Sunteți pe pagina 1din 40

Just another WordPress.

com site
Search...

aperlindraha
Beranda
About
RSS

HUBUNGAN UMUR DAN TINGKAT
PENDIDIKAN TERHADAP PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF
1 Jun
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF DI DESA GUNUNG SELAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARGA MAKMUR
KECAMATAN KOTA ARGA MAKMUR
KABUPATEN BENGKULU UTARA
TAHUN 2012

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Ahli Madya Keperawatan









Oleh
WINDA YANTI
NPM. 00901750. D

UNIVERSITAS RATU SAMBAN BENGKULU UTARA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PRODI D-3 KEPERAWATAN
J ln. J end. Sudirman No. 87 Telp. (0737) 521326 kode pos 38611
Argamakmur
2010
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan ibu terhadap pemberian Asi eksklusif di
Desa Gunung Selan wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.
Dalam penyusunan proposal ini penulis sangat menyadari bahwa bimbingan, motivasi, arahan
dan bantuan dari semua pihaklah yang dapat membantu menyelesaikan proposal karya tulis
ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Hasanuddin, S.Kp, MM selaku Ketua Prodi D-3 Keperawatan Universitas Ratu
Samban yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di
D-3 Keperawatan Universitas Ratu Samban ini.
2. Ibu Feri Yusni, SKM, MPH, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan , saran serta masukan dalam penyusunan proposal ini.
3. Ibu Henny DKR, SKM selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan
, saran serta masukan dalam penyusunan proposal ini.
4. Seluruh Dosen di D-3 Keperawatan Universitas Ratu Samban .
5. Rekan-rekan D-3 Keperawatan yang telah memberi masukan yang sangat berharga dalam
penyelesaian proposal ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas mereka yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan proposal ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
proposal ini.
Arga Makmur, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
. i
HALAMAN
JUDUL. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
KATA PENGANTAR
. v
DAFTAR ISI
.. vii
DAFTAR TABEL
. ix
DAFTAR BAGAN
x

BAB I.. PENDAHULUAN
A Latar Belakang .. 1
B Rumusan Masalah 7
C Tujuan Penelitian . 7
D Manfaat Penelitian .. 8
E. Keaslian Penelitian .. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A Landasan Teori .. 10
1. Asi Eksklusif .. 10
a.. Pengertian Asi Eksklusif 10
b. Kesalah Pahaman Mengenai Asi Eksklusif .. 11
c.. Kebaikan Asi dan Menyusui 11
d. Manfaat Asi .. 13
e.. Proses Terbentuknya Asi 15
f.. Komposisi Asi . 16
g. Produksi Asi . 18
i.. Volume Produksi Asi .. 26
j.. Manajemen Laktasi 28
k. Teknik Menyusui yang Benar 30
l.. Lama Menyusui .. 31
m Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemberian Asi . 32
2. Teori Umur .. 42
3. Teori Pendidikan .. 43
a.. Defenisi .. 43
b. Jenis-Jenis Pendidikan . 44
B Kerangka Konsep . 46
C Hipotesis 47
BAB III.. METODOLOGI PENELITIAN
A Desain Penelitian .. 48
B Variabel Penelitian 48
C Defenisi Operasional 48
D Populasi dan Sampel 50
1. Populasi . 50
2. Sampel .. 50
E. Tempat dan Waktu Penelitian . 51
1. Tempat .. 51
2. Waktu 51
F. Pengumpulan dan Pengolahan Data 51
1. Pengumpulan Data .. 51
2. Pendolahan Data .. 52
G Analisa Data 53
1. Analisa Univariat . 53
2. Analisa Bivariat 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Pembrian Asi Eksklusif Berdasarkan Desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011 6
Tabel 2 Defenisi Operasional ..
49
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.. Kerangka Konsep .
46
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO masa pemberian ASI diberikan secara Eksklusif pada 6 bulan pertama, kemudian
dianjurkan untuk tetap diberikan setelah 6 bulan bersamaan dengan makanan pendamping ASI
sampai anak 2 tahun. Melihat begitu unggulnya ASI Eksklusif maka sangat disayangkan bahwa
pada kenyataan penggunaan ASI Eksklusif belum seperti yang kita harapkan, dimana pada saat
ini terjadi kecenderungan menurunnya penggunaan ASI Eksklusif pada masyarakat. Hal ini dapat
menyebabkan suatu keadaan yang cukup serius dalam hal gizi bayi. Jumlah ibu dan lamanya
menyusui telah menunjukkan penurunan karena berbagai alasan sosial ekonomi dan budaya
(Pesrinasia,WHO/UNICEF, 1994)
ASI merupakan makanan yang paling sempurna, dimana kandungan gizinya sesuai untuk
kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas tinggi pada ASI banyak terdapat dalam kolostrum.
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah bayi lahir, berwarna kekuning-
kuningan dan lebih kental dimana banyak mengandung nilai gizi yang tinggi seperti protein,
vitamin A, karbohidrat dan lemak rendah. ASI juga mengandung asam amino essensial yang
sangat penting untuk meningkatkan jumlah sel otak bayi yang berkaitan dengan kecerdasan bayi
(Depkes RI, 2005)
ASI juga mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi serta
zat antibodi. Zat antibodi didalam ASI paling banyak terdapat didalam kolostrum yang
mengandung immunoglobulin terutama IgA. Kandungan zat anti bodi dalam ASI selain IgA juga
terdapat zat laktoferin, lisozim, sel-sel darah putih serta faktor bifidus yang berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dan virus berbahaya didalam tubuh.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik serta menghindari dari berbagai penyakit
infeksi bayi perlu diberikan ASI secara eksklusif. Asi Eksklusif adalah air susu ibu yang
diberikan enam bulan pertama kelahiran tanpa terputus, pemberian ASI sudah harus dimulai
setengah sampai satu jam sesudah bayi lahir. Setelah enam bulan bayi diberikan ASI Eksklusif
dilanjutkan pemberian ASI sampai usia dua tahun bersamaan dengan pemberian makanan
tambahan yang adekuat (www.Republika.co.id, 2012)
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif
serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan data yang menyokong
bahwa pemberian makanan tambahan pada usia 4-6 bulan dapat menguntungkan, bahkan
sebaliknya. Hal ini dapat memberikan dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak
ada dampak yang positif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Bayi yang diberi susu selain ASI Eksklusif, mempunyai 17 kali lebih besar mengalami diare, dan
3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) salah satu
factor adalah karena buruknya pemberian ASI Eksklusif (Dep.Kes,RI, 2005).
Pembangunan kesehatan di Propinsi Bengkulu diarahkan untuk mewujudkan pembangunan
kesehatan, mengembangkan sumber daya manusia kesehatan dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau, dan menciptakan lingkungan yang sehat serta
mendorong peran serta aktif individu, keluarga, masyarakat dan swasta dalam mewujudkan
kemandirian di bidang kesehatan mengingat adanya peningkatan dan harapan hidup. Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu melaporkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun
2010 sebesar 3.455 bayi (55.34%), sedangkan data pemberian ASI Eksklusif Tahun 2009
mencapai 75.72%. Hal ini menunjukan terjadi penurunan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif,
(Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu, 2010).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan di Indonesia
hanya sepertiga (32%) bayi berumur dibawah enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.
Diantara sepuluh hanya empat bayi yang berumur dibawah empat bulan (41%) yang
mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya 48% anak umur kurang dari dua bulan mendapatkan ASI
eksklusif.
Menteri negara pemberdaya perempuan dinews Antara pada Peringatan Pekan Asi Sedunia
2007, mengatakan meskipun usaha meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar
dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih
memprihatinkan, berdasarkan data yang ada pada tahun 2002 2003 bayi dibawah usia 4 bulan
yang diberikan ASI eksklusif hanya 55 % sementara itu pemberian ASI eksklusif pada bayi usia
2 bulan hanya 64%, pada bayi berumur 2-3 bulan hanya 46 % dan pada bayi berumur 4-5 bulan
haya 14 %. Dan berdasarkan hasil penelitian Ridwan Amirudin 2007, proporsi pemberian ASI
Eksklusif pada bayi kelompok usia 0 bulan sebesar 73,1 %, usia 1 bulan sebesr 55,5 %, usia 2
bulan sebesar 43 %, usia 3 bulan sebesar 36%, dan usia 4 bulan 16,7% (Amiruddin, 2007).
Berdasarkan data dari NSS yang bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller
International permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI Eksklusif di
Indonesia adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI Eksklusif, pelayanan
kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya
promosi susu formula dan ibu bekerja. Berbagai macam faktor dapat mempercepat pemberian
makanan tambahan, diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sosial budaya (tradisi),
ekonomi dan sikap ibu dan umur ibu.
Menurut penelitan Arifin Siregar 2004 dijelaskan alasan ibu tidak menyusui bayinya, di aspek
kehidupan kota kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan meyusui
yang menyebabkan ibu terpengaruh kepada susu formula. Kesehatan / status gizi bayi serta
kelangsungan akan lebih baik pada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena ibu yang
berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima
informasi lebih tinggi.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah sikap ibu terhadap
lingkungan sosialnya dan kebudayaan dan dilihat faktor intern dari ibu seperti terjadinya
bendungan ASI, luka-luka pada puting susu, kelainan pada puting susu dan adanya penyakit
tertentu seperti tuberkolose, malaria. (Arifin, 2004).
Berkurangnya jumlah ibu yang menyusui bayinya dimulai di kota-kota, terutama pada warga
yang berpenghasilan cukup yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota, penelitian para
ahli mengapa jumlah ibu yang menyusui bayinya cenderung menurun, semakin banyak ibu
bekerja,adanya anggapan menyusui adalah lambang keterbelakangan budaya dan alasan estetika
(M, Sjahnien, 2008).
Dan berdasarkan hasil penelitian Ridwan Amirudin 2007 dengan bertambahnya usia bayi tejadi
penurunan pola pemberian ASI Eksklusif sebesar 1,3 kali / 77,2 %. Hal ini memberikan adanya
hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan sosial ekonomi ibu dimana ibu yang
mempunyai sosial yang rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI Eksklusif
dibanding ibu dengan sosial yang tinggi bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial
ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan, berhubungan dengan cepatnya
pemberian susu botol artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang
lama. (Amirudin, 2007).
Tabel. 1
Jumlah Pemberian ASI Eksklusif bedasarkan Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011.
No Desa
Jumlah
Bayi
Jumlah bayi
yang diberikan
ASI Eksklusif
(%)
Jumlah bayi
yang tidak
diberikan
Asi
eksklusif
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gunung Alam

7.
8.
9.
10.
11.
12.
Gunung Besar
Pagar Ruyung
Rama Agung
Karang Suci
Talang Denau
Gunung Selan
Gunung Agung
Tanjung Raman
Lubuk Sahung
Datar Ruyung
Sodo Urip
106
19
7
104
36
20
65
33
16
42
25
32
7
9
3
20
14
10
14
10
-
40
18
3
7 %
47 %
43 %
19 %
39 %
50 %
22 %
30 %
0 %
95 %
72 %
9 %
99
10
4
84
22
10
51
23
16
2
7
29
93 %
53 %
57 %
81 %
61 %
50%
78 %
70 %
100 %
5 %
28 %
91 %
JUMLAH
505
148
29,3 %
357
70,7 %
Sumber : Profil Puskesmas Arga Makmur
Dari data diatas ternyata di Puskesmas Arga Makmur masih banyak bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif. Dari jumlah bayi 505 bayi ternyata yang mendapatkan ASI
eksklusif 148 bayi atau 29,3 % dan yang tidak Asi eksklusif sebanyak 357 bayi atau 70.7 %.
Berdasarkan kenyataan dan fenomena yang ada didapatkan adanya permasalahan pada
pemberian ASI eksklusif. Dari data yang didapat peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
Hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif Di Desa
Gunung Selan Wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapat rumusan masalah yaitu bagaimana Hubungan umur
dan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa Gunung Selan Wilayah
Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara
Tahun 2012.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Pada akhir penelitian dapat diketahui Hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif di Desa Gunung Selan wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur
Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012.
2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi umur ibu yang memberikan Asi di Desa Gunung Selan Wilayah
Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu
Utara Tahun 2012.
2. Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu yang memberkan Asi di Desa Gunung Selan
Wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2012
3. Mengidentifikasi pemberian Asi eksklusif di desa Gunung Selan Wilayah Kerja
Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara
tahun 2012.
4. Mengetahui hubungan umur ibu terhadap pemberiasn Asi Eksklusif di Desa Gunung
Selan Wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012.
5. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberiasn Asi Eksklusif di Desa
Gunung Selan Wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman pengetahuan tentang proses penelitian
khususnya tentang Hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif di Desa Gunung Selan wilayah kerja puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga
Makmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012.
2. Bagi responden
Dapat mengetahui manfaat ASI Eksklusif bagi pertumbuhan, perkembangan dan kecukupan gizi
anak.
3 Bagi institusi pendidikan
Memberikan sumbangan pustaka dan literatur yang dapat digunakan oleh mahasiswa AKPER
UNRAS Bengkulu Utara.
4. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Dapat mengetahui Hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif
di Desa Gunung Selan wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2012.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian asi eksklusif pernah diteliti sebelumnya, yang diteliti oleh Ainul Mardiyah dengan
judul Hubungan pengetahuan Ibu menyusui terhadap pemberian asi eksklusif di desa rama
agung wilayah kerja puskesmas arga makmur tahun 2006 dengan hasil terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian Asi terhadap pemberian asi
eksklusif di Desa Rama Agung wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur.
Berbeda dengan penelitian saat ini yaitu Hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap
pemberian Asi Eksklusif di Desa Gunung Selan Wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur
Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012. Yang berbeda yaitu
tempat penelitian, variabel, populasi dan sampel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Asi Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu,
atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan
padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berumur 0 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini, (Atikah
Proverawati, 2010).
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan
padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan
obat. (Arini H, 2012)
10

b. Kesalah Pahaman Mengenai ASI Eksklusif
Setelah ASI eksklusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI dihentikan. Seiiring
dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui
dua tahun menurut rekomendasi WHO.
c. Kebaikan ASI Dan Menyusui.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
1). ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna
untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
pencernaan bayi.
2). ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk:
(a). Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
(b). Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan
mensintesa beberapa jenis vitamin.
(c). Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
(d). Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
3). ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan
pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus,
lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
4). ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
5). Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan
keuntungan bagi ibu, yaitu:
1). Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan kehidupan kepada bayinya.
2). Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi
perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
3). Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian
keukuran sebelum hamil
4). Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
5). Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan)
6). Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
7). Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga.
8). Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya
9). Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat besi
sebanyak ketika mengalami menstruasi
10). Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih
langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan.
d. Manfaat ASI
1). Bagi Bayi
(a). Asi mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi,
karenanya Asi mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan nutrisi.
(b). Meningkatkan daya tahan tubuh
(c). Antibodi yang ada didalam kolostrum juga melindungi bayi baru lahir dari alergi, asma,
diare dan lain-lain.
(d). Meningkatkan jalinan kasih sayang
(e). Meningkatkan kecerdasan
(f). Merupakan sumber zat gizi yang ideal, berkomposisi seimbang dan secara alami disesuaikan
dengan pertumbuhan masa pertumbuhan bayi.
(g). Asi mudah diserap dan mencegah karies karena mengandung mineral selenium, (Arini, H.
2012 : 29).
2). Untuk Ibu
(a). Menyusui menolong rahim menyerut lebih cepat dan mencapai ukuran normalnya dalam
waktu singkat. Menyusui mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan dan karena itu
mencegah anemia.
(b). Menyusui mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur.
(c). Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama
kehamilan karenanya menurunkan resiko obesitas.
(d). Menjarangkan kehamilan
(e). Meningkatkan kasih sayang ibu dan anak
(f). Ibu menjadi perempuan yang lengkap karena dapat menyusui
(g). Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi bayi, (Arini, H. 2012 : 26).
3). Untuk Keluarga
(a). Aspek Ekonomis
Penggunaan Asi akan mengurangi pengeluaran keluarga karena tidak hanya mengurangi
pengeluaran untuk memberi susu formula dan perlengkapan membuatnya, tetapi juga biaya
kesehatan untuk bayi. Bayi yang diberikan asi secara eksklusif telah terbukti hampir tidak pernah
sakit dibanding dengan bayi yang diberikan susu formula.
(b). Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan ibu
baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga
(c). Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak
perlu repot menyiapakan air masak botol, dan dot yang terus dibersihkan serta minta pertolongan
orang lain.
4). Untuk Masyarakat dan Negara
(a). Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lain
untuk persiapannya.
(b). Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
(c). Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
(d). Peningkatan kualitas generasi penerus
e. Proses Terbentuknya ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :
a. Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun berat dari payudara
mengalami peningkatan.
b. Laktogenesis :
1) Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel sekretoris
2) Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi susu, payudara menjadi
penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi autokrin.
f. Komposisi Air Susu Ibu (ASI)
1). Kolostrum
Kolostrum adalah Air Susu Ibu yang pertama kali keluar yang berwarna kekuning-kuningan
kental dan agak lengket.
Manfaat kolostrum:
(a) Kolostrum mengandung kekebalan terutama (Ig A) untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi khususnya diare.
(b) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah,
sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama setelah melahirkan.
(c) Jumlah kolostrum yang diproduksi, berfariasi tergantung dari isapan bayi pada hari-hari
pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
(d) Membantu pengeluaran mekonium, yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam
kehijauan.
2). Protein
Air Susu Ibu mengandung total protein lebih rendah tapi lebih banyak Soluble whey protein.
Komposisi ini membentuk gumpalan lebih lunak sehingga lebih mudah dicerna dan diserap.
3). Lemak
Sekitar separuh dari energi Air Susu Ibu berasal dari lemak yang mudah diserap dan
dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini karena adanya enzim lipase dalam ASI.
4). Laktose
Zat gizi ini merupakan komponen utama karbohidrat dalam Air Susu Ibu, jumlah laktose dalam
ASI tidak banyak berfariasi antara ibu-ibu yang menyusui. Dibandingkan dengan susu sapi,
kandungan laktose dalam ASI lebih banyak. Disamping merupakan sumber energi yang mudah
dicerna, beberapa laktose diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini membantu mencegah
pertumbuhan bakteri yang tak diinginkan dan mungkin dalam penyerapan kalsium dan mineral-
mineral lainnya.
5). Mineral
Susu ibu mengandung sedikit kalsium dibandingkan dengan susu sapi, tetapi karena kalsium ASI
mudah diserap maka kalsium ASI cukup dapat memenuhi kebutuhan bayi.
6). Vitamin
Kandungan vitamin pada ASI umumnya hampir selalu mencukupi kebutuhan bayi, meskipun
kadarnya dapat bervariasi dengan makanan ibu. Konsentasi vitamin A pada ASI lebih tinggi dari
pada kandungan dalam susu sapi. Pada periode segera setelah lahir konsenterasi Vitamin K pada
kolostrum dan ASI awal akan lebih tinggi dari pada ASI yang dihasilkan kemudian. Kandungan
Vitamin E dalam ASI biasanya telah memenuhi kebutuhan bayi, kecuali bila ibu mengkonsumsi
lemak tak jenuh yang berlebihan tanpa disertai peningkatan konsumsi vitamin E yang seimbang.
Kandungan vitamin D dalam ASI umumnya rendah, namun bagi bayi yang mendapatkan Air
Susu Ibu dalam periode yang cukup jarang menderita riketsia selama memperoleh sinar matahari
yang cukup. (Arini, H. 2012 : 53).
g. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada
putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi
sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses
pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat
merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat
merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat
mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air susu sangat
jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon
tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran
ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur,
mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu,
bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan
mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara
perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous.
Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan
mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:
1). Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari
kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
Tentang colostrum :
(a). Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa
laktasi.
(b). Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
(c). Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning
dibandingkan ASI Mature.
(d). Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
(e). Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI
Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah
globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
(f). Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan
perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
(g). Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
(h). Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.
(i). Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau
lebih rendah.
(j). Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
(k). PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
(l). Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
(m). Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang
sempurna, yang akan menambah kadar antobodi pada bayi.
(n). Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2). Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
(a). Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
(b). Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat
bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5.
(c). Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
(d). Volume semakin meningkat.
3). Air Susu Mature
(a). ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif
konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya
baru konstan.
(b). Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu
yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi
bayi.
(c). ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi
tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi.
(d). Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan
karotin.
(e). Tidak menggumpal bila dipanaskan.
(f). Volume: 300 850 ml/24 jam
(g). Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
(1). Antibodi terhadap bakteri dan virus.
(2). Cell (phagocyle,granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
(3). Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
(4) Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
(5) Faktor resisten terhadap staphylococcus.
(6) Complecement ( C3 dan C4)
h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
1). Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan
berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan
ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan
sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah
1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi
untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tambahan
disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan
terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jikapada masa kehamilan ibu juga
mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang
menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum
dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan,
telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin
kadar berbagai vitamin dalam ASI.
2). Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan
gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek
tersebut adalah:
(a). Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu,
terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan
ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan
hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar kelenjar pembuat ASI.
Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
(b). Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka
bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke
payudara ibu disebut rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting
susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu
yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan
menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let
down reflex.
3). Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan
dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang
paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.
4). Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut
payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia
terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI
akan keluar dengan lancar.
i. Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI.
Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100
ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada
waktu bayi mencapai usia minggu kedua.(9) Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui
bayinya selama 4 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun
dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah
5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI
setiap hari.Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi
menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter
selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi.
Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun
umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama
masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700
ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun
kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana
jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak
dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai
sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah
produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi
ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan
akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat
kekurangan gizi seringkali ditemukan marasmus pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan
yang hanya diberi ASI.
j. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1). Pada masa Kehamilan (antenatal)
(a). Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat
menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
(c). Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan
atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
(d). Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan
memberikan ASI yang cukup.
(e). Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1
1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
(f). Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan hatinya.
2). Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
(a). Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik
dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu.
(b). Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui
dapat dilakukan tanpa jadwal.
(c). Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu
setelah melahirkan.
3). Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
(a). Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
(b). Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 kali lebih banyak dari biasa dan
minum minimal 8 gelas sehari.
(c). Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan
kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
(d). Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan
menyusui.
(e). Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan
menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
(f). Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu
lain yang sukses menyusui bagi mereka.
(g). Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI yang
cukup baik kuantitas maupun kualitas.
k. Teknik Menyusui Yang Benar
1) Cucilah tangan sebelum menyusui
2) Mengoleskan Asi sedikit keputing dan sekitar payudara
3) Ibu duduk dikursi dengan bersandar dan rendah atau berbaring
4) Bayi diletakan menghadap perut ibu atau payudara
5) Bayi dipegang belakang bahunya dengan satu tangan, kepala bayi pada lengkung siku ibu,
bokong ditahan dengan telapak tangan tangan, kepala bayi tidak mengadah.
6) Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu, yang satu didepan badan ibu.
7) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap pada payudara.
8) Payudara dipegang dengan ibu jari, jari yang lain berada dibawah.
9) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan menyentuh pipi pada payudara.
10) Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi diletakan pada payudara, usahakan sebagian
besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi.
11) Melapaskan isapan bayi jari kelingking dimasukan kemulut bayi melalui sudut mulut atau
dagu bayi diletakan dibawah.
12) Setelah selesai menyusui Asi dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan keputing susu dan
areola sekitarnya.
13) Menyendawakan bayi, bayi digendong tegak dengan besandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk secara perlahan lahan atau bayi tengkurup dipangkuan ibu kemudian
punggungnya ditepuk secara perlahan-lahan.
l. Lama menyusui
Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup disusukan selama 4-5 menit untuk
merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5
boleh disusukan selama 10 menit, bila produksi ASI cukup dan lancar boleh disusukan selama 15
menit. Jumlah Asi yang terhisap bayi pada 5 menit pertama 112 ml, kedua 64 ml dan terakhir 16
ml. ASI yang dihisap bayi pada menit pertama dibanding terakhir adalah berbeda dimana menit
pertama lebih cepat dan encer dan kemudian akan lebih kental dan menit terakhir mengandung
lemak 4-5 x dan protein 1,5 x lebih banyak dibandingkan dengan ASI pada menit pertama.
Jadi lama meyusui setiap payudara adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan,
volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu:
1). Tahun pertama : 400 700 ml / 24 jam
2). Tahun kedua : 200 400 ml / 24 jam.
3). Sesudah itu sekitar : 200 ml / 24 jam.
Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi protein antara bulan ke 6
sampai tahun ke 2 masa laktasi, hanya konsentrasi lemak bervariasi luas. Produksi ASI
dipengaruhi oleh status gizi ibu dan ibu usia muda produksi asinya lebih banyak dibanding
dengan ibu usia tua.
m. Faktor-Faktor Yang Melatar belakangi Pemberian ASI
1). Faktor Ibu
a). Umur Ibu
Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja ( Arini H,2012).
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan
menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik
dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif,sedangkan umur yang kurang dari 20
tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi
kehamilan, persalinan,serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab
baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi
risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan
dan nifas (Arini H, 2012).
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari
20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, serta dalam membina bayi dalam dilahirkan (Arini H, 2012). Sedangkan
ibu yang berumur 20-35 tahun, menurut (Arini H, 2012) disebut sebagai masa dewasa dan
disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti.
Pada primipara dengan usia 35 tahun ke atas di mana produksi hormon relatif berkurang,
mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan pada usai remaja (12-19 tahun) harus dikaji
pula secara teliti karena perkembangan fisik, psikologis, maupun sosialnya belum siap sehingga
dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi dalam produksi ASI.
Arini H, 2012) mengatakan bahwa umur 35 tahun lebih, ibu melahirkan termasuk berisiko
karena pada usia ini erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat mempengaruhi produksi ASI
yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian Arini H, (2012) bahwa semakin meningkat umur
maka persentase berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses informasi,
wawasan, dan mobilitas yang masih rendah. Menurut pendapat Arini H, 2012 bahwa semakin
meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berpikir dan
bekerja juga akan lebih matang.
b). Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam
menghadapi masalah,terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik
secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan
kesehatanya. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari
pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Arini H, 2012).
Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara (mengatasi masalah) dan
meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui
proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting)
dan menetap (langgeng) karena didasari oleh kesadaran. Memegang kelemahan dan pendekatan
kesehatan ini adalah hasil lamanya memerlukan waktu lama (Arini H, 2012).
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan
ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
tingkat pendidikan yang rendah (Arini H, 2012)
Pengetahuan paradigma itu dipicu oleh tingginya tingkat kebutuhan hidup dan meningkatnya
pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri. Pendidikan dan kebebasan informasi membuat
para wanita masa kini lebih berani memasuki wilayah pekerjaan lain yang dapat memberdayakan
kemampuan dirinya secara maksimal sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif (Arini
H, 2012). Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari
pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pengetahuan (Arini H, 2012).
c). Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu (Arini H, 2012). Seorang ibu
dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui yang sebetulnya
hanya karena tidak tahu cara-cara yang sebenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman
menyusui yang kurang baik yang dialami orang lain, hal ini memungkinkan ibu ragu untuk
memberikan ASI pada bayinya (Arini H, 2012).
Menurut Arini.H (2012), paritas dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,
menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga, serta
pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau
tidak. Dukungan dokter, bidan, atau petugas kesehatan lainnya, juga kerabat dekat sangat
dibutuhkan terutama untuk yang pertama kali hamil. Dalam pemberian ASI eksklusif, ibu yang
pertama kali menyusui pengetahuannya terhadap pemberian ASI eksklusif belum berpengalaman
dibandingkan dengan ibu yang sudah berpengalaman menyusui anak sebelumnya.
Menurut Arini H (2012) bahwa faktor emosional dan sosial menunjang keberhasilan pemberian
ASI. Salah satu faktor yang dapat disebutkan di antaranya adalah nasihat dan pengalaman selama
masa kehamilan, persalinan, terutama pengalaman menyusui pertamanya. Paritas diperkirakan
ada kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan ibu nifas (menyusui) dalam
memberikan ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sediri maupun
orang lain terhadap pengetahuanyang dapat mempengaruhi perilaku saat ini atau kemudian
(Arini H, 2012). Dari hasil penelitian (Arini H, 2012), pengalaman yang diperoleh dapat
memperluas pengetahuan seseorang dalam pemberian ASI. Bahwa pengalaman ibu dalam
mengurus anak berpengaruh terhadap pengetahuannya tentang ASI eksklusif (Arini H, 2012).
d). Pekerjaan
Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk bekerja membantu ekonomi keluarga
maka sebagian ibu-ibu memilih bekerja di luar rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat
berhubungan penuh dengan bayinya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan
diberikan melalui botol, menyebabkan frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi ASI
akan menurun. Keadaan ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Jadi, seorang ibu
yang bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara eksklusif menurun drastis.

e). Pengetahuan
Menurut Arini H (2012) pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Proses terbentuknya keterampilan seseorang untuk
bertindak perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai dari aspek kognitif, obyek sehingga
menimbulkan pengetahuan baru pada subjek yang selajutnya akan menimbulkan respon lebih
jauh lagi berupa tindakan.
(1). Batasan-batasan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), ada tiga batasan pengetahuan yaitu :
(a). Pengetahuan indra
Segala sesuatu yang dapat disentuh oleh panca indera secara langsung, batasannya adalah segala
sesuatu yang ditangkap oleh panca indera.
(b). Pengetahuan Ilmu
Segala sesuatu yang dapat diteliti, batasannya adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan
penelitian
(c) Pengetahuan Filsafat
Sesuatu yang dapat dipikirkan oleh rasio manusia yang alami dan relative, batasannya adalah
alam.
(2). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah :
(a). Faktor Lingkungan
(b). Faktor Pendidikan
(c). Faktor Intern
(d). Faktor pengalaman
(e) Faktor Ekonomi
(3). Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), ada enam tingkatan pengetahuan yaitu :
(i). Tahu (know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam
pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
(ii). Memahami (comprehensive)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar dengan objek yang telah
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.
(iii). Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya).
(iv). Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-
komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
(v). Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
(vi). Evaluasi
Evaluasi ini berkatan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau penelitian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau respon ke dalam pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat diatas( Arini H, 2012).
Lagi berupa tindakan dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh penetahuan maka tidak akan berlangsung
lama.

2. Teori Umur
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah
usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60
tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan, (Nursalam,
2001).
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jika
dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin.
Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada
penyakit-penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh
masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2008).
Umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, khususnya usia 20-25 tahun merupakan
usia yang paling baik untuk hamil dan bersalin. Kehamilan dan persalinan membawa resiko
kesakitan dan kematian lebih besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah
berusia 20 tahunan, terutama di wilayah yang pelayanan medisnya langka atau tidak tersedia
(Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan, 2006).
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau
makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun
diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari
tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa (masakini). Manakala usia pula diukur dari tarikh
kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini).
Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah
jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi resiko bawaan pada bayinya dan juga dapat
meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan, dan nifas (Arini H. 2012)
3. Teori Pendidikan
a. Definisi
Arini H (2012), pendidikan adalah suatu proses pengembangan tingkat kemampuan kearah yang
diinginkan oleh organisasi bersangkutan. Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi
pendidikan orang tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan
rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan
gizi anak. Hal ini disebabkan karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah.
Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi pendidikan
ibu, maka semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan
formal.
b. Jenis-Jenis Pendidikan
Tirtoharjo (2009), Pendidikan dapat dibagi dua jenis yaitu :
1). Pendidikan Formal
Pendidikan yang mempunyai jenjang atau tingkatan dalam periode waktu-waktu tertentu
berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan tercakup disamping studi akademi
umumnya juga berbagai program khusus dan lembaga-lembaga latihan.
2). Pendidikan Informal
Proses yang yang terjadi seumur hidup setiap individu sehingga memperoleh sikap nilai
keterampilan dan pengetahuan dari pengalaman sehari-hari dan pengaruh lingkungan.
3). Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, serta keluasan dan kedalaman bahan (UU
Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003), jenjang pendidikan dibagi dalam tiga bagian yaitu :
a). Pendidikan Dasar
Warga Negara yang berumur 6-7 tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar dari SD
(Sekolah Dasar) sampai SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau pendidikan yang setara
sampai tamat.
b). Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar diselenggarakan di
SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang sederajat.
c). Pendidikan Tinggi
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang
dapat berbentuk Akademik, Politeknik, dan Perguruan Tinggi.
Peran pendidikan dalam bidang kesehatan adalah salah satu upaya untuk membuat prilaku
masyarakat itu kondusif untuk kesehatan yang artinya pendidikan kesehatan berupaya agar
masyarakat menyadari dan mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka dan
kemana harus mencari pertolongan bila sakit (Tirtoharjo, 2009).
Sedangkan makin tingginya tingkat pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pengetahuan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap perubahan hidup sehat.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari
masalah yang ingin di teliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2010 : 83).
Variabel Independen
Bagan 1. Kerangka Konsep
Variabel Dependen
ASI Eksklusif
Umur
Tingkat Pendidikan
Paritas
Pekerjaan
Pengetahuan
Keterangan :
: Yang diteliti
: Tidak diteliti
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian,patokan duga,atau dalil sementara,yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010, 105)
Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Ada hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di desa
Gunung Selan wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.
Ho : Tidak ada hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif di desa Gunung Selan wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga
Makmur Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2012.







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain secara Croos Sectional (Notoadmodjo, 2010),
dimana dalam penelitian ini variabel independen adalah umur dan tingkat pendidikan ibu
sedangkan variabel dependen adalah ASI Eksklusif.
B. Variabel Penelitian
Variabel Independen (variabel bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono : 2009, 39).
Dalam penelitian ini variabel independen yaitu umur dan tingkat pendidikan.
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono : 2009, 39). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Asi
Eksklusif

C. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa
yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Soekidjo Notoatmodjo : 2010, 112)
Tabel. 2
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
No
Variabel
Independen
Defenisi
Operasional
Cara
Ukur
Alat
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
1. Umur Usia individu
yang terhitung
mulai saat
dilahirkan sampai
saat berulang
tahun terakhir.

Karateristik usia perempuan reproduktif yang resti dan tidak resti.Wawan caraChek list0 = 20
34 thn (reproduksi sehat)
1 = < 20 dan 35 (reproduksi tidak sehat)
Nominal2.Tingkat PendidikanSuatu proses pengembangan tingkat kemampuan kearah yang
diinginkan oleh organisasi bersangkutan.
Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan yang pernah diikuti secara formal.Wawan
caraChek list0 = Pendidikan Dasar (SD, SMP, sederajat)
1 = Pendidikan menengah (SMA,ma, sederajati)
2. = Pendidikan tinggi (diploma, S.1, S.2)Ordinal Variabel Dependen3.ASI EksklusifPemberian
Asi tanpa makanan dan minuman tambahan lain sampai bayi berumur 6 bulanWawan caraChek
list0 = tidak Asi eksklusif
1 = Asi EksklusifNominal




D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono : 2009, 215).
Populasi penelitian ini adalah bayi berumur 6 bulan 12 bulan,bersedia menjadi responden,
datang kepuskesmas bersama ibunya, ibu bersedia diwawancarai di Desa Gunung Selan wilayah
kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara pada
bulan April 2012, dengan jumlah 41 orang bayi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2003:112).
Apabila jumlah populasi < 100 orang maka seluruhnya subjeknya dijadikan sampel. Apabila
jumlah populsi > 100 orang maka yang diambil 10 % -15% atau 20% 25% atau lebih ,
tergantung kemampuan peneliti.
Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu yang menyusui bayi dengan usia 6 bulan 12 bulan dengan
kriteria berada ditempat, bersedia menjadi responden dan bisa membaca. Sampel diambil
berdasarkan jumlah seluruh populasi yaitu 41 bayi karena kurang dari 100 bayi maka sampel
diambil secara keseluruhan.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Selan wilayah kerja Puskesmas Arga Makmur
Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan .. tahun 2012 sampai dengan bulan .. 2012.
F. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumupulan Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono :
2009, 225.).
Pengumpulan data secara primer dilakukan untuk memperoleh data tentang umur dan tingkat
pendidikan ibu. Format pengumpulan data diberikan pada ibu yang membawa bayi kepuskesmas,
posyandu dan kunjunngan rumah.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data
misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono : 2009, 225.)
Pengumpulan data secara sekunder diperoleh dari register puskesmas dan data tetang ibu yang
memberikan ASI Eksklusif.
2. Pengolahan Data
Data dikelompokkan sesuai dengan data yang direncanakan sesuai variabel dalam defenisi
operasional melalui beberapa tahap :
1. Editing (pengolahan data)
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan
data yang masuk / yang terkumpul / data yang tidak sesuai atau meragukan.
1. Coding (pengkodean data)
Coding adalah pemberian atan pembuatan kode-kode terhadap data yang terkumpul dengan
menggunakan huruf atau angka yang lebih mudah atau sederhana.
1. Recording (pengulangan kode data)
Melakukan kode ulang pada jawaban yang belum dikelompokkan menjadi kategori tertentu
untuk memudahkan dalam analisis lebih lanjut.
1. Data Entry
Memindahkan data yang telah lengkap ke komputer ke dalam formulir isian yang telah
disiapkan.
1. Checking dan Cleaning Data (cek dan membersihkan data)
Dilakukan untuk melihat kualitas dan konsistensi jawaban dengan membuat Tabel Distribusi
Frekuensi dari dua pertanyaan yang berhubungan. Bila ditemukan adanya jawaban yang tidak
konsisten dengan pertanyaan sebelumnya maka dilakukan perbaikan seperlunya.
G. Analisa Data
Dalam pengolahan data akan dianalisis secara univariat dan bivariat :
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel dari penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan
proporsi dari berbagai variabel yang diteliti. Dengan demikian variabel-variabel yang ada dapat
dengan mudah dilakukan analisis selanjutnya. Data yang merupakan karakteristik sampai
ditampilkan dalam bentuk frekuensi (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini yang termasuk analisa univariat adalah umur dan tingkat pendidikan
P =
Keterangan :
P = Jumlah presentase yang dicari
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah jawaban
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (umur dan tingkat pendidikan)
dengan variabel terikat (pemberian ASI) secara bersamaan dengan menggunakan analisa statistik
chi-Square (X
2
) dengan derajat kepercayaan 95 % = 0,05, data dianalisa dengan cara
memasukan data kekomputer.
X
2
=
X
2
=
Keterangan :
X
2
: Chi Square
O : Frekuansi yang diamati
E : Frekuensi yang diharapkan
N : Jumlah responden
A,b,c,d : nilai observasi
Hipotesis :
Ha : diterima bila X
2
hitung > X
2
tabel (p<0,05), berarti ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Ho : ditolak bila X
2
hitung < X
2
tabel (p>0,05), berarti tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui ?. Yogyakarta. Flash Books
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta
Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI
Hapsari. D. 2009. Telaan Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI pertama
(Colostrum). Jurnal Makara Vol. 2. Jak
Kristianasari, Wenny. 2009.Asi, Menyusui dan sadari. Yogyakarta. Muhamedika
Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Noatoadmodjo. S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Noatoadmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Oswari. (2002). Perawatan Ibu Hamil Dan Bayi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Perinasia. (1994). Melindungi, Meningkatkan Dan Mendukung Menyusui. Binarupa Aksara,
Jakarta
Proferawati, Atika, dkk.2010 Kapita Selekta Asi dan Menyusui. Yogyakarta : Nuhamedika
Siswono. (2002). ASI Sehat Untuk Ibu Dan Bayi. Maret 2012. Diakses 5 Maret 2012.
http://www.kesrepro.info.id
Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2009. Statistika Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta
Suhardjo.(1992). Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak, Yogyakarta
Suharyono, dkk. (1992). Air Susu Ibu. FKUI, Jakarta
About these ads
Powered by WordPress.com

S-ar putea să vă placă și