Sunteți pe pagina 1din 82

ASKEP HEPATITIS

2.1. Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat
atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)

2.2.Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
1. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis :
a) Hepatitis A (HAV)
b) Hepatitis B (HBV)
c) Hepatitis C (HCV)
d) Hepatitis D (HDV)
e) Hepatitis E (HEV)
Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan virus
DNA
2. Hepatitis non virus yaitu :
a) Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
b) Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
c) Bahan Beracun (Hepatotoksik)
d) Akibat Penyakit lain (Reactive Hepatitis)

2.3. Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis
Hepatitis A B C D E
MASA
INKUBASI
14 49 hari
(+/- 28 hari)
30-180 hari
(+/= 75
hari)
15-150
hari
35 hari 14-63
hari
CARA
PENULARAN
FEKAL ORAL
PARENTERAL
LAIN - LAIN


Ya

Akhir ini
bisa ?
WATER
BORNE


Tidak
Ya
Kontak
seks, kontak
serumah
Transmisi
Vertikal


Tidak
Ya
Kontak
seks
Kontak
serumah


Tidak
Ya
Kontak
seks
Kontak
serumah


Ya
Tidak
WATE
R
BORNE

TIPE
PENYAKIT
BIASANY
A AKUT
BERVARI
ASI
BERVA
RIASI
BIASA
NYA
AKUT
(FULMI
NAN)
Biasany
a akut
CARRIER
KRONIK
TIDAK 5-10% 80% 70-80% Tidak
CAH
SIROSIS
HEPATOMA
TIDAK 50%
20%
YA
YA
20%
YA Tidak
MORTALITAS 0.1-0.2% 0.5-2%
TANPA
KOMPLIK
ASI
30%
PADA
PASIEN
KRONI
S
15-20%
PADA
WANIT
A
HAMIL

2.4. Manifestasi Hepatitis
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat
dibedakan berdasarkan stadium.Adapun manifestasi dari masing amsing stadium adalah
sebagai berikut.
a) Fase Inkubasi
merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbulnyagejala atau iktrus
b) Fase Prodromal (pra ikterik)
fase diantara timbulnya keluhan-keluhanpertama dan gejala timbulnya icterus
1. Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia, atralgia mudah lelah, gejala saluran nafas
dananoreksi.
2. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrikum
c) Fase icterus
Muncul setelah 5-10 hr,tetapi dapatjuga munculbersamaan dengan munculnyagejala.
d) Fase Konvalesen (penyembuhan)
1. Diawali dengan menghilangnya ikterus dankeluhan lain tetapihepatomegali dan abnormalitas
fungsi hati tetap ada
2. Ditandai dengan :
I. Munculnya perasaan lebih sehat
II. Kembalinya napsu makan
III. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu
3. Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani hanya < 1%
yang menjadi fulminan (menyeluruh)

2.5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.


2.6. Pathway
Virus
Intoleransi Aktivitas
Kerusakan Jaringan Hepar
Virus berkembang pada sel Hati
Duktuli Empedu
Kerusakan Sel Parenkim
Peregangan Kapsula Hati
Perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas
Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
Intoleransi Aktivitas
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit

Invasi Virus kedalam Tubuh

Masuk kedalam Aliran Vena Hepatitis
Masuk Sirkulasi


Hipertermi
Inflamasi Hepar




Produksi Empedu
Obstruksi
konjunggasi
Usus menjadi Asam
Kerusakan sel eksresi
Dehidrasi
Menyebabkan mual - muntah
Retensi bilirubin
Anoreksia
Regurgitasi pada Duktuli intra hepatik
Bilirubin direk
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Larut dalam air
Ikterus
Garam dalam darah
Tubuh kekurangan energi
Ekresi ke dalam kemih
Bilirubinemia dari kemih berwarna gelap
Perubahan Kenyamanan
Puritus

2.7. Penatalaksanaan
a) Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
b) Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
c) Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di metabolisme
di hati dan meningkatkan SGPT.
d) Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
e) Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan penderita.
Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah
perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
f) Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-orang
yang mengandung resiko terinfeksi.
g) Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Meliputi :Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia,Alamat,Agama,Pekerjaan,Pendidikan.

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
2. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan
atas
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,
kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit.
4. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Review Of Sistem (ROS)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan, konjungtiva
anemis, Suhu badan 38,5
0
C
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya sumbatan
jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O
2
, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran jantung,
tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia)
f. Abdomen :
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hypertimpani
2. Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah
.
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c) Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas
tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya,



e) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,
atralgia, sakit kepala dan puritus.
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas
untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual pada
wanita).
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari
Allah SWT.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan
jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena
itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat
absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam
satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin
terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.


3.2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Pasien mengatakan Pembengkakan Gangguan rasa
bahwa nyeri pada daerah
perut kanan atas
Do :
P : Nyeri pada saat
ditekan
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri pada kuadran
kanan atas
S : Skala : 6-8
T: Menetap
hepar nyaman (Nyeri)
2 Do : pasien mengatakan mual
tidak nafsu makan
Ds : klientampak lemah dan
lemas, porsi makan tidak
habis hanya habis 3
sendok
A : BB turun
B : Hb < 12
C : Konjungtiva anemis
D : Diet makan tinggi serat dan
protein


Anoreksia Nutrisi kurang
dari kebutuhan
3 Ds : Pasien mengatakan
bahwa dia malas untuk
beraktivitas

Do : Tonus Otot 4
4
4 4
- Aktivitas sehari hari
Penurunan
kekuatan /
ketahanan tubuh
Intoleransi
Aktivitas
memerlukan bantuan
- Pasien nampak terkulai
lemas di atas tempat
tidur
4 Ds : pasien mengatakan bahwa
tubuhnya gatal -gatal
Do : Tanda garukan pada kulit
Gatal sekunder
dengan akumulasi
garam empedu
pada jaringan
Resiko tinggi
terhadap
kerusakan
integritas kulit
5 Ds :Pasien mengatakan
bahwasering muntah
Do :pasien muntah 1x/ lebih
sehari
Turgor Kulit kembali > 2 Detik
Mukosa Bibir Kering
Mata Cowong
Konjungtiva Anemis
Mual muntah Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan
6 Ds : pasien mengatakan
tubuhnya panas
a. Do : suhu tubuh pasien
38,5
0
C

infasi agen dalam
sirkulasi darah
sekunder terhadap
inflamasi hepar

Hipertermi

3.3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.
4. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder dengan
akumulasi garam empedu pada jaringan.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
6. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar

3.4. Intervensi Keperawatan
DX 1 : Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,
dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5-
37,5
0.
C ).
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien rileks

Intervensi Rasional
1) Kolaborasi dengan individu
untuk menentukan metode yang
dapat digunakan untuk intensitas
nyeri
1) nyeri yang berhubungan
dengan hepatitis sangat tidak
nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati,
melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
2) Observasi TTV 2) Untuk mengetahui keadaan
umum klien
3) Tunjukkan pada klien
penerimaan tentang respon klien
terhadap nyeri
3. klienlah yang harus mencoba
meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri.
4) Berikan informasi akurat dan 4. klien yang disiapkan untuk
a) Jelaskan penyebab nyeri
b) Tunjukkan berapa lama nyeri
akan berakhir, bila diketahui
mengalami nyeri melalui
penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang
dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
5) Bahas dengan dokter penggunaan
analgetik yang tak mengandung
efek hepatotoksi
5) kemungkinan nyeri sudah tak
bisa dibatasi dengan teknik
untuk mengurangi nyeri.

DX 2 :Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan
KH : - Nafsu makan pasien meningkat
- Porsi makan habis
- Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan
- Pasien tidak lemas
- BB naik
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi pemasukan diet / jumlah
kalori. Berikan makan sedikit
dalam frekuensi sering dan
tawarkan makan pagi paling
besar
1. Makan banyak sulit untuk
mengatur bila pasien anoreksi.
Anoreksi juga paling buruk
selama siang hari, membuat
masukan makanan yang sulit pada
sore hari
2. Berikan perawatan mulut
sebelum makan
2. Menghilangkan rasa tak enak
dapat meningkatkan nafsu makan
3. Anjurkan makan pada posisi
duduk tegak
3. Menurunkan rasa penuh pada
abdomen dan dapat meningkatkan
nafsu makan
4. Dorong pemasukan sari jeruk,
minuman karbonat dan permen
berat sepanjang hari
4. Bahan ini merupakan ekstra
kalori dan dapat lebih mudah
dicerna / toleran bila makanan
lain ini
Kolaborasi
5. Konsul pada ahli gizi, dukung
tim nutrisi untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan pasien,
dengan masukan lemak dan
protein sesuai toleransi
5. Berguna dalam membuat
program diet untuk memenuhi
kebutuhan individu. Metabolisme
lemak bervariasi tergantung pada
produksi dan pengeluaran empedu
dan perlunya masukan normal
atau lebih protein akan membantu
regenerasi hati
6. Berikan obat sesuai indikasi :
Antiematik, contoh
metalopramide (Reglan) ;
trimetobenzamid (Tigan)

6. Diberikan jam sebelum makan,
dapat menurunkan mual dan
meningkatkan toleransi pada
makanan.

DX 3:Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu
beraktivitas dengan baik, dengan
KH :
- Tonus otot 5 5
5 5
- Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
- Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Tingkatkan tirah baring / duduk.
Berikan lingkungan tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan
1. Meningkatkan istirahat dan
ketenangan. Menyediakan
energi yang digunakan untuk
penyembuhan. Aktivitas dan
posisi duduk tegak diyakini
menurunkan aliran darah ke
kaki, yang mencegah sirkulasi
optimal ke sel hati
2. Ubah posisi dengan sering.
Berikan perawatan kulit yang
baik
2. Meningkatkan fungsi
pernafasan dan meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan
jaringan
3. Lakukan tugas dengan cepat dan
sesuai toleransi
3. Memungkinkan periode
tambahan istirahat tanpa
gangguan
4. Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi, bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi pasif /
aktif
4. Tirah baring lama dapat
menurunkan kemampuan. Ini
dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas yang
mengganggu periode istirahat.
5. Dorong penggunaan teknik
manajemen stres, contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi, berikan aktivitas
hiburan yang tepat, contoh
menonton TV, radio, membaca
5. Meningkatkan relaksasi dan
penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian,
dan dapat meningkatkan koping
6. Awasi terulangnya anoreksia dan
nyeri tekan pembesaran hati
6. Menunjukkan kurangnya
resolusi / eksaserbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut,
mengganti program terapi
Kolaborasi
7. Berikan antidot atau bantu dalam
prosedur sesuai indikasi (contoh
lavase, katarsis, hiperventilasi)
tergantung pada pemajanan
7. Membuang agen penyebab pada
hepatitis toksik dapat
membatasi derajat kerusakan
jaringan
8. Berikan obat sesuai indikasi :
sedatif, agen antiansietas, contoh
diazepam (Valium); lorazepam
(Ativan)
8. Membantu dalam manajemen
kebutuhan tidur. Catatan :
penggunaan berbiturat dan
tranquilizer seperti Compazine
dan Thorazine,
dikontraindikasikan sehubungan
dengan efek hepatotoksik
9. Awasi kadar enzim hati 9. Membantu menentukan kadar
aktivitas tepat, sebagai
peningkatan prematur pada
potensial risiko berulang



Dx 4 : Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganGatal sekunder
dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada pasien
hilang.
KH :
- Pasien merasa nyaman
- Tubuh pasien tidak gatal lagi
- Tubuh pasien tidak lecet

Intervensi Rasional
- Mulai tindakan kenyamanan :
- Mandi pancuran dingin
- Gosokan punggung
- Air hangat
- Aktivitas hiburan rendah
(membaca, menonton TV,
permainan papan)
- Kompres dingin pada dahi untuk
sakit kepala
- Lingkungan tenang
1. Tindakan ini meningkatkan
istirahat. Istirahat menurunkan
kebutuhan energi yang
menghasilkan tegangan pada
hepar.
2. Berikan antipiretik yang
diresepkan dan evaluasi
keefektifan
2. Untuk mengatasi demam.
Demam berhubungan dengan
peningkatan kehangatan dan
berkeringat saat demam
membaik. Hangat disertai
dengan lembab meningkatkan
rasa gatal.
3. Pertahankan linen dan pakaian
kering
3. Pakaian basah dari berkeringat
adalah sumber
ketidaknyamanan
4. Dorong kunjungan dari keluarga
dan teman
4. Isolasi dapat menyebabkan
kebosanan yang mencetuskan
depresi dan meningkatkan
ketidaknyamanan.
5. Mulai tindakan untuk
menghilangkan puritus :
- Berikan mandi pancuran dingin
- Gunakan soda kue atau tepung
sagu pada air
- Hindari sabun alkalin
5. Suhu dingin membatasi
vasodilatasi jadi menurunkan
pengeluaran garam empedu ke
permukaan kulit. Soda kue dan
sagu membantu menetralkan
asam pada permukaan kulit.
- Berikan losin Caladryl
- Gunakan pakaian yang longgar
- Pertahankan suhu kamar dingin
Sabun alkalin mempunyai efek
mengeringkan, yang
meningkatkan rasa gatal. Losion
Caladryl mengandung
antihistamin, benadryl yang
juga menetralkan keasaman
permukaan kulit, dan menekan
ujung saraf sensori yang
mencetuskan sensasi gatal
6. Pertahankan kuku pasien
terpotong pendek. Instruksikan
pasien menggunakan bantalan
jari untuk menggaruk kulit atau
menggunakan ujung jari untuk
menekan pada kulit bila sangat
perlu menggaruk.
6. Untuk menurunkan resiko
kerusakan kulit bila buruk

Dx 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan denganmual muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi,
dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5-
37,5
0.
C ).
- Turgor Kulit kembali < 2 Detik
- Mukosa Bibir lembab
- Mata tidak Cowong
- Konjungtiva tidak Anemis
- Muntah tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi masukan dan haluaran,
bandingkan dengan berat badan
harian. Catat kehilangan melalui
usus, contoh muntah dan diare
1. Memberikan informasi tentang
kebutuhan penggantian / efek
terapi.
2. Kaji tanda vital, nadi periver,
pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa
2. Indikator volume sirkulasi /
perfusi
3. Periksa asites atau pembentukan
edema. Ukur lingkar abdomen
sesuai indikasi
3. Menurunkan kemungkinan
perdarahan kedalam jaringan
4. Biarkan pasien menggunakan lap
katun / spon dan pembersih mulut
untuk sikat gigi
4. Menghindari trauma dan
perdarahan gusi
5. Observasi tanda perdarahan,
contoh hematuria / melena,
ekimosis, perdarahan terus
menerus dari gusi / bekas injeksi
5. Kadar protombin menurun dan
waktu koagulasi memanjang
bila absorbsi vitamin K
terganggu pada traktus GI dan
sintesis protrombin menurun
karena mempengaruhi hati
Kolaborasi
6. Awasi nilai laboratorium, contoh
Hb/Ht, Na
+
albumin, dan waktu
pembekuan
6. Menunjukkan hidrasi dan
mengidentifikasi retensi
natrium / kadar protein yang
dapat menimbulkan pembekuan
edema. Defisit pada pembekuan
potensial beresiko perdarahan
7. Berikan cairan IV (biasanya
glukosa), elektrolit
7. Memberikan cairan dan
penggantian elektrolit

Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
- Klien tidak mengeluh panas
- Suhu tubuh Normal 36,5
0
37,5
0
C
- Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya keluahan tanda
tanda peningkatan suhu tubuh
2. Berikan kompres hangat pada
lipatan ketiak dan femur




3. Berikan HE kepada keluarga
pasien tentang pemberian
kompres yang benar
4. Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang menyerap keringat

1. sebagai indikator untuk
mengetahui status hypertermi
2. menghambat pusat simpatis di
hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat
untuk mengurangi panas tubuh
melalui penguapan
3. keluarga mampu melakukan
kompres kepada pasien secara
mandiri
4. kondisi kulit yang mengalami
lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
4.1.1. Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
4.1.2. Etiologi
a) Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis : Hepatitis A, B, C, D, E
b) Hepatitis Non Virus : alkohol, obat obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
4.1.3. Klasifikasi dan penyebab
a) Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
b) Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral
c) Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral
d) Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral
e) Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral
4.1.4. Manifestasi Klinis
a) Fase Inkubasi
b) Fase Prodromal (Fase Ikterik)
c) Fase Icterus
d) Fase Konvalesen (penyembuhan)


4.1.5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
4.1.6. Penatalaksanaan
a) Istirahat penuhselama 1-2 bulan
b) Diet harus mengandung cukup kalori
c) Tidak perlu diberikan obat-obat
d) Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk
e) Hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin
4.1.7. Asuhan Keperawawtan
a. Pengkajian1
Identitas pasien
Riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
b. Analisa data
c. Diagnosa keperawatan
d. Intervensi keperaawatan





4.2. Saran

4.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar.

4.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

4.2.3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa
keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hernia.




Daftar Pustaka

Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. 2005 : 485 Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi 6, Vol 1. Jakarta : EGC
Lynda Juall Carpenito. 2009 Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta :
EGC
Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3
Dienstag, 1990
Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990
Bradley,1990; Purcell, 1990
Sujono Hadi, 1999
Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145
Smeltzer, 2001
Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131


ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Brunner &
Suddarth, 2001).
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek
utamanya pada hati (Price & Willson, 2006).
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik &
akut (Mansjoer, dkk, 2000).

B. ETIOLOGI
Paling sedikit ada 6 jenis virus penyebab hepatitis (masing-masing menyebabkan tipe hepatitis
yang berbeda), yaitu :
1. Virus hepatitis A (HAV).
2. Virus hepatitis B (HBV).
3. Virus hepatitis C (HCV).
4. Virus hepatitis D (HDV).
5. Virus hepatitis E (HEV).
6. Virus hepatitis G (HGV).

C. KLASIFIKASI
1. Hepatitis A (Hepatitis Infeksiosa)
- Penyebab : Virus hepatitis A (HAV).
- Cara penularan : - Jalur fekal-oral.
- Sanitasi yang jelek.
- Kontak antar manusia.
- Dibawa oleh air & makanan.
- Inkubasi (hari) : 15-49 hari, rata-rata 30 hari.
- Imunitas : Homologus.
- Tanda dan gejala : - Dapat terjadi dengan atau tanpa gejala : sakit mirip flu.
- Fase pra-ikterik : sakit kepala, malaise, patique, anoreksia, febris.
- Fase ikterik : Urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera & kulit, nyeri tekan pada
hati.
- Hasil akhir : biasanya ringan dengan pemulihan. Tidak terdapat status karier atau meningkatnya resiko
hepatitis kronis, sirosis, atau kanker hati.

2. Hepatitis B (Hepatitis Serum)
- Penyebab : Virus Hepatitis B (HBV).
- Cara penularan : - Parenteral atau lewat koncak dengan karier atau penderita infeksi akut, koncak seksual, & oral-
oral.
- Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
- Inkubasi : 28-160 hari. Rata-rata 70-80 hari.
- Imunitas : Homologus.
- Tanda & gejala : Dapat terjadi tanpa gejala, dapat timbul antralgia ruam.
- Hasil akhir : Dapat berat. Status karier mungkin terjadi. Meningkatnya resiko hepatitis kronis, sirosis, &
kanker hati.


3. Hepatitis C (Hepatitis non- A, non-Ba)
- Penyebab : Virus hepatitis C (HCV).
- Cara penularan : Transfusi darah & produk darah, terkena darah yang terkontaminasi lewat peralatan atau
parafenalia obat.
- Inkubasi : 15-160 hari (rata-rata 50 hari).
- Imunitas : Serangan kedua dapat homologus menunjukkan imunitas yang rendah atau infeksi oleh agens
lain.
- Tanda & gejala : Serupa dengan HBV : tidak begitu berat & anikterik.
- Hasil akhir : Sering terjadi status karier yang kronis & penyakit hati yang kronis. Meningkatnya risiko
kanker hati.

4. Hepatitis D
- Penyebab : Virus hepatitis D.
- Cara penularan : Sama seperti HBV, antigen permulaan HBV diperlukan untuk replikasi ; pola
penularan serupa dengan pola penularan HBV.
- Inkubasi : 21-140 hari. Rata-rata 35 hari.
- Imunitas : Homologus.
- Tanda & gejala : Serupa dengan HBV.
- Hasil akhir : Serupa dengan HBV, tetapi kemungkinan status karier, hepatitis aktif yang kronis
& sirosis lebih besar.

5. Hepatitis E
- Penyebab : virus hepatitis E (HEV).
- Cara penularan : Jalur fekal-oral : kontak antar manusia dimungkinkan meskipun risikonya rendah.
- Inkubasi : 15-65 hari. Rata-rata 42 hari.
- Imunitas : Tidak diketahui.
- Tanda & gejala : Serupa dengan HAV, kecuali sangat berat pada wanita hamil.
- Hasil akhir : Serupa dengan HAV, kecuali sangat berat pada wanita hamil.

D. PATOFISIOLOGI

Skemanya :
Infeksi virus & reaksi toksik

Inflamasi pada hepar (Lobule)

Pola hepar terganggu

Nekrosis & kerusakan sel hepar

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus &
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan & bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobule & unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis & kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon system
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar pasien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

E. MANIFESTASI KLINIS
Terjadi gejala prodromal infeksi viral sistemik seperti anoreksia, nausea, vomiting,
fatigue, malaise, artralgia, mialgia, nyeri kepala, fotopobia, faringitis, batuk dan koriza dapat
mendahului timbulnya ikterus selama 1-2 minggu. Apabila hepar sudah membesar pasien dapat
mengeluh nyeri perut kanan atas.
Demam, dengan suhu sekitar 38-39 C lebih sering ditemukan pada hepatitis A. Urine
berwarna gelap (seperti air teh) dan feses berwarna tanah (clay-colored). Dengan timbulnya
gejala kuning/ikterus maka biasanya gejala prodromal menghilang. Hepatomegali dapat disertai
nyeri tekan. Splenomegali dapat ditemukan pada 10-20% pasien.

F. KOMPLIKASI
Dapat terjadi komplikasi ringan, misalnya kolestasis berkepanjangan, relapsing hepatitis,
atau hepatitis kronis persisten dengan gejala asimtomatik dan AST fluktuatif.
Komplikasi berat dapat terjadi adalah hepatitis kronis aktif, sirosis hati, hepatitis
fulminan, atau karsinoma hepatoseluler. Selain itu, dapat pula terjadi anemia aplastik,
glomerulonefritis.

G. PROGNOSIS
Hepatitis A biasanya mempunyai prognosis baik kecuali yang fulminan, sedangkan
hepatitis B prognosisnya semakin buruk bila infeksi terjadi semakin dini.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terdapat 2 pemeriksaan penting untuk mendiagnosis hepatitis, yaitu tes awal untuk
mengkonfirmasi adanya peradangan akut pada hati dan tes yang bertujuan untuk mengetahui
etiologi dari peradangan akut tersebut.
Pemeriksaan tes fungsi hati, khususnya Alanin Amino Transferase (ALT = SGPT),
Aspartat Amino Transferase (AST = SGOT). Bila perlu ditambah dengan pemeriksaan billirubin.
Kadar transaminase (SGOT/SGPT) mencapai puncak pada saat timbulnya ikterus.
Peningkatan kadar SGOT & SGPT yang menunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati adalah 50-
2.000 IU/mL. Terjadi peningkatan billirubin total serum (berkisar antara 5-20 mg/dL).

I. PENGOBATAN
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan
yang dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu
diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu
dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B atau C kronis simtomatik adalah terapi antivirus
dengan interferon - . Terapi antivirus untuk hepatitis D kronis membutuhkan pasien uji
eksperimental.

J. PENCEGAHAN
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi karena keterbatasan
pengobatan hepatitis virus. Vaksin diberikan dengan rekomendasi untuk jadwal pemberian 2
dosis bagi orang dewasa berumur 18 tahun & yang lebih tua. Dan dosis ke-2 diberikan 6 hingga
12 bulan setelah dosis pertama. Cara pemberian adalah suntikan intramuskular dalam otot
deltoideus.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.

2. Sirkulasi
Tanda : Bradikardia (hiperbillirubinemia berat), ikterik pada sklera, kulit & membran mukosa.

3. Eliminasi
Gejala : Urine gelap, diare/konstipasi, feses warna tanah liat, adanya/berulangnya hemodialisa.

4. Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema), mual/muntah.
Tanda : Asites.

5. Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

6. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal
(pruitus).
Tanda : Otot tegang, gelisah.

7. Pernafasan
Gejala : Tidak minat/enggan merokok (perokok).

8. Keamanan
Gejala : Adanya transfusi darah/produk darah.
Tanda : Demam, urtikaria, lesi makulopapular, eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma
jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik),
splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.

9. Seksualitas
Gejala : Pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpajan.

10. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Terpajan virus, bakteri atau toksin, pembawa (simtomatik atau asimtomatik), adanya prosedur
bedah dengan anestesia haloten, terpajan pada kimia toksik, perjalanan/imigran, obat jalanan atau
penggunaan alkohol, diabetes, penyakit ginjal, adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes fungsi hati.
2. AST (SGOT)/ALT (SGPT).
3. Darah lengkap.
4. Leukopenia.
5. Diferensial darah lengkap.
6. Alkali fosfatase.
7. Feses.
8. Albumin serum.
9. Gula darah.
10. Anti HAV IgM.
11. Hbs Ag.
12. Billirubin serum.
13. Tes ekskresi BSP.
14. Biopsi hati.
15. Scan hati.
16. Urinalisa.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan kekuatan/ketahanan;
nyeri.
Tujuan : Pasien mampu beraktivitas kembali.
Kriteria Hasil :- Menyatakan pemahaman situasi/faktor risiko & program pengobatan individu.
- Menunjukkan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

Intervensi:
- Tingkatkan tirah baring/duduk, berikan lingkungan tenang.
Rasional : Meningkatkan istirahat & ketenangan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah
sirkulasi optimal ke sel hati.
- Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernapasan & meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan risiko kerusakan jaringan.
- Lakukan tugas dengan cepat & sesuai toleransi.
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
- Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi. Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang mengganggu periode istirahat.
- Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional : Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti
program terapi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi &
metabolisme pencernaan makanan ; penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tahanan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : - Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan
yang sesuai.
- Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai Lab. normal & bebas tanda
malnutrisi.
Intervensi:
- Awasi pemasukan diet. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makanan
pagi.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama
siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
- Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
- Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
- Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien
dengan masukan lemak & protein sesuai toleransi.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi
& pengeluaran empedu & perlunya pembatasan lemak bila terjadi diare.
- Awasi glukosa darah.
Rasional : Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan diet/pemberian insulin.
- Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta.
Noer, Sjaifoellah, dkk. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Posted by Heri Saputra at 1:16 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
http://kumpulan-segalailmu.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-hepatitis.html


Askep Hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting
tidak hanya di Amerika Serikat tapi seluruh dunia. The centers for Disease Control and
Prevention (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 3000.000 infeksi virus hepatitis B.
Walaupun mortalitas penyakit hepatitis rendah, faktor morbiditas yang luas dan ekonomi yang
kurang memiliki kaitan dengan penyakit ini. Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang
penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan berbagai macam penyakit
khususnya hepatitis. Hepatitis adalah suatu penyakit yang dapat menimbulkan peradangan hati.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alcohol, dan dijumpai pada
kanker hati. Gejala dan tanda masing-masing jenis hepatitis serupa namun cara penularan dan
hasil akhirnya mungkin berbeda.

I.2 Tujuan
Maksud dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang
penyakit hepatitis dan mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit tersebut. Makalah
tersebut juga dijadikan sebagai refrensi dalam proses perkuliahan.




BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001).
Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut
dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I).
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang
berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).


2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr, atau 2,5 % berat
badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak oleh struktur
sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma
dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan,
lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan
dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis kanan yang tidak terlihat
di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang
dapat dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan
abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada
permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang
merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat
jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsul glisson, yang meliputi seluruh permukaan
organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di permukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam
massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran
empedu.
Struktur mikroskopik :
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang
merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ (gambar). Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk kubus, tersusun radial
mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan
sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperti kapiler lain,
sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer. Sel kuffer merupakan sistem monosit-
makrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati merupakan salah satu
organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang
vena porta dan arteria hepatica yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran
empedu yang sangat kecil yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengah-tengah
lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit dieksresi ke dalam kanalikuli yang
bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama makin besar, hingga menjadi saluran
empedu yang besar (duktus koledokus).
Vena porta menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah vena porta ini
berbeda dengan darah vena lain karena :
- Tekanan sedikit lebih tinggi.
- Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif lebih banyak.
- Mengandung lebih banyak zat makanan.
- Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.
Volume total darah yang melalui hati 100 1500 ml tiap menit dan dialirkan melalui
vena hepatica kanan dan kiri yang mengosongkannya ke vena kava inverior.

b. Fungsi Hati
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki urutan
pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati sangat penting untuk
mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh; pada tabel di
bawah ini dapat dlihat beberapa fungsi utama hati :

Fungsi Hati
1. Pembentukan dan ekskresi empedu.
2. Metabolisme pigmen empedu.
3. Metabolisme protein.
4. Metabolisme lemak.
5. Penyimpanan vitamin dan mineral.
6. Metabolisme steroid.
7. Detoksifikasi.
8. Ruang pengapung dan fungsi penyaring.
9. Pembentukan urea.
10. Penyimpanan protein


Dari berbagai fungsi tersebut diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fungsi
dasar hati adalah :
1.) Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.
2.) Fungsi metabolik
3.) Fungsi pertahanan tubuh
4.) Fungsi vaskular hati

Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan empedu
menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati
mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empedu adalah air (97%),
elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu (terutama bilirubin
terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus.
Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami
sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen
empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif,
ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin cenderung
mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.

Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena porta setelah
diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan di simpan
dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah
(glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam
jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen,
disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan subcutan. Hati juga
mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali
globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.

Fungsi Pertahanan Tubuh
Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi detoksifikasi
oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat yang
memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.
Fungsi perlindungan dimana yang berperanan penting adalah sel kuffer yang berfungsi sebagai
sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis dan juga menghasilkan immunolobulin.

Fungsi Vaskuler Hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati,
seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk selanjutnya
masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria hepatika mengalir masuk kira-kira 350
cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa
jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit.


3. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional darah dari hepar
disebut lobule karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi
pada hepar. Pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-
sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya sebagian besar oleh pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal

4. Etiologi
a. Virus.
b. Bakteri (salmonella typhi).
c. Obat-obatan.
d. Racun (hepatotoxic).
e. Alcohol.

5. Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid) dan
DNA (Deoksi Nucleic Acid).
HepatitisA/Hepatitis infeksius
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang
dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning
dan hilangnya nafsu makan. Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontaminasi oral fekal
akibat higyne yang buruk atau makanan yang tercemar.Gejala hilang sama sekali setelah 6-12
minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda
dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi
30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya
makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang.
Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan
pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu
narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis
A.

HepatitisB/hepatitis serum
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel dane. Virus ini
memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang telah diketahui secara rinci dapat
diidentifikasikan dari sampel darah hasil pemeriksaan lab.hepatitis B memiliki masa tunas yang
lama, antara 1 7 bulan dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang
terjangkit hepatitis B akan mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami peradangan hati
selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum
suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang
aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular
hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.

Hepatitis c
Hepatitis c diidentifikasi pada tahun 1989.cara penularan virus RNA tersebut sama dengan
hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi darah dikalangan penduduk amerika serikat
sebelum ada penapisan. Virus ini dapat dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang
sekali pasangan seksual cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini. Masa
tunas hepatitis C berkisar dari 15 sampai 150 hari, dengan rata-rata 50 hari. Karena gejalanya
cenderung lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin tidak menyadari mereka mengidap
infeksi serius sehingga tidak datang ke pelayanan kesehatan. Antibody terhadap virus hepatitis C
dan virus itu sendiri dapat di deteksi dalam darah, sehingga penapisan donor darah efektif.
Adanya antibody terhadap virus hepatitis C tidak berarti stadium kronis tidak terjadi.
saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.
Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk
replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum
suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala
yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindari virus hepatitis B.
Hepatitis E
virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air yang tercemar.
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit
yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya
trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.


Tabel Virus Hepatitis Yang Dikenali Saat Ini

Jenis penularan Prognosis Diagnosis
Hepatitis
A
Oral atau fekal Biasanya sembuh
sendiri
Antibody hepatitis
A ; IgM(stadium
dini),IgG(stadium
lanjut)
Hepatitis
B
Ditularkan
melalui
darah,khususnya
dari ibu ke anak.
Juga ditularkan
melalui hubungan
seksual
Biasanya sembuh
sendiri.10%
diantaranya dapat
menjadi hepatitis
B kronis atau
fulminan.
Antigen permukaan
hepatitis B (HbsAg)
dan antigen
inti(HbeAg) yang
diikuti dengan
antibody terhadap
antigen permukaan
hepatits B dan
antigen inti.
Heparitis
C
Ditularkan
melalui darah (
angkat penularan
melalui hubungan
kelamin rendah).
50% dapat
menjadi infeksi
kronis
Antibody hepatitis
C
Hepatitis
D
Ditularkan
melalui darah.ko-
infeksi hanya
dengan hepatitis
B
Meningkatkan
kemungkinan
perburukan
hepatitis B
Antigen hepatitis
D, antibody
hepatitis D.
Hepatitis
E
Air tercemar, oral
atau fekal
Biasanya sembuh
sendiri, tetapi
menimbulkan
angka kematian
tinggi pada
wanita hamil
Pengukuran virus
hepatitis E


6. Manifestasi Klinik
Terdapat tiga stadium :
a. Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah,
demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih coklat.

b. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah,
anoreksia dan muntah, tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan
nyeri tekan.

c. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih
cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua. Karena penyebab yang biasa
berbeda.

7. Penularan


HVA HVB HVC HVD HVE
Penularan Fekal oral

Parenteral
Darah
Saliva
Seksual
Darah
Saliva
Darah Fekal oral

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I)
Resiko penularan untuk HVA yaitu : sanitasi buruk, institusi yang ramai seperti rumah
perawatan, rumah sakit jiwa, jasa boga, terinfeksi. Sedangkan resiko penularan HVB aktivitas
homoseksual, memiliki banyak pasangan seksual, memakai obat-obatan melalui suntikan
intravena, hemodialisis kronik, pekerja sosial di bidang kesehatan, transfusi darah (sekarang
sudah jarang karena ada pemeriksaan rutin).

8. Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada
pencegahan diataranya sebagai berikut :
a. Kini tersedia globulin imun HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan dan
pengobatan HBV, utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi misalnya pada
hemodialisis, transfusi tukar dan terapi parenteral perlu sangat hati-hati dalam menangani
peralatan parenteral tersebut.
b. Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis akut.
c. Pelihara personal hygiene dan lingkungan.
d. Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.
e. Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan.

9. Penatalaksanaan
a. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim.
b. Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus-
menerus muntah.
c. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali
normal.
d. Terapi sesuai instruksi dokter.
e. Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
f. Alat-alat makan disterilkan.
g. Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antiseptik.

10. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang
memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronis persisten.
Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang
dapat dihubungkan dengan alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis virus
akut sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (picce meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis
yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.

11. Pemeriksaan Diagnostik
a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada kerusakan sel hati
dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
b. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi.
c. Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
d. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler
e. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintetis protrombin akibat kerusakan sel hati.
g. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktus biliaris.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses perawatan adalah suatu metode yang sistematik dan terorganisir dalam pemberian
askep yang difokuskan pada reaksi/respon manusia unik pada suatu kelompok/perorangan
terhadap gangguan kesehatan yang dialami baik aktual maupun resiko.
1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisir
yang meliputi tiga aktivitas dasar : mengumpulkan data, menyortir dan mengatur data yang
dikumpulkan, mendokumentasikan data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam
format yang dapat dibuka kembali. Dengan menggunakan beberapa teknik, anda berfokus pada
pendapatan profil pasien yang akan memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pasien dan diagnosa yang cocok, merencanakan masalah, mengimplementasikan intervensi dan
mengevaluasi hasil. Profil ini disebut data-data pasien.
Data dasar pasien memberikan suatu pengertian tentang status kesehatan pasien yang
menyeluruh. Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
Data dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b. Sirkulasi
Tanda : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sklera, kulit dan membran
mukosa.
c. Eliminasi
Gejala : Urine gelap, diare/konstipasi : faeces warna tanah liat,adanya/ berulangnya
hemodialisa.
d. Makanan dan cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat
(oedema), mual/muntah.
e. Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, artalgia, mialgia, sakit
kepala (pruritus).
Tanda : Otot tegang, gelisah.
g. Pernafasan
Tanda : Tidak minat/enggan merokok (perokok).
h. Keamanan
Gejala : Adanya transfusi darah/produk darah.
Tanda : Demam
Urtikaria, lesi makula papular, eritema tak beraturan eksaserbasi jerawat.
Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis
alkoholik).
i. Seksualitas
Gejala : Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpanjang (contoh : homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).

2. Identifikasi/Analisa masalah (Diagnosa Keperawatan)
Tahap kedua dari proses keperawatan sering disebut juga sebagai analisis, dan juga identifikasi
masalah atau diagnosa keperawatan. Proses ini amat penting dan esensial karena proses ini
merupakan satu bagian yang paling vital dalam proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan :
a. Intolerans aktivitas berhubungan dengan :
Kelemahan umum : penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
Mengalami keterbatasan aktivitas : depresi.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mua/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
c. Kekurangan volume cairan dan diare, perpindahan area ke tiga (acites), gangguan proses
pembekuan
d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
Gejala : Jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
e. Potensial terjadi penularan pada orang lain serta staf medis berhubungan dengan : kontak
dengan pasien serta pengelolaan alat-alat.
f. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam
empedu dalam jaringan.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Diagnosa keperawatan :
a. Aktivitas intoleran berhubungan dengan :
- Kelemahan umum, penurunan kekuatan otot/ketahanan : nyeri.
- Mengalami keterbatasan aktivitas.
Data subyektif : Laporan kelemahan.
Data objektif : Tampak lemah, kekuatan otot menurun, istirahat di tempat tidur.
* Tujuan
- Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
* Kriteria
- Menunjukkan teknik/perilaku kemampuan kembali melakukan aktivitas.
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
* Tindakan keperawatan
1.) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.
Rasional :
Meningkatkan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
2.) Ubah posisi dengan sering, perawatan kulit yang baik.
Rasional :
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3.) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional :
Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
4.) Tingkatkan aktivitas sesuai intoleransi, bantu melakukan rentang gerak sedikit pasif/aktif.
Rasional :
Tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan
aktivitas.
5.) Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, membaca, mendengarkan radio.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan koping.
6.) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional :
Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti
program terapi.
Kolaborasi :
Membantu menentukan kadar aktivitas yang tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial
resiko berulang.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual.
Data subjektif : Kurang nafsu makan, nyeri abdomen/kram.
Data obyektif : Porsi makan tidak dihabiskan, berat badan menurun, muntah.
* Tujuan
- Menunjukkan berat badan yang meningkat atau kembali normal.
- Diet yang dianjurkan dapat ditoleransi tanpa rasa tak nyaman.
* Kriteria
- Berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda
malnutrisi.

* Tindakan keperawatan
1.) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit tapi sering dalam frekuensi
sering dan tawarkan makanan pagi paling besar.
Rasional :
Makanan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang
hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
2.) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional :
Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan.
3.) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional :
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4.) Dorongan pemasukan sari jeruk, minuman karbohidrat dan permen berat sepanjang hari.
Rasional :
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna, toleran bila makanan lain
tidak.
5.) Berikan obat sesuai indikasi : Vit. B Comp, tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional :
Memperoleh kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
Kolaborasi :
6.) Konsul pada ahli diet. Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien
dengan pemasukan lemak dan protein sesuai toleransi.

Rasional :
Berguna dalam membuat program diet memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak
bervariasi tergantung pada produksi pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan masukan
lemak bila terjadi diare. Bila toleransi pemasukan normal atau lebih protein akan membantu
regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat karena akumulasi produk
akhir protein dapat mencetuskan hepati ensefalopati.
7.) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional :
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala
memanjang.
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah
dan diare, ditandai dengan :
Data subyektif : -
Data obyektif : Muntah dan diare.
* Tujuan
Mempertahankan hidrasi adekuat.
* Kriteria
- Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
* Tindaka keperawatan
1.) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan melalui
usus, contoh muntah dan diare.
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek terapi.
2.) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional :
Indikator volume sirkulasi/perifer.
3.) Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
Rasional :
Menerangkan kemungkingan perdarahan ke dalam jaringan.
4.) Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Rasional :
Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
5.) Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan.
Rasional :
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang dapat
menimbulkan pembentukan oedema.
6.) Berikan cairan IV, elektrolit.
Rasional :
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
7.) Protein hidrolisat : vitamin K
Rasional :
Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan cairan dari jaringan
ke sistem sirkulasi, mencegah masalah koagulasi.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/ isolasi, sakit
lama/periode penyembuhan.
Data subyektif : Perasaan tak berdaya.
Data obyektif : Perawatan isolasi, icterus pada mata dan seluruh tubuh.


* Tujuan
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi negatif.
* Kriteria
- Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi.
- Mengakui diri sebagai orang tua yang berguna.
* Tindakan keperawatan
1.) Kontak dengna pasien mengenai waktu untuk mendengar.
Rasional :
Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
2.) Dorong diskusi perasaan marah.
Rasional :
Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih
mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan depresi memudahkan perilaku koping
positif.
3.) Hindari membuat penilaian neoral tentang pola hidup.
Rasional :
Pasien merasa marah/kesal dan mengalahkan diri : penilaian dari orang lain akan merusak harga
diri lebih lanjut.
4.) Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional :
Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres keluarga/ situasi dan memerlukan
perencanaan, dukungan dan evaluasi.
5.) Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.
Rasional :
Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada
keluarga/penyembuhan lama.
6.) Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
Rasional :
Memampukan pasien untuk menggungkan waktu dan energi pada cara konstruktif yang
meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.
7.) Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau.
Kolaborasi
8.) Buat rujukan yang tepat untuk membantu, sesuai kebutuhan, contoh perencanaan pulang,
pelayanan masyarakat dan atau lembaga komunitas lain.
Rasional :
Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu melibatkan individu untuk mengatasi
masalah.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahankan tubuh sekunder tak adekuat dan
malnutrisi.
Data subyektif : -
Data obyektif : - Klien dirawat di ruangan isolasi
- Faeces warna dempul.
- Urine warna pekat.
* Tujuan
Mencegah penularan kepada orang lain.
* Kriteria
Mendemonstrasikan/melakukan teknik-teknik/cara penularan penyakit. Perubahan-perubahan
teknik ulang perilaku atau mencegah penularan penyakit terhadap orang lain.
* Tindakan keperawatan
1.) Terapkan teknik isolasi dengan cara yang tepat
- Gunakan celemek dan sarung tangan bila mengadakan kontak dengan klien (berhati-hati
terhadap kontaminasi dengan alat-alat suntik klien seperti darah dan sekretnya).
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional :
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan yang efektif dalam
mencegah transmisi virus tipe C di transmisikan melalui terpajan pada darah dan produk darah.
2.) Jelaskan prosedur isolasi kepada klien dan keluarga.
Rasional :
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
3.) Membahas pentingnya imunisasi kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia,
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Data subyektif : Pengungkapan rasa gatal.
Data obyektif : Bilirubin meningkat.
* Tujuan
Klien akan mengungkapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit.
* Kriteria
- Jaringan kulit utuh tanpa lecet/luka.
- Gatal-gatal berkurang/hilang.
* Tindakan keperawatan
1.) Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun mandi alkali.
Rasional :
2.) Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk rasa gatal, pertahankan kuku
pendek.

Rasional :
Menurunkan resiko cedera kulit.
3.) Beri massage pada waktu tidur.
Rasional :
Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
4.) Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional :
Menimbulkan stres psikologik sehubungan dengan perubahan kulit.
Kolaborasi
5.) Berikan obat sesuai indikasi ; antihistamin contoh : metdilazin, difenhidramin.
Rasional :
Menghilangkan gatal, catatan : gunakan terus-menerus pada hepatik hebat.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan :
Data subyektif : Pernyataan yang salah konsepsi.
Data obyektif : Pernyataaan/meminta informasi.
* Tujuan
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
* Kriteria
- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan dan gejala dengan faktor
penyebab.
- Melakukan perubahan perilaku dan berpatisipasi pada pengobatan.


* Tindakan keperawatan
1.) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan
pengobatan.
Rasional :
Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan memberikan kesempatan untuk
memberikan informasi tambahan yang sesuai keperluan.
2.) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit.
Rasional :
Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis dan situasi individu.
3.) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional :
Aktivitas yang dapat dinikmati akan dapat membantu menghindari pemusatan pada
penyembuhan panjang.
4.) Diskusikan pembatasan donatur darah.
Mencegah penyebaran penyakit. Kebanyakan undang-undang negara bagian menerima donor
darah yang mempunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.
5.) Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
Rasional :
Proses penyakit dapat memakai waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejala ada lebih
lama dari enam bulan. Biopsi hati diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronis.
6.) Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 12 bulan minuman atau lebih lama sesuai
toleransi individu.

Rasional :
Meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.

4. Implementasi
Merupakan tahan keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat
siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam
pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi

5. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai,
sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui
kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan
perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui Dalam evaluasi dapat dikemukakan
4 kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :
a. Masalah klien dapat dipecahkan .
b. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.
c. Masalah klien tidak dapat dipecahkan.
d. Dapat muncul masalah baru.

o
http://nurlaelah-elha.blogspot.com/


http://nurlaelah-elha.blogspot.com
ASKEP HEPATITIS

HEPATITIS

A. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler
yang khas (Smeltzer, 2001)

B. ETIOLOGI
1. Virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode
transmisi
Fekal-oral
melalui
orang lain
Parenteral
seksual,
perinatal
Parenteral
jarang seksual,
orang ke
orang,
perinatal
Parenteral
perinatal,
memerlukan
koinfeksi dengan
type B

Fekal-oral
Keparah-an Tak ikterik
dan
asimto-
matik
Parah Menyebar
luas, dapat
berkem-bang
sampai kronis
Peningkatan
insiden kronis dan
gagal hepar akut

Sama
dengan D
Sumber
virus
Darah,
feces,
saliva
Darah, saliva,
semen, sekresi
vagina
Terutama
melalui darah
Melalui darah Darah,
feces,
saliva

2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

C. TANDA DAN GEJALA
1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu
makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari,
suhu badan meningkat sekitar 39
o
C berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan
gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan
baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan
lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya
nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

D. PATOFOSIOLOGI
Patways terlampir.
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut
lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi
pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel
hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar
normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan
atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati
dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.
Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada
ikterus.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati



F. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta
metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang
meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.





























PATHWAYS












ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise

2. Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )

7. Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus

G. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu
makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis
intensitas dan lokasinya)
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk
mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi



c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk
penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan,
aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis


5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap
akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban
rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk
tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan
ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen

b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran
sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan
tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali
atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk
membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi
penyakit
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan
petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain
terinfeksi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC,
Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo,
Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.

ASKEP HEPATITIS
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep dasar medis
1. Anatomi dan fisiologi
a. Hati
Hati terletak di belakang tulang-tulang iga ( Kosta ) dalam rongga abdomen daerah atas. Hati memiliki
berat sekitar 1.500 gr di bagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis
jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit
yang lebih kecil disebut lobus. ( Smeltzer & Bare, 2001, ed 8 vol 2, hal. 1150 ).
b. Fungsi hati
Hati adalah pabrik kimia terbesar dalam tubuh. Hati memiliki suplai darah yang besar ( 1-1 Liter per
menit ) yang di terima melalui :
1) Vena porta, yang membawa produk pencernaan dari saluran cerna.
2) Arteri hepatica, yang membawa O2 yang dibutuhkan oleh hati
Fungsi hati meliputi :
- Mengubah zat makanan yang diasorbsi dari usus halus dan yang disimpan di suatu tempat dalam
tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
- Mengubah zat buangan dalam bahan beracun untuk disekresikan dalam empedu dan urine
- Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen
- Sekresi empedu
- Pembentukan ureum
- Menyimpan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
c. Fungsi metabolik hati
1). Metabolisme Glukosa
Glukosa yang diambil dari vena portal disimpan dan diubah dalam hepatosit sebagai cadangan energi.
Pada saat diperlukan glukogen diubah menjadi glukosa dan dilepaskan kedalam aliran darah untuk
mempertahankan kadar glukosa normal.
2). Konversi Amonia
Amonia merupakan hasil samping dari proses glukoneogenesis dengan penggunaan asam amino.
3). Metabolisme Lemak
Asam lemak dapat dipecah oleh hati untuk memproduksi energi dan badan keton yang dapat masuk
aliran darah dan menjadi sumber energi bagi otot dan jaringan tubuh. Pemecah asam lemak terjadi pada
kondisi seperti kelaparan dan diabetes tidak terkontrol.
4). Metabolisme Protein
Hati mensintesis hampir seluruh plasma protein. Vitamin K diperlukan hati untuk mensintesis protombin
dan sebagian faktor pembekuan lain.
5). Menyimpan Vitamin dan zat besi
Vitamin A, D dan beberapa vitamin b kompleks serta besi dan tembaga disimpan didalam hati.
6). Pembentukan empedu
Secara kontinyu hepatosit membentuk empedu dan dikumpulkan dalam kanalikulus serta saluran
empedu. Empedu dikumpulkan dan disimpan dalam kandungan empedu untuk kemudian dialirkan
kedalam intestinum bila diperlukan bagi pencernaan.
7). Ekskresi bilirubin
Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah, melalui reaksi kimia mengubahnya menjadi asam
glukoronat lewat konjugasi sehingga lebih dapat larut dalam larutan encer.
8). Metabolisme obat dalam hati meliputi proses konjugasi akibat tersebut dengan sejumlah senyawa
seperti asam glukoronat untuk membentuk substansi yang lebih larut sehimgga dapat diekskresikan
kedalam feses atau urine seperti ekskresi bilirubin
(Smeltzer dan Bare (2001), edisi 8 vol 2, hal.1152 )

2. Pengertian
a) Hepatitis adalah inflamai hati yang dapat terjadi karena invasi bakteri,
cedera oleh agen fisik atau kimia (non-verbal) atau infeksi virus (Hepatitis
A,B,C,D,E.). (Doenges, 1999, hal 534).
b) Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver Penyebabnya dapat berbagai
macam, mulai dari virus sampai dengan obat- obatan termasuk obat tradisional (www.chom.is-try.org/-
41k).

3. Etiologi
a. Bakteri serta virus hepatitis
b. Toksin/racun
c. Obat-obatan
d. Malnutrisi
e. Alkohol

4. Patofisiologi
Disfungsi hati terjadi akibat kerusakan pada sel-sel parenkim hati. Proses perjalanan penyakit yang
berkembang menjadi disfungsi hepatoseluler seperti bakteri serta virus, obat-obatan dan defisiensi
nutrisi.
Sel hati bereaksi terhadap unsur-unsur yang paling toksik melalui glikogen lipid sehingga terjadi infiltrasi
lemak. Metabolisme abnormal menyebabkan penurunan konsentrasi albumin serum dan edema.
Hepatitis B terutama ditularkan melalui darah (Jalur perkutan dan permuosa). Virus tersebut pernah
ditemukan dalam darah, saliva, secret vagina, dan dapat ditularkan melalui membrane mukosa serta
luka pada kulit.
Hepatitis memiliki massa inkubasi yang panjang (1 sampai 6 bulan).Virus hepatitis mengadakan replikasi
dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relative lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut. Gejala dan tanda hepatitis B dapat samaran dan bervariasi. Klien dengan
hepatitis B dapat mengalami atralgia dan ruam, penurunan selera, makan, dyspepsia, nyeri abdomen,
pegal-pegal menyeluruh, tidak ene badan dan lemah.gejala ikterus dapat terlihat atau kadang-kadang
tidak nampak.
PATOFLODIAGRAM




5. Manifestasi klinis
a. Penurunan selera makan, anoreksia
b. Dyspepsia, nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada hepar
c. Pegal-pegal yang menyeluruh, tidak enak badan dan lemah
d. Ikterus, tinja berwarna cerah dan urine berwarna gelap
e. Hati dan limfa membesar
( Smeltzer & Bare (2001), ed 8 vol 2, hal 1174 ).

6. Pemeriksaan diagnostic
a. Tes fungsi hati : Abnormal (4 10 kali)
b. SGOT/SGPT : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1 2 minggu
sebelum ikterik, kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap : SDM menurun berhubungan dengan penurunan hidup
SDM/mengakibatkan perdarahan
d. Leucopenia : Trombositopenia mungkin ada
e. Feses : Warna tanah liat.
f. Albumin serum : Menurun
g. Gula darah : Hiperglikemia transient/hipoglikemi.
h. HBsAg : Dapat positif (tipe B)/negatif (tife A)
i. Masa protrombin : Mungkin memanjang
j. Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin
( Doenges, 1999. hal 535 ).

7. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Nutrisi yang adekuat, diare rendah protein
c. Masa pemulihan, pengembalian aktivitas fisik
d. Tidak mengkonsumsi alcohol
e. Melindungi individu yang berisiko tinggi

8. Komplikasi
a. Nekrosis sel hati
Nekrosis diikuti oleh regenerasi dari jaringan hepar, tetapi tidak dalam cara yang normal. Jaringan
fibrosa yang terbentuk merusak bentuk normal lobule hepar. Perubahan fibrosa yang terbentuk
merusak bentuk normal lobule hepar.
b. Kegagalan hati Fulminan
Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati hepatic yang terjadi dalam waktu beberapa minggu
sesudah dimulainya penyakit pada pasien yang tidak terbukti menunjukan riwayat disfungsi hati.
Hepatitis virus merupakan penyebab gagal hati fulminan yang paling sering ditemukan. Penyebab
lainnya mencakup obat-obatan toksik dan zat-zat kimia, gangguan metabolic dan perubahan struktur
hati.


B. Konsep dasar keperawatan
Ilmu keperawatan didasarkan pada teori yang sangat luas. Proses keperawtan adalah metode dimana
suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan
problem-solving yang memerlukan ilmu, tekhnik, dan keterampilan intrapersonal dan ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data sebagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan
klien ( Nursalam, 2001, hal. 1 ). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan Asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Setelah dilakukan pengkajian data kemudian
dikumpulkan dan terdiri dari 2 tipe data yaitu :
a. Data subjektif, data yang didapat dari klien sendiri sebagai salah satu pendapat terhadap situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui interaksi atau komunikasi.(Nursalam dikutip
dari et-al,1996,2001,hal.19).
b. Data objektif, data yang dapat diobservasi dan diukur
( Nursalam dikutip dari Iyer et. al, 1996, 2001, hal. 19).
Untuk kasus hepatitis pada klien pengkajian yang dilakukan menurut Doenges (1999), hal 533
a. Makan/cairan
Gejala :hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema) mual/muntah.
Tanda : Asites
b. Sirkulasi
Tanda : bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sclera
c. Eliminasi
Gejala urine gelap, diare/konstipasi.
d. Neurosensori
Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artrolgia, sakit kepala, gatal.
Tanda : otot tegang, gelisah
f. Pernafasan
Gejala : tidak minat/enggan merokon (perokok)
g. Keamanan
Gejala : adanya transusi darah/produk darah
Tanda : demam, urtikasia, lesi makulopopuler, splenomegali.
h. Seksualitas
Gejala : pola hidup/perilaku meniingkat resiko terpajan

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasikan, memfokuskan dan mangatasi kebutuhan
spesifik klien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. ( Doenges, 1999, hal. 8 ).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dan individu atau
kelompok perawat secara pasti untuk menjaga, membatasi, mencegah dan mengubah status kesehatan.
(Nursalam, 2001. hal. 35 ).
Ada dua contoh Hirarki yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah, yaitu :
a. Hirarki maslow.
Maslow (1976) menjelaskan kebutuhan dasar manusia di bagi lima, yaitu: fisiologi, rasa aman dan
nyaman, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologi biasanya sebagai
prioritas utama bagi dan dari kebutuhan lainnya. (Sumber ; Nursalam, 2001, hal.52).
Gambar skema hirarki kebutuhan
manusia menurut maslow.

Keterangan :
1) Kebutuhan fisiologis.
Contoh : udara, air, makanan, elektrolit.
2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Contoh : terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hukum.
3) Kebutuhan rasa memiliki dan afeksi.
Contoh : mendambakan kasih sayang, ingin mencintai dan dicintai, diterima oleh kelompok.
4) Kebutuhan harga diri dan hormat diri.
Contoh : dihargai dan menghargai, respon dari orang lain, toleransi dalam hidup berdampingan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri.
Contoh : pemenuhan diri, hasrat untuk mengetahui dan memahami kebutuhan estetik, ingin di akui,
berhasil dan menonjol dari orang lain.
(Sumber : Smeltzer dan Bare (2001), edisi 8 vol 2, hal.14).
b. Hirarki Kalish.
Kalish 91983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan Maslow dengan berbagai kebutuhan fisiologis menjadi
kebutuhan untuk bertahan hidup, yaitu udara, air, temperature, eliminasi, istirahat dan menghindari
nyeri.
(Nursalam 2001 h-53) Dikutip dari Iyer et.al 1996.
Adapun diangnosa yang muncul pada klien dengan hepatitis adalah:
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan gangguan rasa nyaman (Doenges,
1999)
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah
(Doenges,1999).
c. Resiko tinggi transmisi infeksi berhubungan dengan sifat dapat menular agen virus (Capernito,1999)
d. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit berhubungan dengan kurang inormasi.
(Doenges,1999).

3. Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain masalah untuk mencegah. Mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai
setelah menentukan diagnosa keperawatan dan mengumpulkan rencana dokumentasi. (Nursalam
dikutip dari Iyer, Tap tich dan Bernocchi-Losey, 1996).
Langkah-langkah perencanaan untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa
komponen yang perlu di perhatikan, yaitu :
a. Menentukan prioritas
b. Menentukan criteria hasil
c. Menentukan rencana tindakan
d. Dokumentasi
(Sumber : Nursalam, 2001, hal.52).
Adapun perencanaan dari tiap-tiap diagnosa yang sudah ditetapkan adalah ;
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan gangguan rasa nyaman
Tujuan :
Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas
Kriteria :
- Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan klien
- Menunjukan teknik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas
Intervensi :
1. Tingkatkan tirah baring/duduk
Rasional: meningkakan istirahat dan ketenangan
2. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan
3. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendi pasif/aktif
Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
4. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
Rasional : menunjukan kurangnya resolusi/ekaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, menganti
program terapi (Doenges,1999,hal.534)

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah.
Tujuan :
Perbaikan status nutrisi
Kriteria :
- Melaporkan peningkatan selera makan dan rasa sehat
- Menunjukan peningkatan berat badan
Intervensi :
1 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori
Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia
2 Berikan perawatan mulut sebelum makan
Rasional : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan
3 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
4 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen sepanjang hari
Rasional : bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna (Doenges,1999,hal.534)

c. Resiko tinggi transmisi infeksi berhubungan dengan sifat dapat menular agen virus
Tujuan :
Mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi
Kriteria :
Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tampa komplikasi
Intervensi :
1 Pantau tanda-tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi.
2 Tunjukan/dorong teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : efektif berarti menurunkan penyebaran/ tambahan infeksi
3 Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemejanan terhadap pathogen infeksi lain.
4 Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual
Rasional : tergantung pada tipe infeksi, respon terhadap antibiotic, kesehatan umum pasien, dan
terjadinya komplikasi, teknik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran
(Doenges,1999,hal 169)

d. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :
Klien mengerti tentang proses penyakit dan pengobatan
Kriteria :
- Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
- Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan
Intervensi :
1. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/ prognosis,
kemungkinan pilihan pengobatan
Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah
informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan
2. Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit
Rasional : Kebutuhan akan bervariasi karena tipe hepatitis
3. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas pengalih
Rasional : Aktifitas yang dapat dinikmati akan membantu klien
menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang
4. Diskusikan efek samping dan bahaya obat yang dijual bebas
Rasional : Beberapa obat merupakan toksik untuk hati (Doenges,1999,hal 535)

4. Pelakasanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dikutip dari Iyer
et-al., 1996 (Nursalam, 2001, hal.63). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping(Nursalam, 2001, hal.63).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
(Nursalam,2001,hal.71). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan
(Nursalam, 2001, hal.71).
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian, yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi yang
dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif
yang disebut juga evaluasi akhir tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam
mencapai tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazim menggunakan format SOAP. (Iyer,et-al,1996, Dalam
Dokumentasi Nursalam).

6. Perencanaan pulang
a. Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tanda gejala serta komplikasi yang mungkin timbul
b. Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai penyebaran virus hepatitis B dan cara melindungi diri
dari virus hepetitis B
c. Dorong keluarga untuk memberikan dukungan yang positif selama proses penyembuhan
d. Pengobatan lanjut di rumah
e. Rencanakan kontrol ulang untuk mengetahui kemajuan dalam pengobatan
Diposkan oleh Alfreed Richardson di 03.13 http://alfreedr.blogspot.com/2010/06/askep-
hernia_14.html

S-ar putea să vă placă și