Sunteți pe pagina 1din 23

http://ainicahayamata.wordpress.

com/nursin
g-only/keperawatan-medikal-bedah-
kmb/askep-appendiksitis/
ASKEP APPENDIKSITIS
BAB I
LANDASAN TEORITIS
I. Defenisi
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat
pada sekum, tepat dibawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri
secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil,
appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis).
Apendisitis penyebab umum inflamasi akut pada kuadran kanan dari rongga abdomen, adalah
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7% dari populasi mengalami
apendisitis pada waktu ynag bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dari wanita,
remaja lebih sering dari dewasa. Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapapun, apendisitis
sering terjadi pada usia 10 dan 30 tahun.
Apendisistis
Suatu peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut.
Tanda patogenik primer diduga karena obstruksi lumen, Biasanya oleh fekolit (feses keras)
penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan pembengkakan, infeksi dan ulserasi.
II. Etiologi
Menurut Joyce, M.Black tahun 1995 apendisitis dapat disebabkan oleh:
1. Fekolit yang terperangkap dalam lumen
Adanya fekolit menyebabkan terjadinya obstruksi sekret appendiks yang disertai pelebaran alaat
tubuh. Pelebaran ini mengakibatkan terjadinya tekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang
menyebabkan edema dinding apendiks, karena edema maka resistensi selaput berkurang dan
mudah diserang kuman.
2. Kekakuan appendiks
Sama halnya dengan peyumbatan oleh fekolit, dimana appendiks yang kaku dapat meyebabkan
terjadinya obstruksi pada lumen.
3. Bengkak pada dinding usus / tumor appendiks.
Jenis tumor yang paling sering pada appendiks adalah tumor carcinoid. Carcinoid pada
appendiks tumbuh mengelilingi rongga, tidak mempunyai batas yang jelas dan dapat tumbuh
infiltrat kedalam lapisan otot sehingga menimbulkan obstruksi pada lumen.
4. Fibrosis yang luas disekeliling appendiks.
Benang fibrin juga akan dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada lumen.
5. Tersumbatnya usus oleh adhesi
Iritasi atau adhesi pada usus menyebabkan obstruksi pada appendiks.
6. Hiperplasia jaringan limfe
Pembesaran jaringan limfe dapat menyebabkan penyumbatan yang berakibat radang pada
appendiks.
7. Cacing Ascaris
Cacing ascaris lumbricoides jika masuk appendiks dapat menyebabkan penyumbatan radang
sekunder.
8. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan
terjadi infeksi.
Penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan menyebabkan
meningkatnya tekanan intra sekal yang mengakibatkan timbulnya sumbatan fungsional
appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora normal kolon, semua ini akan
mempermudah timbulnya apendisitis akut.
III. Manifestasi klinis
o Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah,
dan hilangnya nafsu makan.
o Nyeri tekan lokal pada titik Mc.burney bila dilakukan tekanan.
o Nyeri tekan lepas mungkin dijumpai.
o Derajat nyeri tekan spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung
pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.
o Bila appendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa didaerah
lumbal; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya dengan
pemeriksaan pada pemeriksaan rektal.
o Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum; nyeri pada saat
berkemih mununjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
o Adanya kekakuan pada bagian bawah otot-otot testis kanan dapat terjadi.
o Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah. Apabila ileus paralitik,
dan kondisi pasien memburuk.
o Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut
dapat sangat meragukan, menunjukkan destruksi usus atau proses penyakit lainnya. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur appendiks. Insiden perforasi pada
appendiks lebih tinggi pada lansia, karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan
perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda.
IV. Komplikasi
1. Perforasi, ditandai oleh:
-Meningkatnya nyeri.
-Spasme otot dinding perut kudran kanan bawah.
-Demam.
-Malaise.
-Leukositosis.
2. Peritonitis.
teraba massa dikuadran kanan bawah, yang cenderung menggelembung kearah rektum
atau vagina.3. Abses appendiks
4. Trombofebitis supuratif, jarang terjadi ; ditandai dengan gejala:
- Demam sepsis.
-Menggigil.
-Hepatomegali.
-Ikterus.
5. Abses subfrenikus.
6. Fokal sepsis intra abdominal.
7. Obstruksi intestinal dapat terjadi akibat perlengketan.
V. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis.
a. Sebelum operasi
Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendisitis sering kali masih
belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah
baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendisitis atau
bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah ( leukosit
dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen tegak dilakukan untuk mencari
kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis dilakukan dengan
lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
Intubasi bila perlu
Anti biotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindomisin)
b. Operasi appendiktomi
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV
diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi dapat dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal
dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang
sangat efektif.
c. Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam,
syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambing bila pasien telah sadar,
sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dapat dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada
perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat
dan pasien diperbolehkan pulang.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang pernah dialami dalam hal appendiktomi tidak
ada tata laksana keperawatan khusus yang diberikan pada pasien apendisitis.adapun tindakan non
medis yang diberikan adalah persiapan pasien untuk apendiktomi diantaranya perawat
memastikan kepada dokter bahwa tes darah,cek urin, rontgen, dan puasa sudah dilaksanakan.
Kemudian tindakan keperawatan yang dapat diberikan post-op adalah perawatan luka jahitan dan
mobilisasi pasien secara teratur untuk mencegah dekubitus.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
RKD: Riwayat nyeri abdomen tidak terlokalisir, riwayat penyakit askariasis, kebiasaan
mengkonsumsi diet rendah serat, konstipasi
RKK: riwayat neoplasma pada keluarga, pola makan dan diet keluarga, riwayat penyakit DM,
penyakit jantung.
RKS:
-Aktivitas
Gejala: Malaise
-Sirkulasi
Tanda: Takikardi
-Eliminasi
Gejala: Konstipasi pada awitan awal
Diare (kadang-kadang)
Tanda: Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas
Penurunan atau tidak ada bising usus
-Makanan dan cairan
Gejala: Anoreksia
Mual/muntah
-Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada daerah Mc. Burney, meningkat karena berjalan, batuk, bersin, dan nafas
dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendisitis)
Tanda: Perilaku berhati-hati: berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk;
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena eksistensi kaki kanan/posisi duduk
tegak nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
-Keamanan
Tanda: Demam (biasanya rendah), munculnya proses infeksi.
Gejala: Alergi atau sensitif, defisiensi imun.
-Pernafasan
Tanda: Takipnea, pernafasan dangkal, kondisi kronis / batuk.
- Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala: Kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh: pielitis akut, salpingitis
akut, ileitis regional. Dapat terjadi pada berbagai usia.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Infeksi, Resiko tinggi terhadap
Faktor resiko meliputi:
- tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi/ruptur pada apendiks; peritonitis;
pembentukan abses.
- Prosedur invasif, insisi bedah.
Intervensi:
Mandiri
Awasi tanda vital perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
meningkatnya nyeri abdomen.
Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik. Berikan perawatan
paripurna.
Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik dan drainase luka/drain (bila dimasukkan), adanya
eritema.
Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang tua dekat.
Kolaborasi
ambil contoh drainase bila diindikasikan.
berikan anti biotik yang sesuai indikasi.
2. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap
Faktor resiko meliputi:
- muntah pra operasi.
- pembatasan pasca operasi (contoh puasa).
- status hipermetabolik (contoh demam, proses penyembuhan).
- inflamasi peritonium dengan cairan asing.
Intervensi
Mandiri
^ Awasi TD dan nadi.
^ Lihat membran mukosa; kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
^ Awasi masukan dan haluaran; catat warna urune/konsentrasi, berat jenis.
^ Auskultasi bising usus. Catat kelancaran flatus, gerakan usus.
^ Berikan sejumlah kecil minuman cairan jernih bila pemasukan peroral dimulai, dan
lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
^ Berikan perawatan mulut seiring dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir.
Kolaborasi
^ Pertahankan penghisapan gaster/usus.
^ Berikan cairan IV.
3. Nyeri [akut], dapat dihubungkan dengan:
# Distensi jaringan usus oleh inflamasi.
# Adanya insisi bedah.
Intervensi
Mandiri
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10).selidiki dan laporkan nyeri dengan
tepat.
Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
Dorong ambulasi dini.
Berikan aktivitas hiburan.
Kolaborasi
Pertahankan puasa/penghisapan NG pada awal.
Berikan analgesik sesuai indikasi.
Berikan kantong es pada absomen.
4. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan. Dapat dihubungkan dengan:
# Kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
# Tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi
Mandiri
kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh mengangkat berat, olah raga, seks,
latihan, menyetir.
Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.
Anjurkan menggunakan laksatif/pelembek feses ringan bila perlu dan hindari enema.
Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali
ke dokter untuk mengangkat jahitan/pengikat.
Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh pengikat nyeri; edema/eritema
luka, adanya drainase, demam.

;;;;;Learning, Researching, Developing and
Sharing
Nuzulhook Official Site
Kategori
01 My Blog Log (14)
02 My Laptop (8)
03 Ngawur (15)
04 Universitas Airlangga (7)
05 My Gallery (7)
06 My Mind (9)
07 My Activity (16)
08 Blog Modification (4)
09 My Project (5)
10 My Note (2)
Kep Kardiovaskuler (15)
Kep Neurobehaviour (9)
Kep Pencernaan (10)
Kep Respirasi (16)
Kep Sensori dan Persepsi (11)
Kep Umum (3)
Artikel Terbaru
Parah , Parkir Sepeda Aja Sampe 40 Ribu
Menjaga Amal Yaumi
elpt mission complete
Hook ScreenShot - Software Gratis Karya Anak Bangsa
agan bisa di sadap dan dilacak kapanpun
Artikel Populer
Buku Tamu
UNAIR hari ini membuka pendaftaran SNMPTN Jalur Undangan
Onefreeze Software SMS Masal Gratis Karya Anak Bangsa
Sahabat
Pasang widget Blogger Unair
Visitor Stats

o Home
o About
o Buku Tamu
o Askep
o Sahabat
o Download
o Album
o More




Ikhwah's Note

.: engkau tak mendapatkan rahasia perjuangan dari buku-buku dan kata orang, tapi dari
pahit getir perjuangan :. more

contact : facebook & twitter
Intermezo

Askep Apendisitis

diposting oleh nuzulul-fkp09 pada 19 October 2011
di Kep Pencernaan - 4 komentar
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) APENDISITIS
NUZULUL ZULKARNAIN HAQ
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya appendisitis dan
divertikular disease. Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi pada apendiks diakibanya
terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease merupakan penyakit inflamasi pada saluran
cerna terutama kolon. Keduanya merupakan penyakit inflamasi tetapi penyebabnya berbeda.
Appendisitis disebabkan terbuntunya lumen apendiks. dengan fecalit, benda asing atau karena
terjepitnya apendiks, sedang diverticular disebabkan karena massa feces yang terlalu keras dan
membuat tekanan dalam lumen usus besar sehingga membentuk tonjolan-tonjolan divertikula
dan divertikula ini yang kemudian bila sampai terjepit atau terbuntu akan mengakibatkan
diverticulitis
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun
dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap
100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan
pola makan, yaitu Negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data
epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai
puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang
dewasa. Sedangkan insiden diverticulitis lebih umum terjadi pada sebagian besar Negara barat
dengan diet rendah serat. Lazimnya di Amerika Serikat sekitar 10%. Dan lebih dari 50% pada
pemeriksaan fisik orang dewasa pada umur lebih dari 60 tahun menderita penyakit ini
Apendisitis dan divertikulitis termasuk penyakit yang dapat dicegah apabila kita mengetahui dan
mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat memiliki peran tidak hanya sebagai care
giver yang nantinya hanya akan bisa memberikan perawatan pada pasien yang sedang sakit saja.
Tetapi, perawat harus mampu menjadi promotor, promosi kesehatan yang tepat akan
menurunkan tingkat kejadian penyakit ini.
Sehingga makalah ini di susun agar memberi pengetahuan tentang penyakit apendisitis dan
diverticulitis sehingga mahasiswa calon perawat dapat lebih mudah memahami tentang
pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, asuhan keperawatan, penatalaksanaan medis
pada pasien dengan apendisitis dan diverticulitis.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep apendisitis ?
1.2.2 Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada apendisitis ?

1.3 Tujuan
1.3.2 Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada apendisitis.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari apendisitis
2. Mengidentifikasi anatomi dan fisiologi apendisitis
3. Mengidentifikasi etiologi dari apendisitis
4. Mengidentifikasi patofisiologi dari apendisitis
5. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari apendisitis
6. Mengidentifikasi proses keperawatan dari apendisitis

1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa mengetahui dasar konsep dasar apendisitis
1.4.2 Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan pada apendisitis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis Appendiks terletak di
ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan
medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior.
Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang
menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada pada Laterosekal yaitu di
lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen
(Harnawatiaj,2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbed bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat terletak intraperitoneal
atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari cabang nervus vagus)
dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri pada apendisitis
berawal dari sekitar umbilicus (Nasution,2010).
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif
berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi
kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan oleh apendiks sangat sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh organ saluran cerna yang lain. Jadi
pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun tubuh, khususnya saluran cerna
(Nasution,2010).

2.3 Etiologi
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada lumen apendiks
merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping hiperplasia (pembesaran) jaringan
limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit), tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing
dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya
sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia
jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk
berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah
tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi
yang berakibat pada peradangan usus buntu.(Anonim,2008)

Klasifikas pendisitis
Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada dasarnya
adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda asing
4. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari
apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga menyebabkan tekanan
intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga terjadi
peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding apendiks.
Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain yang
kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.

Appendicitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran
vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia
dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding
appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat
dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen
terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri
tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.

Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat : riwayat nyeri
perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopikdan
mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks,
sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan
infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.

Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan
bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan peradangan akut.
Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun,
apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut.
Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya
dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita datang
dalam serangan akut.

Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat adanya obstruksi
kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan
tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma
yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan bawah.
Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan
timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.

Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi atas indikasi
apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan
yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.

Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis prabedah,tetapi
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis
prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada
muka, sesak napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6%
kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala
tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif dan adanya
metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan
karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau
hemikolektomi kanan

2.4 Patofisiologi
Pada umumnya obstruksi pada appendiks ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
f. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
g. Tergantung pada bentuk appendiks
h. Appendik yang terlalu panjang.
i, Messo appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
k. Kelainan katup di pangkal appendiks.
Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feces) atau benda
asing, apendiks terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi tersebut menyebabkan
aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna, meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi
dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Appendiks mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak
mendapatkan makanan lagi. Pembusukan usus buntu ini menghasilkan cairan bernanah, apabila
tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu akan pecah (perforasi/robek) dan nanah
tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin
meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut (Peritonitis).

WOC (Web of Cause)
DOWNLOAD : WOC APENDISITIS

2.5 Maninfestasi klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting yakni:
1. Anoreksia biasanya tanda pertama.
2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat
appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri
terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya;
1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi Demam bisa mencapai 37,8-
38,8 Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak
terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya
bersifat meriang, atau mual-muntah saja
1. Penyakit Radang Usus Buntu kronik
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar
(tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai
dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan
bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik
tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap
usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama
dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus
buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada
posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik. (Anonim, 2008)
Pemeriksaan Diagnosa Penyakit
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosa
adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology:
1. Pemeriksaan fisik.
1. Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut
tampak mengencang (distensi).
2. Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga
akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
3. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka
rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan
atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
5. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya
radang usus buntu.
6. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan tanda perangsangan
peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di rongga pelvis maka Obturator
sign akan positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
Pemeriksaan radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu
dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam
penegakkan diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat
keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 98 %). Dengan CT scan
dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat dilakukan rontgen foto
abdomen, USG abdomen dan apendikogram.

2.6 Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra
vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam
sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop.
Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu
menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena
dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi
klien memerlukan antibiotik dan drainase.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang taktertangani yakni:
1. Perforasi dengan pembentukan abses.
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

STUDY KASUS
Tn. RJ berusia 28
th
datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perutnya, nyeri
terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.RJ
terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit. Selain nyeri Tn.RJ juga mengeluh
rasa mual dan muntah. Disertai demam tinggi ketika nyeri dirasakan.

3.2 PENGKAJIAN
3.1.1 Anamnesa
Data demografi
Nama : Tn. RJ
Umur : 27 th
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : Kawin
Agama : islam
Suku bangsa : jawa
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : swasta
Alamat : kenjeran baru 2A
Dx medis : apendisitis
Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di
pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus.
Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
Riwayat penyakit sekarang

3.1.2 Pemeriksaan Fisik.

B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe,
pernapasan dangkal.
B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien
nampak gelisah.
B4 (Bladder) : konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang
B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator
untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada
awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak.

3.1.2 Pemeriksaan diagnostic
leukosit diatas 12.000/mm3. Neurofil meningkat sampai 75%. Foto abdomen dapat
menyatakan adanya pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisir

3.2 PERAWATAN PERIOPERATIF
1.Persiapan operasi (inform consent)
2.kecemasan menjelang operasi
3.Memberikan informasi tentang prosedur tentang pembedahan/prognosis, kebutuhan
pengobatan, dan potensial komplikasi

3.3 PERAWATAN POSTOPERATIF
Diagnosa keperawatan : infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
pada apendisitis, pembentukan abses.
kriteria hasil : meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda
infeksi/inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam

Intervensi Rasional
Mandiri
Awasi tanda vital. Perhatikan demam,
menggigil, berkeringat, perubahan mental,
meningkatkan nyeri abdomen.
Lakukan pencucian tangan yang baik dan
perawatan luka aseptic. Berikan perawatan
paripurna.
Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik
drainase luka/drein (bisa dimasukkan), adanya
eritema.
Berikan informasi yang tepat, jujur pada
pasien/orang terdekat.

Kolaborasi
Ambil contoh drainase bila diindikasikan.


Berikan antibiotic sesuai indikasi.



Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan
Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
peritonitis

Menurunkan resiko penyebaran bakteri.


Memberikan deteksi dini terjadi proses infeksi,
dan/atau pengawasan penyembuhan peritonitis
yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan tentang kemajuan situasi
memberikan dukungn emosi, membantu
menurunkan ansietas.

Kultur pewarnaan Gram dan sensitivities
berguna untuk mengidentifikasikan organism
penyebab dan pilihan terapi.
Mungkin diberikan secara profilaktik atau
menurunkan jumlah organism (pada infeksi
yang telah ada pertumbuhannya pada rongga
abdomen.
Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses
terlokalisir.


Diagnose keperawatan : kekurangan volume berhubungan dengan muntah
preoperasi kriteria hasil : mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh .
kelembaban membrane mukosa, tugor kulit baik, tanda-tanda vital dan secara individual
haluaran.
Intervensi Rasional
Mandiri
Awasi tekanan darah nadi.

Lihat membrane mukosa, kaji tugor kulit dan
pengisian kapiler.
Awasi masukan dan haluaran, catat warna
urine/konsentrasi, berat jenis.

Auskultasi bising usus, catat kelancaran

Tanda yang membantu mengidentifikasikan
fluktuasi volume intravaskuler.
Indicator keadekuatan sirkulasi perifer dan
hidrasi seluler.
Penurunan haluaran urin pekat dengan
peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.
Indicator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk
pemasukan per oral.
flatus, gerakan usus.
Berikan perawatan mulut sering dengan
perhatian khusus pada perlindungan bibir.
Kolaborasi
Pertahankan penghisapan gaster/usus.




Berikan cairan IV dan elektrolit
Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering
dan pecah-pecah

Selang NG biasanya dimasukkan pada
praoperasi dan dipertahankan pada fase segera
pascaoperasi untuk dekompresi usus,
meningkatkan istirahat usus, mencegah mentah.
Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi
dengan menghasilkan sejumlah besar cairan
yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dapat
terjadi ketidakseimbangan elektrolit

Diagnose keperawatan : nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
kriteria hasil : nyeri menghilang atau terkontrol

Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, berat
(skala 0-10). Sakit dan laporkan perubahan
nyeri dengan tepat.


Pertahankan istirahat dengan posisi semi-
fowler.


Dorong ambulasi dini.

Berikan aktivitas hiburan.

Kolaborasi
Pertahankan puasa/penghisapan NG pada
awal
Berikan analgesic sesuai indikasi

Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan. Perubahan pada
kerakteristik nyeri menunjukkan terjadinya
abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi
medic dan intervensi.

Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam
abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang.
Meningkatkan normalitas fungsi organ, contoh
merangsang peristaltic dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidak nyamanan abdomen.
Focus perhatian kembali, meningkatkan
relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.

Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic
usus dini dan iritasi gaster/muntah.
Menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama
intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk.
Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui
penghilangan rasa ujung saraf.

Berikan kantong es pada abdomen.

Diagnose keperawatan : kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan
kurang mengenal sumber informasi
kriteria hasil : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan
berpartisipasi dalam program

Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi


Anjuran menggunakan laksatif/pelembek feses
ringan bila perlu dan hindari enema
Diskusikan perawatan insisi, termasuk
mengamati balutan, pembatasan mandi, dan
kembali ke dokter untuk mengangkat
jahitan/pengikat
Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi
medic, contoh peningkatan nyeri
edema/eritema luka, adanya drainase, demam

Memberikan informasi pada pasien untuk
merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa
menimbulkan masalah.
Membantu kembali ke fungsi usus semula
mencegah ngejan saat defekasi
Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan
terapi, meningkatkan penyembuhan


Upaya intervensi menurunkan resiko
komplikasi lambatnya penyembuhan
peritonitis.

Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan
sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat
menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu
sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen
adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang
lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi
yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
Evaluasi.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah klien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya
infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang
perawatan dan pengobatannya. (Harnawatiaj,2008)
Perlu dipahami juga hal-hal yang penting dalam evaluasi dan harus dicatat dalam dokumentasi
yakni:
1. Jam: WIB
2. Prilaku verbal pasien
3. Prilaku non verbal
4. Kebutuhan untuk dibantu
5. Tindakan keperawatan(Abubakar,2010)

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:
1 Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
2 Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
3 Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
4 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi
kurang.
5 Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
6 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan keluar abnormal berbentuk
katong yang terbentuk dari lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan otot, merupakan
penonjolan dari mukosa serta submukosa. Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan
di suatu divertikulum yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase
dan akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan abses.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan yakni:
1. Nyeri berhubungan dengan diverticulitis
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap penyakit
divertikuler

1.2 Saran
Mahasiswa keperawatan harus benar-benar memahami konsep dasar penyakit apendisitis dan
diverkulitis ini sebelum benar-benar mempraktekkannya di rumah sakit.

Daftar Pustaka

L. Ludeman.2002.The pathology of diverticular disease
(online)(linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1521691802902970 diakses pada 28 Nov 2010
pukul 19.30)
_____,2009. Colonic Diverticular Disease.
(online)(www.clevelandclinicmeded.com/.../diseasemanagement/.../colonic-diverticular-disease/
diakses pada 28 Nov 2010 pukul 19.35)
Mahdi,2010. ASKEP DIVERTIKULUM PADA COLON . (online)(http://askep-
mahdi.blogspot.com/2010/01/askep-divertikulum-pada-colon.html diakses pada 28 Nov 2010
pukul 19.46)
Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-volume 2, Jakarta :
EGC.
Engram, Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Jakarta : EGC.
RadenFahmi,2010. Divertikulosis. (online) (http://community.um.ac.id/showthread.php?55616-
diakses pada 29 Nov 2010 pukul 20.03)

Harnawatiaj,2008. Askep Apendisitis.
(online) (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-apendisitis/ diakses pada 28 Nov
2010 pukul 20.07)

Putri,2010.Askep Apendisitis (online)(http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-
apendisitis-usus-buntu/ diakses pada 28 Nov 2010 pukul 13.50)
Perry & Potter, 2006, Fundamental Keperawatan volume 2, Jakarta : EGC.
4 Komentar
yudhi
pada : 21 April 2012

"thanks informasinya.."


arlhyn

pada : 03 August 2012

"tq karena dah kasi ifosmasi tentang APENDISITIS
"

david
pada : 06 September 2012

"aku bangga apa bila orang lain bahagia akan apa yang kuberikan"


Nuzulul

pada : 18 September 2012

"@yudhi : semoga bermanfaat...

@arlyhn : semoga bermanfaat..

@david : terima kasih atas nasehatnya.."

Tinggalkan Komentar
Nama :

E-mail :

Web :
tanpa http://
Komentar :



Pengumuman




Blogroll
BEM Unair
FKP Unair
Google Plus
Janur UKMKI Unair
MIAR Airlangga
Nuzulhook
UNAIR
Visitor
Komentar Terbaru
Lowongan Kerja di Buku Tamu
Prionggo Hendradi di Askep Konstipasi Lansia
eni di Askep TB Paru
Aditya di Askep IMA STEMI
MISYE MARCELINE TUMIATY di Askep IBS
Arsip
January 2012
February 2012
February 2013
March 2012
March 2013
April 2012
April 2013
May 2012
June 2012
July 2012
September 2011
October 2011
October 2012
November 2011
November 2012
December 2011
Pengunjung
438189
12345678910111213
Nuzulhook Official Site v2. Copyright 2011-2013 Nuzulul Zulkarnain Haq. All rights reserved.
Seluruh artikel di nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id dapat anda perbanyak, cetak, modifikasi dan
distribusikan secara bebas asal tetap mencantumkan nama penulis dan URL lengkap artikel.
Powered by Universitas Airlangga
ABOUT
DOWNLOAD

S-ar putea să vă placă și