Sunteți pe pagina 1din 33

Asuhan Keperawatan Hepatoma

Written By Saktya Yudha on Senin, 03 Februari 2014 | 08.32



2.2 Definisi

Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering
ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma,
dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma
atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker
yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada
pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus
kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B
dan C. kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan
minum minuman keras.

Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama
Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya.
Perbandingan antara laki : wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi
geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia
kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak.

2.3 Etiologi

Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi
molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis
hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua
mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk
mendapatkan kanker hati ini.

Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada sekitar separuh dari
seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya cenderung mencapai
hati melalui system portal atau saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor
abdominal. Lebih lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel
maligna ini. Biasanya bukti pertama adanya kanker dalam organ abdomen adalah
manifestasi mestastasis hati dan tanpa melakukan operasi eksplorasi atau autopsi tumor
primer tidak pernah dapat teridentifikasi.
2.4 Patofisiologi

Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan
oleh alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya
kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai
pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 %
kematian akibat kanker.

Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor
yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

Stadium Hepatoma

- Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm

- Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I
atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.

- Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus
kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah
(vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan
atau lobus kiri hati.

- Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri
hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler )
ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di
luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena
cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)

2.5 Tanda dan Gejala

Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala gangguan
nutrisi seperti penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan,
anoreksia dan anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati
yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala ikterus hanya tejadi
jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati.
Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor
tertanam dalam rongga peritoneal.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat penyakit,
hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin, alkali
fosfatase, asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT] dan
lactic dehidrogenase [LDH] dapat terjadi. Leukositosis, eritrositosis, hiperkalsemia,
hipoglikemia dan hiperkolesterolemia jug dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium.
Kadar Alfa fetrptein serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami kenaikan
yang abnormal pada 30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen karsinoembrionik
yang berfungsi sebagai penanda kanker saluran cerna dapat meningkat. CEA dan AFP
secara bersama-sama dapat membantu membedakan antara tumor metastasis hati dan
kanker primer hati.

Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis
ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada
kelenjar limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung.

Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi menjadi
bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit kanker
tesebut.

2.7 Penatalaksanaan

Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan
biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran
kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau
banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker
sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain
di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan
apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan
non-bedah dan tindakan bedah.

a) Tatalaksana Non Bedah

Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien, sirosi yang mendasari
keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi
radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan
derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang
kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hiduo pasien dengan cara mengurangi
rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif.

Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan
drainase bilier perkutan.

Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan
terapu radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga
berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau
pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya
maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan
ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup
memberikan harapan.

Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang
kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah
dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional
merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada
pasien tumor primer dan metastasis tumor hati.

Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan
saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada
pasien tumor yang itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan
bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati
lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali
system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu
akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur
ini, pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya
meningkat. Selma beberapa hari setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase
eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui
jumlah, warna dan adanya darah serta debris.(Brunner & Suddarth, 2002)

b) Tatalaksana Bedah

Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati
dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat dieksisi
seluruhnya dan metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang
bersifat terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk
beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ hati
dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan
hati untuk beregenerasi.

Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati
yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru
dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati
keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai penyakit hati stadium-
terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu
menanganinya. Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi.
(Brunner & Suddarth, 2002)

2.8 Komplikasi dan Penanganan

Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian
atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu
keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang
ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko
kematian yang tinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru
dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs.
Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan
sehingga menimbulkan kematian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk.

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:


1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi
paru (ascites dan penekanan diafragma)

2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan
cairan dalam rongga abdomen (ascites).

3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya
asupan nutrisi.

4. Ansietas berhubungan dengan pembesaran abdomen


1. Intervensi Keperawatan












































No


Diagnosa


Tujuan


Kriteria


Intervensi


Rasional

1 Ketidakefektifan
pola pernapasan
berhubungan
dengan adanya
penurunan
ekspansi paru
(ascites dan
penekanan
diafragma)
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapakan
pernapasan
efektif
kembali
Tidak
mengeluh
sesak napas,
RR 20 24
X/menit. Hasil
Lab BGA
Normal
a.Pertahankan
Posisi semi
fowlerb.
Observasi gejala
kardinal dan
monitor tanda
tanda
ketidakefektifan
pola napasc.
Berikan
penjelasan
tentang
penyebab sesak
dan motivasi
utuk membatasi
aktivitas

d. Kolaborasi
dengan tim
medis (dokter)
a. Posisi ini
memungkinkan
tidak terjadinya
penekanan isi
perut terhadap
diafragma
sehingga
meningkatkan
ruangan untuk
ekspansi paru
yang maksimal.
Disamping itu
posisi ini juga
mengurangi
peningkatan
volume darah
paru sehingga
memperluas
ruangan yang
dapat diisi oleh
dalam pemberian

diuretik, batasi
asupan cairan,
dan punctie
aspirasi asites
udarab.
Pemantau lebih
dini terhadap
perubahan yang
terjadi sehingga
dapat diambil
tindakan
penanganan
segerac.
Pengertian klien
akan
mengundang
partispasi klien
dalam mengatasi
permasalahan
yang terjadi

d.untuk
meneurangi
asites dan cairan
dalam cavum
pleura sehingga
pola nafas
kembali norma
(16-20x/menit)
2. Gangguan rasa
nyaman nyeri
abdomen
berhubungan
dengan
pereganggan
capsul glyser
Setelah
dilakukan
tindakkan
keperawatan
diharapakn
nyeri dapat
berkurang
atau Pasien
bebas dari
nyeri
Tidak
mengeluh
nyeri
abdomen,
tidak meringis,
Nadi 70 80
x/menit
a.Lakukan
kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
analgesik
(perhatikan
fungsi faal
hepar)b. Atur
posisi klien yang
enak sesuai
dengan
keadaanc. Awasi
respon
emosional klien
terhadap proses
nyeri

d.Ajarkan teknik
pengurangan
nyeri dengan
teknik distraksi

e. Observasi
tanda-tanda vital
a. Analgesik
bekerja
mengurangi
reseptor nyeri
dalam mencapai
sistim saraf
sentralb. Dengan
posisi miring ke
sisi yang sehat
disesuaikan
dengan gaya
gravitasi,maka
dengan miring
kesisi yang sehat
maka terjadi
pengurangan
penekanan sisi
yang sakitc.
Keadaan
emosional
mempunyai
dampak pada
kemampuan
klien untuk
menangani nyeri

d. Teknik
distraksi
merupakan
teknik
pengalihan
perhatian
sehingga
mengurangi
emosional dan
kognitif

e. Deteksi dini
adanya kelainan
3. Gangguan
nutrisi : Kurang
dari kebutuhan
berhubungan
dengan tidak
adekuatnya
asupan nutrisi
Kebutuhan
nutrisi
terpeniuhi
berat badan
naik, klien
mau
mengkonsumsi
makanan yang
di sediakan
a.Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
vitaminb.
Jelaskan pada
klien tentang
pentingnya
nutrisi bagi
tubuh dan diit
yang di tentukan
dan tanyakan
kembali apa
yang telah di
jelaskanc. Bantu
klien dan
keluarga
mengidentifikasi
dan memilih
makanan yang
mengandung
kalori dan
protein tinggi

d. Identifikasi
busana klien
buat padan yang
ideal dan
tentukan
kenaikan berat
badan yang
diinginkan berat
badan ideal

e. Sajikan
makanan dalam
keadaan menarik
a. Dengan
pemberian
vitamin
membantu
proses
metabolisme,
mempertahankan
fungsi berbagai
jaringan dan
membantu
pembentukan sel
barub.
Pengertian klien
tentang nutrisi
mendorong klien
untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai
diit yang
ditentukan dan
umpan balik
klien tentang
penjelasan
merupakan tolak
ukur penahanan
klien tentang
nutrisic. Dengan
mengidentifikasi
berbagai jenis
makanan yang
telah di tentukan

d.Diharapkan
klien kooperatif

e. Dengan



























dan hangat

f.Anjurkan pada
klien untuk
menjaga
kebersihan mulut

g.Monitor
kenaikan berat
badan
penyajian yang
menarik
diharapkan dapat
meningkatkan
selera makan

f. Dengan
kebersihan
mulut
menghindari
rasa mual
sehingga
diharapkan
menambah rasa

g. Dengan
monitor berat
badan
merupakan
sarana untuk
mengetahui
perkembangan
asupan nutrisi
klien
4. Ansietas
berhubungan
dengan
pembesaran
abdomen
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
diharapkan
cemas
berkurang
Klien tenang,
klien mampu
bersosialisasi
a.Berikan
dorongan pada
klien untuk
mendiskusikan
perasaannya
mengemukakan
persepsinya
tentang
kecemasannyab.
Jelaskan pada
klien setiap
melakukan
prosedur baik
keperawatan
maupun tindakan
medis.c.
Kolaborasi
dengan dokter
untuk penjelasan
tentang
penyakitnya
a. Membantu
klien dalam
memperoleh
kesadaran dan
memahami
keadaan diri
yang
sebenarnyab.
Dengan
penjelasan
diharapkan klien
kooperatif dan
mengurangi
kecemasan
klienc. Dengan
penjelasan dari
petugas
kesehatan akan
menambah
kepercayaan
terhadap apa
yang dijelaskan
sehingga cemas
klien berkurang

H E P A T O M A


I. PENGERTIAN
Hepatoma sinonim = Kanker Hati Primer, Karsinoma Hepatoseluler adalah : proses
keganassan pada hati.
Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu
atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
PATOFISIOLOGI
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan
oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke
hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk
keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan
untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor
yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. \
1. PATOLOGI
a. Ada 2 type :
1. Type masif - tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule - tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
Penyebarannya :
1. Intrahepatal.
2. Ekstrahepatal.
ETIOLOGI
Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :
Aflatoksin
Alkohol
Penggunaan steroid anabolic
Penggunaan androgen yang berlebihan
Bahan kontrasepsi oral
Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium:
Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein 500 mg/dl, HbsAg positf
dalam serum, Kalium, Kalsium.
Radiologi ; Ultrasonografi (USG)/C-7 Scan (Sidik Tomografi Komputer),CT-Scan,
Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik
Biopsi jaringan hati dilakukan dengan tuntunan USG atau laparoskopi
PENGOBATAN
Reseksi segmen atau lobus hati
Pemberian kemoterapi secara infus
Penyinaran .
PROGNOSA
Tumor ganas memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian. Dan
proses ini berlangsung antara 2 - 6 bulan atau beberapa tahun.
Fase dini : Dengan tindakan operasi berupa reseksi dari tumor prognosa baik, penderita
dapat hidup dalam waktu yang cukup lama.
Fase lanjut : Dimana tindakan tidak mempunyai arti lagi, kematian dapat terjadi dalam 2
6 bulan setelah diagnosa ditegakkan.
PENYULIT
1. Metastasis.
2. Ruptur.


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEPATOMA

I. PENGKAJIAN
1. Biodata
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial
ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam
komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu
sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat
disamping itu disertai nyeri abdomen.
a. Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu
sendiri.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit
yang pernah diderita oleh klien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit
yang pernah dialami ol eh anggota keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
2. Gejala klinik
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia,
rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis
ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1. Ascites
2. Ikterus
3. Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi :
Gangguan metabolisme
Perdarahan
Asites
Edema
Hipoalbuminemia
Jaundice/icterus
Komplikasi endokrin
Aktivitas terganggu akibat pengobatan

3. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul
adalah:
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi
paru (ascites dan penekanan diapragma)
2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan
cairan dalam rongga abdomen (ascites).
3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya
asupan nutrisi.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
5. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang
diderita.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya
penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif
kembali
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA Normal
Intervensi :
1) Pertahankan Posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap
diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi
paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi
peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang
dapat diisi oleh udara.
2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidakefektifan jalan
napas.
Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat
diambil tindakan penanganan segera.
3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi
aktivitas.
Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi.
4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan
pemeriksaan Gas darah.
Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru
dapat maksimal.
Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.

2. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan
denganadanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat
berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 80 x/menit.
Intervensi :
5) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim
saraf sentral.
6) Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan.
Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya
gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi
pengurangan penekanan sisi yang sakit.
7) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.
Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien
untuk menangani nyeri.
8) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.
Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga
mengurangi emosional dan kognitif.
9) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan
3. Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di
sediakan.
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.
Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme,
mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu
pembentukan sel baru.
2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di
tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi
makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik klien tentang
penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisi
3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang
mengandung kalori dan protein tinggi.
Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di
tentukan.
4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat
badan yang diinginkan berat badan ideal.
Rasional : Diharapkan klien kooperatif.
5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.
Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan
selera makan.
6) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.
Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan
menambah rasa.
7) Monitor kenaikan berat badan
Rasional : Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui
perkembangan asupan nutrisi klien.
4. Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan
nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai
kebutuhan
Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik
Rasional : Dengan penambahan suplay O
2
diharapkan sesak nafas
berkurang sehingga klien dapat istirahat.
2) Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yang menyenangkan
yaitu kepala lebih tinggi:
Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan
sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi
diharapkan membantu paru paru untuk melakukan ekspansi
optimal.
3) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.
4) Tingkat relaksasi menjelang tidur.
Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih
tenang.
5) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah
klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.
5. Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien dapat melakukan
aktivtas dengan bebas.
Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Intervensi :
1) Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.
2) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasional : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian.
3) Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu
teknik pengurangan nyeri.
Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian
dengan optimal.
4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan
rasa nyeri.
6) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.
6. Diagnosa Keperawatan : Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
Kriteria : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
Intervensi :
1. Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya
mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami
keadaan diri yang sebenarnya.
2. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun
tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi
kecemasan klien
3. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan
terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang.
ASKEP HEPATOMA
A. DEFINISI HEPATOMA
Hepatoma (Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit
(karsinoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu (kolangiokarsinoma). (Corwin, 2009).
Hepatoma adalah massa abnormal pada sel hati,tumor hati dapat berupa benigna atau
maligna.tumor dapat berupa tumor primer atau metastase dari jaringan lain (Timby,1999)

ETIOLOGI HEPATOMA
1) Penyebab pasti Hepatoma belum diketahui secara pasti
2) Studi epidemiologi menunjukkan hepatoma berhubungan dengan Sirosis
Hepatis,hepatitis kronis, Hepatitis B dan Hepatitis C. Virus hepatitis B dapat
menyebabkan kanker hati karena adanya kombinasi peradangan kronis dan
integrasi genom virus ke dalam DNA pasien. Risiko kanker hati seumur hidup
dari pasien hepatitis C adalah 5%, dan terjadi setelah 30 tahun terinfeksi.
3) Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :
Aflatoksin. Karsinogen hati ini adalah hasil dari kontaminasi jamur pada bahan makanan di
Afrika dan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi gen p53.
Biasanya aflatoksin terdapat pada kacang-kacangan atau makanan yang disimpan dalam
waktu lama
Alkohol. Risiko kanker hati lebih besar terjadi setelah pasien berhenti minum
alkohol, karena peminum berat tidak bertahan cukup lama untuk
mengembangkan kanker. Pecinta alkohol yang minum lebih dari 80 g/d atau lebih
dari 6-7 gelas per hari, dapat meningkatkan risiko kanker hati hingga 5 kali lipat.
Penggunaan steroid anabolic
Penggunaan androgen yang berlebihan
Bahan kontrasepsi oral
Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)

PATOFISIOLOGI HEPATOMA
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan
oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase
ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar,
khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga
memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-
paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor
yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
Ada 2 type :
1. Type masif : tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule : tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
Penyebarannya :
1. Intrahepatal.
2. Ekstrahepatal.

TANDA DAN GEJALA
1. Terdapatnya suatu masssa yang besar, yang dapat dirasakan/diraba di perut kanan bagian
atas.
2. Demam
3. Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas
4. Nafsu makan berkurang,
5. Berat badan menurun, dan rasa lemas.
6. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga
perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah,
gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian
atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu
keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang
ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko
kematian yang tinggi.

STADIUM
Stadium I : Satu fokal tumorberdiameter \ hati.
Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau
multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan
segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh
darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada
lobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati.
- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra
hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct)
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel)
seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)
- atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic
metastase)

PENATALAKSANAAN
1. Tindakan bedah bagi tumor yang kecil dan berada pada salah satu lobus hati
Dapat di lakukan dengan reseksi segmen atau lobus yang terkena tumor,meski hasil
akhirnya cenderung buruk karena metastase intra hepatic yang dapat kambuh.
2. Kemoterapi dapat dilakukan untuk menurunkan ukuran tumor dan untuk mengurangi nyeri
3. Transplantasi liver dapat di lakukan pada stadium akhir tumor hati
Pasca transplantasi liver perlu pemberian obat imunosupresan untuk mencegah terjadinya
penolakan tubuh.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium:
Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein 500 mg/dl, HbsAg positf dalam
serum, Kalium, Kalsium. Alkaline fosfatase naik,
2. Radiologi : Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Thorak foto, Magnetic Resonance Imaging
(MRI), Arteriography ataupun Positron Emission Tomography (PET.
3. Biopsi dan Peritoneoscopy jaringan liver.




ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN HEPATITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Meliputi
Nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tgl mrs,
diagnosa medis.
2. Keluhan Utama.
Pada umumnya pasien hepatitis mempunyai keluhan malas makan, sesak nafas, minum 1-2
gls/hari, perut mual muntah, kembung dan sebah, klien mengeluh kaki lemas tidak bisa
berjalan nyeri saat dibuat jalan dan perut membesar.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan yang menyebabkan kx MRS biasanya ditandai dengan fatique (lemah) malaise,
perut membesar, kembung, mual, muntah, nafsu makan menurun, konstipasi atau diare, BB
menurun.
Biasanya ada perubahan pada warna urine.
a. Hepatitis A ( masa Inkubasi, 3 5 minggu )
Gejala Prodromal : lelah, anoreksia, malaise, sakit kepala, demam ringan, mual, muntah.
Pada saat ini sangat menular, biasanya 2 minggu sebelum ikterik
Fase Ikterik : Jaudice, urine berwarna seperti teh, feses berwarna tanah, nyeri dan nyeri tekan
di kuadran kanan atas.
Gejala lebih ringan pada anak anak

b. Hepatitis B ( masa inkubasi 2 5 minggu)
Gejala Prodromal (awitan tersembunyi) : lelah, anoreksia, ketidaknyamanan abdominal,
mual, muntah, sakit kepala
Dapat juga mengalami mialgia, fotopobia, artritis, angiodema urtikaria, ruam
makulopapular, vaskulitis.
Fase Ikterik terjadi 1 minggu sampai 2 minggu setelah awitan gejala.
c. Hepatitis C ( Masa inkubasi 1minggu sampai beberapa bulan)
Hampir sama dengan HBV tetapi tidak begitu parah
d. Hepatitis D (Masa inkubasi tidak jelas)
Hampir sama dengan HBV tetapi tidak begitu parah

Riwayat pasien :
Tanyakan tentang penggunaan obat obatan dan transfusi darah, kontak dengan orang
yang terinfeksi (termasuk aktivitas seksual), perjalanan kedaerah endemik, dan
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mungkin terkontaminasi untuk menentukan
penyebab hepatitis.

4. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Bagaimana persepsi klien tentang tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolik.
Pada hepatitis mengeluh nafsu makan menurun, mual, muntah.
c. Pola eliminasi.
Eleminasi alvi : sukar BAB, diare.
Eleminasi urine : warna urine lebih kuning teh kecoklatan seperti teh (gelap).
d. Pola istirahat tidur.
Pola istirahat periode akut dengan keadaan lemah, bangun tidur kepala sering pusing, tidur
tidak nyenyak karena merasa mual, dan muntah.
e. Pola aktivitas dan latihan.
Badan terasa lemah, letih, dan kemampuan kerja menurun, hal ini disebabkan karena kurang
tersedianya tenaga atau kalori dalam tubuh sebagai akibat adanya gangguan metabolisme.
f. Pola persepsi dan konsep diri.
Pengaruh status kesehatan seperti mempengaruhi persepsi hidup sehat dan pengetahuan
tentang keperawatan diri biasanya hygiene yang kurang, sedih, marah, dan depresi
g. Pola sensori dan kognitif.
- Sensori : merasa nyari terutama pada perut sebelah kanan atas.
- Kognetif : proses berfikir.
h. Pola produksi sexsual.
Pola hubungan sexsualitasnya merasa ada gangguan menstruasi atau haid sedang pada laki-
laki ada pengerutan testis.
i. Pola hubungan dan peran.
Terjadinya perubahan peran yang dapat menggangu hubungan interpersonal yaitu klien
merasa tidak berguna, menarik diri.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya pada klien hepatitis timbul stress dalam spritual serta kebiasaan ibadahnya.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Sesak nafas, panas, perut membesar, lemah dan pucat.
b. Gejala Vital
Suhu badan meningkat, takikardi, tensi darah, meningkat nafas cepat dan dangkal, kesadaran
compos metis.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pada umumnya pada Px hepatitis adalah pada rambut mengalami kerontokan, kepala tidak
terdapat benjolan dan mata terdapat ikterus pada sklera serta konjungtiva anemis.
d. Sistem Respirasi
Anatomi dada/thorak biasanya pada Px hepatitis terdapat spindernerviretruris otot, pernafasan
+ gerakan dada dan perut tidak seirama, sesak nafas, pernafasan dangkal, pernafasan cuping
hidung.
e. Sistem Cardiovakuler
Pada Px hepatitis biasanya ditemukan peningkatan nadi dan tensi darah meningkat.


f. Sistem Gastro Internal
Pada umumnya Px hepatitis di temukan adanya autes, hati bisa mengecil atau membesar dan
kaput mendora, nyeri tekan perut atas kanan, muntah berwarna hitam, diare kecoklatan
sampai hitam, acites, bising usus menurun.
g. Sistem Gastro Urinaria
Pada klien hepatitis biasanya di temukan etropi testis penurunan libido, haid pada wanita,
warna urin lebih kuning tua / kecoklatan.
h. Sistem Muskulas
Adanya edema pada tungkai, kelemahan gerak.
i. Sistem Endokrin
Pada klien hepatitis tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman
di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.

C. INTERVENSI
Dx I : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan
muntah.
Tujuan : klien memiliki nafsu makan kembali.
KH : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Rencana tindakan :
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
2. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering.
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan
kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit
untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

Dx II : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : berkurangnya rasa nyeri.
KH : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan,
menangis intensitas dan lokasinya).
Rencana tindakan :
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri.
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya.
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri.
3. Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri.
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya
akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan).
4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.






Dx III : Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu
KH : suhu tubuh normal (36C - 37C)
Rencana Tindakan :
1. Monitor tanda vital : suhu badan.
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari)
untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

D. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang disusun pada
tahap perencanaan perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan secara optimal.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang ritemik dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan di lakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melihat pasien dari tenaga kesehatan lain.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN HEPATOMA

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi,
adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
1. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga
bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai
nyeri abdomen.
a. Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri.
Dikaji untuk mendapatkan kemungkinan adanya penyakit yang mendasari hepatoma seperti
hepatitis dan sirosis hepatic.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah
diderita oleh klien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah
dialami oleh anggota keluarga, adanya anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
2. Pemeriksaan Fisik
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh
setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita
mengeluh nyeri tulang.


Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1. Ascites
2. Ikterus
3. Splenomegali, Eritema palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi:
Gangguan metabolisme
Perdarahan
Asites
Edema
Hipoalbuminemia
Jaundice/icterus
Komplikasi endokrin
Aktivitas terganggu akibat pengobatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru
(ascites dan penekanan diafragma)
2. Nyeri akut abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga
abdomen (ascites).
3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan
nutrisi.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.




C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Dx 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru
(ascites dan penekanan diafragma)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif kembali
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA Normal
Intervensi :
1) Pertahankan Posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga
meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga
mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi
oleh udara.
2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidakefektifan jalan napas.
Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan
penanganan segera.
3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas.
Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang
terjadi.
4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas
darah.
Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat
maksimal. Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.

Dx 2 : Nyeri akut abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga
abdomen (ascites).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien
bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 80 x/menit.
Intervensi :
1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral.
2) Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan.
Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan
miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit.
3) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.
Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri.
4) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.
Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan
kognitif.
5) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan

Dx 3 : Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan
nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan.
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.
Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai
jaringan dan membantu pembentukan sel baru.
2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan
tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit
yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan
klien tentang nutrisi
3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori
dan protein tinggi.
Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan.
4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang
diinginkan berat badan ideal.
Rasional : Diharapkan klien kooperatif.
5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.
Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan.
6) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.
Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa.
7) Monitor kenaikan berat badan
Rasional : Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan
nutrisi klien.

Dx 4 : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik
Rasional : Dengan penambahan suplay O
2
diharapkan sesak nafas berkurang sehingga klien dapat
istirahat.
2) Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih
tinggi:
Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat membantu untuk
bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru paru untuk melakukan
ekspansi optimal.
3) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai
dengan kebutuhan.
4) Tingkat relaksasi menjelang tidur.
Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang.
5) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi
dengan lingkungan.

Dx 5 : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien dapat melakukan aktivtas dengan
bebas.
Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Intervensi :
1) Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
2) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasional : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian.
3) Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik
pengurangan nyeri.
Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal.
4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri.
6) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.

Dx 6 : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
Kriteria : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
Intervensi :
1. Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya
tentang kecemasannya.
Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya.
2. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien
3. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang
dijelaskan sehingga cemas klien berkurang.


DAFTAR PUSTAKA

Gale, Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta: EGC.

Joyce, M. 1993. Luckmann and Sorensens Medical Surgical Nursing: A Psychophysiologic
Approach. Fourth Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company.

Corwin, J. Elizabeth. 2009. buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta ; EGC

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta :
EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty Wilson, Ph D. R.N, Pathofisiologi proses-proses
penyakit, edisi I, Buku ke empat.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Pres Buku I, Edisi Ke 2

Timby, Barbara, Jeanne C Scherer, Nancy E Smith. 1999. Introductory Medical-Surgical Nursing.
Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.

Doengus.RN,NSN.MA. Cs dan M.F. Moorhouse R. N. CCP.R.N. A.C. Geissler R.N. R.N.
BsN.CERN. Nursing Care Plans. Guideliner for Planing and documenting Patien Care.\

Barbidero, Mary. 2008. Asuhan Keperawatan Endokrin.EGC. Jakarta

Black, Joyce. M. 1993. Medica Surgical Nursing H. WB. Saundea Company : Phyladelpia.

Dongoes, Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC Jakarta.

Japaries, Willie. 1991. Hepatitis, Arcan : Jakarta.

http://www.penyakithepatiitis.com//

http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-hepatitis.html

Price, Sylviana Anderson. 1985. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit EGC : Jakarta.

Sabatine,Marcs S. 2004. Buku Saku Klinis.Perpustakaan Nasional Hipokrates. EGC :Jakarta.

S-ar putea să vă placă și