoshiro yang berdiri di sebelahnya terus
memanggil namanya.
Ah iya...
Kenapa bengong saja? Anggota OSIS sudah melewati kita, tahu!
Oh... Miharu langsung menggelengkan kepala, ia benar-benar termangu selama beberapa
detik. Terpaku di tempatnya tanpa bisa ditahan.
Mereka bukan orang biasa... Tiba-tiba Miharu memberi kesimpulan, masih dengan nada
kagum.
Ada kepuasan yang terlihat di wajah Yoshiro dan Shina. Sudah aku bilang, kan? ucap
keduanya kompak.

Bab 2
Setelah arak-arakan penuh kehebohan itu berhenti, keempat anggota OSIS berdiri di depan
sebuah ruangan yang paling luas di antara ruangan lain di lantai tiga. Papan yang tertera di
atas pintu bertuliskan RUANGAN OSIS.
Keempatnya masuk ke dalam ruangan itu melalui pintu kayu yang lebih besar dan tinggi
dibandingkan dengan ruangan-ruangan di sebelahnya. Dan bisa dipastikan bahwa ruangan
OSIS yang kelewat luas untuk ukuran empat orang ini lebih bagus daripada ruangan kepala
sekolah!
Perlahan-lahan, Kaze si bendahara menutup pintu di belakangnya setelah semua masuk ke
dalam. Keempat anggota OSIS lalu berdiri di sana, memandang ruangannya yang
berbentuk persegi. Ada empat meja yang diatur seperti huruf U. Satu meja di sisi kanan, dua
meja di sisi kiri. Satu lagi, meja dan kursi yang paling besar diletakkan di tengah-tengah.
Setelah sambutan para siswa yang setiap hari menghujani mereka di lantai dasar berakhir,
bisa dipastikan keadaan langsung berbalik jadi begitu tenang. Namun atmosfer dalam
ruangan itu terlihat sedikit ganjil. Keempat orang itu hanya berdiri dalam diam. Sama sekali
tak terdengar apa pun.
Asa bergerak lebih dulu, ia tersenyum setelah yakin bahwa tidak ada siapa pun atau suara
apa pun yang terdengar. Guardian time! ucapnya sambil menjentikkan jari.
Bersamaan dengan itu, ketiga pria lainnya langsung bergerak. Naito langsung mengambil
remote kecil yang selalu berada di saku celana seragamnya. Ia menekan salah satu tombol,
dan otomatis saja ruangan itu berubah cepat seperti dalam film-film detektif.
Dinding-dindingnya yang bercat cokelat muda berganti kulit dengan lapisan kedap suara.
Puluhan monitor tiba-tiba turun dari langit-langit ruangan dan berjejer rapi pada dinding yang
kosong, lalu menyala secara otomatis, menunjukkan semua kegiatan di seluruh penjuru
sekolah.
Tidak hanya itu, jendela-jendela bening di sekitar ruangan mendadak tertutup dengan
sebuah gorden gelap yang otomatis menutup sendiri. Di luar pintu, sebuah kamera bulat
berdiameter 5mm yang terletak tepat di atas pintu ruang OSIS mendadak aktif,
memperlihatkan dengan jelas siapa-siapa saja yang melewati koridor di depan ruangan
tersebut.
Dan terakhir, keempat orang itu menuju meja mereka masing-masing. Kaze dan Izumi yang
menjabat sebagai bendahara dan sekretaris, duduk bersebelahan di sisi kiri. Lalu Naito
duduk di sebelah kanan, sebagai wakil ketua. Dan Asa, dengan langkahnya yang sempurna,
duduk di tengah, di kursi paling besar, tempat Sang Ketua OSIS Hogosha Gakuen.
Setelah keempatnya duduk, secara otomatis meja di depan mereka bergerak. Sebuah
lubang ternganga di tengah meja berbentuk persegi panjang dan masing-masing
mengeluarkan laptop dari dalamnya, seolah-olah laptop itu memang tersimpan di dalam
meja dan hanya bisa keluar dengan password khusus.
Hampir bersamaan, keempat anggota OSIS membuka laptop yang berada di atas meja
masing-masing. Kemudian terlihatlah sebuah simbol merah besar bertulis GT di layar laptop
mereka.
Izumi, ada permohonan apa kali ini? Asa tiba-tiba menutup laptop di mejanya hingga
berbunyi keras. Aku lagi nggak mood membaca e-mail.
Dan tiba-tiba saja ia berdiri dari tempat duduk, merenggangkan otot-ototnya lalu duduk
kembali. Kali ini dengan mengangkat kedua kakinya ke atas meja. Persis ketua geng saja!
Tapi, inilah dia, Takagi Asa yang sebenarnya sudah bangun. Benar-benar tidak disangka,
si ketua OSIS yang dijuluki Tuan Putri teranggun ternyata memiliki sikap yang buruk seperti
ini. Yang lebih mengherankan, ketiga anak buahnya cuma memandang gadis itu dengan
tatapan hampa, lalu menghela napas diam-diam. Merasa bosan dan juga pasrah.
Nggak mungkin, jawab Asa enteng, sambil mengibaskan tangannya. Bahkan keigo (
Bahasa formal yang halus dan sopan) yang digunakannya saat penyambutan tadi langsung
hilang begitu saja.
Sekarang, dia benar-benar jadi Takagi Asa yang lain. Sikap dan raut wajahnya yang
menyejukkan itu berubah jadi lebih cuek, egois, percaya diri, dan sangat keras kepala. Inilah
perubahan 180 derajatnya yang paling menakutkan!
Apanya yang nggak mungkin? Sesuatu yang ditutupi itu pasti akan terbongkar suatu saat
nanti, tukas Izumi yang masih berkutat dengan laptop di hadapannya.
Asa langsung nyengir kuda. Itu benar-benar sangat tidak tuan putri! Nggak akan ada yang
percaya. Selama lebih dari setahun aku membangun image-ku yang sempurna. Aku nggak
sebodoh itu untuk membongkar semuanya di depan mereka, kan? Ia lalu tertawa keras-
keras, merasa bangga pada dirinya sendiri. Aku sudah terlatih.
Ketiga laki-laki yang selalu bersamanya cuma bisa menghela napas. Inilah gadis dambaan
semua orang, yang ternyata berkepribadian ganda! Dan yang membuatnya makin
mengerikan, tentu saja akting sempurna yang diperlihatkannya di hadapan siswa-siswa lain.
Keanggunan yang begitu alami, senyuman tulus, serta kebaikan hati yang membuat semua
orang, tanpa peduli jenis kelamin, tidak hanya jatuh cinta tapi juga terlena dan terpesona.
Padahal kenyataannya, itu cuma sandiwara semata!
Naito, aku kagum padamu.
Ucapan Izumi dengan nada iba, langsung membuat wakil ketua itu tersenyum kecil. Kagum
dalam hal apa?
Kau sudah bersama Asa sejak kecil, kan? Hebat sekali kau kuat dengan kepribadian
gandanya itu.
Hei kau! Belum sempat Naito menjawab, Asa sudah menggebrak meja di depannya.
Berani sekali kau mengejekku, Izumi! Kuberitahu satu hal ya... Yang kulakukan selama ini
sama sekali nggak salah. Toh mereka juga senang melihat keanggunanku, jadi di mana
letak kesalahannya?
Ya, yang diucapkan Asa memang benar, ucap Naito masih dengan ekspresi dingin. Dia
sama sekali nggak tertarik untuk berdebat. Hah? Tidak hanya Izumi, Kaze pun langsung
kaget mendengar komentar itu. Apanya yang benar?
Seperti kataku, yang kulakukan ini sama sekali nggak salah. Kontan, kepuasan terlihat di
wajah Asa.
Meski di luar gadis itu terlihat sebagai ketua yang berwibawa, tapi secara internal ucapan
Naito lah yang paling dianggap. Karisma yang tak terbantahkan membuatnya jadi seperti
ketua bayangan di antara mereka berempat.
Sebenarnya dulu dia nggak seekstrem ini, cetus Naito, memutar kembali ingatannya di
masa lalu. Sampai SMP dia masih bersikap biasa. Kelembutan yang ditunjukkannya pada
orang-orang masih dalam batas wajar. Tapi begitu masuk SMA, dia jadi kecanduan dengan
sindrom tuan putri.
Aku bukan kecanduan, potong Asa sambil menunjukkan wajah bangga, yang lagi-lagi
ditujukan untuk diri sendiri. Ini adalah image yang sempurna untuk menyembunyikan
identitas kita.
Cuma Naito yang mengangguk, terpaksa setuju. Ia begitu mengerti Asa, meski rasanya
ucapan gadis itu tidak jelas sama sekali. Image apa?? Izumi dan Kaze masih nggak
terima.
Menurutnya, image tuan putri sangat bertolak belakang dengan Guardian. Karena itu dia
pilih berakting sebagai tuan putri yang sempurna. Dengan begitu, tidak akan ada yang
curiga kalau Asa yang sebenarnya adalah Guardian, jelas Naito, yang langsung diamini
oleh Asa dengan anggukan puas.
Ide yang sangat sempurna, kan?
Izumi tidak mempedulikan ucapan gadis itu, ia masih tidak habis pikir. Jadi, selama setahun
ini, kamu membangun image feminin dan anggun untuk membuat alibi?
Dengan kepercayaan diri penuh, Asa langsung mengangguk. Kaze masih takjub.
Kesimpulannya... karena tuan putri adalah orang yang dijaga, sedangkan Guardian adalah
penjaga dengan kata lain seperti seorang bodyguard... dan itu sangat bertolak belakang.
Lalu kau memilih jadi tuan putri yang bisa membuat orang-orang tidak akan curiga dengan
identitas Guardian sesungguhnya?
Tentu saja. Asa lalu memutar-mutar kursinya dengan lagak om-om direktur. Yah, kalian
pasti sangat berterimakasih padaku. Dengan image tuan putriku, sudah pasti nggak akan
ada yang curiga bahwa kitalah Guardian. Apalagi kalau kulihat, kalian sama sekali tidak
waspada dan seenaknya sendiri tebar pesona. Tanpa pernah memikirkan cara untuk
menutupi identitas kita... Bukannya kagum, Izumi dan Kaze justru ingin tertawa.
Pikirannya sangat sederhana, ucap mereka dalam bisikan. Kukira ada alasan lain yang
lebih dalam...
Naito yang mendengarnya ikutan tersenyum. Ya, dia memang terlalu simple.
Kalian bertiga ngapain bisik-bisik nggak jelas? Aku tahu kalau kalian sangat memuja dan
mengagumi ide-ide cemerlangku. Jadi, katakan saja langsung... nggak perlu malu-malu
kalau mau memujiku, tandas Asa yang jelas salah paham dengan respon para lelaki itu.
Mereka berdua sangat mengagumimu, ujar Naito dengan nada meyakinkan. Cara untuk
menenangkan Asa adalah dengan memujinya. Itu yang paling mudah.
Izumi dan Kaze cuma bisa memasang wajah pasrah, menurut saja daripada nanti nggak
selamat. Karena membuat Tuan Putri marah sama saja bunuh diri! Mereka sudah punya
pengalaman soal itu. Pernah suatu hari mereka berdua mengejek Asa, masih mending kalau
cuma dibentak-bentak, tapi karena Asa yang pada dasarnya suka main kekerasan, mereka
pun mengalami memar-memar di seluruh badan. Intinya, kalau masih sayang nyawa,
mending jangan cari perkara dengan si Tuan Putri. Itulah moto keselamatan mereka selama
ini.
Hari ini permohonan pada kita membeludak seperti biasa. Izumi dengan teliti membaca
pesan-pesan singkat yang dikirim oleh warga Hogosha Gakuen melalui e-mail Guardian.
Tentu saja ada aturan main jika ingin membuka website Guardian. Tertera dengan jelas di
halaman awal website-nya. Mudah dan sederhana.

Patuhi dan kamu akan langsung terhubung dengan website Guardian.
Aturan pertama:
Kirim permohonan kepada Guardian ketika kamu berada di SMA Hogosha Gakuen.

Banyak juga murid yang iseng membuka website dan mengirim e-mail lewat jaringan wifi
dari luar sekolah, dari kafe internet, atau jaringan internet rumah. Tapi anehnya selalu gagal
terkirim. Hal ini bisa terjadi karena, siapa lagi kalau bukan Izumi. Dengan kemampuannya, ia
bisa membatasi radius pengiriman email.

Aturan kedua:
Jangan coba-coba untuk mengirim permohonan jika kamu bukan warga Hogosha Gakuen
saat ini.

Guru atau murid. Semua orang yang terdaftar di Hogosha Gakuen memiliki hak untuk
mengirim permohonan pada Guardian. Tapi itu hanya berlaku jika mereka masih aktif di
sekolah ini. Berarti, siswa yang sudah lulus, guru yang telah pensiun, siswa sekolah lain,
atau orang yang tidak berhubungan dengan Hogosha Gakuen tidak memiliki hak untuk
mengaksesnya. Dan bila tetap ngotot untuk mengirim e-mail, mereka harus siap-siap
menerima virus berbahaya yang akan menyerang laptop, PC, atau ponsel yang digunakan.
Bagaimana cara Guardian tahu mana yang benar-benar warga Hogosha Gakuen atau
bukan? Semua itu lagi-lagi Izumi yang melakukannya. Dengan kemampuan setaraf hacker
profesional, Izumi dengan mudah mengetahui e-mail pribadi seluruh warga sekolah. Dari
kepala sekolah, guru, serta murid-murid kelas 1 sampai kelas 3. Lengkap tersimpan di
database laptopnya! Jadi, kalau ada alamat e-mail asing masuk, Izumi telah menyiapkan
jebakan dengan virus yang dibuatnya bahkan sebelum si unknown visitor sadar. Hal ini tentu
saja bisa dikategorikan sebagai tindakan kriminal!
Begitulah keseharian mereka berempat. Apa pun akan mereka lakukan untuk menjaga
rahasia legenda Guardian di Hogosha Gakuen yang telah tersimpan lebih dari 17 tahun.
Asa, permohonannya mau aku bacakan satu-satu? tanya Izumi dengan senyum jail.
Ya, bacakan saja. Asa yang dasarnya memang nggak peduli jelas tidak menangkap arti di
balik ucapan Izumi itu.
Permohonan pertama hari ini datang dari Saegusa kelas 1-C, dia minta tolong Guardian
mencarikan kekasih tampan seperti Mitsuno Kaze untuknya.
Hee? Sepertiku? Kaze langsung menoleh pada Izumi, terlihat antusias. Coba lihat... yang
namanya Saegusa cantik nggak? Boleh juga tuh tawarannya...
Memangnya kita biro jodoh? Asa langsung memotong kalimat lelaki playboy itu. Next!
Permohonan selanjutnya... Izumi lalu menghela napas. Ada yang mau menitipkan kucing
kesayangannya pada Guardian selama dia pergi berlibur.
Apa sekarang kita terlihat seperti klub pecinta binatang? Nada suara Asa mulai meninggi.
Next!
Morinaga kelas 3-B ingin punya pesawat pribadi dan keliling dunia gratis.
Hah? Dia pikir kita ini yang punya JAL6 (6 Japan Airlines: Nama maskapai penerbangan
Jepang) ?! Next!!
Akami kelas 1-D ingin memiliki uang tunjangan yang nggak akan habis seumur hidup.
Ckk... kita bukan lembaga sosial! Next!!
Sawamura kelas 1-E ingin menjadi pintar dan masuk sepuluh besar saat tes nanti.
Apa kita ini tempat bimbingan belajar? Permohonan apa itu? Kalau mau pintar ya belajar.
Bagaimana sih... Asa makin emosi, ia terus menggerutu. Next!
Komita kelas 2-B ingin jadi cantik seperti Harada Rina ( Tokoh artis Jepang dalam novel
Aidoru no Sekai ni Yoroshiku. Terkenal memiliki image cool beauty.) .
Mendengar permohonan itu, para lelaki langsung tersenyum. Mereka kenal Komita dengan
baik karena mereka teman sekelas.
Dasar Komita, dia pikir Guardian itu dokter bedah plastik apa? Asa nggak tahan lagi.
Teman sekelasnya yang bernama Komita memang sedikit unik. Segitu nge-fansnya sama
artis sampai-sampai mau mengubah wajah persis idolanya supaya bisa dipandangi di
cermin tiap hari. Gila!
Kenapa makin lama permohonan pada Guardian makin nggak berbobot?? Tiba-tiba ia
menggebrak mejanya. Sini, biar aku sendiri yang baca! Asa langsung berdiri dan menuju
tempat Izumi lalu memutar laptop laki-laki itu menghadapnya.
Senyum di wajah ketiga cowok itu langsung merekah. Setiap hari Asa yang selalu jaga
image memang langsung berubah kalau tidak ada siapa-siapa selain mereka. Sifat aslinya
yang tidak sabaran dan emosian seperti ini memang kerap muncul. Karena itulah Asa ngotot
minta ruangannya dibuat kedap suara, jadi sekeras apa pun dia menjerit tidak akan ada
yang tahu dan pingsan karena melihat kepribadian aslinya!
Hmm... Asa yang serius membaca e-mail tiba-tiba tersenyum. Ia tertarik dengan salah satu
permohonan yang masuk beberapa jam lalu.
Izumi, baca permohonan laki-laki ini. Ia lalu kembali duduk di singgasanannya dengan
tenang.
Izumi membenarkan letak kacamatanya sebelum membaca e-mail itu. Permohonan dikirim
oleh Takeda Ikki dari kelas 1-A. Ia minta tolong pada Guardian untuk membantu teman
masa kecil nya, Motohara Kana. Sekarang gadis itu juga bersekolah di Hogosha Gakuen,
kelas 1-F. Motohara Kana menolak pergi ke sekolah sejak dua bulan lalu karena jadi
sasaran bulan-bulanan di kelasnya.
Takeda minta Guardian untuk menemukan pelaku penyiksaan itu. Menghentikan dan
menyadarkan pelakunya kalau yang dilakukannya adalah tindakan yang salah dan tidak
bermoral.
Nggak disangka, ternyata di sekolah kecil seperti ini masih ada ijimerarekko ( Ijimerarekko
adalah korban bullying. Sedangkan pelaku bullying disebut Ijimekko.) , seru Kaze dengan
nada heran.
Ini permohonan serius..., tambah Naito. Kurasa kita harus menerimanya.
Izumi langsung mengetik nama Takeda Ikki di laptopnya. Dan dalam hitungan detik, profil
lengkap laki-laki itu langsung muncul. Bukan hanya foto dan nama, bahkan alamat,
pekerjaan orangtua, telepon, kegiatan sehari-hari pun tertera sangat lengkap dan akurat!
Asa langsung tersenyum. Takeda Ikki. Target lock on! ucapnya penuh semangat. Titah
pemimpin Guardian ini adalah tanda kalau permohonan itu diterima, tanpa bisa diganggu
gugat.
Baiklah, sekarang kita harus selidiki siapa pelaku penyiksaan di kelas 1-F. Asa berpikir
sejenak, lalu mengarahkan jari telunjuk ke wajah-wajah yang ada di hadapannya.
Izumi, kamu selidiki hubungan antara Takeda dan Motohara. Cari tahu sedekat apa
mereka. Lalu Kaze, kamu selidiki situasi kelas 1-F. Selidiki siapa saja teman dekat Motohara
Kana dan cari tahu kemungkinan orang yang membencinya di kelas itu.
Dan terakhir Naito, selidiki kehidupan Motohara ketika SMP dan SD... aku ingin tahu apa
dia sudah jadi korban penyiksaan sejak dulu. Lalu, laporkan padaku hasil penyelidikan
kalian besok saat pulang sekolah.
Terus, kamu melakukan apa? tanya Kaze.
Aku? Asa memutar-mutar kursinya, berpikir sebentar lalu mengangkat bahu. Sekarang
adalah waktuku menikmati secangkir teh hangat. Sebelum ada yang sempat protes, gadis
itu kembali melanjutkan ucapannya dengan wajah manis tanpa dosa, Selamat bekerja! Dan
selalu ingat pesanku...
Dalam sepersekian detik, ekspresi manisnya berubah mengeras dan penuh tekanan.
Jangan sampai ketahuan.
Oke? Detik berikutnya ia kembali tersenyum lembut. Dasar pemain watak!
Ketiganya cuma mengangguk. Benar-benar pemimpin Guardian satu ini, otoriter sekali!
Tidak bisa disela apalagi dilawan.
Kaze dan Izumi dengan malas-malasan berdiri dari kursi.
Aku akan menyelidikinya saat jam istirahat nanti, tukas Kaze sambil bergegas menuju
pintu bersama Izumi.
Setelah pintu ditutup dari luar, tinggallah Asa dan Naito. Keduanya terdiam di meja masing-
masing. Masih ada 10 menit sebelum jam pertama dimulai.
Kamu memikirkan sesuatu? tanya Naito di tengah kesunyian. Ia terus memperhatikan
gadis itu sejak tadi. Sudah lebih dari 12 tahun mereka bersama, tentu mudah saja baginya
mengetahui jalan pikiran Asa dengan melihat ekspresinya.
Hmm.... Asa hanya bergumam. Seperti kata Naito, ada sesuatu yang mengganjal
pikirannya sejak tadi. Aku hanya merasa sedikit penasaran pada laki-laki ini, ucapnya lirih.
*

Bagaimana hasil penyelidikan kalian? Tanpa basa-basi, Asa yang sedang bersantai di
kursinya langsung memanggil ketiga anak buahnya saat pulang sekolah.
Kemarin, ketiganya sudah menyelidiki dan membuat laporan mengenai Takeda Ikki dan
Motohara Kana, sedangkan dia justru bersenang-senang sambil berakting manis sepanjang
hari di depan siswa lainnya. Sudah nggak kerja, dapat perhatian, dijadikan idola pula! Dapat
bagian enaknya saja. Sungguh mengherankan, kenapa bisa gadis yang begitu bisa jadi
ketua ya? Apalagi ketiga anak buahnya menuruti semua perintahnya, makin tidak habis pikir
saja.
Izumi, informasi apa yang kamu dapat?
Tunggu sebentar. Laki-laki berkacamata itu membuka map yang dibawanya. Takeda dan
Motohara sudah saling mengenal sejak lahir, tidak pernah terpisahkan. Kedua orangtua
mereka sudah sudah saling kenal dan hidup bertetangga sampai detik ini. Mereka berdua
juga sekolah di tempat yang sama sejak TK sampai SMA. Tapi sejak SMP, mereka nggak
pernah sekelas lagi. Menurut informasi yang kudapat, mereka berdua seperti kakak adik.
Takeda selalu melindungi gadis itu sejak dulu. Yah, meski itu juga bisa jadi sumber
masalahnya.
Masalah? Asa menaikkan sebelah alisnya.
Takeda adalah salah satu idola di SMP-nya. Ia mengikuti klub basket sejak SMP. Sikapnya
yang baik, prestasi, dan fisik yang lumayan, membuatnya terkenal di kalangan perempuan.
Tapi dia nggak pernah punya pacar yang hanya mau memperhatikan sahabat kecilnya itu.
Dari informasi yang kudapat, sudah banyak perempuan yang ditolaknya.
Jadi maksudmu seperti cerita-cerita di TV? Asa mendengus pelan. Banyak gadis iri pada
Motohara yang selalu diperhatikan Takeda, jadi dia dijadikan sasaran penyiksaan, begitu?
Izumi langsung mengangguk.
Apa kamu yakin mereka berdua nggak punya hubungan ini9 (9 Di Jepang, menunjukkan
jari kelingking bisa diartikan sebagai kekasih.) ? Asa mengangkat jari kelingkingnya.
Banyak juga gosip seperti itu, tapi meski akrab, keduanya tidak pernah menunjukkan
hubungan seperti kekasih. Bayangkan, masih sekadar teman masa kecil saja Motohara
sudah dimusuhi teman-temannya, bagaimana kalau jadi pacar?
Asa cuma manggut-manggut, ia lalu beralih pada laki-laki di sebelah Izumi. Oke, Kaze...
apa informasi yang kamu dapat?
Aku kemarin sudah bertanya pada Mei dan Raina.
Mei? Raina? Siapa itu?
Mereka anak kelas 1-F, jawab Kaze dengan senyum merekah. Saat aku mampir ke kelas
mereka, kurasa nggak ada yang aneh. Semua adalah anak-anak imut yang manis.
Ckk... Asa langsung berdecak. Bisakah kau melupakan ketertarikanmu pada wanita saat
bertugas?
Oke, oke. Kaze membalasnya dengan tawa. Waktu itu aku pura-pura penasaran pada
satu bangku kosong yang terletak di belakang sendirian. Apalagi bangkunya dicoret-coret
dengan spidol dan banyak kata-kata kotor seperti 'Mati kau', 'Pergi sana brengsek', 'Dasar
pembawa sial', Gadis terkutuk', dan lain-lain. Lalu... Laki-laki flamboyan itu berhenti
sejenak, kembali mengingat-ingat kejadian kemarin sebelum berkata, Kata Mei dan Raina
pemilik bangku itu adalah Motohara Kana.
Lalu?
Mereka cuma saling pandang dan nggak ada yang bisa menceritakan detailnya lebih lanjut.
Bahkan saat aku memamerkan senyum mautku, mereka tetap nggak mau bicara. Kaze lalu
menggeleng sekali, meralat kata-katanya sendiri. Tapi kurasa mereka bukannya nggak
mau. Mungkin mereka memang nggak tahu. Ia terdengar ragu.
Apa maksudmu? Izumi gantian bertanya. Jadi cuma itu informasinya?
Bukan hanya itu, Kaze sontak menjawab. Saat aku ke sana, aku rasa ada yang ditutupi.
Tentang kasus Motohara, mereka semua lebih memilih bungkam dan tidak
mengacuhkannya.
Mendengar itu, wajah Asa berubah muram. Apa mereka nggak merasa bersalah?
tanyanya.
Kaze mengangkat bahunya sekali. Tidak juga. Sebelum aku membuka topik Motohara
Kana, kelas 1-F terlihat cukup menyenangkan, sepertinya cuma topik satu itu yang sensitif
bagi mereka.
Kaze lalu teringat sesuatu. Oh ya... anehnya lagi, tidak ada satupun di kelas itu yang dekat
dengan Motohara. Sejak masuk sekolah, dia memang dikenal sebagai anak yang pendiam.
Satu-satunya teman yang dimilikinya hanya Takeda yang berada di kelas lain.
Apa kamu nggak melihat ada yang iri dengannya gara-gara Takeda yang populer itu dekat
sekali dengan Motohara? tanya Naito dengan nada menyelidik.
Kalau itu... Kaze lama sekali berpikir. Aku nggak bisa menebak. Pelopor penyiksaan
Motohara sepertinya berada di balik layar, bukan bergerombol seperti yang kita kira. Sama
sekali tidak tampak siapa yang menganiayanya. Bahkan pada awal penyiksaannya
beberapa bulan lalu, masih ada murid kelas 1-F yang membantunya. Tapi karena teror
makin parah, mungkin Motohara jadi ketakutan.
Seperti apa terornya?
Buku-buku dan tasnya disobek dan ditulis dengan kata-kata kotor, begitu juga dengan
seragam olahraga dan bangkunya. Bahkan ada yang menaruh serangga-serangga kecil
dalam loker sepatunya. Belum lagi sms berantai yang tersebar di antara murid kelas 1-F
tentang gosip Motohara yang jual diri di malam hari...
Heh... parah juga. Izumi langsung menimpali. Lalu, ketika kamu bertanya pada dua gadis
itu, Mei dan Raina... apa mereka nggak punya bayangan siapa yang melakukan hal kejam
itu?
Mereka justru terlihat bingung, jawab Kaze yang lagi-lagi terdengar ragu.
Bingung? Asa bergumam lirih.
Bingung bagaimana? Izumi makin tidak paham. Benar-benar musuh dalam selimut. Bisa
saja kan mereka pura-pura membantu, tapi ternyata salah satu murid kelas itulah
pelakunya.
Kaze kontan membelalakkan mata. Iya juga! Kenapa aku nggak sadar ya?
Itu bisa saja kamuflase, tebak Izumi. Sepertinya memang ada yang ditutup-tutupi kan?
Bisa saja dari depan terlihat bagus, tapi di belakangnya ternyata buruk. Buktinya, ketika
teman mereka berhenti masuk sekolah selama dua bulan, mereka sama sekali nggak
berbuat apa-apa.
Asa terlihat berpikir sejenak, lalu ia mengalihkan pandangan pada Naito yang terdiam sejak
tadi. Bagaimana hasil penyelidikanmu Naito?
Entah ini kebetulan atau tidak, sejak SMP Motohara Kana sudah menjadi ijimerarekko di
kelasnya.
Apa?? Asa, Izumi, dan Kaze langsung menjerit bersamaan.
Kenapa nggak bilang dari tadi? sentak Izumi.
Karena nggak ada yang tanya, cetus Naito tenang. Selama tiga tahun dia dijadikan bulan-
bulanan. Tapi bedanya, waktu SMP penyiksa Motohara terang-terangan dan bergerombol.
Pemimpin penyiksaan itu bernama Tajima Kumiko. Perangainya buruk. Gadis ini memiliki
kekuasaan dan banyak sekutu. Setiap hari ia menyiksa Motohara. Alasannya, karena
Takeda menolak cintanya.
Lalu? Apa Takeda nggak membantu sama sekali?
Justru sangat membantu. Lebih tepatnya, dia seperti dewa penolong Motohara. Tapi di
situlah sulitnya, semakin dia membantu, teror terhadap Motohara Kana semakin menjadi.
Kalau aku jadi Takeda, aku pasti langsung melabrak Tajima Kumiko dan memaksanya
berhenti.
Tidak semudah itu... Naito langsung membalas ucapan Kaze. Tajima bukan gadis bodoh.
Dia nggak pernah turun tangan langsung untuk menyiksa Motohara. Dia hanya melihat dari
tempat yang aman untuk memberi ide pada para pengikutnya untuk menyiksa gadis itu.
Intinya, hampir semua orang ia manipulasi untuk membenci dan meneror Motohara. Terlalu
banyak yang ikut campur pada waktu itu. Bagaimanapun, Takeda juga punya batas untuk
menolongnya.
Tapi dia cukup kuat... tambah Naito.
Maksudmu Motohara Kana?
Ya. Meski disiksa selama tiga tahun, dia nggak pernah bolos sekolah.
Tunggu dulu... Asa tiba-tiba mengerutkan kening. Naito, apa di SMA kita ada murid-murid
yang berasal dari SMP Takeda dan Motohara?
Naito menggelengkan kepala. Takeda sengaja mengajak Motohara ke SMA yang jauh dari
daerah mereka tinggal. Itulah caranya untuk melindungi teman masa kecilnya. Memilih
suasana dan teman-teman baru untuk melupakan masa lalu yang kelam.
Tapi bukannya ini kebetulan yang sangat buruk? Meski sudah memilih sekolah yang jauh
dari tempat tinggal mereka, tetap saja dia dijadikan bulan-bulanan... Kaze sontak memutus
ucapannya sendiri, sesuatu terbesit dalam pikirannya. Kok aneh... padahal waktu SMP dia
bisa bertahan selama tiga tahun, tapi begitu masuk SMA, dia malah nggak sanggup
bertahan kurang dari tiga bulan?
Ucapan itu membuat Asa terkejut, tanpa sadar ia mengetuk jari-jari tangannya ke meja,
menerawang jauh. Dan di saat ia justru sedang sibuk berpikir, Naito diam-diam
memandangnya dengan ekspresi tak terbaca.
Mungkin dia shock dan ketakutan, ujar Izumi. Sudah capek-capek pindah dan berharap
dapat teman, ternyata dia harus mengalami penyiksaan kedua dalam hidupnya. Nggak
salah juga dia jadi depresi, kan? Apalagi kali ini si tersangka adalah orang misterius dan
tidak diketahui kenapa dia meneror Motohara.
Masuk akal. Kaze menganggukkan kepala. Tapi ini mana bisa dijadikan bukti untuk
menangkap pelakunya? Yang kita punya cuma dugaan.
Kaze, apa dua gadis yang kamu tanyai itu sempat dekat dengan Motohara? tanya Asa.
Tidak juga. Mereka hanya bilang ada gadis bernama Yukari yang duduk di sebelah
Motohara dan sempat dekat dengannya. Tapi itu pun nggak berlangsung lama.
Apa mereka tidak memberitahumu apa-apa? Misalnya hubungan antara Motohara dan
Takeda... atau dengan gadis bernama Yukari itu...
Hmm.... Kaze berpikir keras. Mereka cuma bilang kalau Takeda sangat menjaga
Motohara. Yukari juga pernah cerita pada Mei dan Raina kalau sikap Takeda semakin aneh
dari hari ke hari. Perlindungannya pada Motohara sedikit tidak biasa. Seolah-olah dia tidak
rela jauh atau berpisah darinya.
Tapi kasihan juga Motohara, dia menghindari semua orang karena takut teman-temannya
jadi sasaran juga. Raina bilang sehari dia mogok sekolah, beberapa teman sekelas yang
baik padanya termasuk Yukari juga mengalami teror yang sama dengan Motohara. Ada
seseorang yang meletakkan serangga menjijikkan di bawah meja mereka. Saat itu Motohara
menangis, mungkin saja ia merasa bersalah.
Untuk pertama kalinya ia berbicara di depan kelas, berkata kalau dirinya adalah pembawa
sial. Dan akhirnya, setelah peristiwa itu dia tidak pernah masuk sekolah hingga sekarang.
Dengan serius Asa mendengar semua penjelasan Kaze. Memikirkan kemungkinan kecil
yang mengganggu pikirannya sejak kemarin. Dan tiba-tiba saja ia terkesiap, menggelengkan
kepala berkali-kali tersenyum kecil. Sambungkan aku ke ponsel Takeda.
Wajah Asa berseri-seri setelah berbicara dengan Takeda. Ia lantas memandang satu per
satu anggota OSIS yang berdiri di depannya. Ternyata memang Takeda Ikki yang
memegang kendali, ucapnya penuh keyakinan. Kita harus menolong Motohara Kana
sebelum dia mengalami hal yang lebih buruk.
Ketiga laki-laki itu saling melempar pandang, antara bingung dan tidak mengerti. Tapi tak
selang beberapa lama, mereka lantas tersenyum. Mereka tahu, Asa telah memecahkan
misteri ini. Dan sekarang adalah saatnya sang Pemimpin Guardian untuk turun tangan!

*




Bab 3
Tengah malam yang kelam, keempat orang itu berdiri tepat di depan sebuah rumah
berwarna hijau muda. Dengan pakaian serba hitam dan jubah panjang menjuntai di
belakang punggung, mereka tampak mengamati rumah itu. Merekalah anggota OSIS
sekaligus idola di SMA Hogosha Gakuen, yang diam-diam memiliki pekerjaan sampingan
sebagai Guardian! Namun penampilan mereka sungguh berbeda dari biasanya. Dan tidak
akan ada orang yang bisa mengenalinya, apalagi Guardian selalu beraksi di malam hari
dengan cahaya minim untuk mengurangi risiko penyamaran besar ini terbongkar.
Takagi Asa, sang pemimpin Guardian dan satu-satunya perempuan yang ada di antara
mereka, memiliki rambut panjang berwarna ungu dengan mata biru sedalam lautan.
Kelebihannya adalah insting serta keberanian yang menakjubkan. Saat menjadi Guardian ia
memiliki code name Purple.
Eisei Naito, pemimpin kedua Guardian yang selalu tenang dan berpikiran jernih. Kekuatan
fisiknya sungguh luar biasa. Ditambah dengan keenceran otaknya, ia seperti ilmuwan muda
yang sanggup menciptakan ponsel yang bisa mengubah suara, kamera mini, dan alat-alat
aneh lain yang sangat berguna saat bertugas. Ia memiliki mata kuning setajam elang serta
rambut biru tua. Ia menggunakan code name Blue.
Mitsuno Kaze, anggota Guardian yang selalu cepat dan tepat mengumpulkan informasi
mengenai target mereka. Ia adalah moodmaker dan kelebihannya adalah dapat dengan
mudah mempengaruhi para targetnya melalui ucapan manis yang ia lontarkan. Si flamboyan
berambut kuning emas dan mata hijau zamrud ini memiliki code name Gold.
Dan Shirokawa Izumi, anggota Guardian terakhir. Seorang hacker misterius yang bertugas
menyusup dan mencuri data-data pribadi para targernya. Dia juga membantu Blue
menciptakan alat-alat baru mereka. Ketiga bertugas, ia selalu melepas kacamatanya.
Berambut merah menyala dan mata berwarna nutbrown seperti cokelat susu. Red adalah
code name-nya saat bertugas.
Dengan penampilan seperti ini, tak heran jika para target Guardian selalu takjub ketika
melihat mereka yang berkeliaran di malam hari. Dandanan aneh dan fisik yang mencolok.
Menakutkan sekaligus mengesankan!
It's show time! Kaze alias Gold terlihat penuh semangat.
Red, jadi ini kediaman Motohara Kana? tanya Purple tanpa mempedulikan kehebohan
Gold.
Ya, di sebelahnya adalah rumah Takeda Ikki.
Lebih baik kita masuk lewat jendela. Blue yang selalu irit bicara, berkata dengan
gumaman.
Oke, kalau begitu kita berpencar, putus Purple. Red, Gold... kalian lakukan seperti yang
kukatakan tadi.
Keduanya mengangguk dan melesat pergi. Itulah salah satu kelebihan Guardian lainnya.
Mereka terlatih, tidak hanya kemampuan otak, fisik mereka pun harus memiliki kemampuan
di atas rata-rata. Berlari dengan kecepatan tinggi, melopat pagar dan jendela, memanjat
pohon tinggi, bertarung tanpa senjata atau pakai senjata... semuanya mereka bisa!
Purple yang masih belum beranjak dari tempat itu bersama Blue tiba-tiba mengeluarkan
ponsel berukuran kecil dari saku roknya. Ia menekan sebuah nomor yang langsung
tersambung di ujung sana.
Trrrt... trrrt... sebuah ponsel bergetar di sebuah kamar, tepat pukul sebelas malam. Cepat-
cepat pemiliknya yang bernama Takeda Ikki mengambil ponsel yang tergeletak di meja
belajar. Dahinya langsung berkerut begitu melihat layar ponselnya. Nomor tidak dikenal?
Siapa malam-malam begini?
Di dalam kamar pribadi yang dominan berwarna krem, ia masih memegang ponselnya yang
tak berhenti bergetar. Laki-laki bertubuh tinggi itu masih ragu untuk menerima panggilan itu,
di jam yang tidak biasa pula.
Halo? Karena penasaran ia akhirnya mengangkatnya, suara Ikki terdengar waspada.
Guardian time! Suara merdu seorang gadis langsung terdengar di seberang.
Tanpa sadar Ikki melempar ponselnya hingga jatuh ke lantai, matanya membelalak lebar.
Apa? Gu... Guardian? Ia masih terkejut, bahkan nyaris kaku.
Halo? Halo? Kamu masih di sana, Takeda Ikki?
Ikki menarik napas dalam-dalam, berusaha tenang. Ia buru-buru mengambil ponsel yang
terjatuh beberapa meter dari tempatnya berdiri.
Ka... kamu benar-benar Gu... Guardian? Ikki tergagap, ia sama sekali nggak sanggup
menyembunyikan rasa kagetnya.
Padahal awalnya dia cuma iseng mengirim permohonan pada Guardian. Ikki tak menyangka
bahwa legenda itu benar-benar nyata!
Ya, ini Guardian, seru Asa ramah. Kamu mengirimkan permohonan pada Guardian, kan?
Ikki terdiam cukup lama, sebelum akhirnya menjawab, I... iya, aku memang mengirim
permohonan... tapi dari mana kamu tahu nomor ponselku?
Bukan itu persoalannya, sela Asa, suaranya mendadak berubah berat. Oh ya, bicara
tentang permohonanmu itu... apa kamu sedang bermain-main dengan Guardian?
Suara penuh tekanan itu membuat Ikki gugup, padahal hanya lewat telepon, tapi suara
gadis itu sudah membuatnya terintimidasi. A... apa maksudmu bermain-main?
Kalau begitu... sampai nanti, kata Asa tanpa menjawab pertanyaan Ikki lalu menutup
sambungan teleponnya.
Halo? Halo? Guardian! Sekarang Ikki hanya bisa bingung sendiri. Ia memandang
ponselnya selama beberapa saat.
Tak!
Tiba-tiba bunyi yang cukup keras terdengar tepat di depan jendela kamarnya. Ia langsung
terlonjak, tanpa sadar jantungnya mulai berdebar kencang, semakin lama semakin kencang,
dan akhirnya membuat dirinya diliputi perasaan takut yang mencekam.
Setelah menutup sambungan teleponnya, Purple dan Blue pun bergegas. Tepat di depan
mereka terdapat sebuah pagar dengan tinggi 1,5 meter. Mereka berdua saling melempar
pandang sekilas, lantai bersamaan memanjat pagar itu, yang terlihat begitu mudah saat
mereka melakukannya. Dengan kemampuan mengagumkan, mereka mendarat halus di
pekarangan kecil rumah tersebut.
Blue, tadi Red bilang kamarnya yang sebelah mana? Purple melihat dua kamar yang
berjejer di lantai dua.
Yang sebelah kiri, tepat di depan pohon itu.
Oke, ayo naik!
Memanjat pohon lagi?
Iya iyalah. Mau lewat mana lagi? Purple memandang laki-laki di sebelahnya dengan tak
sabar.
Meski terkesan keren saat bertemu para target, itu hanya karena tidak ada yang tahu behind
the scene-nya. Tidak ada yang namanya datang tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba, atau
melayang di udara seperti para super hero terkenal. Guardian sih cara kerjanya manual.
Kalau mau menyusup paling-paling pilihannya kalau nggak panjat pohon, naik pakai tali atau
melompati pagar. Jujur saja, cara kerjanya lebih seperti maling daripada pembela
kebenaran.
Begitu sampai di cabang pohon yang paling dekat ke jendela sebelah kiri, keduanya duduk
santai. Coba saja mereka bawa pisang, pasti mirip monyet hutan!
Kamarnya gelap, mungkin dia sudah tidur. Blue bicara dalam suara lirih.
Purple memandangnya sekilas. Aku akan membangunkan tuan putri satu ini. Ia lalu
mengambil ponsel dalam rok hitamnya. Menekan satu tombol dan mendekatkannya ke
telinga.
Guardian time! Purple langsung menyapa begitu seseorang menerima sambungan
teleponnya. Itulah sapaan yang khas dari Guardian sebagai pengganti hello.
Gu... guardian? Rasa cemas jelas terdengar dari suara lirih di seberang sana.
Motohara Kana, kami ada di depan jendela kamarmu...
Belum selesai Purple menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba saja lampu ruangan di depannya
menyala. Dengan gerakan terburu-buru bayangan orang di kamar itu membuka jendela
kamarnya.
Sret!
Guardian time! Purple dan Blue langsung menyapa gadis yang terperangah di depan
mereka. Keduanya lalu menjentikkan jari bersamaan dan GOTCHA! ucap mereka sambil
menunjuk wajahnya.
Gadis berambut pendek tak teratur, wajah tirus dan kantung mata besar di atas pipinya yang
putih pucat, dialah Motohara Kana. Pemilik rumah bercat hijau itu benar-benar terkejut,
wajahnya tegang. Ia hanya bisa berdiri kaku di depan jendela kamarnya yang terbuka.
Bahkan angin yang membuat rambutnya bergerak-gerak sama sekali tak bisa
menyadarkannya dari rasa takjub.
Sekarang, di atas pohon besar yang berhadapan dengan kamarnya, ia bisa melihat
perempuan dan laki-laki asing berwajah menawan yang sedang duduk santai. Rambut dan
mata mereka berwarna-warni. Yang berambut ungu memandangnya dengan tatapan hangat
dan ramah. Berbeda dengan si rambut biru yang memandangnya dingin hingga tanpa sadar
membuatnya takut sekaligus berdebar.
Sepertinya nggak enak mengobrol di sini... bisa kami masuk ke kamarmu? Purple
memecah keheningan yang sudah beberapa detik terlalui.
Kana tidak sanggup menjawab pertanyaan itu. Ia terlalu kaget dan bingung! Mulutnya hanya
terbuka tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Kuanggap jawabanmu iya, tukas Blue tanpa basa-basi.
Hampir bersamaan Purple dan Blue bangkit dan berdiri, berpijak di atas batang pohon
tersebut tanpa sedikitpun kehilangan keseimbangan.
Setelah itu semua berlangsung cepat. Tanpa Kana sadari, kedua orang asing itu sudah
melompat dari cabang pohon dan masuk melalui jendela kamarnya dengan mulus, seperti
jagoan kungfu di film-film! Melewati sisi kanan kirinya yang kosong seperti angin dengan
gerakan sangat halus.
Kana langsung menoleh ke belakang, ia membelalakkan mata dengan wajah pucat. Laki-laki
berambut biru dan perempuan berambut ungu itu telah berada di kamarnya. Keduanya
berdiri dengan sempurna di dekat tempat tidur.
Ka... kalian Guardian? Tapi aku sama sekali nggak pernah mengirimkan permohonan, ujar
Kana sambil mengatur napasnya yang mulai sesak karena kejadian mengejutkan tadi.
Ya, memang bukan kamu yang mengirim permohonan. Tapi ada seseorang yang meminta
kami untuk menolongmu. Gadis yang dijadikan bulan-bulanan di kelas 1-F sehingga
menolak untuk datang ke sekolah, Motohara Kana, jawab Purple masih dengan senyum
ramah.
Kana langsung terperajat. Seseorang yang menolongku? Siapa?
Takeda Ikki. Blue langsung menjawabnya. Dia yang mengirim permohonan pada
Guardian.
Eh? Mata Kana berkaca-kaca, begitu mendengar nama tersebut, senyumnya
mengembang perlahan-lahan. Ikki melakukan itu untukku...
Tapi dia mempermainkan Guardian, sela Purple, wajahnya yang ramah berubah. Tidak
ada lagi senyuman di wajahnya yang cantik. Dialah pelakunya. Takeda Ikki adalah pelaku
penyiksaan itu.
Selama beberapa saat Kana terdiam.
Blue, aktifkan kedap suaranya. Purple cepat-cepat memberi perintah yang langsung
dilaksanakan laki-laki itu.
Ia mengambil remote kecil yang biasa dibawanya dalam saku celana, menekan sebuah
tombol dan mendadak saja udara seolah berkumpul di ruangan itu. Transparan, tetapi bisa
mereka rasakan jelas mengelilingi kamar itu.
Kana sama sekali tidak menyadari perubahan yang terjadi. Otaknya berputar keras, terlalu
sibuk mencerna kata-kata Purple yang nggak masuk akal baginya. Ba... bagaimana
mungkin... Ia bahkan nyaris tak bersuara, air matanya tumpah seketika. Itu nggak
mungkiiiinnn! Mendadak suaranya melengking.
BINGO! Tepat seperti dugaan Purple, gadis ini pasti akan histeris. Karena itu Guardian
selalu menyiapkan alat-alat seperti ini. Bisa gawat kalau suaranya terdengar sampai keluar.
Itu jelas membahayakan eksistensi Guardian.
Kami punya bukti. Blue seolah tidak peduli kekagetan gadis di depannya.
Buk... bukti apa? Kana yang sesunggukan tidak sanggup berdiri, ia terduduk lemas di
lantai.
Takeda Ikki melakukan semua ini sejak SMP. Dia memanfaatkan perasaan Tajima Kumiko
yang menyukainya untuk terus menyiksamu. Begitu pula saat SMA, dia berusaha untuk
melindungimu sekuat tenaga... tapi nyatanya itu semua cuma kedok, ujar Purple tegas.
Sadarlah Motohara.
Tapi untuk apa?
Tentu saja agar kamu bergantung padanya. Dia melakukan ini agar kamu Bergantung
hanya padanya. Hanya mempercayainya. Dia terobsesi padamu, benar-benar seorang
psikopat.
Bohooongg! Kana mendadak berteriak, ia mulai tak terkontrol lagi. Ikki nggak mungkin
melakukan itu! Lalu, kenapa dia malah meminta bantuan Guardian?
Itu yang sedang kami cari tahu. Blue masih memasang wajah datar, dia benar-benar tidak
merasa terganggu meski ada gadis menangis histeris di depannya. Takeda menantang
Guardian.
Trrt... trrt...
Getaran ponsel dalam saku Purple langsung membuatnya tersenyum. Nah... kita akan tahu
alasannya sekarang.
Guardian time! Terdengar suara di seberang. Purple lalu menjauhkan ponselnya dari
telinga lalu menekan tombol loudspeaker.
Red, Gold. Bagaimana keadaan di sana?
Takeda Ikki berhasil ditangkap, suara Red terdengar penuh semangat.
Lalu? Apa dia sudah mengaku?
Sayangnya dia tetap bungkam, jawab Gold dengan nada kesal. Dia sangat aneh!
Biarkan aku bicara dengannya.
Guardian... Suara Ikki di seberang terdengar lirih.
Kana yang sejak tadi terduduk lemas langsung berdiri. Ikki? Kamu di sana? Wajahnya
terlihat cemas, air mata kembali menetes dari pelupuk matanya.
Kana, aku...
Oke, kita tidak punya banyak waktu. Mendadak telepon kembali dikuasai Gold dan Red.
Purple, jadi apa yang harus kita lakukan? Red terdengar serius.
Blue dan Purple berpandangan sejenak. Mereka memiliki batas waktu dalam menyelesaikan
misi, tepat sebelum matahari terbit. Selalu seperti itu. Jadi, tidak bisa mengulur-ulur waktu
untuk kompromi.
Dengan wajah muram akhirnya pemimpin Guardian memberikan keputusannya. Berikan
Hukuman Guardian pada Takeda Ikki.
Lalu sambungan telepon terputus. Purple memasukkan ponsel ke dalam saku roknya
dengan desahan napas berat.
Apa? Apa maksudmu hukuman Guardian? Tiba-tiba Kana mencengkeram tangan Purple
dengan keras. Kecemasan dan ketakutan membuat wajah tirusnya terlihat makin pucat.
Takeda Ikki adalah orang yang membuatmu menderita. Sudah saatnya kamu sadar
Motohara! Dia akan mendapat hukuman dari Guardian atas tindakannya. Yang pasti, dia
akan menghilang dari kehidupanmu dan kamu akan terbebas. Pusple berusaha
menenangkannya dengan sabar.
Tidaaaaakkk!! Kana menjerit sangat keras. Kalian salah! Kalian salah! Ikki tidak mungkin
melakukan hal itu!
Blue dan Purple langsung menghela napas. Seolah mereka sudah menduga reaksi yang
akan ditunjukkan Kana.
Bekerjasamalah! Kami akan membuatnya mengaku, bagaimanapun caranya. Jadi kami
harap kamu ikut...
Aku bilang kalian salah! Hal itu nggak akan mungkin terjadi! Bukan hanya nggak mungkin...
Aku tahu jelas bukan Ikki pelakunyaaaa!!! Kana tak mampu lagi menahan emosinya.
Jadi hentikan apa pun yang kalian sebut hukuman itu! katanya pelan, seolah memohon.
Purple mengerutkan kening. Apa maksudmu?
Akuuuu! Dengan kasar Kana menghapus air matanya yang terus mengalir. A... a... aku
sendiri pelaku penyiksaan itu! Bukan Ikki! Aku sendiri yang melakukannya!
Purple langsung mencibir. Kamu nggak perlu berkorban untuknya. Jangan konyol. Kamu
nggak punya alasan untuk menyakiti dirimu sendiri.
Aku punya alasannya! Kana memotong ucapan Purple. Aku melakukannya agar Ikki
hanya memperhatikanku. Aku nggak mau Ikki yang selalu jadi idola meninggalkanku! Jadi
aku memanfaatkan kebaikan hatinya dengan pura-pura jadi ijimerarekko! Akulah yang
merencanakan semuanya!
Aku duluan yang membuat Tajima Kumiko membenciku saat SMP dan membuatnya jadi
orang jahat di mata Ikki. Aku sama sekali nggak keberatan jadi korban penyiksaan selama
tiga tahun, karena dengan begitu impas... Ikki nggak akan memperhatikan gadis lain selain
aku! Kana mengeluarkan seluruh energi yang ia punya, sampai-sampai ia tak sadar sudah
mencengkeram lengan Purple dengan keras.
Namun semuanya berubah saat SMA. Orang-orang di kelas 1-F benar-benar berbeda
dengan teman-teman SMP-ku. Mereka percaya dan melindungiku. Aku menyobek bukuku
sendiri, mencoret-coret tempat dudukku dengan kata-kata kotor, menyebar rumor yang
memperburuk citraku di depan mereka, bahkan meletakkan hewan-hewan menjijikkan di
meja Yukari. Semua kulakukan agar mereka menganggapku sebagai gadis pembawa sial...
Matanya yang masih dipenuhi air mata terlihat terluka, seolah ada perasaan bersalah yang
terpancar di sana.
Ta... tapi walaupun sudah seperti itu mereka tetap mempercayaiku. Mereka tidak
menjadikanku bulan-bulanan dan itu membuatku cemas. Jika aku memiliki teman, Ikki akan
menjauhiku, dia nggak akan memperhatikan dan melindungiku lagi. Aku nggak mau itu
terjadiiiii! Kana mengeluarkan seluruh energi yang ia punya, menjerit sekeras-kerasnya.
Namun akhirnya aku menyerah! Selama tiga bulan aku meneror semua anak yang ada di
kelas 1-F, tapi mereka tetap percaya padaku. Karena itu aku putuskan berhenti sekolah.
Mereka terlalu baik! Cengkeraman tangannya di lengan Purple mengendur, ia lalu memeluk
tubuhnya sendiri dengan kedua tangan, berusaha menguatkan diri.
Ikki selalu menjaga dan melindungku! Jadi, jadi... kalian salah! Kalian benar-benar salah
jika menganggapnya sebagai pelaku! Karena bukan Ikki yang membuat alasan agar aku
bergantung padanya! Tapi akulah yang memaksanya merasa begitu!
Runtutan kalimat yang penuh emosi keluar begitu saja dari mulut Kana. Ia terengah-engah,
bahunya naik turun disertai napas yang berat.
Sunyi sesaat. Purple dan Blue hanya memandang gadis berambut pendek itu tanpa
ekspresi. Tapi tak berlangsung lama, Purple mengembangkan senyumnya.
Ia mengambil ponsel yang sejak tadi ada dalam saku roknya. Bagaimana? Kamu sudah
dengar pengakuannya, Takeda Ikki?
Ya... Hanya terdengar sepatah kata di seberang.
Kana yang melihat kejadian itu langsung membelalakkan mata tak percaya. A... apa
maksudmu?
Purple kembali tersenyum. Sejak tadi aku tidak mematikan ponselkum jadi... semua kata-
katamu tadi jelas terdengar sampai sana.
A... apa? Kana langsung lunglai, dunia serasa berhenti berputar. Sekarang semua telah
terbongkar atas kelalaiannya sendiri. Dia dijebak. Rahasia yang disimpannya rapat-rapat,
perbuatan buruknya yang sudah berlangsung sangat lama telah berakhir. Kana benar-benar
merasa hampa.
Takeda Ikki adalah satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya. Karena itu Kana tidak
ingin melepaskan Ikki. Apa pun akan ia lakukan agar laki-laki itu tetap di sampingnya. Tapi
semua ini telah berakhir, detik ini juga.
Tidak ada gunanya aku hidup lagi... Kana bergumam lirih, tatapan matanya kosong.
Tidak ada gunanya kamu hidup? Purple mengulangi kata-kata gadis itu, secercah senyum
masih menghiasi wajahnya. Kamu bisa berkata begitu setelah bicara dengannya.
Purple lalu menoleh pada Blue yang berdiri menjulang di sampingnya. Bawa dia keluar.
Setelah ucapan singkat tersebut, Purple tiba-tiba saja meloncat keluar melalui jendela yang
ia lewati tadi. Menghilang secepat angin di tengah malam.
Tinggal Blue dan Kana di kamar itu.
Dasar, main perintah saja. Blue menghela napas panjang dan memandang Kana yang
masih linglung.
Ayo, Bersamaan dengan kata-katanya, tanpa permisi ia membopong Kana dengan kedua
tangan. Begitu mudah seakan-akan membawa bayi kecil dalam pelukannya.
Tu, tunggu dulu! Wajah Kana langsung memerah, ia bisa melihat wajah Blue yang
menawan dari jarak yang sangat dekat. Padahal ini bukan saatnya berdebar-debar, tapi itu
sama sekali tidak bisa ia kontrol.
Pegangan yang erat. Blue tak mempedulikan ucapannya.
Kali ini Kana tidak bisa membalas perkataan laki-laki itu, ia mengeratkan tangannya di leher
Blue yang dingin. Dan tiba-tiba saja tubuhnya melayang di udara. Begitu mengejutkan! Blue
dengan mudah melompat dari lantai dua dan mendarat sempurna di pekarangan kecil
keluarga Motohara, dengan menggendong Kana.
Apa dia ini manusia?? Kana masih sempat berpikir.
Sekitar lima menit kemudian Blue dan Kana sampai di taman kecil dekat rumah gadis itu.
Kita sampai, ujar Blue sambil menurunkan Kana dari gendongannya.
Belum sempat Kana bertanya, tiga orang berjalan menuju kearahnya.
Kita bertemu lagi Motohara Kana. Purple menyapa pertama kali. Ternyata dia lebih dulu
pergi menuju tempat ini.
Kana menelan ludah, lagi-lagi dia harus dikagetkan dengan pemandangan baru. Di
belakang Purple dia melihat dua orang pria yang tidak kalah tampannya dengan Blue.
Bedanya, mereka berambut merah dan emas.
Mereka juga Guardian? Kana tanpa sadar bertanya.
Gold langsung memamerkan senyumnya. Ya, ini pertama kalinya kita bertemu, kan? Salam
kenal...
Hentikan Gold. Red langsung menyikutnya.
Dasar lelaki satu ini... nggak jadi murid Hogosha Gakuen, nggak jadi Guardian, kalau
bertemu perempuan bisanya tebar pesona saja!
Kana... Ternyata di belakang kedua laki-laki itu berdiri seorang lelaki lagi. Takeda Ikki.
Kana mundur selangkah. Ketakutan kembali merayapi tubuhnya. Kana malu dan takut! Dia
sama sekali belum siap bertemu Ikki. Memikirkan bahwa orang yang sangat disayanginya itu
akan membencinya... benar-benar membuat perasaannya sangat sakit.
Ikki... aku..., Kana berkata terpatah-patah, terlalu banyak yang ingin ia ucapkan untuk
mengungkapkan penyesalannya, tapi dia bingung memulainya dari mana.
Maafkan aku. Akhirnya hanya kata itu yang keluar dari bibirnya.
Hening sesaat, tak ada satupun yang menanggapi ucapan Kana.
Kumaafkan, ucap Ikki sambil tersenyum. Senyum hangat yang paling disukai Kana.
Kamu tidak membenciku? Kana terlihat tak percaya, ada kelegaan yang sarat dalam nada
ucapannya.
Aku nggak akan pernah bisa membencimu Kana.
Ta... tapi... aku sudah berbuat jahat. Aku sudah membohongimu dan semua orang...
Aku tahu, potong Ikki. Tapi pada dasarnya, kamu bukanlah gadis jahat.
Kana tidak bisa lagi menutupi rasa haru yang menyeruak dalam dadanya. Dia benar-benar
menyesal. Ternyata Ikki selalu mempercayainya, terus bersamanya meski sekarang laki-laki
itu tahu hal buruk yang telah dilakukannya.
Tanpa perlu melakukan hal seperti ini kamu bisa terus bersama dengannya. Purple
menepuk pundak gadis itu. Percayalah padanya. Dan yang terpenting, percayalah pada
dirimu sendiri bahwa kamu memang pantas berada di sampingnya.
Kana tertegun. Ya... itulah yang selalu ia takutkan.
Kana tak punya kepercayaan diri berada di samping Ikki yang populer. Dia memanfaatkan
kebaikan hati dan rasa tanggungjawab Ikki yang besar untuk melindunginya dari gangguan
apa pun. Tapi hal itu justru membuatnya manja dan hanya bergantung pada Ikki.
Akhirnya Kana sadar. Selama ini ia telah melakukan kesalahan besar.
Nah... Takeda Ikki, sekarang adalah saatnya kamu menerima Hukuman Guardian. Ucapan
Purple tidak hanya mengagetkan kedua targetnya, tetapi juga Guardian lainnya.
Hah? Maksudmu apa? Bukannya itu tadi cuma taktik supaya Motohara mau mengakui
kesalahannya? Red langsung panik.
Iya, tadi kan hanya sandiwara. Lagipula Takeda sama sekali tidak melakukan kesalahan
sehingga harus mendapat hukuman.
Siapa yang bilang ini sandiwara? Purple langsung memotong kalimat Gold. Takeda
memang mempermainkan Guardian tahu!
Ikki tentu saja kaget. Awalnya memang dia cuma iseng minta pertolongan, tapi sekalipun
tidak pernah terpikir dalam benaknya untuk mempermainkan Guardian! Tunggu dulu... aku
benar-benar tidak ada maksud...
Blue berusaha menengahi. Purple, masalah permainan Takeda tadi bukannya cuma
skenario... Tapi mendadak ucapannya terhenti, dalam sepersekian detik sepertinya ia
paham maksud pimpinan Guardian itu.
Purple tertawa kecil pada Blue, memandangnya seolah berkata ya, kamu sadar benar apa
maksudku.
Takeda harus mendapat hukuman karena mempermainkan Guardian. Dia jelas tahu siapa
pelaku penyiksaan itu dari awal, tapi dia diam saja dan meminta Guardian menemukan
pelakunya.
Apa??? Selain Blue, semua kompak terkejut.
Benar begitu kan, Takeda? Purple memasang wajah penuh kemenangan.
Raut wajah Ikki terlihat kagum ketika memandang Purple lagi. Kamu tahu ya? Benar-benar
hebat. Ia lantas tersenyum malu-malu. Iya... sejak awal aku memang tahu. Tapi aku tidak
bisa berbuat apa-apa, karena itu aku minta kalian membantuku.
Kana membekap mulutnya sendiri, benar-benar tidak percaya. Kamu sudah tahu?
Bagaimana bisa? Tapi kenapa kamu tetap melindungiku...
Dulu aku tidak sengaja melihatmu menyobek bukumu sendiri. Ikki lalu memandangnya
lembut. Awalnya aku memang kaget, tapi aku tahu itu bukan sifatmu yang asli Kana.
Karenanya aku bersikap seolah-olah nggak tahu apa-apa. Saat itu, hal yang paling
kutakutkan adalah kalau kamu sampai menyakiti dirimu sendiri.
Di antara tangisnya, Kana tersenyum. Begitu tulus dan bahagia. Gadis itu benar-benar
merasa beruntung memiliki Ikki yang selalu ada disisinya. Bagaimanapun buruknya dia.
Hmm... kalau dipikir-pikir semuanya jadi cocok kan? Gold berbicara pada ketiga rekannya
dalam bisikan.
Ya... seperti saat Takeda minta tolong pada Yukari untuk terus bersama Motohara dan tidak
membiarkannya sendirian... ternyata dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Motohara
yang mungkin saja menyakiti dirinya sendiri. Dia benar-benar orang yang baik. Red
tersenyum kecil.
Dan disaat aku bertanya pada murid-murid kelas itu... sambung Gold, kembali mengingat
wajah-wajah bingung yang ditunjukkan murid kelas 1-F ketika ia bertanya mengenai
penyiksaan Motohara Kana.
Mereka semua bukan berusaha menutupi peristiwa itu, tapi mereka memang tidak tahu
siapa pelakunya. Dan yang terpenting, mereka berusaha melupakan kejadian itu bukan
karena mereka tidak peduli. Alasan sebenarnya adalah karena mereka tidak mau saling
curiga.
Ternyata perkiraanku benar. Kelas 1-F adalah kelas yang menyenangkan, ujar laki-laki
berambut emas itu terlihat bangga.
Lalu, hukuman apa yang ingin kamu berikan pada Takeda? tanya Blue memandang
Purple.
Ucapannya langsung membuat kedua target yang sempat diliputi perasaan gembira kembali
tegang.
Hukumannya adalah..., Purple menggantung ucapannya, terlihat begitu serius, tapi
mendadak saja raut wajah Purple melunak dan berganti dengan senyuman hangat.
Kalian harus bersama dan hidup bahagia. Seandainya kalian berpisah, kalian tetap harus
menemukan kebahagiaan masing-masing. Kalau kalian tidak melakukannya... Kujamin,
Guardian akan meneror kalian seumur hidup!
Hahaha... Tawa di taman itu langsung pecah. Ikki dan Kana kontan menghembuskan
napas lega. Guardian benar-benar tidak terkalahkan.
Baiklah, kurasa kalian akan baik-baik saja sekarang. Purple terlihat puas. Dan Motohara,
kembalilah ke sekolah. Teman-temanmu sudah menunggu.
Dengan wajah penuh haru Kana menganggukkan kepala dengan pasti.
Kalau begitu, sudah waktunya kita berpisah. Blue menutup pembicaraan.
Sontak, ada rasa sedih yang terpancar dari wajah Ikki dan Kana.
Bisakah kita bertemu lagi? tanya Kana dengan nada memohon.
Tanpa mengubah ekspresi wajahnya, Blue balas bertanya, Untuk apa?
Bila suatu hari aku butuh pertolongan Guardian, bisakah aku mengirim...
Tidak. Purple langsung memutus kalimat Kana tegas. Guardian tidak akan selalu bisa
menolongmu, Motohara.
Kana langsung menundukkan kepala, tak bisa menutupi perasaan kecewanya.
Purple masih sempat tersenyum kecil memandang gadis itu. Tapi... aku kenal Guardian
yang lebih kuat. Yang pasti akan melindungi dan tidak akan mengkhianatimu.
Tidak hanya Kana, Ikki pun menatap Purple penuh rasa ingin tahu.
Siapa? tanya Kana.
Sebelum menjawab, Purple memandangnya lurus. Tepat dimatanya. Sampai-sampai Kana
seakan terhisap oleh mata biru itu.
Dirimu sendiri. Purple menjawabnya tanpa keraguan.
Keyakinan yang terpancar dari setiap kata itu membuat Kana tersentak. Ia benar-benar tidak
menyangka bahwa ada orang lain yang bisa begitu percaya pada dirinya. Menyadarkan
Kana bahwa dirinya bukanlah gadis yang lemah. Tanpa sadar, ia kembali meneteskan air
mata, sarat oleh perasaan haru.
Terima kasih Guardian.
Terima kasih banyak karena kalian mau membantu kami.
Legenda Guardian di Hogosha Gakuen. Kalian benar-benar nyata...
Tidak akan pernah kulupakan.
Runtutan pujian serta kekaguman terus diucapkan Ikki dan Kana dengan tulus dan penuh
rasa terima kasih.
Guardian hanya membalas ucapan mereka dengan senyum hangat.
Sebelum kami pergi ada satu hal yang perlu kalian ketahui. Purple kembali bicara sambil
mengangkat jari telunjuk tangan kanannya di depan wajah para target.
Hal apa?
Selama sedetik, keempat anggota Guardian saling bertukar pandang, lalu melihat kedua
target yang ada di hadapan mereka
Bersamaan keempatnya berkata, Guardian adalah rahasia. Dan kamu adalah bagian dari
rahasia itu. Paham?
Tanpa ragu, Ikki dan Kana mengangguk. Itulah salah satu alasan kenapa tidak ada satu
orang pun yang mau membongkat identitas Guardian selama ini. Karena semua orang yang
telah mereka bantu akan menjaga rahasia itu. Rahasia yang merupakan bagian dari dirinya
sendiri. Dan yang terpenting adalah, karena mereka sangat menghargai Guardian.
Di tengah penjalanan pulang, keempat anggota Guardian yang sekali lagi berhasil
menyelesaikan tugas berkumpul di rumah Takagi Asa. Di sanalah basecamp rahasia
mereka.
Hah... sudah mau musim panas nih. Asa buru-buru melepas lensa kontaknya birunya,
begitu juga dengan para lelaki yang sudah sangat terbiasa melakukannya. Jelas saja, sudah
lebih dari satu tahun mereka menyamar seperti ini.
Hei Asa... dari dulu aku nggak habis pikir, kenapa sih kamu menyarankan penyamaran
yang susah begini. Enak juga pakai topeng tinggal pakai, gampang! Red mengeluh panjang
lebar. Sudah harus menyemir rambut setiap mau tugas, pakai jubah, pakai lensa kontak
lagi... repot sekali! Bisa-bisa rambut kita rusak karena diwarnai tiap hari.
Tenang saja, keluargaku kan bekerja di bilang kecantikan. Pewarna rambut yang kita pakai
ini istimewa. Nggak di jual di pasaran dan nggak akan merusak rambut. Tahan air, dan
hanya bisa hilang pakai sampo khusus. Apanya yang susah?
Iya, menurutku ini sama sekali nggak repot. Kaze mendukung Asa.
Aku rasa dia memang suka menyamar seperti ini. Kalau memakai topeng, dia pasti sulit
untuk tebar pesona dengan wajahnya. Naito mengemukakan alasan yang langsung
membuat Kaze terbahak.
Tajam seperti biasa ya Naito? balas Kaze sambil meringis.
Lagipula... memakai topeng kan adalah ciri khas penyamaran Guardian generasi 5. Kita
sebagai generasi ke 6 harus kreatif dong. Asa kembali memperkuat pendapatnya.
Iya betul itu!
Iya deh, iya! Izumi akhirnya menyerah. Percuma berdebat dengan si Tuan Putri, pasti
banyak kalahnya, apalagi si playboy ikut-ikutan juga... malah makin parah.
Tuan Putri... aku masih heran. Kaze tiba-tiba teringat sesuatu. Kamu tadi bilang kalau
Takeda sudah tahu dari awal bahwa Motohara adalah pelaku sebenarnya. Sejak kapan
kamu sadar hal itu?
Asa langsung tersenyum kecil, diam-diam ia melayangkan pandangan pada Naito yang juga
memandangnya.
Sejak membaca e-mail dari Takeda, Asa sudah tahu siapa pelaku yang Takeda maksud.
Naito mewakili gadis itu menjawab pertanyaan Kaze.
Apaa??!! Kaze dan Izumi sontak berdiri dari tempatnya duduk.
Bagaimana bisa?
Apa kalian nggak membaca permohonan Takeda dengan teliti? Asa justru terheran-heran
karena mereka tidak sadar.
Di bagian akhir, dia menulis agar kita menghentikan dan menyadarkan pelakunya bahwa
yang diperbuatnya adalah tindakan yang salah dan tidak bermoral. Kalau aku jadi Takeda,
aku pasti minta Guardian untuk menangkap pelaku dan memberikannya hukuman yang
setimpal.
Bukan hanya menghentikan dan menyadarkannya. Itu hukuman yang terlalu manis bagi
pelaku kejahatan yang sudah menyakiti temannya yang paling berharga kan? Kecuali kalau
kamu sudah tahu pelakunya dan bersikap lunak, itu baru lain soal...
Kita harus menolong Motohara Kana sebelum dia mengalami hal yang lebih buruk.
Kembali mereka mengingat kata-kata Asa ketika berada di sekolah tadi. Sekarang Kaze dan
Izumi sepenuhnya paham. Maksud ucapannya itu adalah menolong Motohara Kana
sebelum ia mengalami hal buruk yang mungkin ia lakukan untuk menyakiti dirinya sendiri.
Hanya dari situ saja kamu bisa menebaknya? Izumi terlihat tak percaya, tapi ada nada
takjub yang terdengar dari nada bicaranya.
Yah... aku tidak langsung tahu kalau pelakunya Motohara sendiri. Aku hanya merasa
bahwa Takeda sudah mengetahui siapa pelaku sebenarnya saat mengirim permohonan itu.
Dan setelah mendengar informasi yang kalian bertiga dapatkan... akhirnya aku sadar.
Ternyata kamu benar-benar pantas jadi pemimpin. Kaze mengangkat kedua ibu jarinya.
Setelah lebih dari satu tahun kamu baru sadar sekarang? Asa tidak terima, telat sekali
mengakuinya sebagai pemimpin!
Hahaha bukan begitu kok... Kaze berusaha menenangkan, gawat nih kalau sampai Tuan
Putri marah, bisa babak belur dia!
Ngomong-ngomong, Naito juga sudah tahu tentang hal ini dari awal? Kamu cuma cerita
padanya? Curang! Izumi terlihat kesal karena ketinggalan informasi penting.
Sama sekali tidak. Asa langsung mengelak. Dia tahu sendiri. Aku nggak cerita apa-apa.
Ketiganya langsung memandang Naito, menunggu reaksi dari laki-laki yang paling irit bicara
itu.
Kalau aku cuma pakai feeling, jawabnya singkat.
Heeeee?? Tebakanmu hebat sekali.
Dia benar-benar nggak terkalahkan.
Asa, Kaze, dan Izumi percaya begitu saja pada ucapan Naito. Mereka melihatnya dengan
pandangan kagum dan membuat Naito sedikit salah tingkah. Diam-diam laki-laki dingin itu
merasa bersalah karena apa yang baru saja dikatakannya itu jelas bohong.
Bukan karena feeling, Naito sebenarnya mengetahui semuanya hanya dengan melihat
wajah Asa. Ya, dia tahu semua yang ada di pikiran gadis itu. Pemikiran Asa sangat brilian,
tapi juga sederhana, namun dapat melihat dari sudut pandang yang sering tidak disadari
orang lain. Dan Naito bisa membaca ekspresinya dengan jelas. Seolah-olah semua tertulis
di wajah gadis itu.
Keanehan sikap setelah membaca permohonan Takeda, juga kata-kata dan rencananya.
Semua bisa diketahui Naito dengan mudah. Dan anehnya, hingga sekarang hanya Naito
yang paham akan hal itu. Bahkan Asa sendiri tidak menyadari jika sahabat sejak kecilnya ini
bisa mengetahui pikirannya dengan sangat jelas.
Diam-diam Naito memandang Asa yang sedang bercanda dengan Kaze dan Izumi.
Melihatnya dan tanpa sadar tersenyum. Senyum yang sangat langka dilihat. Yang hanya
muncul ketika bersama Asa. Tapi beruntung tak satu orang pun sadar, paling tidak hingga
saat ini.
Hei Naito... kemarilah. Asa memanggil laki-laki itu untuk mendekat.
Asa lalu tersenyum cerah. Memandang satu per satu kumpulan lelaki tampan yang ada di
dekatnya. Kali ini pun... Gadis itu menggantung ucapannya.
MISSION COMPLETE! seru mereka bersama-sama.

*


Bab 4
Seperti pagi-pagi sebelumnya, tepat sebelum pelajaran pertama dimulai, Hogosha Gakuen
selalu dipenuhi suara riang dan iring-iringan bagi anggota OSIS yang melewati koridor lantai
satu. Ramai dan heboh.
Putri Asa!! Tolong terima cintaku!
Kak Naito!! Kak Naito... Kyaaaa!
Kak Kaze!! Kencan yuk!!
Kak Izumi tersenyum!!
Hah... anak-anak OSIS benar-benar seperti oase di tengah gurun! Seorang gadis kelas
satu memandang mereka penuh kekaguman, bahkan ia terlihat seperti orang yang
kehabisan napas. Satu lagi korban pesona mereka yang tak terelakkan.
Begitu bel berbunyi tepat pukul 08.30. Arak-arakan berhenti dan semua kembali ke kelas
masing-masing untuk mengikuti pelajaran pertama.
Hei idola yang ada di sana! Kozue, salah seorang murid di kelas 2-B memandang mereka
dengan tatapan iri.
Ada apa Kozue? Izumi menghampirinya, disusul Naito. Dengan susah payah Izumi
berusaha menahan tawa melihat ekspresi laki-laki itu. Iri sekaligus kagum.
Berkat kalian, kelas kita ini rasanya jadi yang paling tersohor dibanding yang lain. Kozue
menggelengkan kepala, terus bicara tanpa henti.
Kalau cuma satu yang menonjol sih masih mending, tapi kalian! Ia menekan kata
terakhirnya dengan nada tak terima. Kemana-mana selalu berempat, jadi anggota OSIS
semua, belum lagi wajah kalian yang lebih cocok jadi cover majalah daripada murid sekolah
kecil begini! Oh... kenapa dunia begitu tidak adil!!
Hari ini aku dapat banyak hadiah dari gadis-gadis manis, mau nggak? Kaze ikut
menghampiri bangkunya yang terletak di sudut ruangan, berusaha menghibur Kozue yang
sepertinya tidak terima dengan nasibnya.
Wajah standar, prestasi standar, tinggi standar, pokoknya semua serba standar! Apalagi
kalau sudah melihat makhluk-makhluk mencolok dengan wajah yang sangat tampan di
kelasnya tiap hari, rasanya dia tidak tega melihat cermin meski sekadar membandingkan
perbedaan mereka.
Selamat pagi Kozue. Karena sibuk meratapi nasibnya sendiri, ia sampai tidak sadar
dengan sapaan ramah dan lembut yang barusan di dengarnya.
Kazue, kamu baik-baik saja? Suara merdu itu terdengar khawatir.
Dan kali ini Kozue bereaksi. Ia langsung mengerjapkan mata sambil menegakkan duduknya
agar terlihat sempurna. Aahh... Asa... Tiba-tiba kegundahan itu lenyap begitu saja.
Dengan raut wajah penuh kebahagiaan ditambah aura penuh bunga-bunga mawar, Kozue
tiba-tiba memamerkan senyum yang paling manis. Selamat pagi Asa.
Selamat pagi. Asa kembali menyapanya.
Inilah alasan kenapa aku bisa bertahan di dunia yang sarat ketidakadilan. Karena ada
kamu... Kozue melebarkan kedua tangan di depannya dengan pandangan mata berbinar-
binar. Ia begitu lama memandang wajah Asa yang menurutnya sangat sempurna. Oh...
Putri Asa!
Asa membalas tatapan mata dan pujian-pujian itu dengan senyum hangat. Matanya tertuju
pada Kozue yang begitu memujanya.
Apa kamu ada masalah?
Sebenarnya iya, tapi setelah melihatmu semangatku langsung naik. Asa, aku sungguh
beruntung bisa sekelas denganmu! Kozue benar-benar bertingkah seperti seorang fans
fanatik!
Asa lagi-lagi tersenyum, senyum anggunnya yang khas. Aku juga beruntung sekelas
dengan Kozue yang selalu ceria.
Aahhh... Kozue merasa tubuhnya melayang, menunjukkan betapa bahagianya dia! Asa
kamu benar-benar seorang dewi...
Melihat tingkah laku dan ucapannya, tanpa sengaja ketiga lelaki anggota OSIS memandang
Kozue dengan berbagai macam ekspresi. Kasihan, prihatin, sampai-sampai perasaan
bersalah.
Wajah mereka seolah menyiratkan kasihan sekali, kamu adalah korban!
Kozue yang sudah berada di awang-awang terpaksa kembali ke alam nyata. Dia
mengerutkan kening, sadar akan pandangan aneh dari teman-teman di sekelilingnya.
Kenapa kalian menatapku dengan wajah sendu begitu? tanyanya terheran-heran.
Oh, bukan apa-apa. Naito tersadar, begitu cepat ekspresi mukanya kembali datar, yang
langsung diikuti Izumi dan Kaze.
Siiing~ suasana mendadak sunyi. Diam-diam Asa mengirim sinyal kuat yang langsung
ditangkap oleh ketiga sahabatnya. Senyum yang sangat lembut dengan pandangan mata
penuh cinta.
Tapi bagi mereka bertiga, itu justru seperti sebuah panah beracun yang sanggup
mengancam nyawa! Mau nggak mau ketiganya langsung berjingkat. Hawa pembunuh yang
mengerikan itu pasti mereka sadari.
Apa-apaan ekspresi kalian itu! Jangan macam-macam, bodoh! Jelas bagi ketiganya itu
adalah arti senyuman Asa tadi.
Semakin ia tersenyum lembut, senyum hangat yang terlalu berlebihan, itu tandanya Tuan
Putri sedang menahan amarah.
Oh Asa... Kozue salah mengartikan, orang biasa memang selalu tertipu.
Kenapa kamu punya senyum semanis itu, aku sampai berdebar-debar! Ia lantas
memegang dadanya sendiri, merasakan debaran senang setiap kali melihat ketua OSIS ini.
Pak guru datang! Suara seorang siswa di depan pintu terpaksa membuatnya berhenti
berimajinasi. Semua murid di kelas 2-B bergegas menuju bangkunya masing-masing. Tak
terkecuali mereka berlima.
Baiklah kalau begitu, nanti saat istirahat siang kita berkumpul di ruang OSIS. Kita harus
membahas rencana pertandingan bola untuk bulan depan. Asa mengatakannya tepat
sebelum kembali ke mejanya yang ada di depan.
Naito, Izumi, dan Kaze menghela napas dalam-dalam. Ya, ya, alasan itu pasti bohong.
Mereka tahu, si Tuan Putri pasti memanggil mereka untuk marah-marah!
Enaknya kalian, setiap hari bersama Asa terus. Seandainya aku juga anggota OSIS, pasti
aku nggak akan bosan untuk ikut rapat. Bisa lihat Asa setiap saat sih, keluh Kozue, nada iri
jelas terpancar dari kata-katanya.
Sekarang, mereka bertiga berusaha tersenyum sewajarnya.
Memang paling enak kalau nggak tahu apa-apa, gumam Izumi dalam hati.
Pikirannya tidak berbeda jauh dari Kaze dan Naito.
Seandainya dia tahu kalau kita ini sudah seperti pesuruh Tuan Putri...
Lebih baik dia terus menghayal. Kasihan kalau dia tahu yang sebenarnya.

*

Bodooohhh!!!! Asa menjerit sekencang-kencangnya. Seperti yang sudah mereka duga,
alasan rapat di saat istirahat itu cuma bohong belaka. Mereka justru kena marah!
Kalian ini gila ya? Bisa-bisanya memasang wajah seperti orang tersiksa di depan Kozue!
Bagaimana kalau dia curiga dan mengira senyumku itu palsu?!
Memang palsu, kan... Izumi cuma bisa menjawab dalam hati.
Ckk, bagaimana kalau dia mengira aku bukan Tuan Putri feminin seperti yang
didambakannya?
Memang bukan kan... kali ini Kaze yang menjawabnya, sekali lagi cuma berani di dalam hati
saja.
Kalian benar-benar tidak bisa dipercaya!! Bagaimana kalau...
Asa, sudah waktunya kita baca permohonan yang masuk hari ini, ucap Naito santai. Kalau
kamu sering marah-marah, keriput yang belum waktunya muncul bisa terlihat tanpa kamu
sadari.
Mendadak saja Asa menghentikan kehisterisannya. Benar juga. Buru-buru ia mengambil
cermin tangan yang selalu tersedia di laci meja. Aduh... aku harus menahan diri, sudah
susah payah tiap hari perawatan kulit, aku nggak bisa menyia-nyiakannya.
Dengan penuh rasa terima kasih, Izumi dan Kaze menatap Naito. Tidak salah lagi, yang
sanggup mengontrol Asa memang cuma dia!
Izumi, bacakan permohonan yang masuk hari ini, tukas Asa yang masih sibuk melihat
bayangan dirinya di cermin.
Laki-laki itu langsung membuka laptop yang otomatis muncul dari dalam meja.
Para target yang sudah kita tangani banyak menulis komentar dan pujian di dashboard
Guardian.
Asa bergumam kecil, yang seolah ia tujukan untuk dirinya sendiri. Itu tanda kalau mereka
semua pasti baik-baik saja.
Gadis itu lalu tersenyum lembut, yang tanpa ia dan anggota lain sadari, diam-diam
dipandangi Naito dari meja kerjanya. Laki-laki itu lalu tersenyum kecil, penuh arti. Sebelum
akhirnya ia terpaksa melepaskan pandangan karena Asa tiba-tiba berdiri dari kursinya.
Lalu, apa saja permohonan yang masuk hari ini?
Tunggu sebentar... Izumi lalu meng-klik salah satu tab. Puluhan seperti biasanya. Oke,
aku bacakan...
Ia lantas berdeham sekali sebelum melanjutkan, Permohonan pertama datang dari Mikamo
Tori kelas 3-D, dia memohon agar bisa bertemu Guardian secara langsung.
Mikamo lagi? Asa terlihat bosan.
Kenapa dia begitu ingin bertemu kita sih? Kaze tidak habis pikir. Apa dia nggak punya
permohonan yang lebih penting?
Itu obsesinya. Naito menjelaskan. Sudah lebih dari tiga bulan dia mengirim permohonan
yang sama setiap hari...
Lewati saja Izumi. Next! Fans atau orang sirik seperti Mikamo sangat banyak di sekolah ini,
jelas Asa tidak mau ambil pusing.
Selanjutnya, Kusonoki kelas 1-A ingin membangun rumah besar di Tokyo.
Kita bukan tukang bangunan. Asa berdecak sekali, lalu menghempaskan tubuhnya di
kursi. Next!
Komita ingin memiliki wajah seperti Kitagawa Keiko10 (10 Salah satu model dan aktris
Jepang yang populer sejak memerankan Sailor Mars dalam drama live action Sailor Moon)
Jadi sekarang Komita menyukai Kitagawa Keiko? Dia benar-benar aneh. Asa sampai
bingung mau berkomentar apa lagi. Izumi, kamu saring permohonan yang lebih berbobot.
Aku bisa gila kalau membaca permohonan model begitu! Next!
Oke, oke... beri aku sedikit waktu. Izumi membaca semua e-mail dengan cepat. Tepat
ketika sedang membaca permohonan yang ke-50, tiba-tiba laptopnya berbunyi,
menandakan ada e-mail baru yang masuk.
Izumi cepat-cepat membukannya, lantas membaca jajaran kalimat e-mail itu. Raut wajahnya
pun perlahan-lahan berubah serius. Ada satu permohonan baru yang masuk. Kurasa ini
cukup berbobot.
Asa, Naito, dan Kaze langsung memandanginya.
Cepat bacakan.
E-mail ini dikirim oleh Kinoshita Aika dari kelas 3-A. Isi permohonannya, Tolong kami
Guardian..., ujar Izumi.
Bersamaan, mereka bertiga bertukar pandang. Kami?
Izumi mengangguk, lantas melanjutkan, Mungkin hanya aku yang mengirim permohonan
ini, tapi aku yakin semua teman sekelasku juga merasakan tekanan yang sama. Aku
berusaha keras mengeluarkan keberanian untuk mengirim permohonan meski ini sangat
berbahaya bagi kami. Guardian, aku sudah tidak tahan lagi. Dia benar-benar seperti
kutukan. Tolong lenyapkan Cerberus yang sudah membuat kami ketakutan setiap hari.
Hening sesaat. Setelah Izumi selesai membacakan permohonan itu, mereka berempat
berada dalam pikirannya masing-masing. Mencerna satu per satu kata yang ditulis oleh
Kinoshita Aika.
Cerberus? Apa itu nama alias? Kaze yang pertama kali mengeluarkan suara.
Mungkin, jawab Izumi sekilas. Ia masih sibuk berkutat dengan laptopnya, membaca
barisan kata yang ada di sana, dan terakhir ia menekan tombol send. Oke, Aku sudah
mengirim profil Kinoshita Aika ke laptop kalian.
Asa bergumam pelan. Ternyata di sekolah ini pun ada macam-macam misteri yang
menarik...
Kita harus menerima permohonan ini, lanjut Naito.
Asa mengangguk sambil memandang foto seorang gadis yang ada di layar laptopnya. Ia
lantas tersenyum penuh semangat. Kinoshita Aika, target lock on!

*

Ponsel itu bergetar tepat pukul 11 malam. Kinoshita Aika, si pemilik ponsel masih terjaga, ia
sibuk mengerjakan tugas di meja belajarnya.
Nomor tidak dikenal? Ia memandang layar ponselnya yang terus menyala, lalu
memutuskan untuk mengangkatnya. Halo?
Guardian time! Suara perempuan terdengar di seberang sana.
Selama beberapa detik, Aika tak bergerak. Ia melebarkan matanya, sangat kaget!
Tidak mungkin! Ternyata legenda itu benar! Guardian memang benar-benar ada? Aika
masih tidak percaya, rasa senang dan takjub memenuhi hatinya.
Ini benar-benar Guardian? Dari mana kamu tahu nomor...
Itu tidak penting Kinoshita Aika, sela Purple. Selalu saja, targetnya mengeluarkan
pertanyaan dan reaksi yang sama.
Ah iya... maksudku, apa kamu benar-benar bisa membantuku? Aika mengucapkannya
hati-hati, tapi dia juga tidak sabar untuk bertanya. Rasanya tiba-tiba seperti diselamatkan
dari tepi jurang, seolah ada secercah harapan di tengah penderitaannya.
Guardian akan membantumu. Suara Purple terdengar menenangkan. Hanya saja, bisa
kamu ceritakan detailnya? Tentang awal kemunculan Cerberus dan kutukannya.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Aika sekarang, dia merasa separuh dari
bebannya terangkat. Suara gadis yang sama sekali tidak dikenalinya bahkan sanggup
membuatnya sedikit tenang. Dan tiba-tiba saja air mata Aika keluar, ia merasa benar-benar
sudah sampai batasnya.
Maaf... aku sudah tidak tahan lagi...
Tidak apa-apa. Tak ada yang melarangmu untuk menangis Kinoshita, yang terpenting...
apa kamu masih sanggup menceritakannya?
Aika buru-buru mengangguk. Iya... aku bisa menceritakan semuanya. Gadis itu lalu
menghapus air matanya, berusaha untuk menenangkan diri dengan menghembuskan napas
perlahan-lahan.
Kelasku... Kelas 3-A terkenal memiliki murid-murid yang pintar. Semua guru menganggap
kelas kami adalah kelas unggulan. Bahkan semua muridnya menempati ranking teratas dan
rata-rata nilai tertinggi di banding kelas lainnya. Tapi... Aika menggantungkan kalimatnya,
lantas berbisik, Ada sebuah rahasia di kelas kami.
Rahasia? Purple menaikkan sebelah alisnya.
Aika terdiam sejenak. Ia terlihat tegang ketika mengingat kembali kejadian yang dimulai
semester lalu. Awal dari semua teror yang dialaminya. Julukan kelas unggulan dan nilai
kami yang sempurna... semua itu. Suaranya terbata-bata, ...sebenarnya bukan asli...
Apa?!
Semuanya diawali oleh Emihara Naomi. Suara Aika seketika mengecil, jelas ada perasaan
bersalah dalam nada suaranya.
Pada dasarnya, dia berbeda dengan kami yang biasa-biasa saja. Emihara adalah ketua
kelas dan murid yang paling pintar di seluruh angkatan kelas tiga. Ia lalu menghela napas
sebelum melanjutkan. Dan di saat ujian semester pertama, tiba-tiba saja dia memberi kami
bocoran soal beserta jawaban ujian.
Bagaimana bisa? Kali ini Purple terlihat sangat terkejut.
Aika langsung menggeleng. Kami sama sekali tidak tahu dari mana dia mendapat soal-soal
itu... tapi yang pasti, pengaruh Emihara sangat kuat...
Jadi, kalian semua menggunakan bocoran itu?
Aika menelan ludah sebelum menjawabnya dengan lirih. Aku tidak tahu, tapi yang pasti
kami semua mendapatkannya. Masalah mau menggunakan bocoran itu atau tidak
tergantung dari keinginan kami sendiri.
Apa kamu tahu apa tujuan Emihara melakukannya? Maksudku kenapa dia harus susah-
payah mengambil soal ujian untuk kalian? Toh dia sendiri tidak membutuhkannya.
Awalnya kami pikir dia baik sampai rela mencuri soal-soal ujian untuk meningkatkan nilai
kami, tapi ternyata... Tiba-tiba saja suara Aika mengeras.
... dia hanya ingin mempermainkan kami semua. Setelah memberikan soal itu, dia
menjadikan kami budaknya. Dia jadi penguasa kelas yang otoriter. Nada kebencian dalam
kata-katanya tak bisa ditutupi lagi.
Jadi... bocoran soal itu dijadikan senjata untuk mengontrol kelas 3-A? Purple mulai bisa
menebak jalan pikiran Emihara Naomi.
Ya... Aika kembali menghela napas. Dan bodohnya, kami masuk jebakannya. Setelah itu
dia terus menekan kami. Dia mengancam akan berhenti memberi bocoran soal untuk ujian
selanjutnya.
Jadi, kalian semua rela menuruti perkataan Emihara hanya karena imbalan picik seperti
bocoran soal ujian? Purple meninggikan suaranya.
Aika kembali terisak. Aku memang merasa bersalah karena membohongi semua orang,
apalagi orangtuaku... Suaranya bergetar hebat, bahunya naik turun menahan tangis. Tapi
aku tidak bisa menghentikannya. Orangtuaku sangat bangga atas nilai-nilaiku... aku benar-
benar tidak bisa mengakui yang sebenarnya, mereka pasti akan kecewa padaku...
Purple merenungkan kata-kata gadis itu, lalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Emihara
sudah merencanakannya dengan matang. Dia pasti bisa menduga reaksi teman-teman
sekelasnya sama seperti yang ditunjukkan Kinoshita sekarang...
Tapi... Suara Aika langsung membuat Purple kembali fokus padanya. Sekitar tiga bulan
lalu, Emihara mengalami kecelakaan. Sebuah mobil menabraknya dan ia koma sampai
sekarang, lanjutnya.
Purple mengerutkan kening. Lalu?
Dan beberapa hari setelah peristiwa itu, Cerberus tiba-tiba muncul. Aika lalu menghela
napas panjang. Karena Cerberus, keadaan kelas kami jadi makin tegang. Ditambah lagi,
tanpa adanya Emihara, nilai-nilai kami semua merosot dan membuat para guru curiga. Aika
menghela napas panjang lagi, mengeluarkan sisa-sisa energi yang ia punya.
Cerberus memperparah keadaan sampai kami tersiksa, lanjutnya dengan suara lebih
pelan, tanpa bisa dikontrol, nada suaranya selalu bergetar setiap kali mengucapkan nama
itu.
Memangnya apa yang Cerberus lakukan?
Dia meneror kami. Aika berusaha menekan suaranya, berbicara dengan sangat pelan dan
lambat. Dia tahu rasanya kelas 3-A dan mengancam akan memberitahu sekolah.
Bila memang dia mengancam, tebusan apa yang dia inginkan dari kelas kalian?
Aku tidak tahu.Aika cepat-cepat menggeleng. Cerberus hanya mengirim sms, lalu
mengirim fotoku yang diambil diam-diam... dia benar-benar melakukannya untuk
kesenangan semata. Dia bahkan tidak pernah memberi perintah atau menginginkan
sesuatu. Dia hanya ingin membuatku merasa tertekan... Lalu suaranya menghilang, ia
menangis sesunggukan.
Awalnya tidak ada yang mau bicara tentang Cerberus. Semua orang takut untuk memulai,
tapi akhirnya kami sama-sama tahu bahwa teror itu memang ada di kelas 3-A. Kami selalu
memeriksa ponsel hampir setiap saat, menunggu pesan Cerberus yang tiba-tiba datang.
Apa terornya selalu datang setiap hari?
Ya... dan yang lebih menakutkan, dia seolah mengerti pikiran kami. Aika menambahkan,
Jika aku berani mematikan atau mengganti nomor ponsel, dia mengancam akan mengirim
bukti pada orangtuaku dan menyebarkannya di sekolah...
Aika lalu terdiam cukup lama. Sebenarnya, ingin sekali dia bercerita panjang, tapi ketakutan
dan tekanan membuatnya tak sanggup bicara. Dia takut Cerberus mengetahui apa yang dia
lakukan sekarang.
Apa kamu masih sanggup menceritakannya? Suara Purple mengeras. Karena kamu
sudah sampai tahap ini, kamu tidak bisa mundur lagi Kinoshita.
Aika langsung tersentak seketika. Ya... yang dikatakan Guardian memang benar. Aku sudah
tidak bisa mundur lagi. Ia sudah bertekad bahkan sebelum mengirimkan permohonannya.
Guardian, aku merasa... Aika mengucapkannya dengan desahan pelan. Ini adalah
kutukan Emihara Naomi.
Purple terkesiap, antara kaget dan tak percaya.
Awalnya kami semua tidak ingin mengakuinya, tapi ini benar-benar kebetulan yang aneh.
Teror itu datang setelah kecelakaan yang menimpa Emihara...
Bukannya dia mengalami koma? Bagaimana bisa kalian menganggap ini kutukan...
Karena Emihara adalah orang jahat. Aika menyela kalimat Purple. Sikap Emihara yang
terlalu sombong membuat kami membencinya. Dia menempati ranking satu dan
menganggap dirinya sebagai penguasa kelas.
Selain itu orangtuanya adalah ketua PTA ( Parents Teacher Association: Perwakilan
orangtua yang biasanya langsung berhubungan dengan para guru.) , jadi tidak ada satupun
yang berani melawan meski dia sering bertindak kasar dan seenaknya sendiri. Kami benar-
benar tidak berdaya untuk melawan. Apalagi, kami juga membutuhkan jawaban ujian
darinya.
Ini adalah saat paling penting. Kami ingin lulus dengan baik dan tidak ingin membuat
masalah dengan siapa pun. Apalagi dengan Emihara yang memiliki kekuasaan di kelas.
Jadi karena dia orang jahat, kamu menganggap ini kutukannya? Itu benar-benar tidak
masuk akal. Purple jelas tak percaya dengan sesuatu yang berbau gaib seperti itu.
Aku juga berpikir begitu awalnya... tapi, semuanya terlalu kebetulan. Kamu tahu... di setiap
pesan yang dikirim oleh Cerberus, selalu ada inisial E.N. di akhir pesannya.
EN? Emihara Naomi? Purple menebaknya.
Ya, aku ingin menganggap itu sebagai kebetulan, tapi tidak hanya waktu kemunculan
Cerberus, bahkan inisialnya pun mengarah kepadanya. Benar-benar aneh, Cerberus selalu
mencantumkan 2 huruf itu di akhir kalimatnya... Seolah-olah ingin membuat kami makin
ketakutan.
Lalu, apa kamu tahu bagaimana keadaan teman-temanmu yang lain?
Meski tidak pernah menyebut namanya secara langsung, tapi perilaku mereka persis
sepertiku. Kami semua sama, pengecut yang tidak bisa melakukan apa-apa di bawah
kendali Cerberus... Keadaan yang sama seperti Emihara masih ada di kelas. Bahkan jauh
lebih buruk.
Kamu tidak sama. Purple memotong kalimatnya, lalu tersenyum renyah. Kamu punya
keberanian mengirim permohonan pada Guardian meski resikonya, rahasia kelasmu akan
terbongkar bila Cerberus mengetahuinya.
Aika cuma bisa tertegun, setiap ucapan yang dilontarkan Guardian sanggup membuatnya
merasa lebih baik. Sama sekali tidak ada penyesalan di hatinya karena telah mengirimkan
permohonan pada mereka.
Ini pertanyaan terakhirku... Asa kembali melanjutkan, Apa kamu benar-benar yakin ini
memang kutukan dari Emihara Naomi?
Aika langsung mengangguk lemah. Karena aku tidak bisa mencurigai siapa pun di kelas.
Tidak ada satupun murid di kelasku yang memiliki nama dengan inisial E.N. Selain itu, nilai
kami semua menurun tanpa terkecuali...
Ia kemudian berasumsi. Teror Cerberus sama sekali tidak membawa keuntungan bagi satu
orang pun di kelas 3-A, kecuali.. tentu saja Emihara. Mereka berdua sama-sama suka
melihat orang lain tersiksa. Lagipula, Emihara berbeda dengan kami, meski diskrors atau
mendapat hukuman bila bocoran soal itu ketahuan oleh pihak sekolah, dia pasti sanggup
bertahan. Meski aku tidak mau mengatakannya, tapi Emihara Naomi adalah gadis yang
sangat pintar.
Dengan saksama Purple mendengar ceritanya. Berpikir cukup lama, lalu kembali bicara.
Baiklah Kinoshita Aika, terima kasih karena kami mempercayaiku. Guardian pasti akan
berusaha membantumu mengembalikan kedamaian kelas 3-A. Dan yang terpenting... Ia
kemudian menekan suara dalam kata-kata terakhirnya. Menghentikan Cerberus untuk
selamanya.

*
Bab 5
Ternyata masalahnya lebih rumit dari yang kuduga. Kaze menggaruk kepalanya tanpa
sadar. Apalagi yang dituduh adalah orang yang sedang koma...
Izumi dan Naito langsung mengangguk sekali, tanda setuju.
Pagi ini, sebelum pelajaran pertama dimulai, mereka berkumpul di ruangan OSIS seperti
biasa. Kembali mendiskusikan permohonan yang baru saja mereka terima.
Jadi bagaimana Asa? tanya Izumi yang masih sibuk memperhatikan laptopnya, membaca
profil lengkap 25 murid yang terdaftar di kelas 3-A. Termasuk Emihara Naomi.
Aku masih bingung, apa sebenarnya motif Cerberus melakukan teror? Apa dia hanya ingin
mempermainkan murid-murid di kelas 3-A? Tapi apa untungnya? Asa menemui jalan buntu,
sel-sel di otaknya terus bekerja. Aku juga yakin, pasti ada alasan si pelaku memakai nama
Cerberus.
Alasan? Izumi tidak mengerti. Memang Cerberus itu ada artinya?
Cerberus adalah salah satu makhluk dalam mitos Yunani, jawab Kaze.
Cerberus adalah anjing raksasa berkepala tiga yang menjaga pintu masuk dunia bawah
Tartarus yang dikuasai oleh Dewa Hades, imbuh Naito. Cerberus diciptakan untuk menjadi
penjaga.
Jadi singkatnya, Cerberus mengabdikan hidupnya untuk menjaga pintu masuk menuju
tempat Dewa Hades, begitu? Izumi kembali bertanya, meski dia jagoan IT, tapi dia benar-
benar lemah di bidang sastra atau sejarah.
Naito dan Kaze langsung mengangguk.
Seandainya, si Cerberus memang punya alasan memakai nama yang berasal dari mitos
Yunani, itu berarti... Asa menggantung ucapannya, lalu melanjutkan dengan nada yang
masih dipenuhi keraguan. Ada kemungkinan, Cerberus menjaga sesuatu. Mungkin ada
sosok Hades di balik ini semua.
Ucapannya membuat ketiga lelaki itu saling berpandangan, rasanya kasus kali ini memang
lebih rumit dan misterius.
Sekarang saatnya kita bagi tugas... Asa dengan cepat memberi perintah.
Kaze, kamu selidiki situasi 3-A. Berusahalah mendekati salah satu dari mereka dan cari
informasi mengenai teror Cerberus. Cukup satu orang saja, aku ingin tahu apakah cara
meneror dan pola yang dia gunakan persis seperti yang dia lakukan pada Kinoshita.
Ok. Kaze langsung mengangguk.
Naito. Asa memanggilnya.
Ya?
Aku minta kamu terus mengawasi kelas 3-A melalui CCTV secara khusus. Perhatikan
semua yang mereka lakukan, jangan lepaskan pandanganmu dari mereka. Dan satu lagi,
aku ingin kamu memeriksa kondisi Emihara saat ini.
Naito mengangguk sekali. Ia lalu mengambil ponsel dari saku celananya. Menekan sebuah
tombol dan tiba-tiba saja sebuah ruangan kelas muncul di dalam layarnya. Dia sudah
menyambung kamera CCTV kelas 3-A dengan ponsel khusus buatannya!
Dan terakhir Izumi... Asa langsung melayangkan pandangan pada laki-laki berkacamata
itu. Aku minta kamu menyadap ponsel semua siswa kelas 3-A, termasuk wali kelasnya.
Eh? Tidak hanya Izumi, Naito dan Kaze juga terlihat bingung.
Wali kelasnya juga? Kamu mencurigainya?
Semua yang berada di kelas 3-A punya potensi jadi Cerberus. Asa menjawab pertanyaan
Izumi. Bukan pekerjaan mudah untuk mengawasi dan menguntit mereka hampir setiap
saat. Cerberus pasti juga bukan orang yang asal-asalan.
Ok... selamat bekerja! Asa memamerkan senyumnya yang menawan setelah memberi
perintah. Dan selalu ingat pesanku...
Jangan sampai ketahuan. Bersamaan, mereka bertiga kompak melanjutkan ucapannya.
Bagus! Asa lalu asyik mengamati wajahnya di cermin. Satu dari sekian banyak kebiasaan
yang selalu dilakukannya.
Dan sekarang, kamu mau bersantai-santai minum teh? Izumi menyindirnya. Atau mau
mengamati wajah sempurnamu di cermin selama berjam-jam?
Kali ini ada hal penting yang harus kulakukan. Senyum di wajah Asa menghilang, ia
meletakkan cermin kecilnya di atas meja sambil memandang Izumi tegas. Aku nggak bisa
bersantai-santai...
Wow, tumben. Kaze bersiul kecil, terlihat sangat takjub. Padahal Tuan Putri ini kan paling
malas kalau disuruh turun tangan sangat penyelidikan...
Jadi apa tugasmu? Naito bertanya dengan nada yang sedikit ganjil.
Ini hari Selasa! Ada pertandingan sumo yang harus kurekam sekarang. Sungguh
menyebalkan, kenapa pertandingannya pas kita mau masuk kelas sih? Asa mengeluh.
Naito, cepat nyalakan TVnya! Jangan sampai ketinggalan.
Izumi dan Kaze yang sempat terpana tiba-tiba bengong, lalu ekspresi itu digantikan dengan
wajah pasrah tanda menyerah.
Ini salah kita karena terlalu banyak berharap, bisik Izumi.
Kaze terpaksa setuju. Sampai kapan pun dia tidak akan berubah...
Naito memandang keduanya dengan senyum simpul. Ya, dia tidak mungkin lupa. Asa
memang sangat suka pertandingan gulat dan sumo dari dulu. Dan ia jelas merahasiakan hal
ini. Alasannya tentu saja, karena seorang Tuan Putri tidak cocok menontonnya!
Sekarang, setelah anak buahnya keluar dari ruangan OSIS, Asa masih betah berada di
sana. Sambil menunggu acara sumo dimulai, pikirannya mulai melayang memandangi
seluruh ruangan. Tiba-tiba, seperti ada yang menarik minatnya, ia lantas berdiri, menuju
jajaran monitor yang terletak di dekat dinding besar.
Ia fokuskan pandangan pada salah satu monitor yang memperlihatkan sebuah kelas yang
terlihat begitu tenang, bahkan di saat jam pelajaran belum mulai. Ia menyadari keganjilan
itu. Memang tidak begitu kentara, tapi tetap saja tidak biasa. Suasana yang terlalu tegang
dan mencekam. Di kelas 3-A.

*

Jadi, bagaimana hasil penyelidikan kalian kemarin? Asa dengan gaya seorang bos duduk
di kursinya dan memandang dua lelaki yang berdiri di depannya. Tinggal si Sekretaris Izumi
yang belum kelihatan batang hidungnya.
Kelas itu memang aneh. Naito menyimpulkan hasil penyelidikannya. Saat pelajaran
bahkan saat istirahat, tidak ada seorang pun yang keluar dari kelas. Mereka tetap di meja
masing-masing dan seperti kana Kinoshita Aika... mereka selalu menggenggam ponsel,
hampir setiap saat.
Apa kamu melihat keanehan lain?
Ya. Teror dari Cerberus sepertinya selalu dikirim bersamaan tepat setelah jam pelajaran
terakhir.
Dari mana kamu tahu? Kaze mengerutkan kening, merasa penasaran.
Mereka semua tetap tak beranjak dari kursi meski bel pulang berbunyi. Kira-kira lima menit
setelah guru yang terakhir mengajar keluar, barulah mereka mulai bergegas pulang. Tidak
ada suara apa pun kecuali getaran ponsel yang terdengar hampir bersamaan di kelas 3-A.
Mungkin karena ketenangan yang diperlihatkan kelas itu, kita justru tidak pernah
menyadarinya... Kaze mulai berasumsi.
Jadi mereka menerima pesan di saat yang hampir bersamaan?
Kurasa begitu. Ekspresi ketakutan di wajah mereka jelas menunjukkan dari siapa pesan itu
dikirim.
Cerberus, Asa mendesah pelan. Lalu, apa kamu sudah tahu keadaan Emihara? Apa
benar dia koma?
Kecelakaan yang dialaminya membuat Emihara terluka parah. Tidak diragukan lagi, dia
memang mengalami koma. Naito lalu memandang Asa dengan tatapan serius. Emihara
belum pernah sadar sejak kecelakaan yang menimpanya tiga bulan lalu.
Asa terdiam cukup lama, memperhatikan dengan saksama seluruh penjelasan Naito. Lalu ia
beralih pada laki-laki di sebelah Naito. Kaze... bagaimana dengan penyelidikanmu?
Kemarin aku ngobrol panjang lebar dengan Koyasu Ruka. Salah satu korban Cerberus.
Bagus! Asa terlihat sangat puas. Melihat satu-satunya kemampuanmu yang paling
berguna adalah mempengaruhi orang, aku nggak perlu tahu bagaimana caramu bisa
membuatnya buka mulut. Ceritakan saja apa yang dikatakannya.
Kaze langsung nyengir, meski Asa juga bukan berniat memujinya, tetap saja dia merasa
bangga. Sebenarnya Naito ikut membantuku... Ia mengerling pada laki-laki di sebelahnya,
yang tetap berwajah setenang air.
Aku meminta Naito mengawasi orang-orang yang berada di sekitar Ruka, menunggu
sampai tidak ada satupun di sekitarnya, lalu aku menculik dan membawanya ke rumahku.
Entah kenapa nada suara Kaze terlihat makin bersemangat. Dia terlihat sangat shock
sekaligus senang. Memang siapa sih yang bisa menolak pesonaku...
Cukup. Asa memandangnya dengan sorot mata tajam. Sudah kubilang, aku nggak peduli
dengan itu.
Oke, oke. Akan kuceritakan intinya. Kaze mengangkat kedua tangannya di depan dada,
meminta gadis itu agar tenang. Tuan Putri memang mengerikan, sudah cukup kemarin
membuatnya meledak... orang baik memang harus mengalah lanjutnya dalam hati.
Ehmm... Kaze berdeham sebelum melanjutkan. Cukup lama sebelum dia mau buka mulut.
Ternyata pengaruh Cerberus memang sangat hebat. Butuh waktu satu jam sampai aku bisa
membuatnya percaya padaku... Mengatakan bahwa di rumahku tidak akan ada yang bisa
menguntitnya. Bahkan kutukan sekalipun.
Laki-laki itu lalu terlihat serius. Ternyata caranya sama. Ruka juga diancam seperti
Kinoshita Aika. Cerberus selalu mengirim sms-sms seperti. 'Aku terus mengawasimu',
'Jangan berani macam-macam' dan yang semakin membuatnya ketakutan, tentu saja foto-
foto yang diambil tanpa ia sadari.
Apa foto-foto itu dikirim setiap hari?
Tidak juga, tapi menurut Ruka, Cerberus mengirimnya secara berkala. Tiga sampai empat
kali seminggu, waktunya pun tidak tentu. Kadang pagi, siang, atau malam. Di sekolah, di
jalan, di depan rumah... kerja Cerberus benar-benar seperti paparazzi profesional.
Tentu saja, Tuan Penguntit Cerberus hampir tidak bisa membuatnya berkonsentrasi dalam
pelajaran. Membuat seorang gadis sampai depresi seperti itu, dia benar-benar keterlaluan,
lanjutnya dengan nada sungguh-sungguh.
Jelas sekali, laki-laki ini memang paling lemah dengan yang namanya perempuan.
Hebat juga dia. Asa tersenyum tipis. Cerberus bisa membuat 24 orang ketakutan dengan
sosoknya yang bahkan tak terlihat.
Oh ya, Ruka juga bereaksi sama seperti Kinoshita, dia menganggap si peneror Cerberus itu
kutukan Emihara Naomi. Kaze mengangkat bahu. Aku bahkan sampai berbohong kalau di
rumahku ada cenayang khusus penolak kutukan... baru dia mau cerita padaku.
Naito tiba-tiba berkata. Mungkin saja Cerberus memang ingin membuat Emihara terlihat
sebagai pelaku. Cara itu lebih aman baginya.
Maksudmu? Kaze menaikkan sebelah alisnya.
Ya. Itu sangat masuk akal, jawab Asa dengan senyum merekah. Dia sangat cermat
melihat situasi. Mungkin saja Cerberus mengetahui perangai Emihara dan menurut teror
dengan mengkambinghitamkannya. Dia sengaja menulis insial itu untuk membuat mereka
percaya tentang kutukan yang mungkin dilakukan roh Emihara.
Aah... begitu ya... Kaze langsung menjentikkan jari. Jadi dengan keadaan Emihara yang
sedan koma, Cerberus semakin leluasa bergerak. Dan lagi, tidak akan ada bukti nyata jika
mereka percaya dengan kutukan...
Singkatnya, Cerberus memang menginginkan murid-murid di kelas 3-A percaya dan yakin
kalau pelaku teror itu adalah Emihara Naomi, imbuh Naito sambil memandang Asa dan
Kaze bergantian.
Pintu ruang OSIS mendadak terbuka. Aku sudah mengetahui siapa pelakunya! Suara
Izumi langsung memenuhi ruangan.
Ia cepat-cepat menutup pintu di belakangnya, lalu mendatangi mereka bertiga. Baiklah...
kuakui intuisimu cukup hebat Asa.
Hah? Asa langsung mengerutkan kening, tidak mengerti.
Satu hal yang perlu kalian ketahui, wali kelas 3-A adalah Pak Nakamura.
Eh? Naito yang pertama kali bereaksi mendengar ucapan Izumi, dan laki-laki berkacamata
itu pun langsung mengangguk padanya.
Nama kecil Pak Nakamura adalah Endou... lanjut Naito.
E.N. bisa jadi Endou Nakamura... Asa mendesah pelan, lalu kembali memandang Izumi.
Bukti apa yang kamu temukan?
Masalahnya tidak ada bukti yang tertuju ke wali kelas mereka selain inisal EN itu, tapi aku
sudah menemukan bukti siapa Cerberus sebenarnya.
Ketiganya langsung memandang Izumi.
Pelakunya ada tiga orang. Mereka adalah murid-murid kelas 3-A itu sendiri.
Perbandingan yang cocok, anjing berkepala tiga dan pelakunya tiga orang... Kaze terlihat
mulai paham dengan tindakan si pelaku.
Izumi langsung mengangguk setuju. Selain menyadap ponsel, aku juga menyadap e-mail
mereka. Dan kutemukan ini... Ia cepat-cepat duduk di tempatnya dan secara otomatis
sebuah laptop keluar dari lubang yang langsung terbuka di atas meja kerjanya.
Asa, Naito, dan Kaze langsung berdiri mengelilingi meja laki-laki itu sambil melihat laya
laptop di depan mereka.
Ini benar-benar keterlaluan... Suara Kaze sedikit mengeras.
Dua murid laki-laki, Inoo Kyosuke dan Kusakabe Rio, dan seorang perempuan, Kirimiya
Sugumi. Mereka bertigalah Cerberus. Izumi membeberkan profil lengkap ketiganya.
Coba kalian baca ini... e-mail pertama mereka bertiga tentang Cerberus.
Asa buru-buru membaca satu per satu kata yang tertera di e-mail milik Inoo Kyosuke, salah
seorang tersangka Cerberus. Pesan itu dikirim ke dua orang Cerberus lainnya, tepatnya tiga
bulan lalu.

Rio, Sugumi... besok adalah waktu kemunculan Cerberus.
Kuharap kita bisa menyelesaikan tugas sesuai rencana.

Mereka sangat terkoordinasi. Masing-masing memiliki tugas untuk mengawasi delapan
orang murid kelas 3-A setiap harinya. Izumi lalu menunjukkan semua isi pesan dari ketiga
alamat e-mail yang telah disadapnya.
Tidak heran nilai mereka juga turun, setiap hari sibuk menguntit dan mengirim sms
ancaman pada murid lain. Tapi apa motifnya? Asa menggaruk-garuk dagunya, terlihat
belum puas.
Kalau memang ingin menjatuhkan kelas 3-A, kenapa mereka ikut mengorbankan nilai dan
waktu? Kalau hanya untuk main-main, mereka tidak mungkin melakukan sampai sejauh
itu...
Mungkin mereka adalah orang-orang yang sangat membenci Emihara Naomi, sela Naito.
Asa langsung membelalakkan mata. Jadi, ini semua semata-mata untuk menjatuhkan
Emihara? Kemungkinan demi kemungkinan masih memenuhi kepalanya.
Tepat sekali, Naito! Izumi tertawa kecil. Aku membaca semua pesan mereka sebelum
kecelakaan yang menimpanya... dan dari awal, ketiganya memang tidak menyukai gadis itu.
Hanya saja aku benar-benar tidak menyangka mereka bisa berbuat sejauh ini. Rencana
pembentukan Cerberus tidak pernah mereka bicarakan sebelumnya. Dan tiba-tiba saja
semua ini muncul dengan rapi.
Izumi, semua informasi yang kamu dapatkan hanya melalui e-mail dan sms, kan? Mungkin
saja mereka tidak membahas rencananya melalui itu, melainkan mereka bertemu langsung,
imbuh Kaze, lalu melanjutkan dengan nada aneh, seperti kita.
Ya. Kalian semua benar... Asa bergumam pelan, tanpa sadar ia memejamkan mata,
berpikir keras. Tapi rasanya tidak se-simple itu...
Maksudmu? Kaze makin dibuat pusing.
Mungkin saja mereka juga diperintah orang lain... Naito kembali berasumsi.
Asa mengangguk setuju, lalu menghela napas. Rasanya aneh kan? Meski mereka benci
Emihara, tapi bukan mereka saja yang merasa begitu. Lagipula e-mail dan sms mereka
tidak pernah membahas, atau paling tidak membuat rencana yang berhubungan dengan
Cerberus sekalipun. Apa mungkin tiba-tiba saja mereka sudah menciptakan Cerberus dalam
waktu sehari? Itu terlalu janggal.
Kaze menimpali, Tapi kalau benar mereka memang diperintah, oleh siapa?
Ah! Tiba-tiba saja Izumi sadar akan sesuatu, dengan kecepatan kilat, ia membaca seluruh
e-mail dalam laptopnya. Berusaha menemukan hal yang terlewatkan.
Ada apa Izumi? Berbarengan ketiganya bertanya.
Aku memang tidak mengerti maksudnya, tapi ini mungkin bisa dijadikan sebagai petunjuk.
Mereka pernah membahas tentang seseorang, meski cuma sekali...

Demi dia. Kita harus berhasil.

Setelah membaca pesan yang dikirim oleh Inno pada Kirimiya dan Kusakabe, keempatnya
langsung bertukar pandang.
Inoo Kyosuke, kurasa dia adalah pemimpin Cerberus, ucap Kaze.
Demi dia. Si dia itu mungkin yang memegang kendali... tapi siapa? Asa masih sibuk
dengan pikirannya sendiri, berulang kali membaca pesan itu, tapi tetap saja tidak
menemukan petunjuk lain.
Meski kita juga mencurigai Pak Nakamura sebagai bagian dari Cerberus... tapi kita tidak
punya bukti. Mereka sama sekali tidak pernah berhubungan. Izumi memberi penjelasan.
Lagipula Pak Nakamura adalah salah satu guru terbaik yang dimiliki sekolah ini, aku ragu
dia adalah dalang di balik semuanya... Kaze terdengar tak yakin.
Baiklah, karena cuma beliau satu-satunya orang yang kita curigai sekarang... Asa lalu
memberi keputusan terakhir. Naito, selidiki Pak Nakamura.

*

Apa?? Suara mereka bergema sangat keras. Di rumah keluarga Takagi yang juga
basecamp Guardian generasi 6, Asa, Izumi, dan Kaze terdengar sangat kaget.
Naito, kamu yakin informasi itu benar? Kaze masih tidak bisa percaya mendengarnya.
100 persen, jawab Naito tanpa ragu. Aku dapat bukti dari seorang yang bekerja di kantor
polisi, nama Pak Nakamura Endou memang di sana.
Jadi Pak Nakamura adalah mantan narapidana? Begitu? Izumi geleng-geleng kepala. Apa
sekolah tidak mengecek dulu sebelum menerimanya sebagai guru?
Hal itu sengaja dirahasiakan. Tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali kepala sekolah
yang merekrutnya. Naito menjelaskan dengan lugas. Sewaktu remaja, Pak Nakamura
adalah seorang yankee ( Sebutan untuk para preman jalanan yang biasanya terbagi
menjadi beberapa kelompok. Setiap geng dipimpin oleh seorang ketua. Perkelahian sering
kali terjadi antar geng untuk menentukan siapa yang paling kuat dengan tujuan memperluas
daerah kekuasaan). Suatu hari gengnya berkelahi dengan geng lain dan dia hampir
membunuh pemimpinnya... karena peristiwa itu, dia di penjara selama 1 tahun.
Dan aku juga menemukan sesuatu yang sangat penting. Naito menambahkan, Ketiga
orang yang menjadi Cerberus itu memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Pak
Nakamura, setidaknya dulu.
Dulu? Izumi langsung bertanya, mewakili rasa penasaran kedua anggota Guardian
lainnya.
Inoo, Kirimiya, dan Kusakabe pernah terdaftar sebagai anggota klub yang meneliti sejarah
budaya asing, tapi klub itu segera ditutup karena hanya punya 3 anggota. Dan satu-satunya
guru yang bersedia menjadi pembina klub itu adalah...
Nakamura Endou. Ketiganya melanjutkan ucapan Naito. Mereka saling berpandangan
sejenak sebelum akhirnya saling melempar senyum.
Ternyata memang bukan asal-asalan mereka memilih nama Cerberus. Menggunakan
nama-nama dari mitologi karena mereka memang menyukai sejarah Yunani... hmm, cukup
masuk akal. Kaze manggut-manggut.
Berbeda dengannya, Izumi justru menunjukkan wajah kesal. Ahhh... kenapa aku tidak
menemukan hal itu di profil mereka? Ia yang memang biasanya paling jago melacak, jadi
merasa dikalahkan oleh Naito.
Klub itu tidak pernah resmi dimasukkan dalam daftar ekstrakurikuler sekolah dan langsung
ditutup hanya beberapa minggu setelah dibuka. Naito berusaha menenangkan. Informasi
itu kudapat dari pembukuan OSIS.
Sudahlah Izumi, kamu kan jagonya melacak melalui benda ini, ucap Kaze sambil
menyentuh laptop laki-laki berkacamata itu. Tapi kalau urusan ketelitian, dia jagonya. Ia
lalu mengerling pada Naito.
Sudah cukup. Asa langsung memotong ucapan mereka. Sekarang bukan waktunya
berdebat tentang siapa yang paling jago mendapatkan informasi.
Diam-diam Naito berterimakasih pada Asa, kalau tidak dihentikan, Izumi pasti akan terus
protes karena dia paling benci kalah apalagi di bidang yang jadi spesialisasinya.
Oke, kembali ke topik masalah. Kemarin aku ke rumah sakit tempat Emihara di rawat, untuk
memastikan sesuatu yang kulupakan...
Memastikan apa?
Naito memandang wajah-wajah di depannya sebelum melanjutkan, Pak Nakamura dan
ketiga Cerberus pernah menjenguk Emihara Naomi bersama-sama. Hanya sekali, tapi
kurasa bukan kebetulan.
Kapan mereka datang menjenguk Emihara? Asa tanpa sadar tersenyum, seolah telah
menemukan sesuatu yang dicarinya.
Tepat seminggu sebelum Cerberus muncul di kelas 3-A, jawab Naito yang membuat
ketiganya menyadari sesuatu.
Mereka bertukar pandang setelah sempat terdiam selama beberapa saat. Apa mungkin...
perkiraan kita benar? Di balik Cerberus, ada seorang Hades... Kaze berusaha mengingat-
ingat semua informasi yang sudah ia dapat, merangkainya satu per satu untuk menemukan
jawaban yang paling tepat dan logis.
Kau tidak bisa menduga-duga. Asa tiba-tiba tersenyum di saat anggota lainnya sibuk
berpikir, ia mengetuk jari-jarinya di atas meja, dan tiba-tiba saja suasana menjadi hening.
Naito, Kaze, dan Izumi hanya diam, menunggu apa yang akan ia ucapkan selanjutnya.
Setelah beberapa detik, akhirnya Asa berhenti mengetuk-ngetuk jarinya. Ia lalu mengangkat
kepala, memandang ketiga lelaki itu sebelum akhirnya mengambil keputusan. Tidak ada
cara lain, mereka sendiri yang harus membuka kedoknya, ujarnya mantap.

*




Bab 6
Selamat malam Pak Nakamura Endou... Suara itu terdengar sangat dekat, tidak terlalu
keras, tapi sanggup membuat bulu kuduk berdiri.
Si... siapa?? Dalam kegelapan, pria yang dipanggil Endou itu langsung terbangun. Cepat-
cepat tangannya meraih meja kecil di sebelah tempat tidur dan menyalakan lampu tidur
yang ada di atasnya.
Begitu lampu menyala, ia langsung terkesiap. Tiba-tiba saja dua orang asing dengan
dandanan aneh telah berdiri di samping tempat tidurnya, sebagian dari otak kecilnya bahkan
sempat mengira mereka adalah hantu!
Tapi pikiran konyol itu langsung hilang begitu kedua makhluk asing itu mengeluarkan suara,
Guardian time! ucap keduanya dengan nada yang sangat kontras, yang perempuan
berambut ungu mengucapkan dengan ceria, sedangkan yang laki-laki berambut biru
mengucapkannya dengan nada seperti orang mengintrogasi penjahat, sangat kaku dan
sedikit menyeramkan.
Gu, guardian? Pak Endou sontak terpaku, matanya melebar dengan ekspresi aneh. Wajah
tirus dengan bingkai mata kecil yang terlihat tak seimbang dibandingkan hidungnya yang
berukuran besar itu menatap Purple dan Blue. Rambut berombaknya kusut dan tak
beraturan, seperti tidak pernah tersentuh sisir dalam jangka waktu lama.
Tanpa Pak Endou sadari, ada rasa takut yang melandanya. Legenda Hogosha Gakuen,
jadi kalian benar-benar ada, tidak mung...
GOTCHA! Mereka berdua memutus ucapannya.
Kami datang untuk menyapa Pak Nakamura... Purple lalu mengembangkan senyum
simpul yang entah kenapa membuat guru itu semakin bergidik.
Gadis itu memajukan wajahnya tepat di depan Pak Nakamura. Atau... Suaranya mendadak
berubah menjadi bisikan. ... harus kupanggil Hades?
Setelah ucapan terakhir Purple, Pak Endou tak bisa lagi menutupi ketakutan dirinya yang
jelas terpancar, tidak hanya dari ekspresi wajahnya, bahkan tubuhnya bergetar dengan
sangat hebat. Da... dari mana kalian tahu...
Cerberus. Blue langsung menjawabnya. Tidak sulit untuk menemukan tiga murid
kesayangan Bapak yang ada di balik semua ini...
Entah muncul kekuatan dari mana, Pak Endou langsung berdiri tegak, wajahnya terlihat
tegang. Mereka tidak bersalah, akulah yang memerintah mereka!
Heeeh. Purple mengeluarkan suara ejekan. Wah, wah... kami benar-benar tidak
menyangka Anda langsung mengakuinya...
Karena sudah tidak ada gunanya aku mengelak, toh kalian juga sudah tahu.
Tidak. Blue tiba-tiba menatap guru itu dengan mata elangnya, dan tanpa sadar, Pak Endou
langsung mundur selangkah hingga kakinya menabrak ujung tempat tidur. Kami belum tahu
apa alasan Anda melakukan teror di kelas 3-A.
Selama sedetik Pak Endou berusaha mencerna ucapan Blue, lalu mendadak saja Purple
bisa melihat perubahan ekspresi yang diperlihatkannya. Dia lega? Purple bertanya dalam
hati, heran.
Anda mantan Yankee, bukan? Gadis itu berusaha memancing.
Tanpa disangka-sangka Pak Endou justru tersenyum menanggapinya. Guardian memang
hebat. Kalian bahkan bisa mendapat informasi seperti itu.
Ya, itu kelebihan Guardian. Purple membalas senyumnya. Tapi kami akan melepaskan
Anda sekarang. Hari ini hanya salam perkenalan.
Dahi Pak Endou langsung berkerut-kerut, ia kembali tegang. Kalian tidak menangkapku?
Tidak... maksud kami, belum saatnya. Blue menjawab pertanyaannya dengan nada seperti
sebuah peringatan, membuatnya bergidik lagi.
Oke, sampai berjumpa lagi Hades. Purple dengan langkahnya yang anggun berjalan
menjauh. Guardian tidak akan melepaskan Anda dan Cerberus.
Dengan sisa-sisa kekuatan yang ia punya, Pak Endou masih sanggup bicara. Cerberus
hanya menjalankan...
Anda tidak akan bisa melindungi mereka. Purple langsung memotong kalimatnya.
Seorang guru yang bahkan tidak bisa melindungi murid-murid kelasnya sendiri, tak punya
hak untuk bicara seperti itu.
Ucapan tersebut telak membuat Pak Endou tersentak, ia tak bisa membalas ucapan
Guardian yang tiba-tiba mendatanginya malam ini, bagai sebuah mimpi buruk yang tidak
akan pernah berakhir.
Purple dan Blue berjalan ke arah jendela besar yang langsung menuju taman depan rumah
Pak Endou yang tinggal seorang diri. Sebelum keluar, mata Purple menangkap sesuatu di
meja tulis yang dilewatinya, tepat di sebelah jendela. Selama beberapa lama ia memandang
tumpukan kertas-kertas yang ada di atas meja, mengamatinya serius.
Dan tiba-tiba saja ia mengerjapkan mata beberapa kali, seolah ada sesuatu yang baru saja
disadarinya. Hal kecil yang cukup menyita perhatiannya sekarang.
Purple, ayo! Blue memanggilnya, laki-laki itu sudah berdiri di samping jendela.
Purple langsung mengangguk, dan tepat ketika mereka berdua dan melompat keluar, Pak
Endou yang sejak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri tiba-tiba memanggil mereka lagi.
Kenapa kalian tidak menanyakan alasanku meneror mereka?
Blue langsung melayangkan pandangan pada gadis di sebelahnya, menunggunya
menjawab pertanyaan Pak Endou. Ia sempat mengernyit karena melihat Purple terdiam
cukup lama, sampai-sampai Pak Endou kembali mengulang pertanyaannya. Apa kalian
mendengarku? Kenapa kalian tidak menanyakan alasanku?
Purple akhirnya tersenyum dan memandang pria itu, menjawabnya lembut, Itu hanya
membuang-buang waktu, karena Anda tidak akan bisa mengatakan alasannya.
Tidak hanya Pak Endou yang terkejut, bahkan Blue yang biasanya tak pernah mengubah
ekspresi wajahnya dibuat bingung. Jawaban Purple barusan benar-benar tidak sesuai
rencana awal mereka.
Setelah itu semua berjalan cepat, Pak Endou tak bisa dibuat lebih kaget lagi, ia hanya
berdiri dengan wajah kaku, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa kedua Guardian telah
menghilang dari hadapannya.
Purple, apa maksudmu tadi? Begitu sampai di bawah, Blue langsung melontarkan
pertanyaan.
Ada perubahan rencana. Purple hanya sekilas memandangnya, lalu dengan langkah-
langkah besar ia buru-buru meninggalkan tempat tersebut. Blue, hubungi Red dan Gold.
Suruh mereka kembali secepatnya.
Melihat Purple yang tiba-tiba berubah pikiran, Blue langsung mengerti. Apa kamu
menemukan sesuatu di kamar Pak Nakamura?
Purple mengangguk sekali. Itu bukan bukti, tapi paling tidak bisa membuatku menyadari
sesuatu... Ia berpikir sejenak sebelum melanjutkan, ...yang mungkin sama sekali tidak kita
pikirkan sebelumnya.

*

Besoknya, pagi-pagi sekali sebelum siswa-siswa lain datang ke sekolah, Asa, Izumi, dan
Kaze sudah berada di ruangan OSIS. Tidak seperti biasanya, kali ini suasananya terasa
lebih tegang.
Asa, apa maksudmu? Bukannya kamu bilang mereka sendiri yang akan... Ucapan Izumi
langsung terputus begitu Asa menggelengkan kepala.
Maaf, kemarin aku melewatkan sesuatu. Sekarang kita harus membuat rencana baru. Ia
memandang Izumi dan Kaze bergantian. Awalnya kupikir dengan mengancam, mereka
akan buka mulut, tapi ternyata aku salah. Bukan mereka, tapi kita sendiri yang harus
menemukan alasan teror itu.
Tapi bagaimana caranya? Kaze terdengar sedikit frustasi.
Belum sempat Asa menjawab, pintu ruangan mendadak terbuka. Naito dengan
ketenangannya yang luar biasa masuk ke dalam ruangan sambil membawa setumpuk buku-
buku tebal.
Apa ini cukup? Ia langsung meletakkannya di meja Asa.
Ya, terima kasih. Gadis itu membuka buku yang berada di tumpukan paling atas.
Kaze dan Izumi langsung mendekatinya, mengambil masing-masing satu buku yang ada di
meja Asa. Mitologi Dewa Yunani dan Romawi. Kaze membaca salah satu judulnya.
Kenapa kamu tiba-tiba... Izumi yang sempat heran dengan sikap Asa mendadak tak
melanjutkan ucapannya, ia seolah mengerti. Apa kamu pikir kita bisa menemukan
alasannya dalam buku-buka mitologi ini?
Tidak ada salahnya mencoba. Asa menjawab tanpa memandang mereka, ia sibuk
membaca detail cerita mengenai para dewa dalam buku yang ada di hadapannya.
Naito mengangguk setuju, ia lalu mengambil satu buku dalam tumpukan itu. Kalau mereka
memutuskan untuk menggunakan nama-nama dalam mitologi, itu berarti ada kemungkinan
besar mereka juga punya pandangan seperti Cerberus atau Hades dalam legenda yang
sebenarnya.
Kaze langsung melanjutkan, Bisa saja mereka memilih nama-nama itu karena sesuai
dengan keadaan mereka saat ini.
Ya. Benar sekali. Asa mengangguk, mereka tak melepaskan pandangan dari buku yang
ada dihadapannya. Dan tiba-tiba saja ia mengernyit, membaca sederet kata, lalu
mengulanginya lagi. Asa terdiam beberapa saat, lalu sebuah senyum puas terukir di
wajahnya.
Asa, kamu menemukan sesuatu? Naito yang pertama kali sadar.
Ya, mungkin. Gadis itu mengerling padanya, lalu beralih pada Izumi dan Kaze. Waktu
kalian pergi ke rumah masing-masing Cerberus kemarin, apa mereka langsung mengakui
kesalahannya?
Ya. Keduanya mengangguk, ada ekspresi heran dalam wajah mereka begitu mengingat
kejadian tersebut.
Benar-benar tidak seru. Izumi mengangkat bahu. Aku sama sekali tak menyangka
ketiganya langsung mengaku, dan meminta... Ia berhenti sejenak, lalu meralat kata-
katanya,
...atau mungkin lebih tepatnya memohon pada kita agar tidak menangkap Hades atau dua
sekutunya yang lain. Di tempat dan waktu yang berbeda, ketiga Cerberus mengatakan hal
yang sama, sungguh tidak masuk akal.
Jadi, mereka semua juga bersikap sama seperti Hades... Naito memicingkan mata,
merasakan keganjilan.
Apa mereka bersikap begitu untuk mengacaukan kita? Kaze terdengar sedikit kesal, ia
paling benci harus dibuat bingung.
Asa langsung tertawa, memperlihatkan sederet giginya yang putih cemerlang. Bukan.
Kurasa itu sama sekali tak ada hubungannya. Ia lalu menyerahkan buku yang dibacanya.
Coba kalian lihat ini. Asa menunjuk sederet kata yang tadi sempat menarik perhatiannya.
Dalam beberapa detik, ketiga lelaki itu langsung membelalakkan mata. Ekspresi wajah
mereka yang tegang perlahan-lahan berubah.
Jadi Cerberus... Izumi tak menyelesaikan kalimatnya, ia merasa dibodohi, tapi juga lega di
saat bersamaan.
Kaze juga menunjukkan ekspresi yang sama. Aku benar-benar tidak terpikir sampai sana...
Sejak awal, ini semua berhubungan. Naito mengingat kembali semua petunjuk dan
informasi yang ia dapatkan sejak menangani kasus ini.
Tunggu sebentar... Asa tiba-tiba teringat sesuatu. Izumi, kamu masih menyimpan foto-foto
yang diambil Cerberus untuk meneror kelas 3-A, kan?
Tentu saja. Aku sudah membajak komputer mereka. Izumi buru-buru membuka laptopnya.
Semua data mereka sudah aku simpan di sini. Tidak hanya Cerberus, bahkan foto-foto
yang ada di ponsel murid-murid kelas 3-A juga sudah kusimpan.
Ada apa Tuan Putri? Kaze menghampiri mejanya. Apa ada yang aneh dengan foto-foto
teror itu?
Pasti ada bukti dalam foto-foto ini yang menunjukkan pelaku sebenarnya. Asa terdengar
sangat yakin.
Tanpa perlu dikomando, ketiga anggota lainnya langsung duduk di meja masing-masing.
Meneliti satu per satu foto tersebut.
Setelah lebih dari satu jam, Naito akhirnya memfokuskan pandangan pada sebuah foto yang
mengusik perhatiannya. Menelitinya selama beberapa detik, lalu memperbesar gambarnya,
dan tiba-tiba saja ia melebarkan mata. Coba kalian lihat ini!
Asa, Izumi, dan Kaze langsung beranjak menuju meja Naito, mengelilinginya, lalu
bersamaan memandang satu foto yang ada di layar laptop.
Terlihat seorang siswa perempuan yang sedang bersalaman dengan Pak kepala sekolah.
Kashiwabara Enma, salah satu murid perempuan di kelas 3-A ada di ruang kepala sekolah
bersama beberapa anak dari kelas tiga lainnya. Ruangan itu tidak begitu besar, hanya ada
sebuah sofa hitam panjang, meja kerja tepat di depan jendela, dan sebuah radio tua serta
televisi kecil yang berjejer di atas rak yang ada di belakang meja kerja. Tidak ada yang
aneh, selain tentu saja foto itu diambil diam-diam tanpa satu orang pun yang sadar.
Ini... Izumi tak sanggup menyelesaikan ucapannya, ia terlalu senang. Akhirnya satu lagi
bukti penting ditemukan dalam kasus ini.
Benar-benar... kita nyaris saja tertipu. Kaze langsung menggelengkan kepala beberapa
kali. Ruang kepala sekolah adalah satu-satunya yang tidak punya CCTV, dan kita jelas
tidak bisa mengintai tempat itu. Dia benar-benar hebat memilih tempat untuk memotret.
Bukan. Asa kontan mengerutkan kening. Kurasa pelakunya tidak mengetahui tentang
CCTV yang diletakkan di sekolah ini. Saat itu, apa yang dicarinya ada di ruang kepala
sekolah, jadi bisa dipastikan ini murni kebetulan.
Yang lainnya langsung mengangguk setuju.
Dia teledor, ucap Naito sambil tersenyum tipis.
Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Dibanding tadi, Kaze terdengar lebih
bersemangat.
Izumi... Asa menunjuknya. Malam ini bawa mereka ke gedung olahraga. Kita akan
menyelesaikannya di sana.
Ia lalu mengalihkan pandangan pada dua laki-laki yang ada di sampingnya. Naito, Kaze...
Asa melemparkan senyum manis, lantas menunjuk mereka bergantian. Pancing dia keluar
dari sarangnya.

*
Pak guru, kenapa bapak ada di sini? tanya seorang anak laki-laki dengan suara berbisik,
ada nada terkejut dalam ucapannya.
Wajah anak laki-laki itu pucat, lingkaran hitam menggantung di bawah matanya yang cukup
besar. Bentuk wajahnya sedikit bulat dengan tulang hidung bengkok, sedangkan bibirnya
tipis dengan dagu tumpul yang membuatnya terlihat seperti anak kecil.
Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan malam-malam di sini,
Inoo? Pak Endou memanggil nama muridnya, salah satu peneror kelas 3-A yang juga
pemimpin Cerberus.
Kyosuke? Pak Endou juga? Dua suara lain, laki-laki dan perempuan, terdengar dari depan
pintu gedung, ada nada cemas dalam suara mereka karena tidak bisa melihat dengan jelas.
Di tengah malam seperti ini, gedung olahraga Hogosha Gakuen memang terlihat sangat
gelap karena tempat ini ada di belakang gedung utama. Tidak ada satupun lampu yang
menyala, kecuali cahaya temaram dari luar yang sedikit membantu mereka untuk melihat.
Kirimiya, Kusakabe? Pak Endou tak bisa menutupi rasa terkejutnya. Kenapa kalian semua
ada di sini? Suaranya tiba-tiba meninggi.
Aku hanya...
Sialan! Ucapan Kirimiya Sugumi langsung terputus oleh umpatan keras yang diucapkan
Kyosuke. Kalian juga mendapat surat ini? Laki-laki itu lalu menyerahkan selembar kertas
yang dibawanya.
Ketiga orang yang bersamanya juga membawa kertas di salah satu tangan mereka. Kertas
yang sama, dengan tulisan yang sama pula.

Datanglah ke Gedung Olahraga jam 10 malam ini. Kalau kamu mau menyelamatkan ketiga
sekutumu, datanglah sendirian. Karena kau sendiri yang harus bertanggungjawab atas
semuanya. -Guardian-

Kita dibohongi, ucap Sugumi lirih, mendadak matanya terasa panas dan berair. Ia satu-
satunya gadis dalam grup peneror misterius itu. Matanya bulat dengan hidung dan bibir kecil
yang terpatri dalam wajahnya, membuatnya terlihat cukup manis.
Berhentilah menangis Sugumi. Kusakabe Rio, laki-laki yang selalu berada di sampingnya
berusaha untuk menyenangkan gadis itu. Dibanding dua Cerberus lainnya, laki-laki ini
terlihat lebih tenang. Rio memiliki badan tegap dengan garis wajah yang keras. Ia jadi
terlihat sedikit lebih dewasa dibanding umurnya yang masih 18 tahun.
Jadi, kalian ke sini untuk sok-sokan menjadi pahlawan? Pak Endou yang biasanya sabar,
tiba-tiba menaikkan nada suaranya . Sudah berapa kali kubilang, kalau ada yang
mencurigai kita, aku minta kalian untuk mundur!
Dengan emosi meluap-luap, ia mengambil kertas di tangan murid-muridnya, lalu
menyobeknya hingga tak berbentuk. Sekarang kalian pulang! Aku sudah tidak bisa
melibatkan kalian lagi! Suaranya semakin kencang, dengan tangan besarnya ia mendorong
ketiga Cerberus untuk keluar dari ruangan itu.
Tapi mereka semua berotak. Kami tidak akan meninggalkan bapak! Cerberus akan selalu
melindungi Hades! Kyosuke balas membentak, akhirnya sanggup melepaskan diri dari
dorongan Pak Endou.
Kalau kita semua memang harus tertangkap, kita harus menghadapinya bersama. Sugumi
mengucapkannya di antara napasnya yang tersenggal-senggal.
Tapi, kalau cuma seseorang yang harus bertanggungjawab, sesuai apa yang tertulis di
kertas itu... Rio masih berusaha menjaga nada bicaranya. Akulah orangnya.
Selama sedetik semuanya membatu, kembali mengingat isi pesan misterius yang mereka
dapat tadi pagi di bawah meja masing-masing.
Tidak. Pak Endou langsung menggelengkan kepala. Aku guru kalian. Aku yang harus
bertanggungjawab. Ia mengucapkannya dengan nada tegas, tak ingin dibantah lagi.
Tapi Pak, kami juga ikut...
Trang.
Tiba-tiba semua lampu dalam ruangan besar itu menyala, membuat mereka memicingkan
mata. Suasana sempat hening selama beberapa saat, perlahan-lahan mereka berempat
melebarkan mata untuk menyesuaikan dengan cahaya yang tiba-tiba muncul itu.
Guardian time!
Mereka langsung berjingkat mendengar suara itu. Tanpa dikomando, mereka saling
mendekatkan diri, berusaha melindungi satu sama lain. Sapaan itu pernah mereka dengar
sekali, tepatnya kemarin malam di rumah masing-masing. Ekspresi ketakutan pun terlihat
jelas di wajah Cerberus dan Hades.
Akhirnya kita semua bisa bertemu. Purple muncul di depan pintu masuk, diikuti tiga
Guardian lainnya.
Mereka semua langsung terkaget-kaget, kalau kemarin mereka hanya bertemu dua orang
Guardian, hari ini akhirnya Cerberus dan Hades bertemu langsung dengan formasi lengkap
Guardian generasi keenam! Sungguh mengesankan sekaligus menakutkan.
Kalian... menjebak kami? Meski diliputi perasaan takut, Pak Endou berusaha
mengeluarkan suara.
Menjebak adalah hal wajar yang dilakukan Guardian. Gold menjawabnya dengan senyum
merekah, ia bahkan sempat mengedipkan sebelah mata.
Hanya begitu saja, keempat orang yang ada di depannya langsung terpukau. Pesonanya
memang sulit dihindari!
Jadi... Purple mengembalikan kesadaran mereka. Sekali lagi kutanyakan, apa akhirnya
kalian semua mengaku sebagai peneror kelas 3-A?
Tanpa saling pandang, ketiga Cerberus dan Hades langsung mengangguk, tak ada
keraguan di wajah mereka.
Lalu, kalau kutanyakan motif kalian melakukan itu, apa kalian bisa mengatakannya? Kali
ini Blue yang bertanya.
Keheningan menjawab pertanyaan itu. Tak ada satupun dari mereka yang membuka mulut.
Jadi kalian tetap tidak mau mengatakannya, ya? Purple cuma menggelengkan kepala
sekali, lalu berkata lirih, yang sepertinya ia ucapkan untuk dirinya sendiri. Seperti yang
kuduga.
Kalau begitu... kami akan menghancurkan kalian semua, tanpa terkecuali. Red dengan
tatapan ganas, menguliti keempat wajah yang ada di hadapannya.
Tidak, cukup hukum aku saja! Pak Endou langsung berdiri di depan ketiga muridnya,
berusaha melindungi mereka semua. Aku yang memerintahkan mereka! Mereka hanya
kupaksa untuk melakukannya!
Belum sempat para Guardian menanggapi ucapannya, Cerberus sudah mendahului. Tidak,
Pak guru bohong! Ini adalah ideku! Kyosuke maju ke depan.
Bukan! Ini semua salahku, kalian harus menangkapku, sergah Sugumi.
Dan tiba-tiba saja suasana jadi gaduh, keempat tersangka itu menunjuk diri masing-masing
sebagai orang yang bertanggungjawab. Suara mereka bergema tak beraturan dalam
ruangan besar itu, tidak satupun berhenti menyalahkan diri masing-masing.
Cukup!!! Satu kata singkat dari Purple sontak menghentikan semua perkelahian yang
terjadi.
Baru pertama kali ini aku bertemu penjahat yang mau berkorban demi orang lain... Purple
mengatakannya perlahan-lahan, sama-samar ada makna tersembunyi di balik ucapannya.
Meski diancam akan dihancurkan, kalian tetap bersikukuh untuk mengorbankan diri sendiri,
sungguh aneh...
Ia lalu memamerkan senyumnya, berkata dengan nada yang sangat halus tapi mematikan.
Sikap kalian ini, benar-benar tidak menunjukkan sikap sejati seorang penjahat.
Mereka membelalakkan mata mendengar ucapan Purple itu, lalu menghindari tatapannya,
seolah berusaha menutup-nutupi sesuatu.
Blue. Purple menoleh pada laki-laki di sebelahnya, mengirimkan sebuah sinyal lewat
kilatan matanya.
Blue menganggukkan kepala sekali, setelah itu ia berjalan menuju pintu keluar yang tidak
jauh dari situ.
Tapi sepertinya tak satupun dari mereka menyadari kepergiannya. Keempat peneror kelas
3-A terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Ada ketakutan yang sarat terlihat dalam
ekspresi dan gerak tubuh mereka. Ucapan terakhir Purple benar-benar melunturkan semua
keberanian yang mereka punya. Sekarang tak ada lagi yang bisa diperbuat selain
menunggu hukuman yang akan diberikan oleh Guardian.
Jadi... Setelah diselimuti oleh keheningan, Red yang pertama kali bicara. Dari apa yang
kami lihat, bisa kutarik kesimpulan kalian memang ingin dihukum, kan?
Lagi-lagi mereka tak menjawab. Keempatnya hanya saling berpandangan, mengkhawatirkan
orang-orang yang ada di sampingnya.
Hebat, kalian sangat hebat... Gold tiba-tiba bertepuk tangan, tak sanggup lagi menahan
tawa. Jika semua penjahat seperti kalian, kujamin sel penjara tidak akan pernah sepi.
Dengan mudahnya kalian mengaku... Ia lalu berdecak.
Gold, Red cukup. Jangan menakut-nakuti mereka lagi. Purple akhirnya buka mulut setelah
lama terdiam, lalu tersenyum kecil memandang pintu masuk yang ada beberapa meter di
depannya, berbicara pada seseorang. Apa Anda puas mendengar pengakuan mereka?
Mendengar ucapan itu, Cerberus dan Hades langsung berbalik, mengikuti pandangan mata
Purple ke arah pintu di belakang mereka berempat. Langkah-langkah kaki yang berasal dari
luar makin mendekat, dan begitu mereka bisa melihat siapa yang berdiri di sana, tiba-tiba
saja mereka berempat tersentak hebat.
Ternyata Blue yang ada di sana, berjalan perlahan-lahan, membuat lantainya berbunyi
sesuai irama langkah kakinya. Tapi bukan dia yang membuat Cerberus dan Hades sampai
tak bisa bernapas. Mereka memandang seorang wanita yang tepat berdiri di sebelah Blue.
Wanita itu memiliki wajah runcing dengan mata sipit dan kerutan-kerutan kecil di dahi dan
sekitar matanya. Rambutnya sudah mulai berwarna abu-abu dan dipilin rapi ke belakang
kepala. Meski terlihat cukup tua, ia masih bisa berjalan tegap dan penuh percaya diri
dengan pakaian warna merah yang terlihat mahal dan elegan. Langkah sepatu runcingnya
menimbulkan suara keras di permukaan lantai kayu.
Wanita itu melangkah ke arah mereka. Pandangannya menyapu setiap wajah yang kini
menatapnya. Empat di antaranya terlihat sangat kaget dengan kehadirannya di ruangan ini.
Gadis berambut ungu, dan laki-laki berambut kuning hanya tersenyum melihatnya. Tapi...
siapa yang berambut merah itu? tanyanya dalam hati. Entah kenapa, raut wajah wanita itu
berubah begitu melihat Red yang berdiri di sebelah Gold, ia menunjukkan ekspresi bingung
dan curiga.
Jadi, Anda sudah mendengar semuanya bukan, Nyonya Emihara Hanako? Purple berjalan
melewati para tersangka, lalu berhenti tepat di depan Blue dan wanita di sebelahnya.
Ya, aku sudah mendengarnya. Nyonya Hanako mengangguk pelan, ia berusaha menekan
suaranya agar tetap tenang.
Bagus. Purple lalu menunjukkan senyum kemenangan.
Jadi kalian akan melenyapkan mereka? Wajah Nyonya Hanako berangsur-angsur lega.
Aku tidak ingin putriku yang sedang koma dituduh jadi sumber kutukan karena ulah
mereka.
Cerberus dan Hades sama sekali tak membela diri, mereka saling mengeratkan pelukan
tanpa berani mengangkat wajah sedikitpun.
Blue yang berdiri di sebelahnya cuma tersenyum tipis. Ia bergerak, berpindah ke sebelah
Purple, lalu menatap wajah ibu kandung Emihara Naomi di hadapannya. Bukan mereka,
tapi kami akan melenyapkan Anda.
Nyonya Hanako langsung menatap Blue dengan ekspresi terkejut dan bingung. Apa?
ujarnya dengan nada tak percaya. Apa yang baru saja kau katakan? Melenyapkanku?
Cerberus dan Hades pun ternganga. Bingung, kaget, tak percaya, dan takut.
Apa kalian semua masih ingin membohongi Guardian? seru Purple sambil menatap
Nyonya Hanako.
Apa maksud kalian? sergah Kyosuke sambil menarik tangan Purple dengan kasar.
Lepaskan tanganmu darinya. Secepat kilat, Blue tiba-tiba sudah mencekal tangan laki-laki
itu dengan sangat keras hingga membuatnya merintih kesakitan.
Cukup Blue, aku tidak apa-apa. Lepaskan dia. Purple buru-buru menahannya, terkadang
dia tidak mengerti kenapa laki-laki ini begitu mencemaskannya, padahal Blue adalah orang
yang paling tahu kekuatannya. Lagipula kejadian barusan benar-benar hal yang perlu
dikhawatirkan hingga Blue yang biasanya tenang jadi sedikit kehilangan kendali.
Jadi... Gold membuat semua orang berbalik memandangnya. Kalian tidak bisa
membohongi kami. Kali ini, pandangannya jadi lebih lembut ketika melihat Cerberus dan
Hades.
Pak Endou terperanjat seketika. Apa kalian...
Bukan Hades atau Cerberus, tapi ide teror itu berasal dari Nyonya Emihara Hanako, ibu
kandung Emihara Naomi. Purple menatap tajam Pak Endou lalu beralih ke wanita yang
berdiri membeku di hadapannya. Bukan begitu, Nyonya Hanako?
Apa maksud kalian??? teriak Nyonya Hanako. Ia terlihat sangat marah dan gusar. Kalian
gila ya?? Jelas-jelas mereka sudah mengaku, kenapa justru aku...
Humph. Red langsung menyeringai. Apa Anda pikir kami bodoh? Semua bukti mengarah
pada Anda, Nyonya Emihara.
Bukti apa?? tantang wanita paruh baya itu.
EN... Gold langsung menjawabnya. Dua huruf yang selalu ada di akhir pesan Cerberus.
Mungkin sengaja dibuat untuk menakut-nakuti murid kelas 3-A, agar mereka menganggap
bahwa E.N adalah Emihara Naomi.
Lalu?? Nyonya Hanako mengerutkan dahi, tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh
Guardian bermata hijau zamrud itu.
Tapi EN bukan singkatan dari Emihara Naomi. Karena yang sebenarnya... Purple
memandang semua tersangka satu per satu, hingga tepat berhenti di depan wajah Nyonya
Hanako.
Ia lalu memamerkan senyum dan berkata, EN adalah singkatan dari Echidna.
Cerberus dan Hades langsung terkesiap, benar-benar takjub!
Nyonya Hanako tetap tak bereaksi, ia menelan ludah sebelum membalas tatapan Purple
yang ada di hadapannya. Apa itu Echidna? Aku sama sekali tak tahu. Jangan konyol.
Blue tiba-tiba mengerutkan kening, ekspresinya berubah. Tanpa sengaja ia memandang
Purple yang diam-diam menyeringai setelah mendengar ucapan Nyonya Hanako. Namun
laki-laki itu cepat-cepat menguasai dirinya kembali.
Dalam legenda, Echidna adalah monster yang melahirkan Cerberus, jawab Blue dengan
tenang hingga tanpa sadar membuat Nyonya Hanako menahan napas. Dan Echidna juga
memiliki sebutan sebagai ibu dari semua monster, karena dia melahirkan banyak makhluk
mengerikan.
Nyonya Hanako tiba-tiba mendengus, ketakutannya tadi langsung menghilang bersamaan
dengan tawanya yang menggelegar. Jadi, itu bukti yang kalian punya? Benar-benar konyol!
Terserah EN itu Echidna atau apa lah, ibu dari semua monster? Hah! Itu tidak ada
hubungannya denganku! Apa kalian pikir dengan membawa cerita konyol seperti itu bisa
membuktikanku bersalah? Tidak masuk akal!
Siapa bilang hanya itu bukti yang kami punya? Gold mengedipkan sebelah matanya,
membuat senyum Nyonya Hanako berangsur-angsur menghilang.
Apa maksudmu? Ia kembali waspada.
Maksud kami, itu baru awal dari semuanya, jawab Red. Anda cukup cermat sampai-
sampai tidak meninggalkan bukti apa pun yang bisa memberatkan. Anda juga tidak pernah
menghubungi Cerberus dan Hades lewat alat-alat yang bisa dilacak seperti e-mail dan
ponsel.
Nyonya Hanako tak berkomentar, ia masih menunggu.
Kalian sangat berhati-hati. Tapi sayang sekali, itu tidak cukup untuk menyembunyikan fakta
kalau kalian pernah bertemu, lanjut Blue.
Di mana? tantang Nyonya Hanako.
Bagaimana kaalu kubilang... Red sengaja menggantung kalimatnya.
Rumah sakit. Keempat Guardian menjawab serempak.
Kali ini, Nyonya Hanako tak berusaha menyangkal. Bahkan Cerberus dan Hades sampai
membatu, tak bisa berkata apa-apa.
Kami punya bukti dari rumah sakit, bahwa Cerberus dan Hades pernah datang menjenguk
putri Anda bersama-sama, tepat seminggu sebelum teror itu muncul. Namun, ada satu hal
yang tidak kami sadari sebelumnya... Gold berhenti sejenak, membiarkan Nyonya Hanako
bertanya-tanya.
Apa? Wanita itu tak bisa menahan diri. Dirinya kembali dipenuhi oleh emosi.
Bahwa mungkin saja... Red dengan seringaian lebar melanjutkan ucapan Gold. Saat
mereka menjenguk Emihara Naomi di kamarnya, masih ada seorang lagi di sana, yang
menyusun rencana jahat tanpa ada yang curiga.
Suasana hening sesaat, sebelum akhirnya suara menggelegar Nyonya Hanako memenuhi
ruangan. Seseorang yang kalian maksud itu, aku?? Jangan bercanda! Aku memang selalu
menjaga Naomi. Dan mereka memang pernah menjenguk putriku? Lalu apa salahnya?
Kalian terlalu banyak mengkhayal.
Menjenguk? Purple langsung menyeringai lebar. Putri Anda, Emihara Naomi adalah orang
yang paling dibenci di kelas, bagaimana mungkin ada yang mau menjenguknya?
Kurang ajar! Berani sekali...
Lagipula... Purple tidak memberi kesempatan Nyonya Hanako untuk membantah. Anda
adalah satu-satunya yang punya motif untuk melakukannya.
Apa? Suaranya tiba-tiba mengecil, Nyonya Hanako mulai was-was.
Kalian cukup baik dalam pembagian tugas. Cerberus dan Hades bertugas meneror dan
Anda, ketua PTA... Red menggantung kalimatnya sambil menatap Nyonya Hanako.
Begitu mendengar kata ketua PTA dari mulut Red, mendadak Nyonya Hanako seperti
tersengat listrik, wajah angkuhnya mulai berubah, seperti pencuri yang baru saja tertangkap
basah oleh polisi.
Cerberus biasa meneror murid di kelas 3-A dengan mengirim pesan misterius dan foto yang
diambil diam-diam, ucap Red tanpa peduli dengan ketakutan yang jelas diperlihatkan oleh
wanita di depannya.
Tapi dari ratusan foto yang diambil, ada satu foto yang cukup janggal... sambung Gold.
Kali ini tak ada yang membantah ucapan Gold, semuanya terpaku pada para Guardian.
Menunggu bukti apa yang akan mereka berikan. Blue lalu mengeluarkan remote kecil dari
sakunya, menekan sebuah tombol dan tiba-tiba saja semua lampu dalam ruangan itu padam
digantikan dengan cahaya dari sebuah proyektor yang menyinari tembok putih di belakang
mereka.
Coba kalian lihat foto ini... Red langsung menunjuk sebuah foto.
Semua mata mengarah pada foto yang ditunjuk Red, tapi tak menemukan satu keganjilan
apa pun. Itu hanya foto para murid yang mendapat penghargaan dari pak kepala sekolah
atas prestasi mereka.
Tapi jelas mereka semua tahu, foto itu diambil untuk menakut-nakuti salah satu murid kelas
3-A yang bernama kashiwabara Enma.
Apanya yang aneh? Nyonya Hanako yang pertama kali bertanya.
Tidak ada yang aneh. Blue langsung menjawabnya.
Hanya saja... Gold mendengus pelan sebelum melanjutkan, Ini adalah satu-satunya foto
yang tidak diambil oleh Cerberus atau Hades.
Semua mata di sekitar Guardian langsung membelalak lebar-lebar.
Apa maksud kalian? Nyonya Hanako menyipitkan mata, ada perasaan takut dan ingin tahu
yang berusaha ia redam.
Kami harus berterimakasih pada orang yang mengambil foto ini. Berkat kecerobohannya,
kami bisa tahu pelaku yang sebenarnya. Kali ini Red menjawab.
Nyonya Hanako menelan ludah sekali. Aku benar-benar tidak mengerti maksud kalian!
Jangan mempermainkanku, aku bisa melaporkan ini pada...
Pak kepala sekolah memiliki TV di rak mejanya. Purple menyela ucapan wanita tua itu.
Semua target terdiam. Purple tak menunggu reaksi dari mereka, ia hanya memandang laki-
laki berambut biru di sampingnya.
Blue.
Laki-laki itu menganggukkan kepala, lalu menekan sebuah tombol lagi. Setelah itu tak ada
ucapan yang bisa dikatakan. Para target hanya bisa ternganga, melihat foto itu diperbesar
hingga 10 kali, memfokuskannya pada sebuah TV berukuran 22 inci yang berada di atas
rak, tepat di belakang kepala sekolah yang sedang menyalami Kashiwabara Enma.
Layar TV itu berwarna hitam, dalam keadaan mati. Berada di antara kepala sekolah dan
Kashiwabara. Dan setelah foto itu diperbesar, tanpa diduga, terlihatlah bayangan seseorang
yang sedang memotret.
Orang yang mengambil foto ini mungkin tak menyadari bahwa TV itu memantulkan
bayangan dirinya. Sungguh ceroboh. Gold mengatakannya dengan nada mengejek.
Red melanjutkan ucapan Gold, Mungkin dia pikir karena saat itu semua fokus pada kepala
sekolah dan Kashiwabara, si penjahat merasa aman untuk memotret. Apalagi di sana penuh
dengan orang-orang yang memberi selamat, tapi sayangnya... Ia lalu tersenyum penuh
kemenangan. Hasilnya adalah senjata makan tuan.
Fo... foto itu... Nyonya Hanako terlihat gugup, tapi dia masih mengangkat wajahnya,
berusaha melawan para Guardian. Itu sama sekali tak membuktikan apa-apa. Bagaimana
bisa kalian menuduhku hanya dengan siluet yang tidak jelas begitu?
Benar sekali. Tanpa disangka-sangka Purple langsung mengangguk, setuju dengan
pernyataannya. Wajah pelaku memang tidak terlihat karena pantulan cahaya matahari dari
luar jendela...
Tapi... Gadis itu lalu memandang Nyonya Hanako dengan tatapan tajam sebelum
melanjutkan, Kami bisa melihat apa yang dikenakan pelaku saat itu.
Di... dikenakan? Nyonya Hanako mengerutkan kening, tidak mengerti dengan ucapan itu.
Ia memandang foto itu lagi, dengan saksama. Mencari tahu apa maksud perkataan Purple,
dan detik berikutnya, tubuh Nyonya Hanako bergetar, matanya pun membelalak lebar.
Melihat reaksi itu, Blue tersenyum. Apa Anda sudah menyadarinya?
Rasa takut yang telah memuncak membuat Nyonya Hanako bahkan tak sanggup menjawab
pertanyaannya.
Nyonya Emihara Hanako yang terhormat. Gold berucap lembut. Semua yang dikenakan
oleh pelaku saat itu adalah bukti.
Apa-apaan kalian! Nyonya Hanako tak bisa menahan emosi lagi, suaranya bergetar
menahan amarah. Berani-beraninya kalian mempermainkanku...
Belum selesai ia bicara, tiba-tiba terdengar suara berdebum. Keempat Guardian
melemparkan sesuatu ke lantai, tepat di depan wajahnya.
Haa... Kali ini tak terdengar suara apa pun selain desahan napas berat Nyonya Hanako
yang memburu. Tubuhnya tiba-tiba lemas. Ia terduduk di lantai, seolah kedua kakinya tak
sanggup lagi menahan berat tubuhnya.
Dengan wajah tegang dan takut ia menunduk, memandang lantai kayu di depannya, tepat di
mana Guardian melemparkan barang-barang itu. Barang yang tak asing lagi baginya.
Tas, pakaian, jam tangan, dan kamera ini adalah bukti yang dikenakan pelaku saat kejadian
itu. Purple tersenyum renyah, lalu berjalan beberapa langkah, berdiri di depan Nyonya
Hanako yang masih terduduk di lantai.
Terima kasih karena Anda selalu mengenakan barang-barang bermerek yang jarang
dipakai orang biasa. Itu mempermudah kami. Purple memujinya dengan kata-kata manis,
Nyonya Hanako hanya bisa menggeram pelan.
Dan barang-barang ini kami ambil dari rumah Anda, Nyonya Emihara Hanako. Red
melanjutkan ucapan Purple, dengan nada santai, tanpa rasa bersalah.
Perkataan itu membuat Nyonya Hanako mengangkat wajahnya yang pucat pasi, jantungnya
berdebar keras disertai ekspresi kaget. Ia memandang satu per satu anggota Guardian
dengan tatapan takut tapi juga mengandung kemarahan yang amat besar.
Keangkuhan dan ketegasan yang biasa ia perlihatkan telah menguap. Bagaimana bisa
kalian... Ia tak sanggup menyelesaikan ucapan itu, didengarnya sebuah tawa kecil
mengejek dari laki-laki berambut merah di depannya.
Sontak ia menatap Red dengan tatapan murka. Kauuu! Akhirnya Nyonya Hanako sadar
kalau ia memang ditipu besar-besaran. Tanpa sadar pikirannya kembali melayang ke
beberapa jam lalu. Awal seluruh kejadian hari ini bermula.

*
Bab 7
Guardian time! Tiba-tiba suara itu mengagetkannya. Seorang diri, Nyonya Hanako yang
berada di ruang tamu dikagetkan dengan kedatangan tiga orang asing yang berdiri di depan
teras rumahnya.
Siapa kalian? Bagaimana bisa kalian masuk...
Kami Guardian Hogosha Gakuen. Satu-satunya gadis dalam kawanan itu menjelaskan
dengan suara merdu yang terdengar ramah.
Jadi legenda itu benar-benar ada. Tanpa sadar Nyonya Hanako bergumam, antara takjub
dan tak percaya.
Kami datang untuk membantu Anda. Gold dengan wajah yang begitu tampan dan rambut
keemasan, disertai suara yang memabukkan langsung membuat Nyonya Hanako yang
biasanya galak jadi gugup.
Membantu? Suaranya masih penuh kecurigaan.
Kami akan membersihkan nama Emihara Naomi, putri Anda yang telah dituduh jadi sumber
kutukan di kelas 3-A.
Eh? Penjelasan Blue membuatnya makin waspada. Apa maksud kalian? Kutukan apa? Ia
berlagak tidak tahu.
Ada salah satu murid di kelas 3-A yang meminta bantuan kami untuk menangkap Cerberus,
dan kami mengetahui bahwa putri Anda menjadi korban dalam masalah ini...
Nyonya Hanako tak percaya begitu saja, ia harus mengorek informasi dan memastikan
bahwa dirinya tidak dijebak. Lalu, setelah menangkap Cerberus, apa yang akan kalian
lakukan padanya?
Purple tersenyum kecil. Guardian memiliki kekuasaan untuk melenyapkan Cerberus.
Nyonya Hanako menelan ludah, ia tak menyangka ucapan yang begitu jahat bisa keluar dari
mulut seorang gadis muda berparas lembut seperti Purple. Melenyapkan?
Ya, kami akan membantu agar fitnah pada putri Anda tidak berlanjut. Hanya saja, kami
perlu bantuan Anda untuk mengungkap semua kejahatannya, tukas Gold, lalu berjalan
perlahan mendekati Nyonya Hanako dan berhenti tepat di depannya. Bagaimana, Nyonya
Emihara Hanako?
Ten... tentu saja. Aku akan melakukan apa pun agar Naomi bahagia. Ia berusaha
tersenyum sewajarnya, otaknya langsung berputar cepat. Ternyata aku memang beruntung.
Di saat aku ingin melenyapkan Hades dan Cerberus, aku malah tidak perlu repot-repot lagi.
Para Guardian bodoh ini bisa kumanfaatkan.
Jadi bantuan apa yang kalian butuhkan? Setelah berpikir sesaat, Nyonya Hanako
bertanya.
Kami ingin Anda jadi saksi sebagai orang tua korban. Dan juga, sebagai Ketua PTA
Hogosha Gakuen, kami ingin Anda membuka kejahatan mereka di depan seluruh warga
sekolah termasuk para guru dan wali murid. Cerberus tidak bisa mengelak, karena kami
memiliki bukti yang sangat kuat. Blue menjelaskan dengan sangat meyakinkan, nada
suaranya yang begitu tenang sanggup membuat Nyonya Hanako percaya.
Lagipula, sebagai legenda Hogosha Gakuen, kami tidak pernah muncul di depan orang
banyak, karena itu butuh seseorang yang dapat dipercaya untuk menggantikan kami
mengungkapkan kebenaran yang ada... Ia lalu menatap wanita tua itu dengan tajam.
Dan Anda adalah orang paling pantas, Ketua PTA terbaik yang pernah dimiliki Hogosha
Gakuen, Nyonya Emihara Hanako. Blue mengakhiri penjelasannya.
Senyum puas di wajah Nyonya Hanako semakin lebar setelah mendengar ucapan laki-laki
itu. Ini benar-benar akhir yang sempurna. Reputasiku sebagai Ketua PTA akan semakin
diakui. Ia kembali berbicara dalam hati, tak bisa lagi menutupi rasa senangnya.
Tentu saja. Aku akan membantu kalian, ucapnya.
Baiklah, sekarang Anda bisa ikut kami untuk mengadili Cerberus. Purple memberikan kode
pada Gold dan Blue, yang langsung dibalas anggukan.
Sekarang juga? Nyonya Hanako mengerutkan kening, lalu melihat jam yang sudah
menunjukkan pukul sembilan malam.
Ya. Purple menjawab singkat.
Nyonya Hanako masih berpikir, meyakinkan lagi bahwa ini bukan jebakan. Lalu, bukti apa
yang kalian punya?
Purple menjawabnya dengan tegas, tanpa ragu. Kami menyadap ponsel mereka. Dari
sana, kami bisa tahu semuanya.
Semuanya? Nyonya Hanako tiba-tiba merasa gugup, kembali berpikir. Aku memang tidak
pernah berhubungan dengan orang-orang bodoh itu melalui telepon, tapi bisa saja mereka
menyebutkan namaku...
Mereka berencana untuk membunuh Anda, Nyonya Emihara. Ucapan Purple yang penuh
tekanan langsung membuyarkan pikirannya. Tapi sayangnya, kami sama sekali tidak tahu
alasan mereka ingin membunuh Anda.
Ia begitu kaget. A... apa?
Kami menemukan ini... Gold menyerahkan sebuah kertas pada Nyonya Hanako. Ini
adalah e-mail yang kami sadap dari ponsel Cerberus.
Nyonya Hanako ragu-ragu menerima kertas itu. Selama beberapa menit ia serius membaca
salinan e-mail dan pesan-pesan percakapan pribadi dari ponsel ketiga Cerberus. Dengan
usaha keras ia menahan emosinya agar tidak meledak setelah selesai membacanya.
Ingin membunuhku?! Yang benar saja. Diam-diam ia menyeringai. Sebelum itu, merekalah
yang akan kuhancurkan. Lagipula, para Guardian juga ada dipihakku, tak akan kubiarkan
mereka hidup tenang!
Anda tidak perlu takut Nyonya Emihara. Dalam menunjukkan wajah penuh simpati, Gold
mendekatinya. Kami akan melindungi Anda.
Cepat-cepat ia menunjukkan wajah sendu, menampilkan wajah penuh kesedihan. Terima
kasih kalian telah memberitahuku. Aku hanya berharap bisa hidup tenang.
Apa Anda tahu alasan apa yang mungkin membuat Cerberus ingin membunuh Anda?
Padahal, setelah kami telusuri, Anda sama sekali tak ada hubungan dengan teror di kelas 3-
A.
Pertanyaan Purple yang penuh keingintahuan langsung membuat Nyonya Hanako menelan
ludah. Dasar Guardian bodoh. Tentu saja mereka ingin melakukannya karena membenciku.
Nyonya Hanako berusaha memutar otak, mencari jawaban yang harus membuatnya seolah
jadi korban dalam kasus ini.
Masalah itu..., ujarnya lambat. Aku sendiri tidak tahu. Membaca e-mail mereka benar-
benar membuatku kaget. Ini benar-benar mengerikan. Air mata tiba-tiba mengalir dari
pelupuk mata wanita tua itu, ia terisak.
Blue menganggukkan kepala, tak bicara apa pun, hanya saja ekspresi wajahnya yang tak
terbaca membuat Nyonya Hanako sedikit penasaran. Dia satu-satunya Guardian yang
membuatku tidak tenang, tapi sudahlah, yang penting sekarang para Guardian gadungan ini
bisa membuatku melenyapkan mereka. Lagipula, kebencian Cerberus padaku juga
merupakan berita bagus, dengan ini alibiku jadi sempurna, tak akan ada yang mencurigaiku.
Hah, ternyata semua berjalan lebih baik dari apa yang kurencanakan.
Nyonya Emihara, apa Anda sudah siap? tanya Purple.
Iya, aku siap. Nyonya Hanako langsung menganggukkan kepala, memandang satu per
satu anggota Guardian, kembali bicara dalam hati, ternyata gosip tentang kehebatan
Guardian itu hanya omong kosong, mereka hanya sekumpulan orang bodoh yang gampang
ditipu.
Namun, rasa penasarannya mengenai legenda sekolah yang selama ini tidak ia percaya
membuatnya tergoda untuk bertanya. Dari apa yang kudengar, Guardian dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dalam sekolah secara rahasia, jadi selama
ini hanya ada kalian bertiga dalam Guardian?
Purple langsung memamerkan senyumnya yang paling manis, lantas berkata, Ya. Hanya
kami bertiga.

*

Setelah mengingat lagi kejadian itu, Nyonya Hanako tak bisa lagi menahan kemarahan yang
akhirnya meledak. Seolah ada kekuatan besar yang mendorongnya melawan mereka
semua. Bisa-bisanya kalian menipuku? Tentang e-mail dari Cerberus, rencana kalian
membantuku juga... jadi semua itu hanya tipuan?
Tentu saja. Keempat Guardian menjawabnya seirama, lugas, dan tanpa beban.
Salah satu pekerjaan Guardian adalah menipu, imbuh Blue. Lagipula, jika saja tak terlalu
tamak, Anda tidak akan terpancing dengan umpan kecil yang kami berikan.
Blue, ckckck... Gold berdecak pelan. Itu sangat tidak sopan kalau kamu berkata tamak
pada seorang wanita, tukasnya halus, senyum masih tersungging di bibirnya.
Tapi itu memang kenyataan, sahut Red, setuju dengan pernyataan Blue.
Jadi, begitulah Nyonya Emihara. Purple mengakhiri penjelasan mereka. Apa Anda masih
tidak mau mengakuinya?
Selama beberpa detik Nyonya Hanako berdiri kaku, terlihat sangat ketakutan. Ekspresi
tegas yang ditunjukkannya runtuh begitu saja, tanpa sadar air matanya mengalir. Wanita
yang begitu kuat itu jatuh, begitu lemah dan ringkih, sampai-sampai para Cerberus dan
Hades tak bisa menutupi rasa terkejutnya.
Masih lekat diingatan bagaimana Nyonya Hanako memaksa mereka untuk membantu
rencana peneroran atas nama putrinya sebagai bentuk balas dendam terhadap kelas 3-A.
Dan sampai saat ini mereka sama sekali tidak tahu apa motif sebenarnya sampai-sampai
wanita ini melakukannya.
Nyonya Emihara, sebenarnya apa motif Anda melakukan teror ini? Apalagi dengan
membuat semua orang percaya bahwa itu adalah kutukan yang mungkin dilakukan oleh
putri Anda sendiri... Gold mendekatinya, berdiri di sebelah Purple, lalu membungkukkan
badan menghapus air mata yang mengalir di pipi wanita tua itu dengan lembut.
Bahkan dalam keadaan seperti ini, Gold tetap bisa melakukan hal-hal seperti itu.
Kecintaannya pada wanita, tua atau muda, baik atau jahat, memang tidak pernah peduli
tempat dan waktu.
Nyonya Hanako terpesona memandang Gold sebelum akhirnya berhenti menangis, ia
berusaha mengeluarkan suara di tengah isakannya. Se... sebenarnya, aku melakukan ini
untuk melindungi Naomi.
Melindungi? Purple mengerutkan kening.
Aku tahu, di kelas 3-A ada kasus bocoran soal ujian... Suaranya terdengar parau. Dan aku
tahu kalau pelakunya adalah Naomi.
Begitu mendengar pengakuannya, Cerberus dan Hades hanya bisa menelan ludah. Tak
bisa menutupi rasa shock-nya. Mereka memang tahu kalau Nyonya Hanako mengetahui
tentang bocoran soal itu dan menjadikannya senjata untuk menguasai kelas 3-A, tapi
mereka sama sekali tidak tahu kalau wanita ini tahu benar siapa dalang di balik peristiwa itu.
Mereka mendengarkan dalam diam, menerka-nerka apa maksud sebenarnya. Cerberus dan
Hades benar-benar tak habis pikir, seandainya ancaman membongkar rahasia bocoran soal
ujian itu serius, hal itu bukan hanya akan merugikan siswa kelas 3-A, tapi juga akan
merugikan putri dan jabatannya sendiri sebagai ketua PTA Hogosha Gakuen.
Nyonya Hanako melanjutkan bicara, suaranya makin pelan, tanpa sadar air matanya
kembali mengalir. Aku melakukannya agar mereka takut pada putriku, membuat seolah-
olah Naomi yang mengutuk mereka. Menggunakan sesuatu yang berbau mistis sebagai
ancaman dan menekan mereka mengenai soal ujian itu juga... Ucapannya terputus, ia
berusaha menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam.
...sebenarnya itu membuatku ketakutan dan merasa terancam dengan rencana yang
kubangun sendiri. Kelemahan mereka adalah sesuatu yang sebenarnya ingin kulindungi,
ya... itu memang sesuatu yang sangat beresiko, tapi aku tetap harus melakukannya.
Nyonya Hanako menangkupkan kedua tangannya yang dingin di depan dana, rasanya
wajahnya terlihat makin tua hanya dalam hitungan jam. Membuat mereka takut pada
kutukan roh Emihara Naomi, alih-alih Cerberus. Itulah tujuan utamaku. Membuat mereka
bungkam dan dengan tidak langsung meyakinkan mereka semua bahwa Naomi akan terus
mengawasi kelas 3-A.
Karena yang paling kutakutkan adalah, kalau-kalau mereka membuka rahasia soal ujian itu
ketika Naomi koma, menuduh putriku dan menjadikannya sebagai satu-satunya tersangka.
Aku tahu murid-murid kelas itu sanggup melakukannya, karena mereka semua membenci
Naomi. Penjelasannya berakhir dengan linangan air mata. Ia kembali roboh, terduduk di
lantai kayu yang dingin, sesunggukan hingga bahunya naik-turun tanpa bisa tahan.
Cerberus dan Hades memandangnya dengan penuh rasa iba, mereka tahu selama ini
kebencian mereka pada Nyonya Hanako begitu besar. Mereka dipaksa melakukan
perbuatan jahat yang sama sekali tidak ingin mereka lakukan. Tapi semua itu bisa menjadi
berbeda, bila memilih melakukannya demi melindungi orang-orang yang mereka sayangi,
yang ternyata, itu juga menjadi alasan utama Nyonya Hanako melakukan teror yang kejam
itu.
Jadi... semua ini Anda lakukan untuk melindungi putri Anda? Cara Red bertanya seperti
mencari sebuah kepastian.
Nyonya Hanako tak sanggup menjawab, ia hanya menganggukkan kepala.
Selama beberapa detik, keempat Guardian saling berpandangan dalam diam. Sebelum Blue
mengalihkan pandangan pada Cerberus dan Hades yang berdiri tak jauh di sebelahnya.
Alasan kalian mau melakukan teror yang diperintahkan oleh Nyonya Emihara... juga karena
kalian ingin melindungi sesuatu kan?
Eh? Mereka berempat langsung terkaget-kaget, tak menyangka Guardian bisa
mengetahuinya sampai sejauh itu.
Bagaimana kalian bisa tahu? Sugumi yang sejak tadi tak berani mengeluarkan suara, tiba-
tiba saja bertanya.
Blue menghela napas sekali, lalu menjelaskan. Sebagai Ketua PTA, Nyonya Emihara boleh
sering berada di sekolah. Mengamati keadaan di kelas 3-A juga hal wajar. Lagipula, kalian
Berempat dipilih sebagai peneror yang bukan suatu kebetulan, kelemahan kalian yang ia
temukan adalah kuncinya.
Kelemahan? tanya Rio tanpa sadar.
Ya, seperti tadi yang dibilang Blue. Karena kalian ingin melindungi sesuatu yang penting.
Itulah yang dijadikan senjata oleh Nyonya Emihara. Gold lalu tertawa kecil.
Kalian memang orang-orang yang terlalu baik. Wanita ini melempar umpan, memanggil
kalian ke rumah sakit dan mengatakan akan menghancurkan orang-orang yang kalian
sayangi bila menolak perintahnya.
Kekagetan Cerberus dan Hades memang wajar, mereka tidak menyangka Guardian bisa
mengetahui dan mengulang kembali peristiwa yang mereka alami, seolah-oleh para
Guardian melihat sendiri kejadian itu.
Cara klasik, tapi cukup ampuh, imbuh Purple, nada suaranya terdengar sumbang. Jadi
intinya, Nyonya Emihara ini mengetahui bahwa Pak Nakamura adalah mantan narapidana,
dan lebih jauh lagi, ia juga mengetahui bahwa pak kepala sekolah yang merekrutnya adalah
satu-satunya orang yang tahu akan hal itu. Tentu saja, ia mengancam akan membuka
rahasia itu di depan semua wali murid, dan bila hal itu terungkap, kepala sekolah juga harus
ikut bertanggungjawab.
Purple menggelengkan kepala, dengan senyuman penuh misteri yang tersungging di bibir ia
melanjutkan, Pada akhirnya seperti yang kita tahu, Pak Nakamura bersedia jadi kaki
tangannya untuk melindungi kepala sekolah.
Ya, hal yang sama juga terjadi pada Cerberus... Red memandang satu per satu murid
kelas 3-A itu dengan wajah bersahabat. Dengan ancaman seperti itu, mereka takut Pak
Nakamura, guru yang paling mereka hormati dikeluarkan dari sekolah. Dan akhirnya,
mereka pun bersedia jadi peneror di kelas sendiri.
Mereka rela berkorban demi orang lain meski menggunakan cara yang salah. Bahkan
mengorbankan seluruh waktu dan memaksa diri sendiri untuk melakukan hal yang mereka
benci. Blue berkata dengan nada yang jauh lebih halus. Itulah yang disebut orang baik.
Cerberus dan Hades tak bisa berkata apa-apa. Mereka terlalu takjub mendengar ucapan
Guardian. Awalnya, mereka mengira Guardian adalah sekumpulan orang-orang berwatak
keras yang begitu menyeramkan, ternyata mereka salah. Guardian yang sebenarnya jauh
lebih baik dari kesan pertama yang mereka tunjukkan.
Nyonya Hanako menghapus sisa air matanya. Ya, aku memang sudah melakukan
kesalahan, tapi semua itu kulakukan untuk melindungi Naomi...
Heee... Purple menanggapi perkataannya dengan cibiran kecil. Oh ya? Ia langsung
terkikik diikuti semua anggota Guardian kecuali Blue yang cuma memandang wanita tua itu
tanpa ekspresi.
Kalian tertawa?? Nyonya Hanako tak bisa menutupi rasa terkejut yang meliputi dirinya,
begitu pula yang dialami Hades dan Cerberus. Wajah-wajah Guardian yang sempat
melembut, sontak berubah jadi ekspresi yang bahkan lebih menyeramkan dari sebelumnya.
Jadi... Anda pikir kami percaya semua ucapan Anda, begitu? Red masih tak bisa
menghentikan tawanya yang penuh ejekan.
Nyonya, kami tidak sebodoh itu. Mengatakan alasan yang begitu mulia seperti melindungi
Naomi... Gold tersenyum simpul, lalu melanjutkan ucapannya dengan suara semanis madu,
Anda tidak bisa menipu kami.
Seharusnya Anda mencari alasan yang lebih masuk akal, ucap Blue dengan nada seperti
seorang guru yang mengajari muridnya, kontan membuat Red dan Gold makin terbahak.
Purple hanya tersenyum sekilas mendengar anggota Guardian. Ia tak ikut berkomentar dan
memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain. Hades, Cerberus, seperti yang
sudah kubilang, kalian sama sekali tidak memiliki sikap sejati seorang penjahat. Sekarang
saatnya kami tunjukkan contohnya di depan kalian.
Apa? Tak ada kata lain yang sanggup diucapkan oleh mereka salah satu suku kata tanya
itu. Karena mereka benar-benar tidak mengerti maksud semua ini.
Orang jahat tidak akan pernah menyerah untuk mengelak. Mereka akan mencari segala
celah yang ada untuk membebaskan diri dari tuduhan, kesengsaraan dan hukuman, tukas
Purple, sambil melayangkan pandangan pada Nyonya Hanako yang terlihat bingung
sekalingus was-was.
Red mulai mengungkapkan analisanya. Jika Anda memang ingin melindungi putri Anda,
lantas kenapa tidak melakukannya dengan cara yang wajar? Anda hanya memerintah
Cerberus melakukan teror untuk menakut-nakuti mereka tanpa tujuan yang jelas.
Kalau memang Anda berniat melindungi Emihara Naomi dengan tujuan membuat semua
orang takut padanya, seharusnya tidak perlu repot-repot menyuruh Cerberus dan Hades
menguntit kelas 3-A setiap saat dengan foto yang diambil diam-diam, atau pesan-pesan
yang menakuti mereka di jam-jam tertentu.
Hal itu terlalu repot dan berbahaya... Gold melanjutkan ucapan Red sambil menyibakkan
rambut keemasannya yang indah. Cukup satu pesan ancaman mengatasnamakan roh putri
Anda, dan semua akan beres. Ia lalu menyeringai lebar.
Lagipula, murid-murid kelas 3-A tidak akan sebodoh itu untuk mengungkap kebenaran yang
ada. Karena bila rahasia Emihara terbongkar, itu berarti rahasia mereka pun ikut
terbongkar, Blue menambahkan, lagi-lagi dengan ekspresi yang sama. Dingin, tanpa belas
kasihan.
Untuk melindungi Naomi karena takut mereka akan menuduhnya sebagai satu-satunya
tersangka. Laki-laki berambut biru itu mengulang ucapan Nyonya Hanako, lalu tersenyum
samar, seperti tak habis pikir. Kata-kata Anda tadi sungguh tidak masuk akal. Anda berani
melakukan ancaman yang beresiko bagi putri Anda bukannya tanpa rencana. Anda jelas
tahu bahwa mereka semua tidak akan sanggup untuk membocorkannya demi keamanan
mereka sendiri.
Kata-kata itu langsung menghantam Nyonya Hanako, dia sama sekali tak menyangka
Guardian yang ia anggap bodoh akan melakukan hal ini padanya.
Alasan Anda melakukan teror semacam itu, hanya satu... Ucapan Red membuat Nyonya
Hanako kembali memandangnya. Semua itu Anda lakukan untuk mengacaukan murid-
murid kelas 3-A. Mungkin lebih tepatnya, itu semua untuk menjatuhkan nilai akademis
mereka.
Nilai akademis? Pak Endou bergumam pelan, tidak begitu paham. Namun detik berikutnya
ia tersentak. Tidak hanya beliau, ketiga muridnya juga menunjukkan ekspresi sama, seperti
baru tersadar setelah sekian lama terhipnotis.
Hal yang sudah jelas dan sangat terlihat, tapi anehnya sama sekali tak mereka sadari
sebelumnya. Bahwa itulah tujuan utama Nyonya Emihara. Selama ini mereka berempat
hanya menjalankan perintah, berusaha melaksanakannya tanpa cacat untuk melindungi
orang-orang yang penting bagi mereka. Tidak memiliki hak untuk bertanya apalagi
keberanian untuk melawan. Hanya bergerak sesuai perintah seperti bidak catur yang
dijalankan oleh sang pemain. Itulah peran Hades dan Cerberus yang berada di bawah
kekuasaan Sang Echidna.
Kenapa? Pak Endou mewakili rasa penasaran mereka semua. Hanya demi tujuan seperti
itu...
Karena dia adalah orang yang sangat serakah. Purple menjawabnya, yang langsung
membuat Nyonya Hanako memandangnya dengan tatapan bengis.
Kenapa? Anda tersinggung dengan perkataannya? Blue yang selalu berdiri di samping
Purple menatap wanita tua itu dengan tatapan menusuk yang jauh lebih kuat, membuat
Nyonya Hanako tersentak mundur tanpa sanggup membalas tatapannya.
Apa maksud kalian? Kyosuke makin penasaran.
Seperti yang kita tahu, Emihara Naomi adalah orang yang paling berpengaruh di seluruh
angkatan kelas 3 karena nilai akademisnya yang membanggakan sekolah. Tentu saja
Nyonya Emihara berpikir tidak ada satu orang pun yang berhak mengambil posisi putri
tercintanya, terutama orang-orang dari kelas 3-A. Red menjawabnya sambil memandang
Kyosuke.
Lalu?
Lalu... Gold melanjutkan, Kecelakaan yang menimpa Emihara Naomi jelas membuatnya
kalap.
Hentikan! Nyonya Hanako tiba-tiba berdiri, wajahnya tegang, penuh amarah.
Gold tak peduli dan justru mengeraskan suaranya. Tapi akhirnya, ada hal lain yang
membuatnya semakin panik. Bocoran soal ujian itu benar-benar membuatnya ketakutan
setengah mati, hal memalukan yang dilakukan oleh putrinya membuatnya tak lagi bisa
tinggal diam.
Ba... bagaimana Nyonya Emihara bisa mengetahui tentang bocoran soal itu?
Blue melanjutkan penjelasan Gold sambil memandang Nyonya Hanako lagi, masih dengan
tatapan tanpa arti. Seperti yang kami katakan sebelumnya, sangat wajar bagi Nyonya
Emihara untuk berada di sekolah dan mengecek keadaan di sini, dan tentu saja nilai para
siswa di kelas 3-A yang tiba-tiba menurun membuatnya penasaran. Apalagi itu terjadi
setelah kecelakaan Emihara Naomi, tentu semakin membuatnya curiga.
Dan akhirnya beliau menemukan bocoran soal ujian di laptop putrinya. Red menunjukkan
senyum tipis, lantas mengungkapkan kata-kata penuh ujian. Kuakui, Emihara Naomi bukan
gadis biasa. Ia bisa membajak komputer sekolah tanpa ketahuan.
Tapi untuk apa Nyonya Emihara meneror kelas 3-A? Karena tanpa melakukan hal itu pun,
rata-rata nilai kelas kami juga akan turun drastis. Rio masih tak percaya, ia memandang
para Guardian sebelum tepat berhenti pada wajah Nyonya Hanako, menuntut sebuah
penjelasan.
Namun wanita tua itu tak menjawab, ia tidak bisa berkata-kata. Wajahnya terlihat begitu letih
sekaligus menyimpan amarah.
Ada satu orang di kelas 3-A yang dianggapnya sebagai ancaman. Purple mewakilinya
untuk menjawab.
Ancaman? Bersamaan, Hades dan Cerberus bertanya.
Kashiwabara Enma. Setelah menyebut satu nama, mereka berempat langsung ternganga,
diliputi perasaan terkejut.
Apa kalian sudah menyadari polanya? Red tersenyum kecil. Sasaran utama dari teror ini
adalah Kashiwabara Enma, sedangkan yang lainnya hanya dijadikan kamuflase.
Hades dan Cerberus masih terpaku, benar-benar tak percaya.
Kashiwabara mungkin satu-satunya orang di kelas 3-A yang tidak perlu menggunakan
bocoran soal karena dia memang pintar. Namun sayangnya hal itu tidak disadari oleh murid-
murid kelas 3-A. Mereka menganggap semua yang ada di kelas itu menggunakan bocoran
soal, tanpa terkecuali. Ucapan Gold langsung membuat keempat orang di depannya seolah
tersadar.
Lagipula Kashiwabara bukanlah orang yang suka menonjolkan diri, ia benar-benar rendah
hati, karena itu banyak orang yang tidak menyadari kemampuannya.
Blue lalu menghela napas sekali, lalu berkata dengan nada datar, Tentu hal itu membuat
Nyonya Emihara kalut. Ia tidak rela jika ada yang merebut posisi putrinya, terlebih orang itu
juga ada di kelas 3-A. Mendengar ucapannya, Nyonya Hanako hanya bisa menggeram.
Tak berhenti sampai di situ, Purple lantas menimpali, Dengan berbagai cara ia berusaha
mencari kelemahan Kashiwabara, dan pada akhirnya rencana licik itulah yang ia ambil.
Rencana yang sekaligus membuat, tidak hanya Kashiwabara, tetapi juga semua murid di
kelas 3-A terlibat. Dengan banyaknya orang yang mengalami teror, motif Nyonya Emihara
yang sebenarnya akan tersamarkan. Purple lalu mendengus pelan. Cukup lihai.
Hentikan! Kalian benar-benar sudah keterlaluan! Kerutan di wajah Nyonya Hanako terlihat
jelas, dengan kekuatan yang tersisa ia berjalan mendekati Purple, tatapan matanya berkilat,
seperti ingin membunuhnya.
Tapi tatapan itu justru dibalas dengan seulas senyum. Dengan gayanya yang anggun, ia
menatap lurus ke arah bola mata Nyonya Hanako. Anda benar-benar orang yang serakah,
tukas Purple dalam bisikan keras.
Anda ingin membuat nilai Kashiwabara turun, tapi sayangnya Anda tahu bahwa ancaman
seperti bocoran soal ujian tidak akan mempengaruhinya. Karena itu akhirnya Anda turun
tangan sendiri tanpa mengandalkan Cerberus, menguntit bahkan sampai ke ruang kepala
sekolah, seolah memberi peringatan bahwa tak ada tempat yang aman baginya.
Gold melanjutkan dengan nada yang begitu halus, Mungkin juga alasan lain Anda berani
melakukannya, karena perasaan iri melihat Kashiwabara bisa mendapat peringkat pertama.
Menggantikan posisi putri Anda.
Dan hasilnya persis seperti yang Anda harapkan. Foto itu berdampak besar bagi
Kashiwabara! Tak seperti Gold, Red begitu jelas menunjukkan perasaan kesal pada wanita
yang dianggapnya begitu picik. Seseorang yang bisa mengambil fotonya diam-diam di
ruang kepala sekolah jelas bukan orang biasa. Ditambah teror dari Cerberus, jelas hal itu
tidak bisa membuatnya konsentrasi dalam pelajaran dan terus-menerus dicekam perasaan
takut.
Sekarang kalian sudah mengerti kan? Purple mengalihkan pandangan pada Cerberus dan
Hades, tatapan matanya pun melembut. Ini adalah waktunya kalian berhenti.
Setelah ucapan itu, Pak Endou, Kyosuke, Rio, dan Sugumi merasakan sesuatu yang begitu
berat seolah terangkat dari pundak mereka. Sampai-sampai mereka tak bisa lagi menahan
air matanya yang nyaris akan tumpah.
Kami benar-benar minta maaf... Pak Endou tak bisa lagi menahan berat tubuhnya, dengan
gerakan pelan ia terjatuh di atas kedua lututnya.
Masih dipenuhi deraian air mata, ketiga murid yang begitu menyayangi Pak Endou langsung
menopang tubuhnya, ikut terduduk di atas lantai kayu. Kami sangat...
Kalian memang bersalah dan telah merugikan banyak orang karena melakukan tindakan
seperti itu. Purple memotong ucapan Rio, yang sontak membuat Cerberus dan Hades
menundukkan kepala dalam-dalam dengan rasa penyesalan yang begitu besar.
Tapi usaha kalian untuk melindungi sesuatu yang begitu penting... Purple berjalan
mendekat, menundukkan tubuhnya tepat di depan mereka semua, lantas melanjutkan
ucapannya dengan senyum merekah, Itu bukan hal yang buruk.
Selama beberapa detik suasana hening. Semua mata melihat Purple. Tidak hanya Cerberus
dan Hades, ketiga anggota Guardian yang lain juga menatap Purple dengan senyum penuh
kelegaan.
Sejurus kemudian, Blue telah kembali melayangkan pandangan pada wanita tua yang
berdiri tak jauh darinya. Dan Nyonya Emihara Hanako, tukasnya pelan. Seharusnya Anda
tahu apa yang harus Anda lakukan sekarang.
Hah? Nyonya Hanako mengerutkan kening, tak paham. Apa maksudmu? Ia mundur
selangkah, terdengar waspada.
Apa Anda masih belum mengerti? Gold berseru dengan nada heran. Anda jelas bersalah
Nyonya Emihara.
Lalu? Kalian akan melaporkanku ke polisi? Suaranya mencicit.
Blue, Gold, dan Red tak menjawab pertanyaan itu. Sebagai gantinya, mereka justru
menatap Purple dalam diam. Menunggu.
Polisi? Purple lantas tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. Tidak. Guardian tidak
berurusan dengan dengan polisi.
Perlahan-lahan, sebuah senyum mulai terlihat lagi di wajah Nyonya Hanako.
Yang harus Anda lakukan adalah angkat kaki dari sekolah ini sekarang juga. Jangan
pernah kembali ke sekolah ini selama-lamanya. Ucapan Purple yang terdengar seperti
vonis, sontak membuat Nyonya Hanako terkesiap. Tanpa peduli dengan kekagetan wanita
tua tersebut, ia melanjutkan, Itu juga berlaku untuk putri Anda.
Nyonya Hanako hanya bisa mengepal kedua tangannya kuat-kuat, rasanya ia benar-benar
ingin menghancurkan Guardian sekarang juga, bagaimanapun caranya.
Satu hal yang perlu Anda ingat... Blue yang seolah mengerti apa yang dipikirkan Nyonya
Hanako lantas angkat bicara, Sebaiknya Anda tidak melakukan sesuatu yang ceroboh,
karena kami menyimpan semua bukti kejahatan Anda. Laki-laki itu mengacungkan sebuah
CD-R di tangan kanannya. Dan juga ini.
Apa itu? Dahinya berkerut, tiba-tiba saja ada gemuruh di dada Nyonya Hanako.
Ini adalah bukti bocoran soal yang ada di laptop putri Anda, jadi kami harap Anda tidak
melakukan sesuatu yang membuat kami terpaksa mempublikasikan isinya. Blue mengakhiri
ucapannya dengan senyum tipis.
Wanita itu langsung tertunduk dengan mata berkaca-kaca. Ia sudah kalah. Itulah yang
dirasakan Nyonya Hanako. Kali ini akhirnya ia menyerah, semua bukti itu terlalu
membahayakan posisinya dan putrinya.
Nyonya Hanako hanya bisa berjalan dengan langkah gontai ke luar ruangan itu. Marah dan
kesal bahkan tidak cukup untuk menggambarkan perasaannya saat ini.
Nyonya Emihara, Purple tiba-tiba memanggilnya lagi.
Nyonya Hanako sontak menghentikan langkah kakinya. Tanpa menoleh, berdiri
membelakangi mereka semua. Dalam diam, dengan perasaan bergemuruh menahan
amarah, ia menunggu apa yang ingin dikatakan oleh pemimpin Guardian itu.
Semoga Emihara Naomi segera sembuh.
Hening sesaat.
Ucapan tersebut langsung membuat Nyonya Hanako terpaku. Matanya melebar, dan tanpa
bisa ditahan, akhirnya butiran-butiran air mata itu mengalir. Bukan hanya karena mendengar
ucapan yang sama sekali tak ia duga, namun juga ketulusan yang terkandung dalam setiap
kata yang diucapkan Purple lah yang membuatnya tanpa sadar menangis. Ucapan yang
begitu sederhana, namun baru pertama kali ia dengar dari mulut orang lain. Sebuah doa
dan harapan untuk kesembuhan putrinya.
Bukan hanya sekadar kata-kata manis, tapi benar-benar punya makna yang bahkan
membuat semua orang di ruangan itu terkesima. Suasana tetap hening, tak satupun yang
bergerak dari tempatnya sampai akhirnya Blue berjalan mendekati gadis itu.
Sudah waktunya kita pergi. Sentuhan lembut di bahu Purple membuatnya tersadar setelah
begitu lama memandang punggung wanita tua yang semakin menjauh.
Purple menganggukkan kepala pada Blue, Gold, dan Red di sampingnya.
Akhirnya kasus kali ini bisa selesai juga. Gold merenggangkan otot-ototnya seperti orang
yang baru saja melakukan pekerjaan berat, ia melemparkan senyum sambil melakukan high
five dengan Red.
Maaf... Suara Pak Endou langsung membuat keempatnya menoleh.
Kenapa kalian membiarkan Nyonya Emihara pergi? tanya Kyosuke tiba-tiba, rasanya sejak
tadi ia begitu penasaran. Bukannya tadi kalian bilang akan melenyapkannya?
Red sontak tertawa. Guardian memiliki cara sendiri untuk melenyapkan seseorang, seperti
yang kalian lihat barusan.
Eh?
Gold tersenyum. Bukan tugas kami untuk menghakimi atau memenjarakan orang-orang
yang sudah berbuat jahat. Guardian bukan polisi.
Jadi maksud kalian melenyapkan adalah membiarkan mereka pergi dari sekolah ini? Rio
tanpa sadar bertanya.
Guardian ada untuk melindungi Hogosha Gakuen. Blue menjawabnya. Hanya itu tugas
kami.
Purple lantas tersenyum kecil, menepuk tangannya sekali. Ok, sudah cukup
pertanyaannya. Sekarang saatnya kita pergi.
Ketiga anggota Guardian yang lain mengangguk, lalu saling bertukar pandang, sebelum
sama-sama memandang keempat target yang ada di hadapan mereka.
Sebelum kami pergi, ada satu hal yang perlu kalian ketahui, tukas Purple, ia lalu
mengangkat jari telunjuk kanannya di depan para target.
Hades dan Cerberus mengangguk dalam diam, dengan ekspresi wajah ingin tahu,
menunggu ucapan Purple selanjutnya.
Tak selang berapa lama, dengan nada seirama keempat Guardian berkata, Guardian
adalah rahasia. Dan kamu adalah bagian dari rahasia itu. Paham?
Tanpa perlu dikomando, Hades dan Cerberus langsung mengangguk mantap, dengan
wajah haru.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Benar-benar terima kasih. Sugumi menundukkan
kepala dalam-dalam, menunjukkan rasa kagumnya pada Guardian.
Terima kasih karena kalian sudah menyelamatkan kelas kami. Pak Endou ikut
menundukkan kepala yang langsung diikuti kedua murid laki-lakinya.
Keempat Guardian membalas ucapan mereka dengan senyuman hangat. Dan tepat
sebelum mereka berempat benar-benar beranjak dari sana, tiba-tiba Pak Endou seperti
teringat sesuatu. Ia lantas menahan salah satu tangan Purple. Maaf, bisakah aku bertanya
satu hal lagi?
Purple mengerutkan kening, tapi ia tetap menganggukkan kepala.
Waktu kalian berdua mendatangi rumahku, kenapa kalian bisa yakin kalau aku tidak bisa
mengatakan alasanku meneror kelas 3-A? Pak Endou bertanya sambil memandang Blue
dan Purple begantian.
Ketiga murid dan dua anggota Guardian lain yang tidak mengetahui arah pembicaraan
mereka hanya menatap ketiganya dengan ekspresi penuh tanya.
Blue hanya bisa terdiam, sebenarnya dia juga tidak mengetahui alasan Purple mengatakan
hal tersebut. Masih jelas diingatannya, saat itu Purple tiba-tiba berubah pikiran setelah
menemukan sesuatu yang membuatnya sadar bahwa ada orang lain di balik Pak Endou.
Setelah beberapa saat menunggu, Purple akhirnya buka suara. Sebenarnya, saat itu aku
menemukan sesuatu yang menarik di atas meja kerja Anda.
Sesuatu? Pak Nakamura langsung mengerutkan kening, bingung.
Purple lalu tersenyum sebelum menjawab, Yang kutemukan adalah berbagai soal latihan
dan catatan-catatan kecil yang Bapak buat untuk murid-murid kelas 3-A.
Eh? Sebelum ada yang paham maksudnya, Blue ternyata sudah bisa menangkap makna
ucapan Purple. Tanpa sadar ia terpana. Laki-laki itu lantas memegang sebagian wajahnya,
lalu menggeleng pelan, antara kagum dan tak habis pikir. Gadis itu benar-benar hebat,
ucapnya dalam hati.
Apa maksudmu? Aku sama sekali tak menemukan hubungannya dengan pertanyaanku
tadi. Pak Endou bertanya, mewakili rasa ingin tahu mereka semua.
Pada awalnya aku mengira Hades adalah satu-satunya orang yang menggerakkan
Cerberus. Ia lalu menggeleng sekali disertai tawa kecil.
Tapi aku salah. Nyatanya Anda juga digerakkan oleh orang lain. Karena itu aku yakin Pak
Nakamura tidak akan mengatakan alasan bapak meneror murid sendiri. Semua hal itu
kusadari setelah melihat apa yang ada di meja Pak Nakamura.
Apa? Selain Blue, semua masih terlihat bingung.
Pak Nakamura bekerja keras membuat soal-soal latihan untuk murid kelas 3-A, Anda
bahkan membuat catatan-catatan kecil mengenai kelemahan dan kesalahan mereka satu
per satu. Menuliskan saran dan penyelesaian di setiap catatan mereka agar murid-murid
Anda bisa lebih mudah mengerti. Purple lalu berpikir sebentar, kembali mengingat kejadian
tersebut.
Karena itu aku pikir ada sesuatu yang janggal. Bila memang punya niat untuk meneror
kelas 3-A, Anda seharusnya tidak perlu bersusah payah membuat berbagai catatan untuk
murid-murid Anda. Apa yang Anda lakukan adalah seperti berusaha mendukung mereka.
Benar-benar sebuah kontradiksi yang aneh. Karenanya waktu itu aku berpikir tidak mungkin
Pak Nakamura orang yang ada di balik semua ini.
Decak penuh kekaguman terlihat jelas pada wajah-wajah disekitar Purple. Bahkan Gold dan
Red pun tak kalah terkejutnya dengan para target mereka.
Jadi, dari situ saja kamu bisa tahu kalau ada orang lain di balik semua ini? Rio bertanya
dengan nada takjub.
Purple menggelengkan kepala sekali. Bukan. Ia lalu memandang Pak Endou, tersenyum
begitu hangat.
Jika ada orang yang bisa dengan sepenuh hati mendukung murid-muridnya seperti itu, aku
yakin dia pasti bukan orang jahat, ucapnya tulus.
Mendengar perkataan terakhirnya, Blue tidak lagi sanggup mengalihkan pandangan.
Dengan wajah begitu lembut ia menatap Purple, yang tanpa sengaja juga memandangnya.
Gadis itu lalu tersenyum pada Blue yang langsung dibalas dengan sebuah senyuman penuh
arti. Red dan Gold juga terlihat puas. Mereka berdua mengacungkan kedua ibu jari padanya
sambil tersenyum lebar, yang dibalas gadis itu dengan kikikan kecil.
Pak Endou dan ketiga muridnya bahkan tidak bisa lagi menanggapi perkataan Purple.
Mereka takjub dan terpana. Guardian yang memiliki kesan keras dan terkadang bisa begitu
menyeramkan ternyata adalah sekumpulan orang-orang berhati mulia. Purple, pemimpin
Guardian yang awalnya mereka takuti, ternyata memiliki hati lembut dan pikiran yang begitu
positif terhadap orang lain.
Hal ini benar-benar di luar bayangan mereka. Terlihat jelas perasaan bahagia dan lega yang
sudah lama tidak mereka rasakan dan berkat Guardian, sekarang kelas 3-A bisa
mendapatkan ketenangan kembali.

*

Begitu sampai di rumah keluarga Takagi, keempat anggota Guardian langsung melepaskan
atribut penyamaran mereka. Asa dan Izumi sama-sama masih sibuk melepaskan lensa
kotak, sedangkan Kaze baru saja selesai mencuci rambut keemasannya yang sekarang
sudah kembali jadi hitam.
Hey Naito, kenapa kamu masih berpakaian seperti itu? tanya Asa heran melihatnya masih
betah memakai seragam Guardian dan hanya duduk diam di kursi dekat Jendela. Laki-laki
itu sibuk dengan pikirannya sendiri, masih memikirkan hal yang sedikit membuatnya
penasaran.
Naito! Naito! Kali ini tidak hanya Asa, Kaze dan Izumi juga memanggilnya, tapi tetap tidak
ada respon.
Asa yang paling benci kalau tidak dihiraukan berdecak kesal. Ia langsung beranjak dari
tempat duduk dan tiba-tiba saja memukul kepala laki-laki itu dengan kibasan tangannya.
Oiii Naito!
Naito langsung menoleh dengan wajah terkejut. Kenapa memukulku? Spontan ia
memegang kepalanya.
Aku kan sudah memanggilmu dari tadi, kenapa kau diam saja? Asa justru membentaknya.
Di sisi lain, Kaze dan Izumi hanya bisa menatap Asa dengan sorot mata kagum. Tanpa
sadar keduanya bertepuk tangan tanpa suara.
Hebat sekali dia! Mana ada orang yang berani memukul Naito seperti itu? Tepat di kepala
pula, bisik Kaze pada Izumi yang duduk di sampingnya.
Izumi mengangguk. Iya, itu benar. Dari dulu aku juga heran, Naito yang dijuluki pangeran
es ini ternyata benar-benar lemah kalau dengan Asa.
Akhirnya, ada hal yang patut kita kagumi dari si Tuan Putri.
Kalian berdua sedang apa? Tiba-tiba saja Naito sudah berdiri di depan mereka berdua,
memasang wajah sedingin es.
Ah, tidak... tidak. Kaze dan Izumi langsung gelagapan, keduanya sama-sama
mengibaskan tangan berkali-kali. Saking asyiknya mengobrol sampai tidak sadar kalau satu
dari orang yang dibicarakan mendekati mereka.
Kami tidak melakukan apa-apa. Kedua laki-laki itu buru-buru mengubah posisi duduk dan
mempersilakan Naito duduk di tengah.
Naito memandang Kaze dan Izumi di kanan kirinya bergantian, menatap mereka heran.
Kalian aneh sekali hari ini.
Ah, tidak. Itu cuma perasaanmu saja. Kaze berusaha tersenyum, lalu memandang Izumi,
meminta persetujuan. Iya kan, Izumi?
Sontak laki-laki berkacamata itu mengangguk. Iya, itu cuma perasaanmu saja. Dan tiba-
tiba saja Kaze dan Izumi tertawa begitu keras, menutupi perasaan gugupnya. Naito
menaikkan sebelah alisnya, makin tidak mengerti.
Bayangkan saja, mereka sudah berteman cukup lama kadang masih merasa takut
menghadapi Naito. Ia memiliki aura yang membuat lawan sering mati kutu menghadapinya.
Karena itu, tak heran jika Kaze dan Izumi terlihat kagum pada Asa yang bisa
memperlakukan Naito secara biasa dan kadang terlihat semena-mena.
Asa. Panggilan Naito membuat kedua orang yang duduk di kanan kirinya sontak
memandang ke arahnya.
Hmm? Asa yang ternyata sibuk melihat siaran pro-wrestling justru tak menoleh dan hanya
mengeluarkan suara dengungan, ia tak rela melepas pandangannya dari salah satu acara
gulat favoritnya itu. Bahkan Asa ikut-ikutan memeragakan salah satu jurus pegulat yang ada
di TV, menjadikan bantal yang dibawanya sebagai sasaran untuk menguji jurus mengunci
lawan.
Naito hanya menghela napas, ia tahu sulit sekali meminta perhatian Asa bila gadis itu lagi
asyik dengan sesuatu. Naito memutuskan untuk menghampirinya, lalu duduk di sebelah Asa
yang masih asyik menyemangati pegulat yang ada di TV.
Asa.
Apa? Kali ini gadis itu menoleh ke arahnya, lalu ia mengerutkan kening, mendapati sinar
mata Naito yang serius. Kamu ingin menanyakan sesuatu?
Buru-buru Naito mengangguk. Ya, inilah salah satu bagian yang ia suka dari Asa sejak dulu.
Tanpa harus mengatakannya, gadis itu bisa mengerti apa yang ia inginkan, meski di sisi lain
Asa juga sering menjadi orang yang sangat tidak sensitif dengan sekitarnya, terutama kalau
mood-nya sedang tidak bagus.
Aku baru saja menemukan sesuatu yang sedikit menarik perhatianku.
Tentang apa?
Tentang kasus ini.
Setelah mendengar jawabannya, Kaze dan Izumi buru-buru menghampiri Asa dan Naito.
Apa masih ada masalah yang belum kita selesaikan? Kaze langsung menyahut, terlihat
sedikit cemas.
Bukan. Naito menggeleng untuk menenangkannya.
Izumi bergerak mendekati Naito dan duduk tepat di sampingnya. Lalu?
Ini tentang Echidna, jawab laki-laki itu sambil mengalihkan pandangan pada Asa. Saat
kamu mengatakan makna sebenarnya dari E.N pada nyonya Emihara, apa kamu ingin
memastikan sesuatu?
Masih jelas diingatannya, bagaimana Asa menyeringai ketika melihat reaksi Nyonya Hanako
saat ia menyebutkan nama Echidna. Dan bukan hal yang aneh kalau Naito hampir selalu
bisa membaca ekspresi gadis itu. Naito yakin seringaiannya saat itu adalah ekspresi
kepuasan setelah mendapatkan sesuatu.
Wow! Asa langsung bertepuk tangan, kagum. Naito, kamu benar-benar hebat. Bagaimana
bisa kamu tahu kalau aku memang ingin memastikan sesuatu?
Kaze dan Izumi yang sejak awal memang tidak mengerti arah pembicaraan mereka cuma
bisa jadi penonton bisu dengan wajah penuh tanda tanya.
Feeling. Lagi-lagi Naito menjawab seperti itu. Jawaban yang paling aman dan paling tidak
jelas.
Hooo... Dan lagi-lagi mereka semua tertipu. Asa, Kaze, dan Izumi hanya bisa
memandangnya dengan takjub.
Feeling-mu memang tidak pernah main-main. Kaze terlihat iri sekaligus kagum, yang
langsung diamini oleh kedua anggota Guardian lainnya.
Naito terlihat jengah dengan pandangan memuja mereka tentang feeling ajaibnya. Lalu,
apa yang sebenarnya ingin kamu pastikan? Secara tidak langsung memaksa Asa untuk
kembali ketopik permasalahan.
Ah sebenarnya, aku hanya ingin memastikan kalau dari awal, Pak Nakamura dan ketiga
muridnya memang mengirimkan sinyal kalau mereka ingin diselamatkan.
Apa?? Kaze dan Izumi langsung terlonjak. Apa maksudmu?
Jadi begitu ya? Belum sempat Asa menjawab, Naito sudah mengembangkan senyum tipis.
Wajah kebingungannya telah digantikan dengan ekspresi puas.
Seperti biasa Naito, kamu memang terlalu cepat mengerti. Asa tersenyum simpul.
Apa maksudmu dari mengirimkan sinyal kalau mereka ingin diselamatkan? Izumi bertanya
dengan nada bingung.
Sebenarnya aku masih bimbang saat pertama kali menemukan kemungkinan E.N yang
bisa berarti Nakamura Endou, Emihara Naomi atau Echidna. Apa itu memang kebetulan
atau mereka memang sengaja menggunakan inisial E.N untuk menunjukkan Echidna alih-
alih Emihara Naomi. Dan setelah melihat ekspresi bingung di wajah Nyonya Emihara saat
kita mengatakan tentang Echidna, akhirnya aku sadar bahwa Nyonya Emihara hanya
memberi perintah tanpa ikut memberi ide tentang cara meneror kelas 3-A. Karena itu tidak
heran kalau dia tidak tahu apa Echidna itu sebenarnya.
Blue lalu menambahkan, Nyonya Emihara menyerahkan segalanya pada Pak Nakamura.
Mungkin dia juga melakukannya untuk membuat alibi yang kuat. Jadi bila ada yang
tertangkap dalam kasus itu, dia akan mudah melakukan pembelaan diri karena Nyonya
Emihara ada di posisi aman, dia tidak berhubungan langsung dengan kasus teror.
Asa langsung mengangguk setuju. Waktu itu kalian pasti melihat bagaimana reaksi Hades
dan Cerberus saat kita mengatakan tentang Echidna...
Ya, mereka terlihat sangat kaget! Kaze langsung menimpali ucapan Asa. Seolah-olah
mereka terkejut karena kita mengetahui hal itu.
Dari awal sepertinya mereka memang menggunakan Cerberus dan E.N sebagai satu
kesatuan. Bukan E.N yang berarti Emihara Naomi atau Endou Nakamura, tapi yang ingin
mereka sampaikan adalah E.N yang berarti Echidna, ibu dari semua monster.
Jadi maksudmu, mereka berusaha mengirim sebuah sinyal SOS dengan menulis E.N di
setiap akhir pesannya? Izumi akhirnya bisa memahami satu misteri lagi yang sebelumnya
tidak terlalu dipikirkannya.
Asa mengangguk pelan, lalu tersenyum masam. Sayangnya tak ada satupun yang sadar
makna sebenarnya dari kata E.N dan justru menganggapnya sebagai ancaman.
Naito yang bisa melihat perubahan wajah Asa, perlahan menyentuh kepala gadis itu. Meski
butuh waktu yang cukup lama, tapi akhirnya sinyal SOS itu sampai pada Guardian. Ia lalu
mengembangkan senyum yang menenangkan.
Asa sempat terkesima, dan detik berikutnya tiba-tiba ia berdiri, seolah mendapat sebuah
energi besar yang mendadak masuk ke dalam tubuhnya. Ya! Kau benar Naito! ucapnya
berapi-api.
Hanya Guardian yang bisa menangkap sinyal SOS mereka! Guardian memang hebat!
Setelah berseru keras, ia lalu tertawa lebar sambil berkacak pinggang seperti seorang bos
geng. Hahahahaha...
Ketiga laki-laki yang masih duduk tenang di situ hanya bisa mendongakkan kepala, bingung
dan heran memandangnya. Kadang mereka tak sanggup mengikuti mood Tuan Putri yang
bisa begitu cepat berubah-ubah.
Setelah puas tertawa seorang diri, gadis itu dengan gerakan cepat duduk di antara mereka
lagi, lalu memandang satu per satu anggota Guardian di sampingnya sambil tersenyum.
Kali ini pun... Asa menggantung ucapannya.
Naito, Kaze dan Izumi ikutan tersenyum dan berseru bersama. MISSION COMPLETE!

*



Bab 8
Saat istirahat siang, tepat di belakang gedung sekolah, gadis yang duduk di kelas satu
Hogosha Gakuen itu terlihat sangat gugup. Tanpa bisa dikontrol, jantungnya berdetak lebih
keras dari biasanya.
Masih sambil meremas kedua tangannya yang basah oleh keringat dingin, ia berdiri di
depan seorang laki-laki yang menjulang tinggi. Sekalipun gadis itu tak sanggup mengangkat
kepala untuk menatapnya.
Jadi... Laki-laki itu mengawali pembicaraan untuk pertama kali, membuat gadis di
depannya tanpa sadar terkesiap. Ada urusan apa kamu memanggilku? Rasanya ia sudah
cukup bersabar dengan keheningan yang telah berjalan lebih dari lima menit.
Padahal tadi pagi gadis di depannya ini yang meletakkan surat di dalam loker sepatunya
dan memintanya untuk datang ke belakang sekolah. Namun setelah bertatap muka, gadis
yang sama sekali tak dikenalnya itu justru diam seperti orang bisu dan hanya menundukkan
kepala dalam-dalam.
Kak Eisei... Gadis itu menelan ludah sekali, setelah berhasil mengucapkan nama kakak
kelasnya. Apa Kakak sudah membaca suratku? Perlahan-lahan ia memberanikan diri
untuk melirik laki-laki di depannya itu.
Naito menarik napas sekali, tak habis pikir dengan pertanyaan itu. Kalau aku belum
membaca suratmu, aku tidak akan ada di sini.
Gadis itu sontak menelan ludah sekali lagi, ternyata memang benar gosip yang selama ini
didengarnya. Mendekati seorang Eisei Naito memang membutuhkan mental sekuat baja.
Bukan hanya karena ucapannya yang terkesan tidak berperasaan, tapi juga aura yang tak
bisa didekati itulah yang membuat banyak orang segan sekaligus terkesima melihatnya.
Namaku Amami Ayano, dari kelas 1-C. Dengan suara yang sangat pelan, ia
memperkenalkan dirinya. Ayano berusaha keras mengangkat kepala, menatap mata tajam
berwarna coklat tua itu.
Naito justru membalas tatapan gadis itu dengan wajah kosong, tanpa ekspresi. Ia terdiam
selama beberapa detik, lantas merespon perkenalan Ayano hanya dengan satu kata.
Lalu?
Lagi-lagi Ayano merasa gugup. Padahal sejak minggu lalu ia sudah putuskan untuk
mengungkapkan perasaannya pada laki-laki yang dijuluki Pangeran Hogosha Gakuen ini.
Tidak peduli Eisei Naito ini lelaki paling dingin, yang terkenal sanggup menolak semua
pernyataan cinta yang datang padanya, Ayano tetap tidak akan menyerah. Karena sejak
pertama kali masuk ke sekolah ini, gadis itu telah jatuh hati padanya.
Meski hampir sembilan puluh sembilan persen kemungkinan ditolak, Ayano masih optimis
pasti ada kemungkinan satu persen laki-laki itu mau menerima cintanya. Keyakinannya juga
beralasan. Ayano adalah salah satu gadis tercantik di kelas satu. Tubuhnya cukup tinggi dan
langsing. Ia memiliki wajah yang lembut dan hidung kecil mancung, dengan mata yang
meski tidak terlalu besar tapi memiliki bulu mata hitam yang tebal. Rambut shaggy sepundak
yang dicat dengan warna coklat muda juga cocok dengan wajahnya yang kecil. Dengan
fisiknya yang menarik, Ayano percaya ia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan
Naito.
Ayano menarik napas sekali, berusaha menenangkan diri. Ia sudah bertekad cukup lama
untuk ini, dan sekarang adalah waktu untuk mengatakannya dengan berani.
Aku menyukai Kak Eisei. Wajah Ayano langsung bersemu merah.
Setelah pernyataan cinta itu, ada jeda yang begitu lama. Hanya suara sayup-sayup para
murid Hogosha Gakuen yang berada di dalam gedung sekolah atau di lapangan olahraga
yang terdengar.
Rasanya Ayano sudah tidak tahan lagi. Ia ingin kabur saja karena Naito sama sekali tak
menanggapi ucapannya. Sebaliknya, laki-laki itu justru memandangnya dengan ekspresi
yang tak terbaca.
Perlu keberanian luar biasa bagi Ayano untuk memanggilnya, setelah lebih dari dua menit
dilalui dalam kesunyian. Kak... Eisei?
Apa yang kamu suka dariku? tanya Naito.
Eh? Ayano langsung ternganga, ia sama sekali tak mengira pertanyaan seperti itu. Apalagi
nada bicara yang datar itu membuat Ayano membatu.
Apa dia ingin mengujiku? Ia masih sempat berpikir, namun otaknya langsung berputar
cepat. Aku harus menjawab pertanyaan Kak Eisei dengan sempurna. Kurasa ini adalah
kunci utama untuk bisa mendapatkan hatinya.
Naito masih berdiri dalam diam. Menunggu jawaban Ayano.
Aku menyukai semua yang ada pada diri Kak Naito. Untuk pertama kalinya ia memanggil
nama laki-laki itu dengan nama kecil. Berusaha untuk mendekatkan jarak yang ada di antara
mereka.
Sejak pertama kali melihat Kak Naito, aku sudah menyukai kakak. Suara Ayano sekarang
terdengar jauh lebih yakin.
Kepercayaan dirinya mulai tumbuh ketika melihat Naito sepertinya tidak menolak saat gadis
itu menyebut nama kecilnya. Apalagi dilihatnya laki-laki itu bersedia mendengar setiap
perkataannya dengan saksama. Perlahan-lahan senyuman lebar mulai menghiasi wajahnya.
Karena itu, aku ingin kakak jadi pacar...
Zannen ( Sayangnya) ... Tiba-tiba Naito memutus ucapan Ayano.
Zannen? Ayano mengulang ucapan itu, ia sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja
di dengarnya. Dou iu imi desuka? ( Apa Maksudmu?)
Ore wa naito ni nareru kamo... jawab Naito disertai senyum samar penuh misteri. ... tada
asa dakedo ( Aku mungkin bisa menjadi naito (ksatria) tapi hanya saat asa (pagi hari) ) .
Apa? Ayano langsung mengerutkan kening, dia benar-benar tak paham dengan jawaban
konyol yang tak ada hubungan dengan pernyataan cintanya. Entah bagaimana rasanya ia
jadi begitu bodoh. Apakah itu sebuah tanda bahwa ia sudah ditolak?
Sebenarnya apa maksud ucapan kakak? Ayano sungguh tak paham.
Maksudku jelas seperti apa yang kuucapkan tadi. Naito menjawabnya, seolah itu bukan hal
yang patut untuk dibingungkan.
Kalau begitu aku permisi. Tanpa menunggu lama, Naito berbalik menuju gedung sekolah,
meninggalkan Ayano yang masih terbengong-bengong.
Ayano pun hanya bisa memandang punggung kakak kelasnya itu dengan bingung.
Pikirannya masih buntu, dan tanpa sadar menggumamkan kalimat Naito tadi berkali-kali.
Dia hanya bisa jadi ksatria di pagi hari? Memangnya ada pahlawan yang cuma muncul di
pagi hari?
Ia lalu terdiam, cukup lama. Merangkai setiap kata satu per satu, hingga akhirnya Ayano
membelalakkan mata lebar-lebar. Menemukan arti yang mengusiknya. Mungkinkah
maksudnya... Naito ada hanya bila ada Asa... Ucapan itu tanpa sengaja meluncur dari
bibirnya.
Ayano langsung tersentak, tak bisa dibuat lebih kaget lagi. Ia sontak menutup mulutnya
yang ternganga lebar dengan salah satu tangan. Setelah itu, buru-buru matanya menyusuri
koridor di mana Naito baru saja melewatinya. Tetapi sosok itu sudah menghilang beberapa
saat lalu.
Ada perasaan kecewa dan kesal terpancar dari wajahnya. Namun akhirnya Ayano sadar, ia
harus benar-benar menyerah sekarang.
Ayano masih tak beranjak dari situ, ia cuma mendongakkan kepala ke atas, lantas
bergumam pada dirinya sendiri. Jadi itu maksud Kak Naito. Ayano lalu menarik napas
berat dan hanya bisa tersenyum miris. Penolakan yang tidak akan bisa dibantah.
Ternyata itulah yang kerap dilakukan Naito ketika seorang gadis menyatakan cinta padanya.
Bukan penolakan secara terang-terangan, malah yang mereka terima adalah sebuah teka-
teki16 (16 Kanji nama Asa memiliki arti pagi hari, sedangkan Naito adalah nama yang
berasal dari serapan bahasa Inggris dan dalam bahasa Jepang memiliki dua arti yaitu,
knight (ksatria) dan night (malam)) . Ambigu dan absurd. Entah sejak kapan Naito mulai
berkata seperti itu untuk menolak mereka. Namun yang pasti, Asa sama sekali tidak tahu
mengenai ini.

*

Naito menyusuri koridor menuju lantai tiga, lalu berhenti di depan ruang OSIS. Tangannya
langsung terhenti ketika ingin membuka pintu ruangan itu, sayup-sayup dapat didengarnya
suara berbisik dari dalam sana, yang menandakan, suara itu pasti jauh lebih kencang,
karena bisa sampai menembus pengedap suara.
Tak butuh waktu lama, Naito cepat-cepat masuk dan menutup pintu ruang OSIS dari dalam.
Hah!
Ia terperanjat. Ekspresi wajahnya langsung berubah. Naito hanya bisa berdiri diam,
memperhatikan adegan yang sedang terjadi tepat di depan matanya.
Kau gila ya? Asa membentak dengan suara membahana, lalu memukul meja di
sampingnya dengan kepalan tangan hingga bergetar. Dia benar-benar marah besar. Izumi!
Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?!
Izumi yang berdiri di seberang ruangan tak berani mendekatinya, tapi laki-laki berkacamata
itu juga tak mau kalah. Ia balas membentak, Itu bukan salahku! Kau lihat sendiri kan?
Perempuan itu yang aneh!
Kau...! Asa naik darah. Ia sudah berniat memukul laki-laki itu, tapi Kaze yang sejak tadi
berdiri di belakangnya langsung sigap memegang kedua bahu Asa, menahannya sekuat
tenaga.
Asa, cukup!
Lepaskan aku Kaze! Asa terus berontak. Aku benar-benar tidak bisa membiarkan laki-laki
ini seenaknya. Bagaimana bisa dia mengucapkan kata-kata sekasar itu pada seorang
perempuan??
Aku tahu, tapi tenangkan dirimu dulu. Kaze terlihat kewalahan karena gadis itu tetap tak
menyerah untuk melepaskan diri, hingga akhirnya pandangan matanya bertumbukan
dengan Naito yang masih berdiri di depan pintu masuk.
Naitoo! Ia nyaris berteriak. Sedang apa kau? Cepat tolong aku! Kaze terlihat panik
sekaligus lega. Di saat seperti ini, Naito mungkin adalah satu-satunya yang paling
dibutuhkan untuk menenangkan keadaan.
Naito yang meskipun tidak mengetahui masalahnya, cepat-cepat mendatangi mereka. Ia
sempat melayangkan pandangan bertanya pada Izumi yang lebih dekat dari tempatnya,
namun laki-laki berkacamata itu hanya menaikkan kedua bahu disertai wajah tegang.
Naito akhirnya memilih untuk mendatangi Asa, berhenti tepat di depannya. Ia memandang
sekilas pada Kaze yang masih berusaha menenangkan gadis itu.
Menyingkir dari hadapanku Naito! Asa meninggikan suara, semakin keras memberontak.
Aku harus beri pelajaran pada Izumi!
Naito yang selalu tenang, tanpa diduga mengangkat tangan kanannya ke udara. Gerakan
tangan itu seperti berniat menampar wajah gadis yang berdiri di depannya.
Na... Naito... Kaze langsung membelalakkan mata, suaranya sedikit bergetar. Jangan
pakai kekerasa...
Tiba-tiba suara Kaze terputus.
Naito masih tak mengubah ekspresi wajahnya, sedangkan Kaze diam-diam
menghembuskan napas lega. Perkiraannya tentang tamparan itu tidak kunjung terjadi.
Ternyata, yang dilakukan Naito adalah menutup kedua mata Asa dengan telapak tangannya
yang besar. Gerakan itu begitu cepat namun halus, hingga sanggup membuat Asa
terkesiap.
Keributan pun mendadak terhenti. Sekarang, yang terdengar hanya suara-suara napas
memburu.
Asa, tenanglah. Naito yang pertama kali angkat bicara. Nada suaranya tetap datar, namun
begitu menentramkan, sampai-sampai Asa tak lagi berontak. Kaze pun perlahan-lahan
melepaskan pegangannya.
Diam-diam, Kaze masih sempat melayangkan pandangan pada Asa dan Naito. Menatap
mereka bergantian, tak sanggup menyembunyikan rasa penasarannya. Dari dulu, hubungan
mereka berdua ini benar-benar tidak bisa kumengerti. Rasanya ada dunia yang tidak bisa
kumasuki di antara mereka... aneh sekali.
Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Suara Naito membuat Kaze terpaksa berhenti
memikirkan hal yang sedikit mengganggunya itu.
Namun, tidak satupun dari mereka yang menjawab pertanyaan itu. Bahkan Asa dan Izumi
memalingkan wajah. Mereka terlalu emosi dan sama sekali tak mau buka mulut.
Kaze? Naito memanggilnya, sadar bahwa Asa dan Izumi tidak akan bisa diajak berdiskusi.
Haah... Kaze mengela napas dalam-dalam. Baiklah. Aku akan cerita. Ia membalas
tatapan Naito yang masih menunggu penjelasannya
Saat istirahat siang tadi, kami bertiga ada di koridor bawah. Lalu, dalam perjalanan menuju
ke sini, ada seorang gadis kelas 1 yang ingin menyatakan cinta pada Izumi.
Naito tidak memberikan komentar apa pun. Karena hal yang diceritakan Kaze bukan
sesuatu yang luar biasa. Rasanya sudah tidak aneh lagi melihat Izumi dapat pernyataan
cinta dari seseorang.
Masalahnya adalah... Kaze menggantung ucapannya, terlihat bingung untuk melanjutkan
cerita.
Kali ini, ekspresi wajah Naito berubah. Ia mengernyitkan dahi. Apa masalahnya?
Kaze terdiam sejenak, ia terpaksa mengingat lagi kejadian yang sudah terjadi sekitar
setengah jam lalu, tepat di depan koridor lantai 2.

*
Kak Shirokawa. Gadis itu memanggilnya.
Tidak hanya Izumi, Kaze serta Asa yang juga berdiri di sebelah laki-laki itu ikut menoleh
padanya.
Gadis yang berdiri di depan mereka berambut panjang seperti Asa. Tapi jelas sekali kalau
gadis itu tak pernah merawatnya. Rambut berwarna hitam yang tak teratur, dengan ujung-
ujung yang bercabang. Dahi dan tulang pipinya lebar, tidak sesuai dengan bentuk dagunya
yang tirus. Bintik-bintik jerawat juga memenuhi wajahnya yang berbentuk hati.
Bisa aku bicara sebentar? Gadis itu berkata sambil menggigit kuku ibu jarinya hingga
mengeluarkan bunyi tak... tak... tak. Ia menunduk, terlihat sangat tegang.
Melihat perilakunya yang sedikit aneh, mau tidak mau, ketiga anggota OSIS itu saling
berpandangan, heran. Namun, nggak butuh waktu lama, Izumi berjalan mendekatinya. Apa
yang ingin kamu bicarakan? Ia berkata lembut.
Bisa... kita bicara... di... tempat lain? Gadis itu masih tak mau menatapnya.
Tentu. Izumi langsung tersenyum. Kita bicara di sana saja. Ia menggiring gadis itu
menjauh dari tempat itu, lalu berjalan menuju tangga di ujung koridor, ke tempat yang lebih
sepi dan tidak mencolok.
Izumi sempat menoleh pada dua temannya sambil mengedipkan mata, sadar betul bahwa
gadis yang memanggilnya itu pasti mau menyatakan cinta.
Sementara itu, Asa masih betah memandang kedua punggung yang berjalan makin jauh
dari tempatnya berdiri. Namun tiba-tiba saja ia bicara, dengan nada menyalahkan. Kaze,
kau sudah memberi pengaruh buruk padanya.
Pengaruh buruk? Kaze melayangkan pandangan pada gadis di sebelahnya. Ia
memamerkan senyum bangga, seolah apa yang diucapkan Asa adalah pujian. Di bagian
mananya?
Asa hanya melirik sekilas. Kurasa, dulu dia bukan casanova sepertimu. Si Izumi itu nggak
terlalu suka tebar pesona, tapi lihat sekarang! Kalian benar-benar sama dalam urusan
perempuan.
Hahaha... Jawaban tersebut membuat Kaze terbahak. Ia ikut-ikutan memandang Izumi dan
gadis kelas 1 itu berbelok menuju tangga yang menyambung lantai 2 dan 1.
Tiba-tiba Kaze mengerutkan kening, baru saja sesuatu terlintas dibenaknya. Apa kamu
nggak merasa gadis tadi sedikit aneh?
Asa terdiam sejenak, lalu mengangkat bahu sebagai jawaban. Namun mendadak saja
sebuah ide muncul di kepalanya. Sontak ia menoleh pada Kaze dengan mata berbinar-
binar. Bagaimana kalau kita mengintip mereka? Asa berkata dengan senyum lebar.
Lagipula, kapan lagi kita punya kesempatan untuk mendengar pernyataan cinta orang
lain?
Mengintip? Kaze benar-benar terkejut, tapi nada bicaranya terdengar sangat bersemangat.
Tuan Putri, kau serius?
Kenapa tidak? tanya Asa sambil mengedipkan matanya.
Dan detik berikutnya, kedua orang itu saling berpandangan, lalu mengembangkan sebentuk
senyum. Senyum jahil yang sama. Kalau diperhatikan, terkadang ada saatnya Asa dan Kaze
bisa jadi kombi yang sangat pas. Salah satunya adalah rasa bangga mereka pada diri
sendiri serta kejahilan-kejahilan seperti yang mereka lakukan sekarang.
Asa buru-buru berjalan menuju kelas kosong berada di samping tangga. Hanya ada sebuah
tembok yang memberi jarak antara ruangan itu dengan tangga sekolah, tempat Izum dan
gadis kelas 1 itu sedang bicara. Tempat yang dirasa paling sepi, aman, dan strategis untuk
menguping pembicaraan mereka.
Lebih baik kita bersembunyi di kelas keterampilan. Asa berkata dengan suara pelan.
Setuju. Kaze mengangkat jempol sambil mengangguk.
Begitu sampai di kelas itu, mereka langsung berjongkok, mengintip dari balik pintu kelas.
Beruntung, ternyata posisi mereka memang sangat strategis. Dari tempat persembunyian,
Asa dan Kaze bisa melihat jelas Izumi dan gadis kelas 1 itu dari samping. Mereka tepat di
bawah tangga dan berdiri berhadapan. Wajah keduanya pun sama-sama serius.
Kak Shirokawa, namaku Miyaji Takako. Gadis itu langsung memperkenalkan dirinya.
Ya.
Aku ingin kakak menjadi pacarku! Tiba-tiba saja Takako dengan berani menarik salah satu
tangan Izumi, sampai yang ia tersentak.
Huwaaa! Di tempat persembunyiannya, Kaze spontan mengeluarkan suara terkejut.
Asa menyikut perut laki-laki itu. Wajahnya terlihat kesal bercampur kaget. Kau gila ya?
Kenapa tiba-tiba menjerit? desisnya pelan.
Ya, itu... karena... Suara Kaze terbata-bata, ia masih sempat merintih sambil memegangi
perutnya yang terkena sikut Asa. Aku tidak menyangka bisa salah dalam menilai seorang
perempuan, lanjutnya.
Apa maksudmu?
Menurutku, gadis seperti Miyaji adalah tipe yang tertutup dan pemalu. Tidak kusangka dia
bisa seagresif itu saat menyatakan cinta.
Asa yang mendengarkan setiap kata Kaze dengan saksama tak memberikan komentar apa
pun. Ia justru kembali fokus memperhatikan Izumi dan Takako dari balik pintu. Kali ini, Asa
memandang Takako dengan cermat, seperti mempelajari ekspresi wajah gadis itu. Apa
yang begitu itu bisa disebut agresif? ucapnya perlahan, seolah bertanya pada dirinya
sendiri.
Mendengar perkataannya, Kaze hanya bisa menatap bingung. Tapi ia tak terlalu ambil
pusing dan kembali serius menguping pernyataan cinta di depannya.
Maaf... tapi aku tidak bisa menjadi pacarmu Miyaji. Meski Izumi merasa terpojok, ia masih
sanggup bersabar. Pelan-pelan ia berusaha melepaskan pegangan Takako yang mengunci
lengannya.
Kenapa? tanya Takako gusar. Ia nggak terima, bahkan tidak membiarkan Izumi lepas dari
cengkeraman tangannya. Nggak masalah kalau Kak Shirokawa tidak menyukaiku, aku
hanya ingin kakak menjadi pacarku!
Tentu saja aku tidak bisa. Suara Izumi mengeras. Aku hanya akan berpacaran dengan
orang yang kusukai.
Tapi saat ini Kak Shirokawa tidak punya orang yang kakak sukai kan?
I... itu...
Aku tahu kakak tidak punya. Takako langsung memotong ucapannya. Setiap hari aku
selalu mengikuti Kak Shirokawa, jadi aku tahu semua tentang Kakak.
Hah? Izumi benar-benar tak bisa menahan amarahnya. Kau menguntitku?
Iya! jawab Takako tanpa rasa bersalah sama sekali. Dan aku tahu perasaan sukaku pada
Kak Shirokawa tidak bisa dibandingkan dengan orang lain. Aku jauh lebih menyukai kakak
daripada perempuan lainnya.
Kau benar-benar... Izumi nggak habis pikir. Ia memang sudah biasa menghadapi
perempuan yang mengagumi atau menyukainya. Tapi dia belum pernah menemui orang
yang sangat ngotot dan maniak seperti gadis di depannya ini.
Meski kamu menyukaiku, aku tidak akan mungkin menyukaimu. Izumi mempertegas
kalimatnya. Menolak secara langsung adalah langkah yang menurutnya paling tepat
sekarang.
Tapi ternyata, penolakan itu tak berhasil. Gadis itu jauh lebih pemaksa dari yang ia pikir.
Aku tidak perduli! Aku hanya ingin kakak menjadi pacarku. Aku yakin suatu hari Kak
Shirokawa akan mengerti perasaanku dan mulai menyukaiku!
Itu tidak mungkin terjadi! Izumi membentak sangat keras sambil menyentak tangannya. Ia
sudah tidak bisa menahan kesabaran lagi. Gadis ini benar-benar sinting!
Takako mundur selangkah, cukup terkejut dengan kemarahan laki-laki berkacamata yang
punya image imut itu. Namun ia tak mau menyerah. Ke... kenapa kakak tidak bisa
menyukaiku?
Karena... Izumi berusaha mencari kata yang tepat. Memikirkan sebuah alasan yang
sanggup membuat gadis ini mundur sepenuhnya.
Karena apa? Takako kembali memaksa.
Sementara itu, Asa dan Kaze yang masih serius memperhatikan mereka pun tak kalah
tegangnya. Dan tanpa sepengetahuan Kaze, gadis di sampingnya terus menggumamkan
sesuatu, sambil mengepalkan tangan keras-keras. Izumi, jangan sampai kau katakan itu.
Mendengar gumamannya, Kaze menoleh, terlihat begitu penasaran. Ia merasa ada yang
aneh dengan Asa saat ini.
Karena apa? Suara Takako yang makin memojokkan Izumi, membuat Kaze kembali fokus
pada mereka.
Karena kamu jelek!!!
Setelah ucapan Izumi yang begitu emosional, Takako langsung membeku di tempat.
Matanya menatap Izumi tak percaya. Mulutnya terkunci rapat, tak sanggup membalas
ucapan itu.
Di dalam kelas keterampilan, Kaze tak kalah terkejutnya mendengar ucapan Izumi. Ia makin
dibuat bingung begitu melihat wajah Asa. Gadis itu menatap Takako dengan pandangan
kosong. Tak bisa ditebak apa yang ada dipikirannya.
Tuan Putri... panggil Kaze sambil menyentuh pundaknya, namun Asa seperti tak
menyadari panggilan itu.
Kaze hanya bisa mengerutkan kening ketika ia melihat tangan Asa bergetar, tapi pandangan
matanya masih lekat menatap Takako dari kejauhan. Tuan Putri, kamu kenapa?
Asa masih tak menanggapi ucapan Kaze, ia justru sibuk bicara pada dirinya sendiri. Sudah
terlambat, gumamnya.
Kaze tak lagi bertanya, ia hanya terdiam memandang gadis itu. Apanya yang terlambat?

*

Begitulah akhirnya. Kaze menutup cerita dengan helaan napas panjang, ia lalu menatap
Naito. Dan kejadian selanjutnya, seperti yang kau lihat barusan.
Naito terdiam sejenak, lalu melayangkan pandangan pada Asa yang masih diam di kursinya.
Gadis itu jelas memikirkan sesuatu. Setelah mendengar penjelasan Kaze, tidak perlu waktu
lama bagi Naito untuk memahami apa yang terjadi.
Tanpa ada yang menyadari, Naito memandang Asa dengan wajah sendu, seperti
menyimpan sebuah arti. Namun detik berikutnya, tiba-tiba saja laki-laki itu bicara di tengah
suasana yang masih tegang. Sekarang lebih baik kita membaca permohonan yang masuk.
Iya, aku setuju! Kaze menepuk kedua tangannya, berusaha terdengar ceria. Kali ini biar
aku yang baca.
Ia buru-buru menduduki kursi, tepat di samping Izumi yang masih diam. Kaze dengan
semangat langsung membuka laptop di depannya.
Seperti biasa... banyak e-mail yang masuk ke Guardian hari ini. Kaze membacanya satu
per satu, masih dengan senyum terkulum. Selama beberapa menit ia masih asyik membaca
sambil bersenandung kecil. Tiba-tiba senandung kaze terhenti. Matanya terbelalak menatap
layar yang ada di depannya. Senyum cerita digantikan ekspresi ganjil.
Ada apa? Izumi yang di sebelahnya pertama kali sadar dengan perubahan Kaze. Ia masih
sempat mengamati ekspresi laki-laki itu sebelum ikut-ikutan melihat layar laptop di
depannya.
Dan tiba-tiba saja, ekspresi Izumi pun berubah. Wajahnya mendadak tegang dengan
ekspresi shock.
Asa dan Naito yang duduk di tempat kerjanya masing-masing, masih sempat melepas
pandang sebelum akhirnya mendatangi meja Kaze dan Izumi, lalu berdiri mengelilingi
mereka berdua.
Asa membungkukkan tubuhnya, membaca kalimat-kalimat yang ada di depannya. Ia juga
menunjukkan ekspresi yang sama seperti Kaze dan Izumi. Sepertinya hanya Naito yang
masih bisa tenang. Ia cuma menghela napas panjang sekali.
Tanpa terasa, suasana tegang kembali memenuhi ruangan. Sampai akhirnya Asa buka
suara. Aku ingin Guardian membuatnya menderita. Membalaskan semua rasa sakit hatiku
pada laki-laki itu. Laki-laki yang bernama Shirokawa Izumi dari kelas 2-B. Suara Asa kian
muram ketika membaca deretan kalimat selanjutnya. Permohonan dikirim oleh Miyaji
Takako dari kelas 1-A.
Suasana sempat tak enak setelah Asa mengakhiri ucapannya, namun Kaze cepat-cepat
berdiri dari tempat duduk. Jangan khawatir Izumi. Guardian tidak akan mengabulkan
permohonan seperti itu. Ia berusaha menghiburnya dengan menepuk pundak Izumi yang
masih terduduk lesu. Kau tidak perlu murung...
Miyaji Takako. Target lock on! Suara lantang itu langsung membuat ucapan Kaze terputus.
Ia dan Izumi hanya bisa ternganga, melihat Asa dengan tatapan tak percaya. Mulut mereka
setengah terbuka, tapi tak ada kata yang keluar karena rasa terkejut yang mengitari mereka
berdua.
Di sisi lain, Naito lekat menatap Asa dengan pandangan sendu. Ia tidak kaget
mendengarnya, tapi ekspresi wajahnya jelas menunjukkan sesuatu. Bukan terkejut, tapi
lebih seperti ekspresi tidak rela. Seperti ingin membantah, namun tak kuasa untuk
mengatakannya. Karena Naito sangat tahu, ada sebuah alasan kuat di balik keputusan Asa
ini.
Shirokawa Izumi... Asa berkata di tengah keheningan, ia lalu melayangkan pandangan
aneh pada Izumi yang masih duduk di bangkunya, yang tanpa sengaja membuat laki-laki
berkacamata itu terkesiap karena merasa terintimidasi. Mulai hari ini, kau diskrors dari
OSIS, putusnya.
Setelah ucapan tersebut, terdengar suara napas tertahan di sekitarnya. Ketiga lelaki itu
benar-benar kaget bukan kepalang. Semua memandanga Asa dengan tatapan bingung.
Dan mendadak, tanpa berkata apa pun, Izumi berdiri dari kursi dengan gerakan kasar. Dari
ekspresi wajahnya, mereka tahu bahwa ia benar-benar sakit hati, marah, dan tidak terima.
Namun, bagaimanapun ia tak bisa melawan keputusan pemimpin Guardian. Itulah
aturannya.
Blam!
Suara keras terdengar saat Izumi menutup pintu ruangan dari luar. Ketiga anggota OSIS
yang tersisa di dalam hanya bisa termangu, menatap pintu itu dengan ekspresi muram.
Asa yang pertama kali bergerak. Ia hanya menghela napas sekali. Lantas, seperti tak terjadi
apa pun, ia kembali ke tempat duduknya, lalu duduk dengan tenang sambil menyilangkan
kedua kaki. Naito yang masih berdiri di dekat meja kerja Kaze hanya mengikuti gerak-gerik
gadis itu tanpa mengatakan apa-apa.
Brak!
Sebuah suara keras kembali terdengar, membuat Asa dan Naito menoleh ke arah sumber
suara. Ternyata, Kaze baru saja berdiri sambil menggebrak mejanya sampai bergetar.
Asa, sebenarnya ada apa denganmu hari ini?
Apa maksudmu? Asa balik tanya, nada suaranya begitu datar sangat kontras dengan laki-
laki itu.
Kaze benar-benar tak percaya mendengar jawabannya. Bagaimana bisa dia masih begitu
cuek seperti ini? Laki-laki itu nggak bisa menahan kesabaran lebih lama, dan langsung
mendatangi tempat Asa, ganti menggebrak mejanya. Tapi Asa sama sekali tak
menunjukkan ekspresi apa pun, ia justru mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki itu
tanpa rasa takut sedikitpun.
Asa... Kaze menggeram. Kali ini kau sudah sangat keterlaluan! Ia menumpahkan seluruh
kemarahan yang sejak tadi ditahannya.
Dan seperti Izumi, ia keluar sambil membanting pintu. Kaze sudah tidak lagi bisa mentolerir
sikap Asa yang egois. Padahal, selama ini Kaze terkenal ramah dan sangat baik. Bahkan,
marah adalah hal tabu dalam hidupnya. Namun sekarang, ia seperti tak bisa lagi menahan
diri. Hal itu juga makin terbukti dengan caranya memanggil Asa. Selama ini, Kaze selalu
memanggil nama Asa dengan sebutan Tuan Putri, tetapi bila laki-laki itu sampai memanggil
nama Asa langsung, itu dapat diartikan kalau ia memang tidak sedang main-main!
Haaah... Asa menghela napas panjang, terlihat begitu lelah. Ia tak menggubris Naito yang
berdiri menjulang di samping kursinya. Gadis itu lebih memilih diam dan melipat kedua
tangannya di atas meja. Ekspresinya tidak terbaca.
Sesaat kemudian, ia kembali menghela napas, lalu membenamkan kepala di atas kedua
tangannya. Naito... panggilnya. Suara Asa terdengar tidak begitu jelas.
Hmm?
Kamu tidak ikut-ikutan marah padaku?
Mendengar pertanyaannya, Naito justru tersenyum. Laki-laki itu mengubah posisinya. Ia
sedikit menyandarkan belakang tubuhnya dibalik meja kerja gadis itu sehingga dengan jarak
yang lebih dekat, ia dapat dengan jelas menghadap Asa yang masih menundukkan kepala
dalam-dalam.
Daripada bertanya tentang hal itu, lebih baik kamu pikirkan hal yang lebih penting.
Hal yang lebih penting? Asa pelan-pelan mengangkat kepalanya, dan langsung tersentak.
Tepat saat mendongakkan kepala, ia melihat mata Naito yang sejak tadi tak melepaskan
pandangan darinya. Laki-laki yang biasanya tanpa perasaan itu menatapnya lekat, disertai
sebuah senyum kecil, yang lagi-lagi begitu menenangkan.
Hal apa yang lebih penting? Setelah kesadarannya kembali, Asa mengulang
pertanyaannya.
Naito tak langsung menjawab. Ia justru melakukan hal yang tidak terduga. Tiba-tiba saja, ia
menyentuh sebagian ujung rambut panjang Asa dengan jari-jari tangannya, lalu
membungkukkan badan hingga wajahnya nyaris sejajar dengan gadis itu. Karena kamu
sudah menerima permohonan ini, kamu harus bisa menyelesaikannya dengan baik, Ketua,
ucap Naito dengan nada mengingatkan.
Perlahan-lahan ia lalu melepaskan rambut panjang Asa digenggamnya. Sekarang, kamu
tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain.
Asa cuma bisa menatap sahabat sejak kecilnya dalam diam, merenungkan setiap perkataan
itu, lalu sebuah senyum menghiasi bibirnya. Kamu benar.
Asa berdiri dari kursi, gantian melihat Naito dengan tatapan serius. Kamu percaya padaku?
Hening. Tak ada jawaban. Naito memilih untuk berdiri di sebelahnya dan menyentuh kepala
gadis itu sambil menatapnya penuh arti. Aku selalu mempercayaimu.
Asa tak bisa lagi menyembunyikan senyumnya. Aneh, setelah mendengar ucapan Naito
tiba-tiba saja perasaannya terasa jauh lebih tenteram.
Naito, untuk sementara waktu, kurasa kamu akan lebih sibuk dari biasanya.
Maksudmu?
Pekerjaan Izumi adalah tanggung jawabmu sekarang.
Mendengar perintah yang diucapkkan tanpa beban itu, Naito justru tersenyum tipis. Ada
kelegaan yang tersirat dalam ekspresi wajahnya. Perasaan lega karena Asa yang otoriter
dan seenaknya sendiri itu telah kembali.
Dan... Asa melanjutkan ucapannya. Aku butuh Kaze di pihak kita.
Sesaat ia terdiam, memikirkan bagaimana cara untuk menarik laki-laki itu menjauh dari
Izumi. Untuk membuat Izumi menderita, tidak ada seorang pun yang boleh berada di
pihaknya, terutama Kaze. Tapi sepertinya cukup sulit, melihat kedekatan mereka berdua...
Serahkan saja padaku. Naito tiba-tiba memotong kalimatnya. Aku akan bawa Kaze
kembali ke sini.
Mata Asa melebar, terdengar tak percaya. Kamu yakin? Bagaimana caranya?
Naito menggeleng pelan. Kamu hanya perlu pikirkan bagianmu. Masalah ini biar aku yang
urus. Ia tidak mau menjawab.
Baiklah. Tak disangka Asa langsung menurut. Namun ini tidak terlalu mengherankan,
karena sejak dulu Asa sangat tahu akan hal itu. Naito bukanlah orang yang suka cerita
panjang lebar, dan bila dia tidak ingin mengatakan sesuatu, siapapun tak bisa memaksanya
untuk buka mulut.

*

Ditengah jam pelajaran terakhir, sebuah getaran ponsel terdengar dari saku laki-laki itu. Ia
masih sempat melihat nama pengirim pesan di layarnya sambil mengerutkan kening,
sebelum memutuskan untuk membacanya.

Temui aku di ruang OSIS sepulang sekolah nanti. -Naito.

Kaze tak membalas pesan singkat itu. Ia menoleh ke samping kirinya, melayangkan
pandangan pada Naito yang duduk di pojok dekat jendela, berjarak dua kursi dari tempat
duduknya di sisi paling kanan. Dan ternyata, laki-laki itu juga sedang menatapnya.
Kaze menghela napas sekali, lantas menganggukkan kepala pada Naito, tanda bahwa ia
setuju.

*



Bab 9
Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? tanya Kaze tanpa basa-basi. Saat ini hanya ada dia
dan Naito di ruang OSIS. Sebelumnya. Naito meminta Asa pulang lebih dulu meski biasanya
mereka selalu pulang bersama, dengan alasan ingin mengecek pembukuan OSIS, yang
Naito yakin, Asa pasti tidak berminat pada hal-hal seperti itu.
Apa kau tidak mau menerima permohonan Miyaji Takako?
Pertanyaan apa itu? Emosi Kaze langsung tersulut. Tentu saja aku tidak bisa
menerimanya. Itu bukan permohonan! Itu hanya sebuah balas dendam, Naito!
Wajar kalau kau berpikir begitu. Tapi, ada satu hal yang perlu kau ingat Kaze... Sambil
melihat kedua tangannya di depan dada, Naito dengan tenang menjelaskan. Tiga peraturan
Guardian yang dibuat oleh K ( K dibaca Kei) .
Kaze terdiam seketika. Sudah cukup lama ia tak mendengar nama itu disebut. Namun ia
tidak mungkin melupakannya barang sedetik pun. Guardian yang sudah ada sejak 17 tahun
lalu memang memiliki tiga peraturan yang harus selalu dipatuhi sebagai anggota. Peraturan
yang dibuat oleh orang misterius, yang telah membentuk legenda itu sejak generasi
pertama. Orang nomor satu atau lebih tepatnya, pemimpin dari semua Guardian di Hogosha
Gakuen.
Dan... dialah... K.
Peraturan pertama... Naito kembali bicara. Titah pemimpin Guardian adalah mutlak.
Kaze langsung menelan ludah, tak bisa mengelak. Tapi ia masih berpikir untuk mencari
jalan keluar. Tetap tak mau menyerah mencari ide agar permohonan yang menurutnya
kejam itu dibatalkan. Dan tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Wajah tegangnya perlahan-lahan
digantikan oleh sebuah senyum kemenangan. Naito, apa kau melupakan peraturan
kedua?
Naito hanya mengerutkan kening. Tidak begitu mengerti.
Orang yang mengkhianati Guardian harus dilenyapkan. Kaze melanjutkan ucapannya
dengan penuh percaya diri. Asa telah mengkhianati Izumi. Sebagai pemimpin dia berniat
untuk menyakiti anggota Guardian. Karena itu, kita harus menghentikan ini semua sebelum
dia benar-benar melanggarnya.
Bukan. Naito menggelengkan kepala sebagai jawaban, ia lalu tersenyum samar. Dia tidak
melanggar aturan, Asa memang mengkhianati Shirokawa Izumi, tapi bukan mengkhianati
Red. Ucapan terakhir naito langsung membuat Kaze ternganga. Ia benar-benar tak bisa
menduga jalan pikiran laki-laki di sampingnya ini.
Naito... Kaze mendesah kesal, sambil memegang dahinya seperti orang sakit kepala. Aku
tahu kalau kau dan Asa sudah mengenal sejak kecil, tapi ini bukan langkah yang bijaksana
untuk selalu membelanya. Apalagi menuruti semua keinginannya yang egois...
Kaze. Hanya satu kata terucap dari mulut Naito, namun itu sanggup membuat Kaze
terdiam seketika. Ia tak mampu melanjutkan perkataannya saat melihat pandangan Naito
yang sangat tajam dan begitu mengintimidasi. Asa tidak pernah jadi orang yang egois.
Tidak sekalipun. Terutama saat dia menjadi Guardian.
Saat itu juga mata Kaze seolah terbuka lebar. Ia cukup tersentak dengan ucapan terakhir
Naito. Dan dia merasa kesal saat menyadari kalau apa yang diucapkan laki-laki itu benar.
Setelah diingat lagi. Asa memang memiliki kesan egois dan otoriter, tapi di lain sisi ia selalu
berusaha mengerti perasaan orang lain, bahkan rela memikirkan berbagai cara untuk
menyelesaikan masalah target-target Guardian.
Sifatnya yang seperti itu... Kaze menghela napas setelah merenung cukup lama,
memikirkan sesuatu yang akhirnya dapat ia sadari karena ucapan Naito. Ya, gadis itu tidak
pernah benar-benar menjadi orang yang egois.
Dan satu hal yang perlu kau ingat... Naito melanjutkan perkataannya sambil memandang
Kaze lurus-lurus. K memilihnya menjadi pemimpin Guardian bukan tanpa alasan.
Ucapan telak. Kaze tak bisa lagi membalas. Baiklah, kau yang menang. Ia mengangkat
kedua tangannya di depan dada. Aku akan ikut apa kata pemimpin Guardian.
Naito langsung menyambut perkataan itu dengan senyum tipis, namun hangat dan
bersahabat.
Tapi aku masih tak habis pikir, ujar Kaze. Sejujurnya, kenapa Asa mau menerima
permohonan penuh balas dendam seperti itu? Ini tidak seperti dirinya yang biasa.
Untuk pertama kalinya Naito mengangguk. Setuju dengan perkataan Kaze. Dia sedikit
memaksakan diri, ucapnya muram.
Apa maksudmu?
Naito terdiam begitu lama, sebelum memutuskan untuk menjawab. Asa tidak bisa
membiarkan gadis itu begitu saja.
Hmm... Kaze menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecut. Benar-benar... Aku sama
sekali nggak paham ucapanmu.
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa sekarang. Tapi kau akan mengerti nanti. Naito lalu
beranjak menuju pintu diikuti Kaze. Percayalah padanya.
Meski masih penasaran, laki-laki itu akhirnya bisa menerima penjelasan Naito. Asa dipilih
jadi pemimpin bukannya tanpa alasan, kan? Ia mengulangi lagi ucapan Naito sambil
tersenyum kecil.

*

Keesokan paginya, tiba-tiba saja kegaduhan terjadi di seluruh penjuru Hogosha Gakuen.
Semua murid berdesakan untuk melihat papan pengumuman yang tertempel di dinding
setiap koridor lantai satu sampai lantai tiga. Sebuah pengumuman, yang tidak hanya
menghebohkan para murid, tetapi juga para guru sekolah tersebut.

Mulai hari ini, Sekretaris OSIS Hogosha Gakuen, Shirokawa Izumi, kelas 2-B akan diskors
dari Organisasi Siswa untuk jangka waktu yang belum ditentukan.
-Takagi Asa. Ketua OSIS Hogosha Gakuen-

Apa yang sebenarnya terjadi?
Aneh sekali, padahal aku tidak pernah melihat ada masalah di antara mereka. Apa Izumi
membuat kesalahan besar pada Putri Asa?
Ini benar-benar bencana! Apa ini artinya mereka musuhan?
Suasana riuh makin tak terkendali, apalagi sosok-sosok yang jadi bahan perbincangan
belum juga kelihatan batang hidungnya. Bahkan para guru tidak bisa mengendalikan
keributan yang semakin menjadi.
Di tengah-tengah keadaan itu, ada seorang gadis yang berdiri di tepi koridor. Dengan
pandangan takut dan cemas ia terus menggigit kuku ibu jarinya. Jantungnya pun berdebar
sangat kencang. Takako masih tak percaya dengan tulisan yang terpampang di depan
matanya. Bolak-balik ia baca pengumuman itu, tapi tetap tidak ada yang salah.
Dan di saat Takako masih sibuk dengan pikirannya sendiri, suasana riuh perlahan-lahan
berubah jadi lebih mencekam. Langkah-langkah kaki itu semakin dekat, hingga orang-orang
yang membentuk lingkaran di depan koridor membuka jalan untuk mereka bertiga. Asa yang
berdiri di antara Kaze dan Naito memandang sederet orang-orang yang mengelilingi
mereka. Dengan gerakan yang anggun ia melihat papan pengumuman sekilas, lalu ia
kembali menghadap semua warga Hogosha Gakuen yang sejak tadi tidak melepaskan
pandangan darinya.
Shirokawa Izumi telah melakukan kesalahan yang tidak bisa ditolerir. Sebagai Ketua OSIS,
saya memutuskan untuk menskorsnya dari jajaran pengurus sampai batas waktu yang
belum ditentukan. Ucapan yang dilontarkan Asa di depan seluruh warna Hogosha Gakuen
membuat mereka menarik napas sesaat. Kekagetan dan rasa ingin tahu tidak bisa
dibendung lagi. Mereka sangat ingin bertanya, karena kejadian ini sungguh mendadak dan
banyak yang tidak terima keputusan ini.
Baiklah. Sekian. Asa langsung menutup ucapannya. Ia tidak memberikan kesempatan
pada orang-orang untuk menanggapi perkataannya apalagi bertanya alasannya.
Tanpa ada yang berani membantah, perlahan orang-orang di sekitar mereka membubarkan
diri. Meski diliputi banyak pertanyaan, siswa-siswi Hogosha Gakuen tidak akan melakukan
aksi protes. Reputasi OSIS sangat bagus dan membanggakan selama satu tahun ini dan itu
tidak bisa dipandang sebelah mata.
Takagi Asa juga menempati posisi hirarki tertinggi saat ini. Bukan hanya karena posisinya
sebagai ketua, tetapi juga kebaikan yang ditunjukkan pada semua warga sekolah, yang
membuat orang-orang berpikir keputusan itu bukan diambil seenaknya. Ditambah
keberadaan Eisei Naito dan Mitsuno Kaze di sampingnya, faktor-faktor itu memperkuat
kepercayaan mereka pada OSIS dibanding Shirokawa Izumi. Meski di sisi lain, mereka
semua masih penasaran dengan kesalahan yang dituduhkan Asa pada laki-laki itu.
Saat membubarkan diri, Takako berusaha mencuri-curi pandang pada tiga anggota OSIS
yang berdiri di depan papan pengumuman, dan...
Glek!
Ia langsung terperanjat saat pandangan matanya bertumbukan dengan Asa. Selama
beberapa detik, ia tak bisa menghindari tatapan mata yang seolah bisa menembus dirinya
itu. Takako pun buru-buru mengalihkan pandangannya dan berjalan pergi.
Jantungnya berdebar tidak karuan. Ia sama sekali tidak menduga sesuatu yang
menghebohkan ini terjadi setelah kejadian kemarin. Tidak! Ini pasti cuma kebetulan. Ini
pasti tidak ada hubungannya dengan permohonanku pada Guardian, gumam Takako
seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Tanpa bisa ditahan, tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. Di dalam kamar mandi perempuan, ia
menatap wajah pucatnya di cermin, begitu lama. Dahinya lalu berkerut, pikirannya benar-
benar kacau. Dengan gerakan kasar ia memutar keran wastafel, lalu menyiramkan air yang
mengalir itu ke wajahnya.
Takako kembali terdiam. Melalui cermin ia bisa melihat tetesan air yang pelan-pelan jatuh
dari wajah dan rambutnya. Tak ada suara apa pun di kamar mandi itu selain suara tak
menyenangkan yang terdengar saat ia mulai menggigit kuku-kuku jarinya lagi.
Trrrt...
Getaran di saku rok seragam sontak membuatnya tersentak. Ia masih sempat mengelus
dadanya untuk menenangkan diri, lalu melihat nomor yang meneleponnya di ponsel. Nomor
tidak dikenal? Takako mengerutkan kening sesaat, sebelum memutuskan untuk
mengangkatnya.
Guardian time! Suara itu terdengar dari seberang. Suara seorang gadis yang asing di
telinganya.
Takako tak sanggup menjawab sapaan itu. Bibirnya terasa kaku. Ia hanya berdiri diam
dengan wajah terguncang. Takako seperti tak percaya dengan pendengarannya.
Miyaji Takako, Guardian akan mengabulkan keinginanmu... Suara nyaring itu
menggantung ucapannya, lalu mengakhiri kata-katanya dengan tekanan keras. Di mulai
dalam hari ini.
Deg!
Mata Takako langsung terbelalak lebar. Jantungnya serasa berhenti sedetik. Tak ada satu
kata yang sanggup ia ucapkan ketika Guardian menutup sambungan teleponnya di
seberang. Ia tidak menyangka permohonan yang ia kirimkan tanpa pikir panjang itu benar-
benar terkabul, bahkan sampai menggegerkan seluruh warga Hogosha Gakuen pagi tadi.
Apa yang harus kutakutkan... Di antara napasnya yang memburu, Takako masih berusaha
menenangkan diri. Ia menatap wajahnya lagi di cermin. Aku sama sekali tidak salah
melakukan ini. Laki-laki itu memang pantas mendapatkannya.
Setelah beberapa saat, ketegangan di wajah Takako berangsur-angsur hilang dan
digantikan senyuman yang dipaksakan. Tipis dan hanya sesaat.
Sementara itu, di ruang OSIS, Asa masih duduk sambil memandang ponsel yang ada di
tangan kanannya, sedangkan dua laki-laki yang berdiri di depan kursinya hanya bisa
memandang gadis itu dalam diam. Menunggu.
Asa meletakkan ponsel itu di atas meja sambil berdiri dari tempat duduk. Dengan tatapan
serius ia memandang Naito dan Kaze bergantian. Saatnya kita mulai.

*

Sudah tiga hari sejak pengumuman yang membuat heboh Hogosha Gakuen. Dan tidak
berubah jadi lebih baik. Benar-benar terasa janggal untuk dilihat. Empat orang anggota
OSIS yang biasanya terlihat bersama, sekarang berpisah jadi dua kubu. Dan yang lebih
membuat suasana makin tidak mengenakkan, keempatnya berada di kelas yang sama.
Teman-teman yang ada di sekitar mereka pun tak bisa berbuat apa-apa selain memilih
berpihak pada salah satunya.
Hanya dalam waktu tiga hari, keberadaan Izumi yang dipuja-puja di sekolah Hogosha
Gakuen benar-benar berubah 180 derajat. Tidak satupun orang yang berani berada di
dekatnya. Bukan karena mereka tidak mau, tapi itu karena keberadaan OSIS yang begitu
kuat. Meski Asa, Naito, dan Kaze tak pernah mengatakan apa pun, atau meminta orang-
orang untuk tak mempedulikan Izumi, namun mereka semua tidak bisa menutup mata
melihat perlakuan tiga serangkai itu terhadapnya.
Mereka bertiga secara terang-terangan mengacuhkan Izumi. Bahkan menganggapnya
seperti angin lalu, seolah kebersamaan mereka selama satu tahun ini tak berarti apa-apa.
Keputusan dan perlakukan yang berubah secara drastis ini membuat para siswa bertanya-
tanya tentang kesalahan tak termaafkan apa yang mungkin dilakukan Izumi sampai ia harus
menerima hukuman yang begitu kejam.
Kak Shirokawa kelihatan pucat. Apa dia baik-baik saja?
Tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa untuknya.
Sampai kapan sih Izumi diskors dari OSIS? Aku benar-benar kasihan melihatnya.
Dia kelihatan menderita.
Berbagai komentar masih hangat terdengar dari seluruh penjuru Hogosha Gakuen. Para
murid, terutama yang perempuan terlihat begitu cemas dengan keadaan laki-laki itu. Tapi
Izumi yang memilih tidak bicara pada siapapun sejak tiga hari lalu, membuat semua orang
terpaksa hanya memandangnya dari jauh. Sikap Izumi pun berubah jadi pendiam dan
penyendiri. Ia tidak lagi peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Ya, melihat kenyataan
bahwa Izumi tak ingin dibantu adalah salah satu faktor lain yang membuat warga Hogosha
Gakuen terpaksa nggak berbuat apa-apa.
Segerombolan perempuan yang berbicara tentang Izumi baru saja melewati tempat Takako
berdiri. Ia tak bisa menahan dirinya untuk tak mendengar obrolan mereka. Diam-diam,
perasaan bersalah yang berusaha ia tekan kembali memenuhi hatinya. Begitu sesak dan
membuatnya ingin menangis.
Sejak tadi Takako berdiri di situ. Melalui jendela kaca di depannya, ia melihat dengan jelas
laki-laki yang sangat disukai sekaligus dibencinya itu. Seorang diri, duduk di taman sambil
membaca buku.
Takako menatap Izumi begitu lama. Perasaan suka, sedih, kasihan, sekaligus benci seolah
melebur jadi satu dalam hatinya. Takako lalu menerawang jauh, melalui jendela kaca di
depannya, ia hanya melihat siluet bayangan dirinya sendiri. Dan tiba-tiba saja perasaan
kesal itu kembali memenuhi hatinya. Kebencian dan rasa sakit hati pada Izumi ternyata
memang lebih kuat dibanding perasaan bersalahnya. Tanpa sadar, ia menempelkan
kepalan tangannya di jendela kaca itu, air matanya serasa akan tumpah, namun tiba-tiba
saja Takako terlonjak saat ia menyadari, ada bayangan lain yang terpantul di jendela kaca
itu.
Ia buru-buru menoleh ke belakang dan tubuhnya langsung membantu. Di depannya,
seorang laki-laki tampan bertubuh tinggi berdiri sambil tersenyum.
Hai... bel masuk baru saja berbunyi. Kamu tidak masuk ke kelas? tanya Kaze sambil
mendekati gadis itu, lalu berdiri tepat di sampingnya.
A... aku akan masuk sekarang. Buru-buru Takako menjawab pertanyaan Kaze, berniat
untuk secepat mungkin pergi dari situ.
Apa kamu melihat Izumi dari sini? Ucapan Kaze sontak menahan langkah kakinya.
Aku tidak...
Sebaiknya kamu lupakan dia. Izumi sudah bukan Izumi yang dulu. Dia juga bukan anggota
OSIS lagi, potong Kaze dengan nada santai.
Entah muncul keberanian dari mana, tiba-tiba saja Takako bertanya, Kenapa Kak
Shirokawa dikeluarkan dari OSIS? Suaranya sedikit bergetar.
Kaze tidak menjawab pertanyaan tersebut. Ia justru tersenyum sambil menatap kedua mata
di depannya dengan wajah menggoda. Kalau menurutmu sendiri kenapa?
Takako menelan ludah, menghindari tatapannya. Aku tidak tahu.
Hmm... Kaze hanya mengeluarkan gumaman. Namun, ia kembali memamerkan senyuman
manis. Apa kamu benar-benar nggak tahu kenapa Izumi dikeluarkan dari OSIS?
Takako hanya bisa menggelengkan kepala.
Misalnya... karena itu bisa membuat Izumi menderita? Itu bukan jawaban. Kaze malah
berkata dengan nada seperti menebak. Bertanya, seolah meminta kepastian.
Mendengarnya, perasaan Takako tiba-tiba menjadi kalut. Ia tidak menyangka Kaze bisa
mengatakan sesuatu yang justru paling tidak ingin ia dengar.
Aku permisi. Tanpa lama-lama, Takako bergegas dari sana. Tak ingin lagi berhadapan
dengan Mitsuno Kaze yang membuatnya begitu terintimidasi.
Tak berapa lama setelah kepergian Takako, getaran dalam saku celana Kaze membuat laki-
laki itu mengangkat ponselnya. Oke. Selesai dengan mudah, ucapnya pada orang di
seberang.
Bagus. Kuakui caramu menakut-nakutinya tadi cukup ampuh.
Menakut-nakuti? Kaze tertawa kecil. Tuan Putri, jangan gunakan kata-kata yang bisa
merusak image-ku dong. Aku sebenarnya tidak tega melihatnya ketakutan seperti itu.
Langsung saja terdengar suara mencibir di ujung telepon.
Jangan menipuku Kaze. Padahal tadi kulihat kau cukup menikmatinya.
Ucapan itu sontak membuat Kaze tertawa lebar. Jadi, bagaimana selanjutnya?
Asa terdiam sejenak, lantas bicara dengan serius melalui sambungan teleponnya. Malam
ini. Sesuai rencana.

*








Bab 10
Ketiganya menjentikkan jari bersamaan, kemudian menunjuk wajah gadis yang pucat pasi di
depan mereka. GOTCHA! ucap mereka seirama.
Gu... Guardian, bagaimana bisa kalian... Suara Takako bergetar ketakutan, bahkan nyaris
tak terdengar. Di dalam kamar pribadinya, ketiga orang asing yang mencolok itu berdiri di
depan jendela kamar yang terbuka lebar.
Perlahan-lahan Purple mendekati gadis itu, lalu berbisik tepat di telinganya. Guardian akan
membuat Shirokawa Izumi menderita dengan sempurna. Ia memamerkan seringaian lebar,
lantas melanjutkan kata-kata perlahan. Sesuai dengan yang kamu harapkan.
Takako langsung terkesiap. Ja... jadi kalian yang membuat Kak Shirokawa diskors dari
OSIS? Bahkan membuat semua orang tak mempedulikannya lagi?
Gold langsung tertawa. Itu sekadar makanan pembuka. Masih ada hal lain yang bisa
membuatnya lebih menderita.
Takako menelan ludah sekali, berusaha untuk menguatkan hati. Apa lagi yang bisa
membuatnya menderita?
Bukannya kami sudah bilang akan membuatnya menderita dengan sempurna? Blue
membalas pertanyaannya, nada bicaranya benar-benar tanpa perasaan! Membuat
Shirokawa Izumi menderita secara mental masih belum cukup.
A... apa maksud kalian?
Purple menyunggingkan senyum sebagai jawaban. Buat dia menderita dengan kedua
tanganmu.
Serangan rasa terkejut langsung merayapi Takako. Matanya melorot tak percaya.
Tenang saja. Kamu tidak perlu takut akan apa pun... Gold malah menunjukkan ekspresi
yang begitu tenang. Pekerjaan Guardian adalah rahasia, jadi tidak ada yang tahu meski
kami melakukan sesuatu yang buruk.
Apa kalian tidak merasa ini berlebihan?
Berlebihan? Blue sontak mendengus lalu memajukan wajahnya ke depan gadis itu. Takako
tanpa sadar menahan napas. Ini adalah keinginanmu sendiri. Dan Guardian hanya
mengabulkannya tanpa cacat.
Takako tak bisa membalas ucapan itu. Mata kuning Blue yang begitu tajam seolah
menghipnotisnya sampai tak sanggup melawan.
Jadi... apa kamu masih ingin melakukannya? Purple membuyarkan pikiran gadis itu. Atau
kamu mau mundur sekarang?
Takako melayangkan pandangan pada Purple yang menunggu jawabannya.
Tak ada satupun yang tahu bahwa Purple diam-diam meremas lengan baju Blue yang
berdiri di sebelahnya. Ia sendiri bahkan tidak sadar saat melakukannya. Tanpa berkata apa
pun, Blue hanya menatapnya, namun lagi-lagi ia menunjukkan sorot mata sendu dan
ekspresi cemas saat menatap Purple. Mungkin hanya Blue yang tahu kalau gadis di
sampingnya saat ini bukan Purple yang biasa. Meski terlihat kuat, tapi ketegangan yang
berusaha ditutupi itu tetap tak bisa menipu matanya. Bagi Naito, gelagat Purple ini jelas
menunjukkan bahwa ia sedang memaksakan diri.
Sementara itu, Takako masih merasa dilema dalam hatinya. Ia tak tahu apa yang harus
dilakukan. Perasaan suka sekaligus benci pada Izumi membuat Takako bingung. Dalam hati
kecilnya yang terdalam, ia ingin sekali menghentikan perbuatan kejam ini, tapi lagi-lagi
bayangan wajah Izumi yang penuh ejekan kembali muncul dalam pikirannya. Ia meremas
tangannya sendiri, sekuat tenaga menahan air mata agar tak tumpah di depan para
Guardian.
Aku akan melakukannya... Takako akhirnya menjawab pertanyaan Purple. Suaranya
terdengar berat, seperti menggeram. Aku tidak bisa memaafkan laki-laki itu. Padahal aku
sangat menyukainya, tapi dia malah mengataiku jelek! Tiba-tiba suaranya berubah
meninggi, penuh dendam.
Tak! Tak!
Ia lalu menggigit kuku ibu jarinya untuk meredam emosi.
Sesaat, Purple memandangnya sedih, namun detik berikutnya, tatapan itu digantikan oleh
senyuman. Persiapkan dirimu. Besok adalah waktunya Shirokawa Izumi mendapat
hukuman Guardian.
Takako hanya menganggukkan kepala sekali tanpa berani menatap matanya langsung.
Ayo kita pergi. Purple memberi kode pada Blue dan Gold yang berdiri di kanan kirinya.
Tanpa menunggu reaksi dari Takako yang sepertinya juga lebih sibuk dengan pikirannya
sendiri, ketiga Guardian sudah mau keluar dari kamar itu. Namun tepat sebelum Purple
benar-benar melompati jendela, ia kembali menoleh pada Takako. Oh iya, aku lupa
mengatakan sesuatu...
Diliputi rasa penasaran Takako balas memandangnya Apa?
Kurasa yang dibilang Shirokawa Izumi itu benar. Purple menunjukkan wajah innocent.
Melihat kamu sekarang dengan mata kepalaku sendiri, ternyata memang... Ia lalu
mengembangkan senyum manis sebelum melanjutkan ucapannya, Benar-benar jelek.
Deg!
Takako langsung terkesiap, begitu juga Blue dan Gold. Mendengar ejekan Purple yang
lugas dan terkesan tanpa rasa bersalah membuatnya termangu dengan ekspresi kosong.
Takako bisa melihat bayangan dirinya melalui mata biru Purple yang masih tersenyum
padanya.
Sampai jumpa.
Tanpa sempat membalas kata-kata gadis berambut ungu itu, ketiga sosok Guardian sudah
pergi meninggalkan Takako seorang diri, termenung dengan air mata yang mengalir di
kedua pipinya.

*

Asa duduk di dekat jendela. Menopang kepala dengan salah satu tangannya, asyik
melamun seorang diri. Ia sama sekali tidak mempedulikan kehadiran Naito dan Kaze.
Kedua laki-laki itu saling bertukar pandang, tanpa ada yang berani mengeluarkan suara.
Setelah beberapa menit berlalu tanpa ada perubahan yang berarti Kaze menepuk pundak
Naito, berbicara pelan. Lebih baik aku pulang sekarang. Kuharap kau bisa... Ia tak
melanjutkan ucapannya dan hanya memandang Asa dari kejauhan.
Naito menganggukkan kepala sekali. Mengerti jelas apa maksudnya.
Baiklah, kalau begitu aku pulang duluan. Kaze berpamitan, sengaja mengeraskan
suaranya. Namun Asa tak menyadarinya, ia sama sekali tak mendengar ucapan laki-laki itu.
Setelah kepulangan Kaze, Naito tak beranjak. Ia berdiri sedikit jauh, memandang gadis itu
dalam diam. Namun tak butuh waktu yang lebih lama, ia berjalan mendekati Asa, lalu duduk
di sofa, tepat di sebelahnya.
Asa... Ia menyentuh pundak gadis itu.
Asa tersentak. Pandangan matanya yang menerawang jauh langsung menatap Naito. Ada
apa?
Seharusnya aku yang tanya.
Haaah... Asa cuma menghela napas panjang, kembali menerawang jauh. Ia lalu
bergumam sendiri. Kenapa dia harus memilih untuk terus melukai Izumi...
Setelah mendengar ucapannya, hanya dalam waktu sedetik saja, Naito dapat menyimpulkan
alasan gelagat aneh Asa sejak di rumah Takako. Pertanyaan yang kamu ajukan pada
Miyaji tadi, apa kamu sedang bertaruh dengan dirimu sendir?
Ya... Asa memandangnya sekilas. Ia tidak terlalu kaget kalau Naito hampir selalu bisa
mengerti apa yang ada dipikirannya. Karena ia menganggap laki-laki ini memiliki kepintaran
dan feeling yang kuat, tanpa sedikitpun mencurigai adanya faktor lain yang membuat Naito
selalu bisa membaca pikirannya. Tapi sayang aku salah. Ternyata dia tetap tak mau
berhenti balas dendam pada Izumi.
Setelah itu hening lagi. Naito tak menanggapi ucapannya. Ia menghela napas sekali saat
melihat gadis di sampingnya kembali melamun.
Asa, panggilnya.
Hmm? Gadis itu langsung menoleh.
Dan tiba-tiba saja...
Ctak!
Awwww! Asa menjerit sangat keras sampai air matanya keluar. Ia sontak memegang
dahinya yang merah. Apa yang kamu lakukan? Kenapa kau menyentil dahiku?!
Naito tak menjawab setelah melakukan kekerasan kecil itu. Ia hanya memandang Asa
dengan wajah dinginnya yang biasa.
Hei kau! Asa menarik kerah laki-laki itu.
Ctak! Naito melakukannya lagi.
Awwww!! Serangan kedua yang begitu tiba-tiba membuat Asa melepaskan kerah laki-laki
itu dan memegang dahinya sendiri.
Berani-beraninya kau! Ia melayangkan pukulan ke wajah Naito, namun dengan mudah
laki-laki itu menahan pergelangan tangannya dan menarik Asa hingga wajah mereka hanya
berjarak beberapa senti saja.
Dengan jarak yang begitu dekat, keduanya saling menatap. Asa sempat tersentak dan
menjauhkan wajahnya, tapi Naito tetap menahan tangannya sehingga membuat gadis itu
tak bisa bergerak sama sekali.
Naito, lepaskan aku! Ia memberontak keras.
Kalau kamu masih bisa marah seperti ini, lebih baik tidak membuang energimu untuk
melamun, tukas Naito dalam ketenangan luar biasa. Pelan-pelan ia melepas cekalan
tangannya. Ekspresi datarnya pun perlahan-lahan digantikan senyum tipis. Aku yakin kalau
Asa pasti bisa menolong gadis itu.
Asa langsung tertegun. Sungguh ajaib. Kata-kata yang diucapkan Naito benar-benar bisa
menenangkannya. Meski dengan cara-cara aneh yang kadang tidak bisa dimengerti
olehnya, tapi Naito selalu bisa menghilangkan segala kegundahan hatinya dalam sekejap.
Sejak dulu, selalu begitu.
Asa menunjukkan senyumnya untuk pertama kali, lalu menatap Naito sambil mengusap
kepala laki-laki tersebut. Naito itu memang anak yang baik ya.
Deg!
Naito membatu di tempat. Ia sama sekali tak menduga Asa akan mengusap kepalanya.
Wajah yang biasanya tenang itu pun tiba-tiba tersipu, bahkan jantungnya yang sejak tadi
berdebar, malah serasa berhenti berdetak. Kehangatan yang menjalar melalui tangan Asa
membuatnya tak bisa menahan diri. Naito berusaha keras untuk menenangkan diri. Pelan-
pelan ia menurunkan tangan gadis itu dari atas kepalanya.
Aku bukan anak yang baik. Naito bicara sambil menundukkan kepala tanpa mau menatap
mata Asa. Namun ia masih menggenggam pergelangan tangan gadis itu. Kita sudah bukan
anak kecil lagi, jadi berhentilah memperlakukanku seperti itu.
Naito lalu melepas pegangan tangannya dan beranjak dari sofa. Suasana mendadak
hening. Selama beberapa detik Asa termangu, untuk pertama kali ia melihat ekspresi wajah
Naito seperti ini. Saat mengucapkan kata-kata terakhirnya tadi, Naito menautkan kedua alis
dengan tatapan mata sayu, menunjukkan ekspresi wajah gelisah dan frustasi. Ketenangan
yang sudah menjadi ciri khasnya seolah lenyap selama beberapa saat.
Dan entah kenapa, melihat ekspresi wajahnya itu membuat Asa gundah. Ia merasa asing
dengan Naito yang seperti itu, dan tanpa sadar jantungnya mulai berdebar. Tiba-tiba saja
Asa dilanda perasaan takut pada sesuatu.
Naito, apa kau sedang marah? tanya Asa hati-hati. Gadis itu tidak tahan dengan suasana
yang terasa begitu mencekam.
Nggak. Naito menjawab singkat. Ia masih tak mau duduk di samping Asa, dan memilih
berdiri di dekat jendela.
Lalu? Kenapa kamu nggak mau duduk di sebelahku?
Naito tak menjawab. Ia hanya menoleh, menatap Asa yang terus melihatnya dengan
pandangan menuntut.
Ditatap terus seperti itu, Naito hanya bisa menghela napas sambil beranjak
menghampirinya. Selalu saja, pada akhirnya dia memang paling lemah terhadap Asa.
Berkat kata-katamu tadi, kurasa aku sudah menemukan senjata yang paling kubutuhkan
untuk menghadapi Miyaji, Asa langsung menarik laki-laki itu untuk duduk di sebelahnya.
Naito menatap Asa tanpa ekspresi. Tidak begitu mengerti maksudnya. Kata-kata apa?
Kamu bilang kan, kalau aku pasti bisa menolong gadis itu. Jadi, akan kugunakan senjata
yang terakhir. Asa berkata dengan senyum merekah. Dibanding tadi, sekarang ia lebih
bersemangat.
Jadi, senjata apa yang mau kamu pakai? Naito sedikit mengernyitkan dahi saat melihat
Asa berdiri dan menarik tangannya untuk mengikuti gadis itu. Berhenti tepat di depan
sebuah meja belajar.
Lihatlah... Asa membuka salah satu laci mejanya, lalu menyuruh Naito untuk melihat
sesuatu di dalam sana.
Laki-laki itu terkesiap. Asa, kamu serius? Ia benar-benar terkejut, bahkan tak percaya pada
apa yang baru dilihatnya.
Tentu saja. Asa menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul. Dengan ini, kita bisa
menolong gadis itu.

*

Shirokawa Izumi. Panggilan itu membuatnya terkejut. Bagaimana tidak? Ketika ia baru
masuk ke dalam kamarnya sendiri, tiga orang berambut dan bermata aneh sudah berdiri
tepat di depannya! Tapi, ekspresi kaget Izumi hanya bertahan sesaat. Ia memandang
Purple, Blue, dan Gold dengan tatapan hampa.
Tentu saja Izumi tidak menunjukkan wajah ketakutan seperti para target Guardian pada
umumnya. Karena tujuh hari sebelum hari ini, dia masih bagian dalam kelompok misterius
itu.
Ada apa? Izumi berusaha bicara setenang mungkin, meski sebenarnya dia sangat
penasaran dengan kedatangan mereka.
Sebagai jawaban untuk pertanyaan Izumi, Purple memberikan kode pada Blue lewat
matanya, dan laki-laki berambut biru itu langsung mengangguk sambil mendekati Izumi yang
masih terlihat bingung.
Maaf Izumi. Blue berkata pelan.
Ap...
Buk!
Belum sempat Izumi bertanya apa maksudnya, laki-laki berkacamata itu sudah tidak
sadarkan diri. Blue bahkan telah bersiap-siap menangkap tubuhnya. Sungguh
menyeramkan. Hanya dengan satu pukulan di perut, ia sudah bisa membuat seseorang
pingsan!
Gold dan Purple yang masih melihat kejadian itu, masih sempat berpandangan sambil
bicara dalam hati masing-masing.
Huwaa! Terkadang, Blue memang sangat menakutkan!
Kenapa kalian masih berdiri di situ? Blue menoleh kepada dua rekannya yang cuma
bengong melihatnya.
Ah... iya... iya... Gold dan Purple buru-buru membantu memegangi tubuh Izumi.
Kita aman lewat bawah sekarang. Gold mengedipkan sebelah mata. Aku sudah mengatur
agar orangtua Izumi makan malam bersama orangtuaku malam ini.
Bagus! Purple terlihat puas. Tanpa perlu berlama-lama, ketiganya segera menggotong
Izumi keluar dari kamarnya di lantai dua.
Kalau saja ada yang melihat runtutan adegan ini sepertinya tak akan ada yang percaya
kalau mereka ini pelindung. Tidak menutup kemungkinan, orang-orang justru berpikir kalau
mereka adalah anggota sindikat penculikan!

*
Guardian. Di mana kalian? Takako terlihat takut-takut. Seorang diri, dia berdiri di depan
gedung olahraga Hogosha Gakuen. Ia membaca lagi kertas yang pagi tadi ada di dalam
loker sepatunya.

Datanglah ke gedung olahraga, jam 10 malam ini. Kamu akan melihat pertunjukan yang
menarik.
-Guardian.

Guardian time! Suara perempuan yang tak asing di telinganya membuat Takako
mendongakkan kepala. Tiba-tiba semua lampu dalam ruangan itu menyala secara
bersamaan hingga membuatnya menutup mata selama beberapa detik.
Namun, ketika ia membuka mata lagi gadis itu langsung terbelalak lebar. Ia menutup
mulutnya dengan kedua tangan. Terlihat sangat terguncang. Tanpa sadar tangannya pun
bergetar. Di depan kedua matanya, ketiga Guardian berdiri dengan ekspresi puas. Tapi,
pandangan gadis itu jauh melewati mereka, ia kaget saat mendapati orang yang paling
membuatnya sakit hati juga berada di ruangan ini. Laki-laki yang pernah mengejek wajahnya
itu terkulai dengan tangan dan kaki terikat di kursi. Ia juga tidak memakai kacamata yang
biasa jadi ciri khasnya. Dan keadaannya pun terlihat menyedihkan. Meski tidak terlalu besar,
tapi dua lebam baru jelas terlihat di wajahnya.
Takako tak bisa lagi menghentikan air matanya yang tiba-tiba menetes. Walaupun sangat
benci dan sakit hati pada Izumi, nyatanya ia tetap tak bisa melihat laki-laki itu menderita
seperti saat ini.
Kenapa kamu menangis? Kita baru saja akan mulai. Gold memandangnya heran lalu
menjentikkan jari seolah mengerti. Atau kamu justru menangis karena senang?
Ka... kalian... Takako menggenggam kedua tangannya yang bergetar, berusaha setengah
mati untuk mengeluarkan suara. Menakutkan...
Menakutkan? Blue mendengus sambil memandang Takako lurus-lurus. Yang menakutkan
adalah orang yang mengirim permohonan ini.
Takako terkesiap, ucapan Blue tepat menusuk hatinya.
Baiklah, tidak perlu berlama-lama. Purple menghampiri Takako yang tak berani mendekati
mereka. Ia menarik paksa salah satu tangan gadis itu untuk berdiri tepat di depan Izumi.
Meski berusaha sekuat tenaga untuk lepas, Takako ternyata tak sanggup melawan Purple.
Ketakutannya semakin memuncak ketika ia melihat Izumi dari dekat. Mengerikan, ini benar-
benar di luar perkiraannya!
Nah, sekarang kamu boleh pukul dia sekuat tenaga. Buat dia menderita sesukamu. Tadi,
kami hanya melukainya sedikit. Purple tersenyum pada Takako, ucapan dan ekspresi
wajahnya benar-benar nggak cocok! Guardian akan menyerahkan sisanya untukmu.
Takako tak bergerak. Ia hanya mengepalkan kedua tangannya di depan dada kuat-kuat.
Apa yang kamu takutkan? Dia tidak akan bisa melawan kok. Gold berkata dengan
seringaian lebar. Apa mau kubantu?
Takako menggigit ujung ibu jarinya. Dia sangat bingung. Dilema di hatinya ternyata masih
tak bisa membuatnya mengambil keputusan.
Kalau kamu mau dia merasakan apa yang kamu rasakan, lukai saja wajahnya. Blue sangat
tenang saat menyumbangkan pendapat. Seolah itu adalah saran yang mulia.
Miyaji, ingatlah laki-laki ini sudah mengataimu jelek! Purple tiba-tiba membentak gadis itu
sambil tersentak. Kamu tidak mungkin lupa kan?
Takako menelan ludah sekali. Ketika melihat laki-laki tergolek tak berdaya, sesaat dia benar-
benar lupa tujuan utamanya adalah membuat Shirokawa Izumi menderita!
Takako pelan-pelan melangkah ke arah Izumi. Meski terkulai lemah, tapi laki-laki itu masih
sadar. Ia hanya diam menatap Takako. Mungkin penyesalannya terlambat, tapi Izumi tidak
keberatan kalau gadis itu memang ingin memukulnya. Ia sekarang benar-benar paham,
kalau ucapannya menyaktiti Takako. Izumi masih ingat jelas ekspresi wajahnya yang
terluka, begitu pula dengan kemarahan Asa. Ia kini mengerti kenapa Asa sangat marah
padanya.
Takako begitu lama berpikir. Perasaan benci dan kasihan seolah melebur jadi satu ketika
melihat lelaki di depannya. Tapi ia sudah membulatkan tekad untuk membuat laki-laki itu
menderita seperti yang dirasakannya. Takako menarik napas sekali, lalu mengangkat
tangan kanannya ke udara.
Gerakannya mendadak berhenti beberapa senti dari wajah Izumi. Tanpa sadar, Takako
kembali meneteskan air mata sambil menurunkan tangannya, merasa kesal karena dia tetap
tak bisa melukai laki-laki ini dengan tangannya sendiri. Namun anehnya, ada rasa lega yang
merambat di hatinya.
Cukup... kita berhenti sampai di sini saja, kata Takako lirih. Ia melayangkan pandangan
pada tiga Guardian yang berdiri di sampingnya. Kutarik permohonan yang pernah kukirim
pada Guardian. Aku sudah tidak peduli lagi.
Rasa kaget tidak bisa disembunyikan dari wajah Izumi. Ia benar-benar tak menyangka
dengan ucapan Takako.
Kamu yakin tidak akan menyesal? tanya Gold dengan tatapan serius.
Takako mengangguk sekali. Sebenci apa pun aku pada Kak Shirokawa, ternyata aku tetap
tak bisa melihatnya menderita seperti itu.
Jadi kamu memaafkannya?
Ya. Hanya sepatah kata, dan Asa langsung tersenyum lega. Ia menunjukkan ekspresi
hangat, yang sama sekali tidak pernah dilihat oleh Takako sebelumnya yang membuatnya
terkesima.
Perlahan-lahan Purple menyentuh wajah gadis itu lalu tersenyum kecil. Kurasa, sekarang
kamu sudah bisa memaafkan dirimu sendiri.
Eh? Kening Takako berkerut. Apa maksudmu? Tidak hanya dirinya, Izumi pun terlihat
tidak mengerti dengan ucapan Purple.
Memang kau merasa kalau target kebencian dan kemarahanmu adalah Shirokawa Izumi.
Tapi sayangnya kamu salah. Karena targetmu yang sebenarnya... Purple berhenti sejenak,
lalu menatap Takako lurus-lurus, ... adalah Miyaji Takako.
Gadis itu menahan napas saat Purple menyebut namanya. Apa-apaan itu, ucap Takako
dengan suara tercekat. Ia barusaha memasang wajah tak peduli, menganggap ucapan
Purple itu konyol. Tapi sedetik kemudian ia menangis. Kau gila? Kenapa aku harus marah
pada diriku sendiri? geramnya sambil menyeka air matanya.
Karena kamu benci pada dirimu sendiri, jawab Purple. Kamu membuat alasan untuk
menumpahkan kemarahan pada orang yang mengejekmu. Padahal kamu tahu, dari lubuk
hatimu... kamu tahu, kalau dirimulah yang selama ini menganggap wajahmu jelek.
Hentikan! Kali ini Takako menjerit begitu keras, ia mencengkeram kedua lengan Purple.
Jangan sok tahu! Ia sangat marah. Purple dengan gamblang mengungkapkan semuanya,
seolah-olah dia bisa membaca perasaan gadis itu. Hatinya begitu sakit mendengar setiap
kata yang keluar dari mulut Purple. Tanpa sadar, air mata kembali mengalir dari pelupuk
matanya. Namun, saat melihat ekspresi Purple yang tak berubah, Takako justru ketakutan.
Perlahan-lahan ia melonggarkan cengkeraman tangannya lalu terduduk lemas di atas lantai,
seperti kehilangan seluruh energi.
Meski Takako mati-matian menyangkal, semua ingatan itu justru semakin jelas. Ia tersentak,
karena kali ini bukan Izumi yang muncul dalam pikirannya. Bayangan yang terus berputar itu
memaksanya melihat kenyataan yang paling menakutkan, paling pahit, dan paling
membuatnya marah. Kenyataan yang telah disadarinya sejak lama. Seperti selalu diingatkan
pada dirinya ketika melihat bayangannya sendiri di cermin.
Bohong kalau dia tidak sadar, karena dibandingkan siapa pun. Takako yang paling tahu hal
itu. Namun dia tak pernah ingin mengakuinya. Sejak dulu, ia menyalahkan orang lain untuk
melindungi diri sendiri. Selama bertahun-tahun Takako bisa bertahan dengan pemikiran itu,
sampai akhirnya Purple mengatakannya. Menghancurkan perlindungan yang ia buat agar
tidak terluka.
Takako tak bisa lagi menahan diri, ia menangis histeris tak peduli pada orang-orang yang
berdiri di hadapannya. Ia sudah terlanjur jatuh ke lubang yang paling dalam. Izumi kaget, dia
sama sekali tak mengira semua akan jadi seperti ini.
Namun, ketiga Guardian tak menunjukkan respon. Purple tetap berdiri di tempat. Ia hanya
memandang gadis yang masih meraung-raung itu dengan wajah hampa. Hingga akhirnya
Blue mendekati Purple, membisikkan sesuatu yang membuatnya menatap laki-laki itu
takjub. Dibanding tadi, keyakinan di wajah Purple terlihat semakin kuat. Ia lantas tersenyum
pada Blue sambil menganggukkan kepala.
Purple berjongkok di depan Takako. Kamu sama sekali tidak jelek. ucapnya dengan suara
yang lebih halus sambil mengulurkan tangan.
Plak!
Takako menyentak tangan Purple yang berusaha membantunya berdiri. Kau mengejekku?
Gadis itu menggeram pelan. Ia angkat wajahnya yang penuh air mata, menatap Purple
berang. Kemarin kau mengataiku jelek! Apa maksudmu sebenarnya, hah?
Ya, kemarin kamu memang jelek. Kamu yang dipenuhi oleh dendam, terlihat sangat jelek di
mataku. Purple tak menyangkal, namun ia tersenyum lembut saat melihat Takako masih
tercengang. Tapi hari ini, kamu berbeda.
Dasar munafik... Takako mendengus, ia balik menatap mata biru Purple penuh kebencian.
Gadis dengan kecantikan sepertimu sama sekali tak mengerti penderitaanku! Ucapan
manis yang hanya menunjukkan kesombonganmu... benar-benar memuakkan!
Purple malah tersenyum sinis. Jadi kamu menyalahkanku karena aku cantik? Ia berdiri
sambil berdecak pinggang. Seperti orang bodoh. Daripada mengasihani diri sendiri seperti
itu, harusnya kau berusaha untuk berubah!
Wah, gawat! Purple benar-benar marah, bisik Gold pada Blue. Meski nada bicaranya
sedikit khawatir, tapi Gold tetap tersenyum lebar. Itu menandakan dia sangat menikmati
suasana ini.
Bicara memang gampang! Karena kau tidak pernah ada di posisikuuuuu! Takako menjerit
sekuat tenaga. Ia masih duduk di lantai, perasaan sakit itu makin menyesakkan dada,
sampai-sampai tubuhnya ikut bergetar.
Purple tersentak. Selama beberapa detik ia menundukkan kepala melihat Takako menangis
tersedu-sedu sambil menutupi wajahnya. Tak selang berapa lama, ia menoleh pada Blue
dan Gold yang berdiri di belakangnya. Bersamaan, kedua laki-laki itu membalas tatapan
Purple penuh arti. Hanya Izumi yang terlihat seperti orang bodoh, ia memandang ketiganya
dengan kening berkerut, benar-benar bingung.
Purple perlahan-lahan tersenyum dan memasukkan tangan ke dalam roknya. Miyaji, aku
akan menunjukkan sesuatu yang menarik padamu.
Tangisan Takako terhenti, digantikan dengan tatapan penuh tanda tanya. Kenapa tiba-
tiba...
Ucapan gadis itu terputus saat Purple kembali berjongkok di depannya sambil menyerahkan
selembar foto yang sedikit kumal dan terlipat di beberapa sisi. Begitu Takako melihat foto
itu, ia hanya mengangkat sebelah alis. Di foto itu ada seorang anak laki-laki, mungkin
umurnya sekitar 6 atau 7 tahun. Ia memakai kemeja kebesaran, celana pendek, dan kaos. Ia
juga memakai sepatu olahraga dan kaos kaki. Semua yang dipakainya kotor karena noda-
noda lumpur. Mungkin foto ini diambil saat anak kecil itu baru selesai main sepak bola,
karena dia memebluk bola berwarna putih.
Siapa anak laki-laki ini? Aku tidak kenal, ujar Takako tanpa pikir panjang.
Kamu tidak kenal dia? Purple menunjukkan ekspresi heran. Ia lalu terkikik kecil, sambil
berkata dengan intonasi lambat. Sore wa...watashi da yo18 (18 Itu.. adalah aku.) .
Apa?! Suara Takako tercekat, dilihatnya lagi foto itu dengan tatapan tak percaya.
Membandingkan wajah yang ada di foto itu dengan wajah gadis cantik dihadapannya.
Bohong... ini tidak mungkin.
Kamu bahkan mengira aku anak laki-laki... Purple kembali tertawa renyah. Meski
penampilannya begitu, tapi itu anak perempuan asli.
Bagaimana bisa? tanya Takako, sekarang dia benar-benar penasaran. Tapi ternyata tak
hanya Takako, Izumi yang memang tidak mengetahui apa-apa juga terlihat sangat terkejut.
Dulu, aku sama sekali tidak perduli dengan penampilanku. Kurasa jadi diriku sendiri sudah
cukup senang. Tapi, saat aku masih SD, semua berubah. Teman-teman di sekitarku
mengejek wajah dan penampilanku... dan saat itu aku benci pada orang-orang yang
mengataiku jelek. Aku terus menyalahkan mereka. Aku merasa mereka tidak mau
menerimaku apa adanya... Purple tersenyum kecil, lalu memandang Takako yang masih
tertegun. Sampai akhirnya aku sadar, kemarahanku itu ternyata bukan karena mereka
mengataiku jelek. Itu semua karena... aku marah pada diriku yang mengakui kebenaran
kata-kata mereka.
Takako tersentak mendengar ucapan Purple. Cerita itu bagai cermin dirinya saat ini. Tapi
kenapa kamu bisa berubah? tanyanya dengan suara pelan.
Purple terdiam sejenak. Mengingat kembali kata-kata yang dibisikkan oleh Naito beberapa
saat lalu. Kamu bukan lagi gadis yang lemah. Ucapan sederhana, tapi selalu berhasil
menguatkannya.
Purple memandang Takako. Karena ada seseorang yang membuatku sadar untuk
berjuang, jawabnya yakin. Ia menyentuh wajah Takako hingga gadis itu menatapnya.
Kalau kamu saja tidak percaya pada dirimu sendiri, bagaimana bisa kamu meminta orang
lain untuk percaya padamu?
Blue menatap Purple dengan wajah terkejut. Ia tidak menyangka kalau ucapan yang pernah
ia katakan dulu, benar-benar diingat jelas oleh Purple. Ia bahkan masih tertegun saat Purple
melayangkan pandangan padanya sambil tersenyum.
Karena itu... Purple menyentuh kepala gadis itu lembut. Sebelum kamu menyukai orang
lain, sukailah dirimu sendiri. Berubahlah, jika itu bisa membuatmu lebih menghargai dirimu
sendiri.
Takako hanya terdiam menatap Purple seolah menyerap setiap kata yang diucapkannya.
Tiba-tiba ia memeluk Purple erat-erat dan menangis.
A... a... apa... orang seperti aku bisa?
Purple membalas pelukan Takako sambil mengelus kepalanya. Ia memegang jari gadis itu,
yang terlihat tak berbentuk karena Takako sering menggigitnya. Kalau kamu ingin melihat
sesuatu yang disebut hasil, kamu tidak punya pilihan lain selain berusaha.
Purple melepaskan pelukannya perlahan menggeser tubuhnya sedikit lantas berbisik di
telinga Takako. Guardian adalah rahasia. Dan kamu adalah bagian dari rahasia itu.
Paham? Suaranya yang merdu dan menenangkan membuat gadis di depannya terkesima.
Takako terdiam sesaat, sampai akhirnya ia melihat Purple mengedipkan mata sambil
meletakkan ujung jari telunjuk di bibirnya sendiri, membuatnya tak bisa lagi menahan
senyum saat melihat ekspresi pemimpin Guardian tersebut. Ia pun langsung
menganggukkan kepala sebagai jawaban. Kelegaan dan juga perasaan bahagia yang
sudah lama tidak dirasakan Takako tiba-tiba memenuhi dadanya. Ya, sekarang Takako tahu
apa yang paling ingin diinginkannya. Ia ingin berubah. Berubah untuk bisa menghargai
dirinya sendiri.

*

Akhirnya kasus kali ini selesai juga. Kaze menghempaskan tubuhnya di salah satu sofa
yang ada di dalam kamar Asa.
Keempat Guardian, termasuk Izumi duduk berdekatan. Tidak ada satupun yang menanggapi
kata-kata tersebut. Semua berpandangan dalam hening. Suasana terasa canggung, karena
bagaimanapun, perang dingin yang terjadi di antara mereka selama seminggu tidak bisa
diacuhkan begitu saja.
Izumi... Asa akhirnya berkata di tengah kesunyian.
Semua memandang gadis itu dalam diam. Menunggu dalam ketegangan.
Mulai besok, kembalilah ke OSIS, ucap Asa ringan.
Hah? Izumi dan Kaze yang memang benar-benar tegang sampai berkeringat dingin
memandangnya tak percaya.
Bisa-bisanya Asa begitu enteng mengucapkannya, padahal kalau dilihat dari permusuhan
selama seminggu kemarin, ini kelihatannya bukan persoalan yang ringan! Namun, gadis itu
bisa menyelesaikannya dengan begitu mudah. Melalui kata-kata yang juga tanpa beban.
Kenapa kalian bengong? Apa kalian pikir aku benar-benar serius untuk memusuhi Izumi?
Asa malah terheran-heran menatap mereka berdua.
Aktingmu benar-benar menakutkan. Izumi hanya bisa geleng-geleng kepala. Lega dan
kesal masih jelas ia rasakan, namun tak ada dendam di hatinya. Izumi harus mengakui, apa
yang dilakukan Asa ternyata tidak hanya menyadarkan Takako, namun juga dirinya. Tapi
tiba-tiba kelegaan itu berubah, ia jadi kesal saat merasakan ngilu di wajahnya. Hoi Asa, tapi
pukulanmu benar-benar keras sekali! Lihat, lebamnya sampai sebesar ini!
Aku cuma memukulmu dua kali, jangan cengeng. Asa menggaruk kepalanya, sama sekali
tak merasa bersalah. Ia melirik Naito yang hanya diam mendengarkan obrolan mereka.
Masih mending aku yang pukul, coba kalau Naito... bisa-bisa kau tidak akan sadarkan diri
selama tiga hari.
Naito hanya menanggapi singkat, Jangan berlebihan.
Mengingat kembali bagaimana Naito bisa dengan mudahnya membuat seseorang pingsan,
Izumi menelan ludah. Terpaksa menerima kenyataan. Kaze bahkan mengangguk-anggukan
kepala, setuju dengan pendapat Asa.
Oh ya... Asa tiba-tiba teringat sesuatu. Kali ini pun... Ia menggantungkan ucapannya,
sambil tersenyum pada tiga lelaki disampingnya.
MISSION COMPLETE! lanjut mereka bersamaan.

*




Bab 11
Pagi ini lapangan olahraga dipenuhi murid-murid kelas 2-B. Anak laki-laki main sepak bola di
lapangan luar dan anak perempuan main basket di dalam gedung olahraga.
Asa bersama beberapa teman perempuannya duduk di sisi lapangan basket, menunggu
giliran kelompoknya bertanding. Hari ini, kebetulan Komita satu kelompok dengan Asa.
Gadis tinggi dan berambut pendek, yang selalu bersemangat itu, adalah salah satu teman
Asa yang sering sekali mengirim permohonan pada Guardian.
Oh Putri Asa, bahkan saat memakai seragam olahraga saja, kamu terlihat sangat cantik.
Komita memujinya blak-blakan.
Terima kasih Komita. Asa memamerkan senyum anggunnya.
Komita langsung saja memeluk gadis itu. Ya ampun, Tuan Putri satu ini memang sangat
manis!!
Kyaa... Eisei keren sekali! Suara anak-anak perempuan lain terdengar tidak jauh dari situ.
Sudah pintar, tampan, jago olahraga lagi! Benar-benar pengeran yang sempurna!
Beruntung sekali punya pangeran setampan dia di kelas kita!
Hei, hei! Kalian kenapa malah teriak-teriak di sana?! Pak Sato, guru olahraga, terlihat kesal
karena sebagian anak perempuan kelas 2-B tak mengindahkan perintahnya untuk tetap
berada di dalam gedung olahraga. Apa belum cukup kalian melihat Eisei di dalam kelas?
Sekarang cepat main basket sana!
Yah... Pak Sato... Mereka langsung merengek.
Kalau di kelas kan kita nggak bisa lihat Eisei main sepak bola.
Sekali ini saja, Pak!
Asa dan Komita yang melihat tingkah teman-teman mereka cuma bisa merasa prihatin pada
Pak Sato, yang sepertinya kerepotan menghadapi anak-anak perempuan itu.
Susah juga ya punya pacar terkenal, ucap Komita sambil menatap Asa iba. Apa kamu
nggak cemburu?
Asa kaget dengan ucapan Komita itu. Perasaan ksal menyerangnya. Kenapa aku harus
cemburu? Yang benar saja!
Sepertinya kamu salah paham, Komita. Asa tersenyum lembut. Ya, ya, ya. Seperti biasa...
aktingnya sebagai gadis super anggun memang mengerikan. Aku nggak pernah pacaran
dengan Naito.
Ya ampun Tuan Putri ini. Kenapa masih ditutupi, sih? Komita malah terkikik. Tapi benar
juga. Putri Asa kan nggak kalah terkenal, pantas saja kamu tidak cemburu. Pasti sudah
terbiasa ya?
Di dalam hati, Asa sudah kesal setengah mati. Kenapa Komita nggak mau mendengar kata-
kataku sih? Aku kan sudah bilang nggak pacaran! Namun, lagi-lagi ia menunjukkan ekspresi
yang berbeda dengan kata hatinya. Gadis itu justru menatap Komita lembut. Aku nggak
menutupi apa-apa. Karena aku memang nggak pacaran dengan Naito.
Mendengar nada serius dari ucapan Asa, Komita jadi bingung. Ia mengerutkan kening.
Tapi, semua orang di sekolah ini menganggap kalian pacaran kok. Dia langsung
menggaruk kepala. Kalau kamu nggak pacaran sama Eisei, kenapa dia selalu bilang
begitu?
Asa sama sekali tak mengerti ucapan Komita. Apa maksudmu?
Putri Asa benar-benar nggak tahu apa-apa ya? Komita terheran-heran saat mendapati
sinar mata Asa yang terlihat bingung. Baiklah, sebelum itu aku ingin bertanya lebih dulu.
Tolong jawab jujur, Putri Asa pasti sering sekali di tembak cowok kan?
Asa dengan polosnya langsung mengangguk. Kali ini dia sungguh tak mengerti arah
pembicaraan Komita.
Lalu, apa kata-kata yang kamu ucapkan saat menolak mereka?
Aku masih nggak mau pacaran.
Komita mengangkat sebelah alisnya, sedikit tak percaya. Cuma itu saja?
Asa spontan menganggukkan kepala, jujur. Memang mau bilang apa lagi?
Hahahaha... Komita tak bisa menahan tawa. Sekarang, rasanya ia bisa menebak apa yang
sebenarnya terjadi. Kalau begini, aku jadi prihatin juga melihat Eisei.
Putri Asa, aku punya informasi yang menarik. Komita tiba-tiba tersenyum jahil. Kamu tahu
nggak apa yang selalu diucapkan Eisei saat menolak gadis yang menyatakan cinta
padanya?
Asa otomatis menggeleng. Kenapa juga aku harus tahu masalah seperti itu? Komita ini
aneh-aneh saja...
Eh? Ia tiba-tiba menyadari sesuatu. Kamu tadi bilang selalu? Memang kamu tahu apa
yang Naito ucapkan saat...
Hal itu sudah jadi rahasia umum. Komita langsung memotong kalimatnya. Aku malah
heran karena Putri Asa sama sekali nggak tahu. Padahal, ini kan ada hubungannya sama
kamu.
Apa maksudmu?
Kakak kelas, teman seangkatan, atau adik-adik kelasku di klub atletik sering
membicarakannya. Kata mereka, Eisei selalu menggunakan satu kalimat yang sama untuk
menolak gadis-gadis yang menyatakan cinta padanya. Bukan kalimat biasa, karena kata-
kata yang diucapkannya sanggup membuat semua cewek menyerah detik itu juga!
Asa penasaran mendengar cerita Komita. Memang, kalimat apa yang Naito ucapkan?
Komita tersenyum kecil sesaat, lalu menatap Asa penuh arti. Ore wa naito ni nareru kamo,
tada asa dakedo. Ia sengaja merendahkan suaranya agar terdengar seperti suara laki-laki.
Keren sekali, kan? Komita terlihat heboh sendiri setelah mengatakannya.
Sebaliknya, Asa justru memiringkan kepala. Sebuah tanda tanya besar seolah tergambar di
wajah cantiknya. Konyol sekali... apa maksudnya itu? Apa Naito sedang membuat teka-teki?
Melihat Asa yang cuma menatapnya dengan ekspresi kosong, Komita langsung menepuk-
nepuk pundak gadis itu. Putri Asa benar-benar nggak paham ya? Coba dengarkan lagi
kalimatku baik-baik. Komita lalu berdeham sekali. Ore wa naito ni nareru kamo, tada asa
dakedo. Kali ini, dia menekan intonasinya saat mengucapkan kata naito dan asa.
Asa mengerjapkan mata dua kali, lalu detik berikutnya, ia membelalakkan mata lebar-lebar.
Tanpa sadar gadis itu bahkan menelan ludah sambil meremas kedua tangannya sendiri.
Iri deh, Putri Asa benar-benar dicintai ya? Komita lalu menjerit pelan, terlihat malu sendiri.
Asa tak menanggapi perkataan Komita. Ia justru menarik napas sekali, dan tiba-tiba berdiri.
Maaf. Aku mau ke kamar mandi sebentar.
Baiklah. Komita masih tersenyum saat memandang punggung Asa semakin jauh. Wah,
Putri Asa malu-malu. Manis sekali! Hahaha, aku sudah menjadi cupid bagi pasangan paling
hebat di sekolah ini! soraknya dalam hati.
Tap. Tap. Tap.
Langkah kaki Asa semakin lebar. Wajah tenang dan anggunnya benar-benar berubah.
Kerutan di dahinya menunjukkan kalau dia sedang menahan sesuatu yang akan meledak.
Naito benar-benar kurang ajar! Bagaimana bisa dia melakukan ini di belakangku! Asa
menggeram. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja!
Ternyata, perkiraan Komita tadi terbukti salah total! Asa bukannya malu-malu, tapi justru
marah besar! Langkah kakinya semakin cepat menuju lapangan olahraga, tempat anak laki-
laki kelas 2-B main sepak bola. Asa memilih jalan memutar melalui pintu samping agar tak
terlihat mencolok. Kalau dia nekat mendatangi Naito dari pintu gedung olahraga di tengah
kerumunan teman-teman perempuannya, suasana pasti jadi lebih tidak terkendali.
Asa memutuskan untuk berdiri di sisi lapangan. Seorang diri, ia memperhatikan teman-
teman cowok sekelasnya sedang asyik main sepak bola. Sialnya, Kaze dan Izumi juga
sedang main, jadi Asa tidak bisa minta tolong untuk memanggilkan sahabat sejak kecilnya
itu. Ia masih berdiri diam tanpa berniat memanggil Naito, namun pandangan matanya terus
mengikuti gerak-gerik laki-laki itu.
Hingga beberapa menit kemduian, Naito tanpa sengaja melihat sosok Asa di pojok
lapangan. Pandangan mereka bertubrukan dari jarak yang lumayan jauh, mungkin sekitar 6
meter. Gerakan Naito saat akan menendang bola pun mendadak terhenti. Meski dari jarak
sejauh itu, tatapan mata Asa dan ekspresi serius yang tertuju padanya begitu jelas terlihat.
Naito bahkan langsung menyadari bahwa Asa memang sedang menunggunya.
Maaf. Tolong gantikan aku sebentar. Naito bicara pada salah satu teman laki-laki di
sampingnya.
Hei Naito! Teman-tmenanya yang lain langsung menatap laki-laki itu dengan pandangan
bingung. Lagi seru-serunya kok malah pergi?
Namun rentetan kalimat protes mereka sontak terputus saat melihat Naito berjalan
meninggalkan lapangan. Tanpa ada yang memerintah, permainan sepak bola pun terhenti.
Semua mata mengikuti Naito yang menghampiri seorang gadis yang sepertinya sudah sejak
tadi berdiri di sana.
Itu Putri Asa! Salah satu laki-laki bersorak, dan mendadak saja, suasana di lapangan
semakin ramai. Kaze dan Izumi yang ada di sana cuma bisa memandang heran dari
kejauhan.
Ada apa dengan mereka? Jarang-jarang Tuan Putri mau menunggu Naito saat jam
olahraga seperti ini, bisik Kaze pada Izumi yang berdiri di sampingnya.
Kau tidak lihat ekspresi Asa? Dia seperti siap memakan orang saja. Pasti ada sesuatu yang
buruk. Meski orang-orang melihat Asa sebagai putri anggun, namun tidak begitu dengan
Izumi. Ia bahkan menunjukkan wajah ngeri. Semoga saja Naito bisa mengatasinya.
Ternyata gosip itu benar ya? Mereka berdua memang benar-benar pacaran!
Tentu saja kan? Kalau tidak, mana mungkin Putri Asa sampai mau menunggunya seperti
itu!
Kalau lawannya Naito, kita sudah tidak punya harapan lagi!
Dunia memang tidak adil!
Suara ratapan putus asa para lelaki di sekitar Izumi dan Kaze sontak membuat keduanya
tertegun. Mereka berpandangan, sebelum akhirnya ikut bergabung dengan teman-teman
mereka, untuk mendapat cerita yang lebih lengkap mengenai apa yang sedang terjadi.
Di dalam ruang OSIS, Asa dan Naito berdiri berhadapan. Ketegangan yang jelas terasa
memang tak bisa dihindari.
Asa melipat kedua tangan di depan dada. Keningnya berkerut saat menatap laki-laki yang
memasang wajah tanda ekspresi di hadapannya. Naito, kau tidak ingin mengatakan apa
pun padaku?
Mengatakan apa? Naito balas tanya, sama sekali tak terlihat tegang.
Tadi, aku mendengar kabar. Asa sudah tak mau berbasa-basi. Menghadapi Naito yang
terlalu cuek memang tidak perlu bertele-tele. Apa benar kamu memakai namaku saat
menolak cewek? tembaknya langsung.
Ekspresi Naito sontak berubah. Ia sedikit memicingkan mata, namun tidak begitu terkejut.
Sebenarnya, dari dulu Naito sama sekali taka ada niat untuk menutupi hal tersebut. Dia
malah heran kenapa Asa baru tahu tentang hal ini.
Meski aku membeberkan rahasiamu, kau sepertinya tidak terlalu kaget ya? tanya Asa tak
habis pikir.
Naito malah tersenyum tipis. Itu bukan sesuatu yang kurahasiakan. Justru bagus karena
kamu sudah tahu sendiri. Aku jadi tidak perlu susah payah menjelaskan.
Berani juga kau! Asa langsung naik pitam, benar-benar cowok satu ini! Cueknya
keterlaluan! Sudah cukup ia menahan emosi. Jadi maksudmu, kau sama sekali tidak
merasa bersalah meski telah memanfaatkan namaku, begitu? Asa berjalan mendekat dan
berhenti tepat di depan wajah Naito. Kalau mau menolak cewek, pakai alasan yang masuk
akal. Jangan seenaknya memakai namaku untuk mempermainkan mereka!
Mendadak saja ekspresi Naito berubah. Ia balik menatap Asa tajam. Aku tidak main-main.
Suaranya berat, mengintimidasi. Apa yang kukatakan pada mereka adalah kenyataan.
Eh? Asa langsung tersentak. Keberanian dan kemarahannya menguap seketika. Meski
sangat ingin membalas ucapan Naito atau menganggapnya sebagai candaan, namun suara
Asa tercekat. Melihat ekspresi dingin serta mata coklat tua yang sangat dalam itu sontak
membuat Asa gentar. Tanpa berani membalas ucapan Naito, tiba-tiba Asa mundur, bahkan
mengalihkan padangan agar tidak bertatapan dengan mata setajam elang itu.
Keadaan seketika berbalik, sekarang Naito lah yang melangkah maju mendekati Asa.
Ekspresi wajahnya pun sudah kembali seperti semula. Kenapa kamu menjauh? tanyanya
kalem.
Asa menelan ludah. Lalu kembali mundur selangkah tanpa sanggup menjawab pertanyaan
itu. Aneh sekali. Dia yang biasanya ceplas-ceplos di depan Naito, seolah mati kutu. Saat ini,
ekspresi wajah serta ucapan sahabat kecilnya itu seperti orang asing di matanya. Dan itu
membuat Asa merasa nggak nyaman! Dia benar-benar merasa terpojok. Semakin berusaha
untuk menjauh, Naito melah terus melangkah mendekatinya.
Buk!
Dalam detik-dektik akhir perjuangannya untuk menghindar, Asa tidak bisa mundur lagi.
Kakinya sukses membentur sesuatu. Ia pun langsung kaget dan sontak menoleh pada meja
di belakangnya. Sial! Keringat dingin disertai debaran di dadanya membuat tubuh Asa
bergetar tanpa bisa ia kontrol.
Ka... karena... kamu mengatakan sesuatu yang a... aneh... Meski telat, Asa akhirnya
menjawab pertanyaan Naito dengan tergagap-gagap.
Aneh? Naito mengulang kata-kata gadis itu dengan nada yang begitu tenang. Sekarang
tak ada lagi yang bisa menghalangi langkahnya. Ia meletakkan kedua telapak tangannya di
sisi meja di belakang Asa. Membuat gadis itu terkurung dan tak bisa kabur.
Ekspresi Naito tetap tak terbaca saat melihat tubuh Asa bergetar. Gadis itu bahkan
menundukkan kepala, sama sekali tak mau menatapnya. Kenapa kamu nggak mau
melihatku? tanyanya. Tanpa pikir panjang, Naito mengangkat tangan kanannya untuk
menyentuh wajah Asa.
Tiba-tiba Asa mendorong tubuh Naito menjah. Sekuat tenaga ia menggunakan kedua
tangannya untuk membuat laki-laki itu mundur. Belum pernah dia merasa begitu sesak
berada di dekat Naito. Asa tidak sanggup berada dalam situasi aneh ini, apalagi dengan
orang yang sudah lama ia anggap keluarganya sendiri.
Ekspresi Naito berubah. Ia mengerutkan kening, sedikit terkejut dengan penolakan Asa.
Namun, ia masih sempat tersenyum samar, menunggu sampai gadis di depannya benar-
benar merasa tenang dan tidak lagi gemetaran. Sekarang... apa kamu takut padaku?
Spontan Asa mendongakkan kepala, menatap kedua mata Naito. Kenapa aku harus takut
padamu? sentaknya keras. Aku cuma nggak habis pikir, tahu! Kenapa tiba-tiba kamu
mengatakan sesuatu yang aneh! Aku nggak ngerti! Padahal kita kan teman!
Naito cuma menghela napas panjang, senyum tipis pun seketika menghiasi wajahnya.
Namun, ekspresi itu justru membuat hati Asa merasa sakit saat melihatnya.
Kamu benar-benar kejam ya... Kata-kata Naito sontak membuat gadis di depannya
terkesiap.
Sudah seperti ini pun kamu tetap tak mau mengerti. Ia lalu menatap Asa tajam. Dari
dulu... aku sama sekali tidak pernah menganggapmu hanya teman amsa kecil.
Kata-kata yang diucapkan dengan nada sangat serius itu membuat Asa menahan napas.
Matanya mendadak panas. Cemas, takut, dan bingung, dirasakannya bersamaan. Ucapan
Naito seperti kenyataan pahit yang tak bisa diterimanya dengan akal sehat.
Apa maksudmu? tanya Asa gusar sambil berusaha menenangkan degup jantungnya.
Kenapa kamu tiba-tiba berkata begitu padaku! Kamu bukan Naito yang kukenal...
Kamu yang memaksaku mengatakan semuanya, Asa. Naito memotong ucapannya.
Eh? Asa makin bingung. Selama beberapa saat ia terdiam, berusaha mencerna apa yang
baru saja dikatakan Naito, sampai akhirnya Asa benar-benar menyadari bahwa memang
dialah yang lebih dulu membahas hal ini.
Naito... Tanpa sadar Asa memanggil namanya, sedikit ragu-ragu. Kalau seandainya aku
tidak mengetahui hal ini, apa selamanya kamu tidak akan mengatakan padaku?
Mungkin. Naito membalas tatapan Asa.
I... ini nggak masuk akal...
Naito bisa melihat kalau gadis itu masih terguncang. Tapi ia tak bisa mundur. Asa,
panggilnya lirih. Lalu hening. Beberapa detik berlalu dalam suasana tegang.
Bukan sebagai teman atau keluarga. Namun sebagai seorang laki-laki, aku selalu
menyukaimu. Naito sadar kalau apa yang dikatakannya mungkin bukan jalan keluar, tapi
paling tidak, setelah sekian lama ini mungkin saat paling tepat untuk mengungkapkan
perasaannya.
Asa bungkam. Belum sempat ia menanggapi pernyataan Naito, tiba-tiba saja laki-laki itu
bebalik menuju pintu, berniat meninggalkkannya tanpa meminta jawaban.
Tu... tunggu dulu! Asa spontan memanggil Naito. Meski jarak mereka sekarang cukup
jauh, Asa masih saja merasa canggung dan tanpa bisa ditahan wajahnya tiba-tiba memerah
saat Naito kembali menoleh untuk menatapnya.
Meski dia yang jelas-jelas memanggil, namun gadis itu bingung untuk bicara. Asa menggigit
bibir bawahnya. Apa kamu benar-benar menyukaiku dari dulu? tanyanya dengan suara
bergetar. Sekarang, Asa jadi malu sendiri setelah mengatakannya. Naito mengangguk
sekali, namun ekspresinya tetap sama.
Lantas... Asa masih tak percaya. Rasanya semua kejadian hari ini bagai peristiwa aneh
yang tak pernah ia yangkan. Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya?
Naito terdiam sesaat. Ia menatap Asa yang kelihatan gelisah dan bingung sebelum
menjawab, Karena aku tidak mau melihat wajahmu yang seperti ini.
Blam!
Detik berikutnya, terdengar suara pintu di tutup dari luar. Naito keluar meninggalkan Asa
yang hanya berdiri membatu. Gadis itu masih tak mampu bergerak, ucapan terakhir Naito
benar-benar memberi efek yang sangat besar baginya. Ia sama sekali tak bisa berfikir.

*
Bab 12
Laki-laki berambut klimis itu membanting setumpuk buku di atas meja belajarnya. Guardian
benar-benar sialan! Mereka tak pernah membalas permohonan yang kukirim! Sial!!!
Mikamo Tori menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Sudah lebih dari empat bulan
ia mengirimkan permohonan yang sama pada Guardian. Permohonan sederhana, yaitu bisa
bertemu dengan mereka, namun tak sekalipun dibalas.
Sebagai Ketua Klub Koran di Hogosha Gakuen, ia terobsesi membuka kedok Guardian.
Seandainya dia bisa membuka rahasia legenda berumur 17 tahun ini, Tori pasti diakui
sebagai Ketua Klub Koran terbaik yang dimiliki sekolah ini.
Tetapi nyatanya, tidak ada satupun yang bisa menolongnya. Tidak ada satupun murid yang
terang-terangan mengaku pernah bertemu Guardian. Di lain sisi, desas-desus tentang sosok
misterius itu tak pernah mati. Kenapa bisa seperti itu? Itulah pertanyaan yang selalu ada di
benak Tori dan membuatnya tak mau menyerah membongkar identitas Guardian.
Selama setahun mencari-cari informasi, ia hanya mengetahui bahwa Guardian selalu
memakai pakaian serba hitam. Sungguh menyedihkan, karena itu satu-satunya informasi
yang sanggup ia dapatkan, bahkan belum bisa dipastikan kebenarannya. Jadi, untuk
membuktikan itu semua, satu-satunya cara adalah bertemu Guardian secara langsung!
Tapi bagaimana caranya?? Ia memuku-mukul tempat tidur dengan emosi meluap-luap.
Apa tidak ada cara...
Brak!
Tiba-tiba terdengar suara keras dari luar. Perasaan berdebar langsung dirasakan Tori ketika
melihat sebuah bayangan di luar pintu balkon apartemennya. Dengan was-was dia
membuka gorden berwarna krem itu.
Matanya sontak membelalak begitu melihat sosok yang berdiri di depan balkon kamarnya.
Si... siapa kau?? Ia mundur beberapa langkah, tak memiliki keberanian untuk membuka
pintu geser di hadapannya.
Pria bertubuh tinggi dalam balutan pakaian serba putih itu tak menjawab pertanyaan Tori.
Wajahnya sama sekali tak terlihat karena memakai tudung kepala yang menutupi hampir
seluruh bagian kepalanya. Laki-laki misterius itu lalu mengeluarkan sebuah kertas dari saku
celana putihnya, dan menempelkan kertas itu ke pintu kaca agar Tori bisa membaca tulisan
yang ada di atasnya.
Aku akan membantumu. Tori membaca tulisannya pelan-pelan. Ia langsung mengerutkan
kening, tak mengerti. Membantuku untuk apa? tanyanya hati-hati.
Pria misterius itu tidak menjawab. Ia hanya memberikan kode agar Tori membuka pintu
yang menghalangi mereka. Selama beberapa detik Tori masih bimbang, sampai akhirnya
tangannya pelan-pelan menggapai pintu dan membukanya lebar. Rasa penasaran
membutanya tak berpikir panjanga,
Begitu pintu di depannya terbuka, pria misterius itu berkata dalam suara berat, Aku akan
mengabulkan permohonanmu.
Begitu mendengar pria itu bicara Tori sontak mengerutkan kening. Baginya, suara itu
terdengar seperti suara pria dewasa. Tetapi Tori tak terllau ambil pusing, ia justru buru-buru
bertanya, Permohonan apa?
Permohonan yang tidak diterima Guardian.
Selama beberapa detik, Tori masih linglung. Ia tak percaya pada ucapan pria yang sama
sekali tak mau menunjukkan wajahnya itu. Dari mana kau tahu aku mengirim permohonan
pada Guardian?
Aku tahu segala sesuatu yang terjadi di Hogosha Gakuen, jawab laki-laki misterius itu.
Suaranya berat dan mengancam, membuat Tori bergidik setiap mendengarnya bicara. Aku
jauh lebih kuat dari Guardian.
Kali ini, Tori tak bisa menyembunyikan senyumnya. Meski tidak bisa percaya sepenuhnya,
namun sosok berbaju putih ini jelas bukan orang biasa. Buktinya dia bisa mengetahui
permohonan yang Tori kirim pada Gaurdian. Apalagi melihat kenyataan ia bisa naik dengan
mudah ke balkon apartemen yang berada di lantai 5... itu jelas bukan hal yang sanggup
dilakukan oleh orang normal!
Kenapa kau mau membantuku? tanya Tori, masih bersikap waspada.
Aku hanya akan mengabulkan permohonan orang-orang yang bisa menghancurkan
Guardian.
Menghancurkan mereka? Tori mengulang ucapan itu, terdengar ragu. Bagaimana
caranya?
Pria berbadan besar itu tak langsung menjawab. Ia justru memajukan tubuhnya, mendekati
Tori yang spontan mundur beberapa langkah.
Diam.
Hanya satu kata, dan Tori langsung berhenti di tempat. Aneh. Suara pria itu seolah memiliki
kekuatan yang bisa menghipnotis lawan bicaranya. Seperti sebuah mantra, menggema di
telinganya dan sanggup membuat Tori gemetaran.
Pria misterius itu membungkukkan badan, hingga wajahnya sejajar dengan Tori yang lebih
pendek darinya. Desahan napas beratnya menyapu wajah laki-laki remaja itu. Meski
sekarang jarak mereka sangat dekat, Tori tetap tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.
Tudung kepala putihnya sempurna menyamarkan garis-garis wajah yang hanya terlihat
seperti bayangan tanpa bentuk.
............ Pria itu berbisik tepat di telinga Tori. Walaupun ia memelankan suaranya, setiap
kata yang ia ucapkan ternyata mampu membuat bulu kuduk Tori berdiri.
Tepat setelah pria misterius itu berhenti bicara, Tori yang sejak tadi berdiri kaku, tanpa sadar
menelan ludah sekali. Suara bisikan tadi tendengar jauh lebih mengerikan dari apa pun
yang pernah ia dengar sebelumnya, seolah suara itu sanggup menghantui dan menguasai
jiwa Tori sepenuhnya. Namun, karena rasa penasaran, ia barusaha keras mengumpulkan
seluruh keberanian yang tersisa untuk membuka mulut.
Si... siapa kau sebenarnya?
Untuk pertama kali, pria misterius itu menyeringai, sebelum akhirnya menjawab, Black
Guardian...

To be continued...

S-ar putea să vă placă și