Written By Saktya Yudha on Senin, 03 Februari 2014 | 08.32
2.2 Definisi
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman keras.
Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan antara laki : wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak.
2.3 Etiologi
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini.
Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada sekitar separuh dari seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya cenderung mencapai hati melalui system portal atau saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor abdominal. Lebih lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel maligna ini. Biasanya bukti pertama adanya kanker dalam organ abdomen adalah manifestasi mestastasis hati dan tanpa melakukan operasi eksplorasi atau autopsi tumor primer tidak pernah dapat teridentifikasi. 2.4 Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
Stadium Hepatoma
- Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm
- Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.
- Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
- Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)
2.5 Tanda dan Gejala
Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala gangguan nutrisi seperti penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia dan anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT] dan lactic dehidrogenase [LDH] dapat terjadi. Leukositosis, eritrositosis, hiperkalsemia, hipoglikemia dan hiperkolesterolemia jug dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium. Kadar Alfa fetrptein serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami kenaikan yang abnormal pada 30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen karsinoembrionik yang berfungsi sebagai penanda kanker saluran cerna dapat meningkat. CEA dan AFP secara bersama-sama dapat membantu membedakan antara tumor metastasis hati dan kanker primer hati.
Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada kelenjar limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung.
Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi menjadi bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit kanker tesebut.
2.7 Penatalaksanaan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah.
a) Tatalaksana Non Bedah
Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien, sirosi yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hiduo pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif.
Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan.
Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapu radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan.
Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis tumor hati.
Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selma beberapa hari setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan adanya darah serta debris.(Brunner & Suddarth, 2002)
b) Tatalaksana Bedah
Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya dan metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi.
Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai penyakit hati stadium- terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi. (Brunner & Suddarth, 2002)
2.8 Komplikasi dan Penanganan
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diafragma)
2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
4. Ansietas berhubungan dengan pembesaran abdomen
1. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria
Intervensi
Rasional
1 Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diafragma) Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif kembali Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA Normal a.Pertahankan Posisi semi fowlerb. Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidakefektifan pola napasc. Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas
d. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) a. Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh dalam pemberian
diuretik, batasi asupan cairan, dan punctie aspirasi asites udarab. Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segerac. Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi
d.untuk meneurangi asites dan cairan dalam cavum pleura sehingga pola nafas kembali norma (16-20x/menit) 2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan pereganggan capsul glyser Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 80 x/menit a.Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik (perhatikan fungsi faal hepar)b. Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaanc. Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri
d.Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi
e. Observasi tanda-tanda vital a. Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentralb. Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakitc. Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri
d. Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif
e. Deteksi dini adanya kelainan 3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi Kebutuhan nutrisi terpeniuhi berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan a.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitaminb. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskanc. Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi
d. Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal
e. Sajikan makanan dalam keadaan menarik a. Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel barub. Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisic. Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan
d.Diharapkan klien kooperatif
e. Dengan
dan hangat
f.Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut
g.Monitor kenaikan berat badan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan
f. Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa
g. Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien 4. Ansietas berhubungan dengan pembesaran abdomen Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang Klien tenang, klien mampu bersosialisasi a.Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannyab. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.c. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya a. Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnyab. Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klienc. Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang
H E P A T O M A
I. PENGERTIAN Hepatoma sinonim = Kanker Hati Primer, Karsinoma Hepatoseluler adalah : proses keganassan pada hati. Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya. PATOFISIOLOGI Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. \ 1. PATOLOGI a. Ada 2 type : 1. Type masif - tumor tunggal di lobus kanan. 2. Type Nodule - tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama. Penyebarannya : 1. Intrahepatal. 2. Ekstrahepatal. ETIOLOGI Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C Bahan-bahan Hepatokarsinogenik : Aflatoksin Alkohol Penggunaan steroid anabolic Penggunaan androgen yang berlebihan Bahan kontrasepsi oral Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Laboratorium: Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein 500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Radiologi ; Ultrasonografi (USG)/C-7 Scan (Sidik Tomografi Komputer),CT-Scan, Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik Biopsi jaringan hati dilakukan dengan tuntunan USG atau laparoskopi PENGOBATAN Reseksi segmen atau lobus hati Pemberian kemoterapi secara infus Penyinaran . PROGNOSA Tumor ganas memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian. Dan proses ini berlangsung antara 2 - 6 bulan atau beberapa tahun. Fase dini : Dengan tindakan operasi berupa reseksi dari tumor prognosa baik, penderita dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Fase lanjut : Dimana tindakan tidak mempunyai arti lagi, kematian dapat terjadi dalam 2 6 bulan setelah diagnosa ditegakkan. PENYULIT 1. Metastasis. 2. Ruptur.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEPATOMA
I. PENGKAJIAN 1. Biodata Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai. 2. Riwayat Keperawatan Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen. a. Riwayat Penyakit sekarang Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri. b. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien. c. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami ol eh anggota keluarga. 3. Pemeriksaan Fisik 2. Gejala klinik Fase dini : Asimtomatik. Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik. Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan : 1. Ascites 2. Ikterus 3. Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema. Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi : Gangguan metabolisme Perdarahan Asites Edema Hipoalbuminemia Jaundice/icterus Komplikasi endokrin Aktivitas terganggu akibat pengobatan
3. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah: 1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma) 2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites). 3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri. 5. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri 6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif kembali Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA Normal Intervensi : 1) Pertahankan Posisi semi fowler. Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara. 2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidakefektifan jalan napas. Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera. 3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas. Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. 4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas darah. Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal. Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan denganadanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites). Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri. Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 80 x/menit. Intervensi : 5) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral. 6) Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan. Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit. 7) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri. Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri. 8) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi. Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif. 9) Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Deteksi dini adanya kelainan 3. Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi. Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan. Intervensi : 1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin. Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru. 2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan. Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisi 3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi. Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan. 4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal. Rasional : Diharapkan klien kooperatif. 5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat. Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan. 6) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut. Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa. 7) Monitor kenaikan berat badan Rasional : Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien. 4. Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur. Intervensi : 1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik Rasional : Dengan penambahan suplay O 2 diharapkan sesak nafas berkurang sehingga klien dapat istirahat. 2) Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi: Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru paru untuk melakukan ekspansi optimal. 3) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur. Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan. 4) Tingkat relaksasi menjelang tidur. Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang. 5) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur. Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan. 5. Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien dapat melakukan aktivtas dengan bebas. Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Intervensi : 1) Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap. Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan. 2) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Rasional : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian. 3) Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri. Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal. 4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan. Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif. 5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas. Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri. 6) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan. Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif. 6. Diagnosa Keperawatan : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang. Kriteria : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi. Intervensi : 1. Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya. Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya. 2. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis. Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien 3. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya. Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang. ASKEP HEPATOMA A. DEFINISI HEPATOMA Hepatoma (Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit (karsinoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu (kolangiokarsinoma). (Corwin, 2009). Hepatoma adalah massa abnormal pada sel hati,tumor hati dapat berupa benigna atau maligna.tumor dapat berupa tumor primer atau metastase dari jaringan lain (Timby,1999)
ETIOLOGI HEPATOMA 1) Penyebab pasti Hepatoma belum diketahui secara pasti 2) Studi epidemiologi menunjukkan hepatoma berhubungan dengan Sirosis Hepatis,hepatitis kronis, Hepatitis B dan Hepatitis C. Virus hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati karena adanya kombinasi peradangan kronis dan integrasi genom virus ke dalam DNA pasien. Risiko kanker hati seumur hidup dari pasien hepatitis C adalah 5%, dan terjadi setelah 30 tahun terinfeksi. 3) Bahan-bahan Hepatokarsinogenik : Aflatoksin. Karsinogen hati ini adalah hasil dari kontaminasi jamur pada bahan makanan di Afrika dan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi gen p53. Biasanya aflatoksin terdapat pada kacang-kacangan atau makanan yang disimpan dalam waktu lama Alkohol. Risiko kanker hati lebih besar terjadi setelah pasien berhenti minum alkohol, karena peminum berat tidak bertahan cukup lama untuk mengembangkan kanker. Pecinta alkohol yang minum lebih dari 80 g/d atau lebih dari 6-7 gelas per hari, dapat meningkatkan risiko kanker hati hingga 5 kali lipat. Penggunaan steroid anabolic Penggunaan androgen yang berlebihan Bahan kontrasepsi oral Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)
PATOFISIOLOGI HEPATOMA Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru- paru, uterus, dan pankreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. Ada 2 type : 1. Type masif : tumor tunggal di lobus kanan. 2. Type Nodule : tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama. Penyebarannya : 1. Intrahepatal. 2. Ekstrahepatal.
TANDA DAN GEJALA 1. Terdapatnya suatu masssa yang besar, yang dapat dirasakan/diraba di perut kanan bagian atas. 2. Demam 3. Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas 4. Nafsu makan berkurang, 5. Berat badan menurun, dan rasa lemas. 6. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.
KOMPLIKASI Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
STADIUM Stadium I : Satu fokal tumorberdiameter \ hati. Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati. Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati. Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. - atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) - atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) - atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)
PENATALAKSANAAN 1. Tindakan bedah bagi tumor yang kecil dan berada pada salah satu lobus hati Dapat di lakukan dengan reseksi segmen atau lobus yang terkena tumor,meski hasil akhirnya cenderung buruk karena metastase intra hepatic yang dapat kambuh. 2. Kemoterapi dapat dilakukan untuk menurunkan ukuran tumor dan untuk mengurangi nyeri 3. Transplantasi liver dapat di lakukan pada stadium akhir tumor hati Pasca transplantasi liver perlu pemberian obat imunosupresan untuk mencegah terjadinya penolakan tubuh.
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium: Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein 500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Alkaline fosfatase naik, 2. Radiologi : Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Thorak foto, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Arteriography ataupun Positron Emission Tomography (PET. 3. Biopsi dan Peritoneoscopy jaringan liver.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS
A. PENGKAJIAN 1. Identitas Meliputi Nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tgl mrs, diagnosa medis. 2. Keluhan Utama. Pada umumnya pasien hepatitis mempunyai keluhan malas makan, sesak nafas, minum 1-2 gls/hari, perut mual muntah, kembung dan sebah, klien mengeluh kaki lemas tidak bisa berjalan nyeri saat dibuat jalan dan perut membesar. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Keadaan yang menyebabkan kx MRS biasanya ditandai dengan fatique (lemah) malaise, perut membesar, kembung, mual, muntah, nafsu makan menurun, konstipasi atau diare, BB menurun. Biasanya ada perubahan pada warna urine. a. Hepatitis A ( masa Inkubasi, 3 5 minggu ) Gejala Prodromal : lelah, anoreksia, malaise, sakit kepala, demam ringan, mual, muntah. Pada saat ini sangat menular, biasanya 2 minggu sebelum ikterik Fase Ikterik : Jaudice, urine berwarna seperti teh, feses berwarna tanah, nyeri dan nyeri tekan di kuadran kanan atas. Gejala lebih ringan pada anak anak
b. Hepatitis B ( masa inkubasi 2 5 minggu) Gejala Prodromal (awitan tersembunyi) : lelah, anoreksia, ketidaknyamanan abdominal, mual, muntah, sakit kepala Dapat juga mengalami mialgia, fotopobia, artritis, angiodema urtikaria, ruam makulopapular, vaskulitis. Fase Ikterik terjadi 1 minggu sampai 2 minggu setelah awitan gejala. c. Hepatitis C ( Masa inkubasi 1minggu sampai beberapa bulan) Hampir sama dengan HBV tetapi tidak begitu parah d. Hepatitis D (Masa inkubasi tidak jelas) Hampir sama dengan HBV tetapi tidak begitu parah
Riwayat pasien : Tanyakan tentang penggunaan obat obatan dan transfusi darah, kontak dengan orang yang terinfeksi (termasuk aktivitas seksual), perjalanan kedaerah endemik, dan mengkonsumsi makanan atau minuman yang mungkin terkontaminasi untuk menentukan penyebab hepatitis.
4. Pola-pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Bagaimana persepsi klien tentang tata laksana hidup sehat. b. Pola nutrisi dan metabolik. Pada hepatitis mengeluh nafsu makan menurun, mual, muntah. c. Pola eliminasi. Eleminasi alvi : sukar BAB, diare. Eleminasi urine : warna urine lebih kuning teh kecoklatan seperti teh (gelap). d. Pola istirahat tidur. Pola istirahat periode akut dengan keadaan lemah, bangun tidur kepala sering pusing, tidur tidak nyenyak karena merasa mual, dan muntah. e. Pola aktivitas dan latihan. Badan terasa lemah, letih, dan kemampuan kerja menurun, hal ini disebabkan karena kurang tersedianya tenaga atau kalori dalam tubuh sebagai akibat adanya gangguan metabolisme. f. Pola persepsi dan konsep diri. Pengaruh status kesehatan seperti mempengaruhi persepsi hidup sehat dan pengetahuan tentang keperawatan diri biasanya hygiene yang kurang, sedih, marah, dan depresi g. Pola sensori dan kognitif. - Sensori : merasa nyari terutama pada perut sebelah kanan atas. - Kognetif : proses berfikir. h. Pola produksi sexsual. Pola hubungan sexsualitasnya merasa ada gangguan menstruasi atau haid sedang pada laki- laki ada pengerutan testis. i. Pola hubungan dan peran. Terjadinya perubahan peran yang dapat menggangu hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna, menarik diri. j. Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada klien hepatitis timbul stress dalam spritual serta kebiasaan ibadahnya.
5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Sesak nafas, panas, perut membesar, lemah dan pucat. b. Gejala Vital Suhu badan meningkat, takikardi, tensi darah, meningkat nafas cepat dan dangkal, kesadaran compos metis. c. Pemeriksaan Kepala dan Leher Pada umumnya pada Px hepatitis adalah pada rambut mengalami kerontokan, kepala tidak terdapat benjolan dan mata terdapat ikterus pada sklera serta konjungtiva anemis. d. Sistem Respirasi Anatomi dada/thorak biasanya pada Px hepatitis terdapat spindernerviretruris otot, pernafasan + gerakan dada dan perut tidak seirama, sesak nafas, pernafasan dangkal, pernafasan cuping hidung. e. Sistem Cardiovakuler Pada Px hepatitis biasanya ditemukan peningkatan nadi dan tensi darah meningkat.
f. Sistem Gastro Internal Pada umumnya Px hepatitis di temukan adanya autes, hati bisa mengecil atau membesar dan kaput mendora, nyeri tekan perut atas kanan, muntah berwarna hitam, diare kecoklatan sampai hitam, acites, bising usus menurun. g. Sistem Gastro Urinaria Pada klien hepatitis biasanya di temukan etropi testis penurunan libido, haid pada wanita, warna urin lebih kuning tua / kecoklatan. h. Sistem Muskulas Adanya edema pada tungkai, kelemahan gerak. i. Sistem Endokrin Pada klien hepatitis tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. 4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis. 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu. 6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.
C. INTERVENSI Dx I : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. Tujuan : klien memiliki nafsu makan kembali. KH : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi. Rencana tindakan : 1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan. R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan. 2. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering. R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya. 3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan. 4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak. R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan. 5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak. R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
Dx II : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Tujuan : berkurangnya rasa nyeri. KH : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya). Rencana tindakan : 1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri. R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri. 2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri - Akui adanya nyeri. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya. R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri. 3. Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri. R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan). 4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi. R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
Dx III : Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu KH : suhu tubuh normal (36C - 37C) Rencana Tindakan : 1. Monitor tanda vital : suhu badan. R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi. 2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari. R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi. 3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur. R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan. 4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat. R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
D. IMPLEMENTASI Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang disusun pada tahap perencanaan perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
E. EVALUASI Evaluasi adalah perbandingan yang ritemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan di lakukan dengan cara berkesinambungan dengan melihat pasien dari tenaga kesehatan lain.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEPATOMA
A. PENGKAJIAN 1. Biodata Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai. 1. Riwayat Keperawatan Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen. a. Riwayat Penyakit sekarang Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri. Dikaji untuk mendapatkan kemungkinan adanya penyakit yang mendasari hepatoma seperti hepatitis dan sirosis hepatic. b. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien. c. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami oleh anggota keluarga, adanya anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. 2. Pemeriksaan Fisik Fase dini : Asimtomatik. Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik. Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan : 1. Ascites 2. Ikterus 3. Splenomegali, Eritema palmaris, Edema. Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi: Gangguan metabolisme Perdarahan Asites Edema Hipoalbuminemia Jaundice/icterus Komplikasi endokrin Aktivitas terganggu akibat pengobatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah: 1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diafragma) 2. Nyeri akut abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites). 3. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri. 5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri 6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Dx 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diafragma) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif kembali Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA Normal Intervensi : 1) Pertahankan Posisi semi fowler. Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara. 2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda tanda ketidakefektifan jalan napas. Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera. 3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas. Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. 4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas darah. Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal. Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.
Dx 2 : Nyeri akut abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites). Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri. Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 80 x/menit. Intervensi : 1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral. 2) Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan. Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit. 3) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri. Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri. 4) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi. Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif. 5) Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Deteksi dini adanya kelainan
Dx 3 : Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi. Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan. Intervensi : 1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin. Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru. 2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan. Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisi 3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi. Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan. 4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal. Rasional : Diharapkan klien kooperatif. 5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat. Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan. 6) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut. Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa. 7) Monitor kenaikan berat badan Rasional : Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.
Dx 4 : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur. Intervensi : 1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik Rasional : Dengan penambahan suplay O 2 diharapkan sesak nafas berkurang sehingga klien dapat istirahat. 2) Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi: Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru paru untuk melakukan ekspansi optimal. 3) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur. Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan. 4) Tingkat relaksasi menjelang tidur. Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang. 5) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur. Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Dx 5 : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien dapat melakukan aktivtas dengan bebas. Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Intervensi : 1) Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap. Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan. 2) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Rasional : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian. 3) Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri. Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal. 4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan. Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif. 5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas. Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri. 6) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan. Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.
Dx 6 : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang. Kriteria : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi. Intervensi : 1. Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya. Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya. 2. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis. Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien 3. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya. Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang.
Joyce, M. 1993. Luckmann and Sorensens Medical Surgical Nursing: A Psychophysiologic Approach. Fourth Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta ; EGC
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty Wilson, Ph D. R.N, Pathofisiologi proses-proses penyakit, edisi I, Buku ke empat.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Pres Buku I, Edisi Ke 2
Timby, Barbara, Jeanne C Scherer, Nancy E Smith. 1999. Introductory Medical-Surgical Nursing. Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Doengus.RN,NSN.MA. Cs dan M.F. Moorhouse R. N. CCP.R.N. A.C. Geissler R.N. R.N. BsN.CERN. Nursing Care Plans. Guideliner for Planing and documenting Patien Care.\
Barbidero, Mary. 2008. Asuhan Keperawatan Endokrin.EGC. Jakarta
Black, Joyce. M. 1993. Medica Surgical Nursing H. WB. Saundea Company : Phyladelpia.
Dongoes, Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC Jakarta.
Japaries, Willie. 1991. Hepatitis, Arcan : Jakarta.