Sunteți pe pagina 1din 14

1

LAPORAN KASUS NON PSIKOTIK


GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI ( F41.2 )

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. U
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah menikah ( sudah bercerai )
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Penjaga counter pulsa
Suku bangsa : Bugis
Warga negara : Indonesia
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan

2. LAPORAN PSIKIATRIK
1. Riwayat Penyakit
A. Keluhan utama
Nyeri dada sebelah kiri tembus ke belakang ( konsul dari poli interna RSWS
dengan hasil pemeriksaan normal ).
B. Riwayat gangguan sekarang
a. Keluhan dan gejala
Dialami sejak 7 tahun yang lalu. Pasien selalu merasa nyeri dada
disertai jantung berdebar, pusing, dan keringat dingin. Hal ini dirasakan
memberat sekitar 1 minggu terakhir. Hal ini ditakutkan pasien karena
jangan sampai pasien memiliki masalah pada jantung ataupun
dikarenakan masalah non medis. Pasien merasa cemas jika ada prang
yang berusaha mendekati utamanya pria. Pasien juga sering berpikiran
negatif terhadap teman-temannya. Pasien takut melihat orang sakit
maupun orang meninggal karena pasien berpikir bahwa hal itu juga
dialami pasien pada saat ini. Jika masalah tersebut muncul, pasien
2

berusaha mengalihkan perhatiannya seperti dengan memutar musik
dengan volume tinggi.
Pasien mengaku telah menikah sebanyak 2x, namun keduanya
telah bercerai. Pernikahan pertama dilangsungkan tahun 2005 pada saat
pasien berusia 16 tahun dan bercerai setelah 8 bulan pernikahan.
Pernikahan kedua dilangsungkan tahun 2011 dan bercerai setelah 1 bulan
pernikahan. Pasien pernah mengalami keguguran sebanyak 2x pada
pernikahan yang pertama. Dulunya pasien tidak memakai jilbab namun
sejak kuliah semester 2, pasien memakai jilbab karena takut banyak laki-
laki yang mendekatinya. Pasien sering berpikir bahwa sakit yang
dialaminya karena ada orang-orang yang tidak senang dengan
pernikahannya ( yaitu orang-orang yang menyukai pasien ) sehingga
menggunakan kekuatan gaib. Pasien kadang sulit tidur karena merasa
cemas terhadap penyakitnya. Nafsu makan pasien baik.
b. Hendaya / disfungsi :
Hendaya sosial : (+)
Hendaya pekerjaan : (-)
Hendaya penggunaan waktu senggang : (-)
c. Faktor stresor psikososial
Pasien yang telah menikah sebanyak 2x, namun kedua-duanya telah
bercerai.
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya : (-)
C. Riwayat gangguan sebelumnya
Kejang (-)
Infeksi (-)
Trauma (-)
Merokok (-)
NAPZA (-)
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal ( 0 1 tahun )
3

Pasien lahir normal, cukup bulan, dan dibantu oleh dokter. Pasien
merupakan anak yang diinginkan. Ibu pasien tidak mengalami masalah
kesehatan selama mengandung pasien.
2. Riwayat masa kanak awal ( 1- 3 tahun )
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak sebayanya.
3. Riwayat masa kanak pertengahan ( 4 11 tahun )
Pasien masuk ke Sekolah Dasar ( SD ) di Kendari pada umur 6 tahun.
Prestasi pasien di sekolah cukup baik. Pasien mudah bergaul dan
memiliki banyak teman.
4. Riwayat masa kanak dan remaja ( 12 18 tahun )
Setelah tamat sekolah dasar, pasien melanjutkan pendidikannya hingga
perguruan tinggi. Pasien adalah pribadi yang terbuka dan mudah bergaul.
5. Riwayat masa dewasa
- Riwayat pendidikan :
Pendidikan terakhir pasien adalah S1
- Riwayat pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai penjaga counter pulsa di pintu 0 UNHAS
- Riwayat pernikahan :
Pasien telah menikah sebanyak 2x dan kedua-duanya bercerai.
Pernikahan pertama berlangsung selama 8 bulan dan pernikahan
kedua selama 1 bulan. Pasien pernah keguguran sebanyak 2x pada
pernikahan pertamanya. Pasien saat ini tinggal sendiri di kos-kosan,
sedangkan keluarga tinggal di Kendari.
E. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara ( , (). ). Keluarga
pasien tinggal di Kendari. Hubungan pasien dengan kelurganya baik, namun
setelah sakit, hubungan pasien dengan keluarga seperti ada penghalang.
Tidak ada riwayat dengan keluhan yang sama dalam keluarga.
F. Situasi sekarang
Pasien tinggal sendiri di kos-kosan di Makassar. Pasien bekerja sebagai
penjaga counter pulsa di pintu 0 UNHAS.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
4

Pasien merasa dirinya sakit sehingga dirinya berubah dan dijauhi
lingkungannya. Pasien takut berdekatan dengan lawan jenis sejak pasien
telah bercerai.

AUTOANAMNESIS ( 30 April 2012 )
DM : Selamat pagi Bu.
P : Pagi dok.
DM : Perkenalkan nama saya Suci, saya dokter muda yang bertigas disini.
Kalau boleh tau nama ibu siapa?
P : U dok.
DM : Ibu umurnya sekarang berapa ?
P : 24 tahun umurku sekarang dok.
DM : Ibu tinggal dimana?
P : Di Jalan Perintis dok.
DM : Pekerjaan ibu sehari-hari ibu apa?
P : Saya penjaga counter pulsa dok di pintu 0 UNHAS.
DM : Kalau boleh tahu apa yang membawa ibu datang kemari?
P : Saya datang karena nyeri dadaku dok, di sebelah kiri ini.
DM : Bagaimana nyerinya ibu rasakan?
P : Nyerinya itu sampai tembus saya rasa sampai ke belakang dok.
Saya sudah dari poli interna, tapi karena katanya semuanya normal jadi
Saya dikirim kesini.
DM : Apakah nyeri dadanya ibu rasakan secara terus-menerus?
P : Tidak ji dok, tapi biasanya saya rasa waktu pagi.
DM : Kapan terakhir ibu rasakan nyeri dadanya?
P : Tadi pagi dok saya rasa, tapi karena tadi sudah diperiksa dan hasilnya
katanya normal semua jadi sakitnya sudah agak berkurang. Saya tidak
setiap hari ji saya rasa, mungkin sekitar 3x seminggu, tapi akhir-akhir
ini sering sekali mi dok.
DM : Menurut ibu, hal apa yang bisa membuat nyeri dadanya timbul?
P : Saya kurang mengerti juga dok kenapa bisa nyeri dadaku.
DM : Atau mungkin apakah ada hal-hal yang membuat ibu cemas atau takut?
5

P : Menurut saya, takut ka kalau terjadi apa-apa sama saya. Saya takut ada
Masalah sama jantungku tapi saya juga takut kalau ini karena masalah
Bukan sifatnya medis dok.
DM : Selain nyeri dada, apakah ada hal lain yang ibu rasakan?
P : Saya rasa jantungku berdebar-berdebar, pusing, keringat dingin juga,
sampai saya rasa kayak mau pingsan dok. Apalagi kalau lihat ka orang
sakit atau orang meninggal dok.
DM : kenapa ibu takut melihat orang sakit atau orang meninggal?
P : Karena saya kadang bayangkan kalau saya ada di posisinya itu orang.
Jadi kalau orang itu demam , biasa saya rasa demam juga badanku dok.
DM : Kalau misalnya ke tempat-tempat yang ramai, apakah ibu biasanya
pergi sendiri atau harus ditemani?
P : Biasa sendiri ji dok. Tapi kalau tiba-tiba rasa sakit sama rasa cemas
begitu ,saya rasa hampir pingsan, tapi untungnya tidak pernah pingsan.
DM : Kalau misalnya ibu merasa takut atau cemas, apa yang biasa ibu
lakukan untuk menghilangkan cemas atau ketakutannya ibu?
P : Saya berusaha alihkan dok, misalnya saya sms-an, telpon-telponan, atau
putar musik keras-keras.
DM : Kalau boleh tahu, ibu tinggal dengan siapa di Makassar?
P : Saya tinggal sendiri disini dok sejak ambil S1. Keluarga saya semua di
Kendari. Sekarang saya sudah lulus, mau lanjut S2 tapi cari biaya dulu.
DM : Apakah ibu sudah menikah?\
P : Sudah dok 2x, tapi dua-duanya sudah cerai. Yang pertama waktu sy di
Kendari tahun 2004, yang kedua waktu tahun 2011 di Makassar.
DM : Kalau ibu tidak keberatan, apakah ibu bisa ceritakan tentang pernikahan
ibu? Kenapa ibu bisa bercerai?
P : Pertama, saya menikah waktu umur saya 16 tahun. Sebenarnya banyak
yang suka sama saya dok katanya, salah satunya itu mi mantan suami
dok. Kita menikah Cuma 8 bulan setelah itu cerai dok. Saya cerai sama
dia karena tidak perhatian apalagi semenjak saya mulai sakit. Yang
kedua waktu saya disini tahun 2011. Saya kenal dia Cuma 5 hari dok,
tapi karena dia baik, keluarganya terima saya apa adanya padahal saya
6

janda dan saat itu juga dok saya lagi sakit hati sama orang jadi saya
terima lamarannya . tetapi setelah menikah, tidak tahu kenapa dia
berubah sekali dan perasaanku sama dia jadi biasa-biasa saja dok.
Jadi saya cerai mi sama dia, apalagi dia kerja di luar kota. Jadi kita
cuma 1 bulan menikah.
DM : Maaf ibu, tadi sebelumnya ibu bilang sakit hati sama orang, kalau
boleh tahu dengan siapa ibu?
P : Iya, setelah pernikahan yang pertama, saya pernah dekat dengan
beberapa laki-laki dok, tapi yang paling dekat dengan yang dari
Soppeng. Tapi karena saya janda dan saya sakit-sakitan, jadi tidak
direstui sama keluarganya dok, makanya kita putus.
DM : Apakah ibu U punya anak?
P : Tidak dok, saya pernah hamil waktu dengan suami pertama tapi saya
keguguran 2x karena waktu itu saya sudah mulai sakit-sakit.
DM : Menurut ibu, sejak kapan ibu merasa sakit?
P : Sejak di Kendari dok, tahun 2004 itu, waktu saya bangun pagi mau
buatkan suami kopi tiba-tiba saya rasa ada angin kena saya. Sejak itu
dok saya sering sakit-sakit. Saya curiga itu guna-guna dari mantanku
dok yang sakit hati karena saya sudah menikah dengan orang lain.
Apalagi di daerahku memang guna-gunanya keras dok.
DM : Apakah ibu pernah merasa menyesal dengan pernikahannya ibu?
P : Pernah iya dok, cuma sebentar saja karena kan semuanya sudah lewat.
DM : Bagaimana hubungan ibu denga keluarga?
P : Dulunya baik dok tapi sekarang kayak ada penghalang antara saya
dengan orang tua, jadinya saya lebih tertutup.
DM : Bagaimana hubungan ibu dengan anggota keluarga yag lain?
P : Kalau sama keluarga yang lain saya kayak dikucilkan begitu dok karena
saya sakit-sakit, saya juga janda, saya juga mau sekolah tinggi. Katanya
mereka tidak usah sekolah tinggi-tinggi karena saya ini perempuan baru
saya di daerah ji.
DM : Bagaimana hubungan ibu dengan teman-temannya ibu?
7

P : Dulunya baik juga dok, tapi sekarang saya jadi lebih tertutup. Saya juga
sering-sering negative thinking sama orang. Apalagi dok kalau laki-laki
yang suka bercanda atau menitip salam, saya jadi takut sekali dok dan
langsung lari ke kamar. Dulunya kan saya tidak pakai jilbab dok, tetapi
setelah kuliah semester 2 saya pakai karena takut diganggu orang. Tapi
kadang saya pikir Agnes Monica cantik dan tenang-tenang saja berani
keluar rumah, tapi saya yang biasa-biasa ji kenapa harus takut keluar.
DM : Bagaimana dengan tidurnya ibu, apakah terganggu atau tidak?
P : Kadang-kadang bagus, kadang-kadang takut jadi susah tidur, takut
karena sakitku dok.
DM : Bagaimana dengan nafsu makannya ibu?
P : Bagus ji dok, menurutku makanku banyak malahan.
DM : Baik ibu, apakah masih ada yang mau ibu ceritakan?
P : Saya rasa sudah tidak ada dok.
DM : Apa ibu masih ingat dengan nama saya tadi bu?
P : iya dok, suci nama ta.
DM : Baiklah ibu. Terima kasih atas waktunya. Jangan lupa minum obatnya
Nanti bu, jangan terlalu pikirkan hal-hal yang membuat ibu cemas.
Terima kasih bu.
P : Iya dok. Sama-sama dok.

2. Status Mental
A. Deskripsi umum
1. Penampilan
Tampak seorang wanita sesuai umur, tidak terlalu tinggi, kulit sawo
matang, memakai baju warna biru tua, jeans hitam, dan jilbab hitam,
penampilan terawat.
2. Kesadaran : baik.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : baik.
4. Pembicaraan : pasien menjawab pertanyaan,
spontan, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif.
8

B. Keadaan afektif ( mood ), perasaan, dan empati, perhatian
1. Mood : cemas
2. Afek : cemas
3. Empati : dapat dirasakan
4. Keserasian : serasi
C. Fungsi intelektual ( kognitif )
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : baik, sesuai taraf
pendidikan.
2. Daya konsentrasi : baik.
3. Orientasi (waktu,tempat dan orang) : baik.
4. Daya ingat :
- Jangka panjang : baik
- Jangka pendek : baik
- Jangka segera : baik
5. Pikiran abstrak : baik.
6. Bakat kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik.
D. Gangguan persepsi
- Halusinasi : tidak ada.
- Ilusi : tidak ada.
- Depersonalisasi : tidak ada.
- Derealisasi : tidak ada.
E. Proses berpikir
1. Arus pikiran
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : relevan dan koheren
Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikiran
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikiran : tidak ada
F. Pengendalian impuls : baik
G. Daya nilai
9

1. Norma sosial : baik
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian realitas : baik
H. Tilikan (insight) :
Derajat 6 ( pasien sadar kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan )
I. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya.

3. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
a. Status Internus
T : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
P : 20x/menit
S : 36.7C
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, cor dan pulmo dalam batas
normal, EKG dan hasil lab normal.
b. Status Neurologis
- GCS 15 (E4 M6 V5).
- Tanda rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), kernig sign (-).
- Pupil bulat, isokor, diameter kiri dan kanan 2.5 mm/2.5 mm, RCL
+/+, RCTL +/+.
- Fungsi motorik dan sensorik dalam batas nomal dan tidak ditemukan
refleks patologis.
- Sistem saraf otonom dalam batas normal.

4. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Seorang wanita berumur 24 tahun datang ke poli jiwa RSWS
dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri yang tembus ke belakang. Pasien
merupakan pasien konsul dari poli interna dimana berdasarkan hasil
pemeriksaan fisis, lab, dan EKG semuanya dalam batas normal. Nyeri
dada tersebut dialami sejak 7 tahun yang lalu dan memberat 1 minggu
terakhir disertai dengan jantung yang berdebar, pusing, dan keringat
dingin. Pasien merasa cemas jika ada prang yang berusaha mendekati
10

utamanya pria. Pasien juga sering berpikiran negatif terhadap teman-
temannya. Pasien takut melihat orang sakit maupun orang meninggal
karena pasien berpikir bahwa hal itu juga dialami pasien pada saat ini.
Jika masalah tersebut muncul, pasien berusaha mengalihkan
perhatiannya seperti dengan memutar musik dengan volume tinggi.
Pasien mengaku telah menikah sebanyak 2x, namun keduanya telah
bercerai. Pasien pernah mengalami keguguran sebanyak 2x pada
pernikahan yang pertama. Pasien kadang sulit tidur karena merasa cemas
terhadap penyakitnya.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang wanita sesuai
umur, tidak terlalu tinggi, kulit sawo matang, memakai baju warna biru
tua, jeans hitam, dan jilbab hitam, penampilan terawat. Kesadaran dan
perilaku dan aktivitas psikomotor baik. Pasien menjawab pertanyaan,
spontan, intonasi biasa. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Mood dan
afek cemas. Empati dapat dirasakan, keserasian serasi. Taraf pendidikan,
pengetahuan umum dan kecerdasan baik dan sesuai. Daya konsentrasi,
orientasi (waktu,tempat dan orang), daya ingat, pikiran abstrak, dan
kemampuan menolong diri sendiri baik. Produktivitas cukup, kontinuitas
relevan dan koheren. Pengendalian impuls dan daya nilai baik. Tilikan
(insight) derajat 6 (pasien sadar kalau dirinya sakit dan perlu
pengobatan) dan dalam taraf yang dapat dipercaya.
Pada pemeriksaan status internus tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit dan suhu 36.7C. Pada
pemeriksaan fisis, tidak ditemukan adanya kelainan dan EKG dan hasil
lab normal. Pada pemeriksaan neurologis, tidak ditemukan kelainan.

5. Evaluasi Multiaksial
a. Aksis I
Berdasarkan hasil autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu perasaan takut dan cemas terhadap hal-hal tertentu. Selain
itu, pasien merasakan keluhan fisik seperti nyeri dada kiri yang tembus ke
belakang, jantung berdebar-debar, pusing, dan keringat dingin, namun dari
11

pemeriksaan fisis, hasil EKG, dan hasil lab semua dalam batas normal. Hal
tersebut menimbulkan distress atau penderitaan dan hendaya / disability
sehingga dapat digolongkan menjadi gangguan jiwa. Dari pemeriksaan
status mental, tidak didapatkan adanya hendaya berat sehingga
dikategorikan sebagai gangguan jiwa non psikotik. Dari status neurologis
dan internus tidak ditemukan kelainan sehingga kelainan organik dapat
disingkirkan.
Berdasarkan PPDGJ III, pasien memiliki gejala anxietas maupun
depresi namun belum cukup menegakkan diagnosis masing-masing. Pada
gejala anxietas, pasien mengeluh cemas dan takut terhadap suatu hal,
disamping itu terdapat pula gejalan otonom. Pada gejala depresi, terdapat
kehilangan kegembiraan, mudah lelah, dan sulit tidur, sehingga hal ini dapat
didiagnosis sebagai gangguan campuran anxietas dan depresi ( F41.2 ).
b. Aksis II : ciri kepribadian tidak khas.
c. Aksis III : tidak ada diagnosis.
d. Aksis IV : adanya stres psikologis dimana pasien telah menikah 2x dan
kedua-duanya telah bercerai.
e. Aksis V :
GAF SCALE 70-61 ( beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan, secara umum masih baik ).

6. Daftar Masalah
a. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna,
tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter, maka pasien
memerlukan psikofarmakologi.
b. Psikologik : ditemukan adanya hendaya ringan sehingga pasien memerlukan
psikoterapi untuk menghilangkan gangguan anxietas dan depresi.
c. Sosiologik : ditemukan hendaya sosial ringan pasien memerlukan
sosioterapi.

7. Prognosis
Bonam et dubia
12

- Faktor pendukung :
a. Tidak ada kelainan organobiologik
b. Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
c. Keinginan pasien untuk berobat dan sembuh
- Faktor penghambat
a. Telah 2x menikah dan kedua-duanya telah bercerai
b. Hubungan dengan orang tua dan keluarga kurang begitu baik

8. Rencana Terapi
a. Farmakoterapi :
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
Fluoxetin 20 mg 1-0-0
b. Psikoterapi : Suportif
- Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati pasien sehingga pasien menjadi lega.
- Konseling : memberikan penjelasa dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memahami kondisi dirinya lebih baik dan menganjurkan
untuk berobat teratur.
c. Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya
sehingga dapat memberukan dukungan moral dan menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan.

9. Pembahasan / Tinjauan Pustaka
Berdasarkan PPDGJ III, adapun pedoman diagnosis untuk gangguan
campuran anxietas dan depresi adalah sebagai berikut :
1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomis harus ditemukan
walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran
berlebihan.
13

2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika
karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan
depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
Pada pasien didapatkan gejala klinis berupa perasaan takut dan cemas terhadap
hal-hal tertentu. Selain itu, pasien merasakan keluhan fisik seperti nyeri dada kiri yang
tembus ke belakang, jantung berdebar-debar, pusing, dan keringat dingin, namun dari
pemeriksaan fisis, hasil EKG, dan hasil lab semua dalam batas normal. Berdasarkan
PPDGJ III, pasien memiliki gejala anxietas maupun depresi namun belum cukup
menegakkan diagnosis masing-masing. Pada gejala anxietas, pasien mengeluh cemas
dan takut terhadap suatu hal, disamping itu terdapat pula gejalan otonom. Pada gejala
depresi, terdapat kehilangan kegembiraan, mudah lelah, dan sulit tidur, sehingga hal ini
dapat didiagnosis sebagai gangguan campuran anxietas dan depresi ( F41.2 ).
Pada pasien ini farmakoterapi yang diberikan adalah alprazolam 0,5 mg 0-0-1
sebagai anti anxietas dan fluoxetin 20 mg 1-0-0 sebagai anti depresan. Adapun
alprazolam termasuk obat anti anxietas golongan benzodiazepin dimana berdasarkan
cara kerjanya terbagi atas 2 yaitu kerja lama dan kerja singkat. Alprazolam termasuk
golongan benzodiazepin kerja lama. Pada benzodiazepin kerja lama cenderung
menyebabkan hangover-like effect sedangkan pada benzodiazepin kerja singkat
cenderung menyebabkan putus obat.
Benzodiazepin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor benzodiazepin
yang terhubung dengan reseptor asam aminobutirat tipe A ( GABA
A
) dalam suatu
kompleks yang melibatkan reseptor GABA dan benzodiazepin serta suatu kanal klorida
sehingga akan meng-reinforce dari aktivitas inhibisi dari GABA. Efek samping dari
benzodiazepin adalah kerusakan psikomotor, kemampuan melakukan tugas-tugas
kompleks yang melibatkan fungsi motorik dan psikologis. Jika benzodiazepin
14

dikonsumsi secara teratur selama 4 minggu atau lebih, maka efek ketergantungan dapat
terjadi. Manifestasinya sendiri berupa timbulnya sindrom putus benzodiazepin ketika
asupan reguler benzodiazepin dihentikan mendadak. Untuk mengurangi resiko
ketergantungan obat, maksimal lama pemberian selama 3 bulan dalam rentang dosis
terapeutik.
Sedangkan fluoxetin termasuk golongan obat penghambat ambilan kembali
serotonin selektif ( SSRI ). Obat ini bekerja di SSP dengan menghambat secara selektif
ambilan kembali serotonin ( 5-HT ) sehingga digunakan sebagai anti depresan. Efek
sampingnya berbeda dengan antidepresan trisiklik yaitu bahwa SSRI jarang
menyebabkan sedasi yang bermakna, efek samping antimuskarinik, peningkatan berat
badan, hipotensi, ataupun kardiotoksisitas. Akan tetapi, cenderung menyebabkan mual
dan muntah dan terkadang diare. SSRI kadang menyebabkan disfungsi seksual,
khususnya penundaan ejakulasi. Penghentian mendadak farmakoterapi SSRI
menyebabkan gejala somatik dan psikologi dan dimulai dalam 1 minggu setelah
penghentian terapi SSRI. Gejala tersebut sembuh spontan dalam 3 minggu dan bila
terapi SSRI dilanjutkan maka akan sembuh dalam 48 jam.
10. Follow Up
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
menilai efektivitas terapi yang diberikan dan kemungkinan timbulnya efek
samping obat yang diberikan.

S-ar putea să vă placă și