Sunteți pe pagina 1din 26

BAB I

PENDAHULUAN
Pembedahan prostat transuretral (TURP) masih merupakan salah satu terapi
standar dari Hipertropi Prostat Benigna (BPH) yang menimbulkan obstruksi uretra.
Keadaan ini dialami oelh 50% pria yang berusia 60 tahu dan 80% oleh pria yang
berusia 80 tahun. Operasi ini sudah dikerjakan mulai beberapa puluh tahun yang lalu
dan berkembang terus dengan makin majunya peralatan yang dipakai.Terapi ini
semakin populer karena trauma operasi pada TURP jauh lebih rendah.Karena
seringnya tindakan ini dilakuan maka komplikasi tindakan serta pencegahan
komplikasi makin banyak diketahui.
Salah satu komplikasi yang penting dari TURP adalah intoksikasi air dan
hiponatremi dilusional yang disebut Sindroma TURP yang bisa berakhir dengan
kematian.Di tangan para ahli yang berpengalamanpun sindroma TUR dapat terjadi
pada 2% kasus dengan mortalitas yang masih tinggi.Sampai sekarang sindrom TUR
merupakan suatu komplikasi yang sangat menakutkan baik untuk para urolog yang
melakukan operasi maupun para anestesiolog dalam melakukan penegakan diagnosa
sindrom ini dan melakukan intervensi untuk mencegah kematian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anestesi pada Geriatri
Pendekatan dan pengelolaan operasi dan anestesi pada pasien geriatri berbeda
dan sering lebih kompleks dibandingkan pada pasien yang berusia lebih muda.
Kapasitas fungsional organ berkurang seiring dengan proses penuaan sehingga
mempunyai kerentanan terhadap stress anestesi maupun pembedahan yang dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas perioperatif.Faktor risiko akibat proses
penuaan bertambah akibat adanya penyakit penyerta.
1.1.1. Sistem Kardiovaskular
1.1.1.1. Jantung
Dalam hal fungsi jantung, pasien geriatri mengalami peningkatan insiden
gangguan konduksi, bradiaritmia dan hipertensi. Curah jantung menurun sebesar 1%
per tahun dan bertanggung jawab untuk penundaan absorpsi, onset aksi dan eliminasi
obat. Proporsi sel pace maker jantung menurun menjadi kurang dari 10% pada usia
75 tahun sehingga berkontribusi terhadap peningkatan insiden blok jantung derajat
satu dan dua, dan fibrilasi atrium pada usia lanjut.

Disfungsi diastolik merupakan penyumbang utama penyakit kardiovaskular
pada populasi usia lanjut dan diperparah oleh beberapa penyakit penyerta.Karena
disfungsi diastolik dan penurunan penyesuaian pembuluh darah, pasien usia lanjut
mengkompensasi hipovolemia dengan buruk. Demikian pula transfusi berlebihan
juga tidak dapat ditoleransi dengan baik.
1.1.1.2. Pembuluh Darah
Perubahan dari sistem vaskular meliputi aterosklerosis yang mengakibatkan
peningkatan ketebalan dinding arteri dan penurunan vasodilatasi.Bila terjadi hipoksia,
infark miokard lebih rentan terjadi.
1.1.2. Sistem Respirasi
Pada pasien usia lanjut, elastisitas paru-paru, pengembangan paru-paru dan
dinding dada mengalami penurunan. Penurunan elastisitas paru-paru diakibatkan oleh
penurunan sebesar 15% dari fungsi alveolar pada usia 70 tahun, sehingga keadaan ini
tampak seperti pada emfisema.Penurunan pengembangan dinding dada meningkatkan
kerja pernapasan. Kehilangan massa otot skelet dinding dada lebih memperburuk
keadaan tersebut. Respon pernapasan terhadap hipoksia menurun seiring dengan
pertambahan usia. Selain itu, fungsi silia dan refleks batuk juga menurun. Sehingga
sensasi faring, pita suara dan fungsi motorik yang diperlukan untuk menelan
berkurang pada pasien usia lanjut yang memudahkan terjadinya aspirasi.
1.1.3. Sistem Saraf Pusat
Massa otak mengalami penurunan seiring pertambahan usia, kehilangan sel-sel
neuron yang paling menonjol ditemukan pada korteks serebral khususnya di lobus
frontalis. Aliran darah otak juga menurun sekitar 10-20% yang sesuai dengan
penurunan sejumlah sel-sel neuron.Sel-sel neuron mengalami penurunan dalam hal
ukuran dan kehilangan beberapa kompleksitas cabang dendritik dan sejumlah
sinapsis.Degenerasi sel-sel saraf perifer menyebabkan perlambatan kecepatan
konduksi dan atrofi otot rangka.
Proses penuaan dikaitkan dengan peningkatan ambang batas untuk hampir
semua modalitas sensorik termasuk sentuhan, sensasi suhu, proprioseptif,
pendengaran, dan penglihatan. Perubahan dalam persepsi nyeri sangat kompleks dan
kurang dapat dipahami, mekanismenya mungkin diakibatkan oleh perubahan proses
nyeri sentral dan perifer.





1.1.4. Sistem Renal
Fungsi ginjal menurun seiring bertambahnya usia. Hal tersebut mengakibatkan
keterbatasan homeostatik terhadap kemampuan ginjal untuk merespon dengan benar
kelebihan atau pun defisit volume. Perubahan fisiologis ginjal yang menyertai proses
penuaan antara lain: penurunan massa ginjal (usia 25 sampai 85 tahun) yang
dibuktikan oleh penurunan jumlah glomeruli dan nefron sebesar hampir 40%. Aliran
darah ginjal menurun sekitar 10% per dekade setelah usia 50 tahun. Aliran darah
ginjal berkurang akibat penurunan curah jantung. Penurunan laju filtrasi glomerulus /
glomerular filteration rate (GFR) sebesar 45% pada usia 80 tahun mencerminkan
penurunan bersihan kreatinin sebesar 0,75 ml / menit / tahun.
Penurunan aliran darah ginjal dikaitkan dengan kondisi medis seperti
hipertensi, penyakit pembuluh darah, diabetes, dan penyakit jantung yang dapat
memperburuk efek dari kelainan ginjal. Penurunan aliran darah ini dihubungkan
dengan penurunan respon terhadap stimulus vasodilatasi, sehingga ginjal pada usia
lanjut sangat rentan terhadap efek berbahaya dari penurunan curah jantung, hipotensi,
hipovolemia, dan perdarahan. Stres akibat tindakan anestesi dan pembedahan, nyeri,
stimulasi simpatik, dan obat-obatan vasokonstriksi ginjal dapat berkontribusi untuk
terjadinya disfungsi ginjal perioperatif.

Pada usia lanjut, obat yang bergantung pada fungsi ginjal untuk pembersihan
dapat terakumulasi yang mungkin diperberat oleh penyakit ginjal yang telah ada
sebelumnya. Selain itu usia lanjut cenderung mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta gagal ginjal yang diinduksi oleh obat-obatan.
1.1.5. Sistem Hepatobilier
Hepar juga dapat dipengaruhi oleh proses penuaan. Karena beberapa obat
anestesi dan nyeri seperti opioid dan tranquilizer disaring dari plasma oleh hepar,
sehingga durasi efek obat tersebut dapat memanjang pada pasien geriatri. Aliran
darah hepar menurun seiring dengan pertambahan usia. Terdapat sedikit perubahan
mikroskopis hepar akibat proses penuaan. Diantaranya perubahan karakteristik
organel sel, misalnya penurunan jumlah dan kepadatan mitokondria, penurunan
jumlah reduksi retikulum endoplasma kasar dan halus.Penurunan jumlah retikulum
endoplasma kasar mungkin merupakan penyebab dari penurunan kemampuan untuk
mensintesis protein.




1.1.6. Sistem Endokrin dan Metabolik
Terdapat penurunan konsumsi oksigen basal dan maksimal akibat penuaan.
Pada usia sekitar 60 tahun, kebanyakan pria dan wanita mulai mengalami penurunan
berat badan. Pria dan wanita yang berusia lanjut rata-rata memiliki berat yang lebih
rendah dari pada orang yang berusia lebih muda.Penurunan produksi panas,
peningkatkan kehilangan panas, dan pengaturan suhu pada hipotalamus mungkin
diatur pada tingkat yang lebih rendah.Peningkatan resistensi insulin menyebabkan
penurunan secara progresif dalam hal kemampuan untuk menghadapi beban
glukosa.Insiden diabetes meningkat pada orang tua sampai dengan 25% pada pasien
yang berusia lebih dari 80 tahun. Penderita diabetes sering memiliki gangguan
kardiovaskular, ginjal, neurologis dan visual, sehingga memerlukan kontrol kadar
glukosa darah selama periode perioperatif.







1.1.7. Sistem Muskuloskeletal
Massa otot berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Dengan etiologi yang
belum diketahui, sebagian besar kehilangan protein tubuh yang berkaitan dengan
penuaan dikaitkan dengan penurunan 20% dari massa otot rangka yang dikenal
dengan istilah sarcopenia. Penurunan progresif massa otot dan peningkatan lemak
tubuh (terutama pada wanita usia lanjut) menyebabkan penurunan total jumlah cair
tubuh. Hal ini menyebabkan konsentrasi plasma obat-obatan yang larut air dapat lebih
tinggi, sebaliknya konsentrasi plasma obat-obatan larut lemak dapat dapat lebih
rendah.
Kulit mengalami atrofi dan rentan terhadap trauma akibat plester perekat,
bantalan elektrokauter, dan elektroda elektrokardiografi.Dinding vena sering menjadi
rapuh dan mudah ruptur pada saat infus intravena. Atritis sendi dapat mengganggu
pengaturan posisi pasien (misalnya, litotomi) atau anestesi regional (misalnya, blok
subaraknoid). Penyakit degeneratif servikal dapat membatasi ekstensi leher yang
berpotensi membuat intubasi menjadi sulit.




1.2. Hiperplasia Prostat Benigna
Pada usia lanjut sebagian pria akan mengalami pembesaran kelenjar prostat
akibat hiperplasia jinak sehingga dapat menyumbat uretra posterior (pars prostatika)
dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih (terhambatnya aliran urin
keluar dari buli-buli). Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan
80% pria yang berusia 80 tahun. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada
zona transisional: sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer.
Pertumbuhan kelenjar ini tergantung pada hormon testoteron yang di dalam sel
kelenjar prostat hormon ini dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestoteron (DHT)
dengan bantuan enzim 5 alfa reduktase. Dihidrotestoteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam growth factor yang memacu pertumbuhan dan proliferasi
sel kelenjar prostat.





1.2.1. Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
meghambat aliran urin.Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal.Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu.Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, dan divertikel buli-buli.Perubahan struktur pada buli-buli tersebut oleh pasien
dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau Lower Urinary
Tract Symptom (LUTS).
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan keseluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-
ureter,. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.





1.2.2. Diagnosis
1.2.2.1. Gambaran Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun di
luar saluran kemih. Untuk menilai tingkat keparahan pada saluran kemih sebelah
bawah, dibuat sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO yaitu Skor Internasional
Gejala Prostat (IPSS). Dari skor IPPS dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3
derajat yaitu: ringan 0-7, sedang 8-19, berat 20-35.
1.2.2.2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan
teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin.Colok dubur pada
pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba
ujung hidung,lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul.
1.2.2.3. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Sedimen urin
Kultur urin
Fungsi ginjal
Gula darah
Penanda tumor: PSA
b) Pencitraan
Foto polos abdomen
Itravenous Urography (IVU)
Trans Abdominal Ultrasonography (TAUS)
c) Pemeriksaan Lainnya
Residual urin
Pancaran urin (flow rate)
Uroflometri
1.2.3. Penatalaksanaan
Tabel 1. Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna
OBSERVASI MEDIKAMENTOSA PEMBEDAHAN INVASIF
MINIMAL
Menunggu
(Watchful
Waiting)
Penghambat
adrenergik alfa
Penghambat
reduktase alfa
Fitoterapi
Hormonal
Prostatektomi
terbuka Endourologi:
TUR-P
TUIP
TULP
Elektrovaporisasi
TUMT
TUBD
Stent uretra
TUNA



1.2.3.1. TUR-P (Reseksi Prostat Transuretra)
Reseksi kelenjar prostat dilakukan transuretra dengan menggunakan kauter
yang dilakukan secara visual (endoskopik).Dalam TURP digunakan cairan irigasi
untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan dan untuk menjaga visualisasi yang bisa
terhalang karena perdarahan.Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non
ionik agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi.Cairan yang sering dipakai
dan harganya cukup murah yaitu H
2
0 steril (aquades).











Gambar 3. Reseksi Prostat Transuretra (TUR-P)

Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga
cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang
terbuka pada saat reseksi.Kelebihan H
2
O dapat menyebabkan hiponatremia relatif
atau gejala intoksikasi air atau sindroma TURP.Sindroma ini ditandai dengan gelisah,
kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan dapat terjadi bradikardi. Jika
tidak segera ditangani, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam
koma dan meninggal.Faktor utama yang menyebabkan timbulnya sindroma TURP
adalah circulatory overload, keracunan air, dan hiponatremia.

1.3. Penatalaksanaan Sindrom TURP
Pada hiponatremia ringan atau sedang, pemberian furosemid intravena dan
infus normosalin mungkin sudah cukup. Tindakan ini akan menurunkan kelebihan
beban cairan melalui diuresis dan menjaga kadar Na dalam batas normal. Pemberian
furosemid sebaiknya dimulai selama pasien masih di dalam kamar operasi.
Pada kasus hiponatremi berat diberikan infus 3% saline sebanyak 150-200 cc
dalam waktu 1-2 jam. Tindakan ini harus selalu disertai furosemidintravena, terutama
pada pasien dengan risiko terjadinya payah jantung kongestif. Pemberian hipertonik
saline ini dapat diulangi bila perlu. Selama pemberian saline hipertonik, kadar
elektrolit harus diperikasa tiap 2-4 jam untuk mencegah terjadinya hipernatremia.

Pada penderita hiponatremia yang menunjukkan gejala, dapat dihilangkan
dengan peningkatan kadar natrium 4-6 meq/liter saja. Dalam 12-24 jam pertama,
hanya setengah dari kekurangan kadar natrium yang perlu diatasi dengan pemberian
saline 3%. Pemberian saline 3% sebaiknya segera digantikan dengan normal saline.
Dianjurkan untuk menaikkan kadar natrium secara perlahan.
Bila terjadi udem paru-paru, harus dilakukan intubasi trakeal dan ventilasi
tekanan positif dengan menggunakan oksigen 100%. Bila terjadi kehilangan darah
yang banyak maka transfusi dilakukan dengan menggunakan Packed Red Cells
(PRC).
Untuk mengurangi risiko timbulnya sindroma TURP, operator harus membatasi
diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam.Penggunaan cairan non ionik
selain H
2
O yaitu glisin yang dapat mengurangi risiko hiponatremia pada
TURP.Selain sindroma TURP, terdapat beberapa penyulit yang bisa terjadi pada saat
operasi, pasca bedah dini, maupun pasca bedah lanjut, yaitu:
Tabel 2. Penyulit TURP
SELAMA OPERASI PASCA BEDAH DINI PASCA BEDAH LANJUT
Perdarahan
Sindroma TURP
Perforasi
Perdarahan
Infeksi lokal atau
sistemik
Inkontinensia
Disfungsi ereksi
Ejakulasi retrograde
Striktura uretra



BAB III
KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Tanggal Masuk RS : 24 Juni 2014

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : BAK tidak lancar



Anamnesis Terpimpin :
Pasien mengeluhkan BAK tidak lancar sekitar sejak 3 tahun yang lalu dan memberat
1 bulan terakhir sebelum pasien masuk RS. BAK tersebut dirasakan keluar sedikit-
sedikit, pasien juga tidak puas setelah BAK, tidak dapat menahan keinginan untuk
BAK, sering BAK terutama pada malam hari sebanyak 4-6 kali, harus mengejan saat
BAK, merasakan pancaran kencing yang lemah. Warna BAK (kuning), tidak terdapat
nyeri saat BAK, tidak ada nyeri pinggang, tidak ada keluhan demam, tidak ada
keluhan mual-muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Tingkat Kesadaran : Kompos mentis
Berat badan : 70 kg

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36.7C
Kepala-Leher
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), perbesaran KGB (-)
Thoraks
Pergerakan dinding dada simetris (kanan=kiri), tidak teraba massa dan nyeri
tekan,bunyi pernapasan (vesikuler), bunyi tambahan pernapasan :wheezing (-/-),
ronkhi(-/-), bunyi jantung I&II (murni regular), bunyi tambahan jantung :
murmur (-).
Abdomen
Tampak datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani, nyeri tekan (-).
Ekstremitas
Atas : akral (hangat), udem (-/-)
Bawah : akral (hangat), udem (-/-)
Genital
Colok Dubur: konsistensi prostat kenyal dan tidak teraba nodul

DIAGNOSIS
BPH + LUTS berat

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
WBC :4.8 (4-10) CT : 8 menit (4-10)
Hb : 10.5 g/dl (13-17) BT : 4 30 (1-5)
PLT : 327 10
3
/mm
3
(150-500) LED : 92 mm/jam (<10)
HCT : 31.2 % (40-54)
Kimia Darah
GDS : 153 mg/dl (70-200) HbsAg (negatif)
Ureum : 54 mg/dl (8-53) SGOT : 26 U/L (8-33)
Kreatinin: 3.6 mg/dl (0.6-1.2) SGPT : 27 U/L (4-36)
Elektrolit Darah
Natrium : 156 mmol/L (135-145)
Kalium : 5.5 mmol/L (3.5-5.3)
Klorida : 134 mmol/L (95-105)

PENATALAKSANAAN
Siap darah PRC 1 kantung
Rontgen thorax
Konsul kardio
Konsul anestesi
Antibiotik pre operasi : ceftriaxone 1 gr
Rencana TUR-Prostat tanggal 26 Juni 2014




BAGIAN ANESTESI
Nama : Tn. K Status Fisik : 3
Umur : 72 tahun Tanggal : 26 Juni 2014
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dokter Bedah : dr. I Wayan S., Sp. U Dokter Anestesi : dr. Ferry
Lumintang, Sp. An
Diagnosis : BPH + LUTS berat Jenis Anestesi : Regional
Tindakan : TUR-Prostat Teknik Anestesi : SAB
Obat Anestesi : Buvanest
Posisi :LLD
Premedikasi : -
Medikasi :
Atropin Sulfat 0.25 mg (1 cc + 1 cc)
Furosemid 10 mg (2cc)
Ketorolac 30 mg (1 cc)









0
20
40
60
80
100
120
140
160
A
x
i
s

T
i
t
l
e

Pemantauan Tanda Vital
Nadi
Tekanan Darah
Sistolik
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki berusia 70 tahun, dating ke RS Undata dengan keluhan utama
BAK tidak lancar yang dialami sekitar sejak 3 tahun yang lalu dan memberat 1
bulan terakhir sebelum pasien masuk RS. BAK tersebut dirasakan keluar sedikit-
sedikit, pasien juga tidak puas setelah BAK, tidak dapat menahan keinginan untuk
BAK, sering BAK terutama pada malam hari sebanyak 4-6 kali, harus mengejan saat
BAK, merasakan pancaran kencing yang lemah. Warna BAK (kuning), tidak terdapat
nyeri saat BAK, tidak ada nyeri pinggang, tidak ada keluhan demam, tidak ada
keluhan mual-muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: sakit sedang, tingkat
kesadaran: kompos mentis, berat badan: 70 kg, tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi:
68 kali/menit, respirasi: 18 kali/menit, suhu: 36.7C, pemeriksaan colok dubur
didapatkan hasil: konsistensi prostat kenyal dan tidak teraba nodul. Pemeriksaan
penunjang berupa kimia darah didapatkan hasil GDS: 153 mg/dl (N), ureum: 54
mg/dl (N), dan kreatinin: 3.6 mg/dl (N).


Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka pasien dalam
kasus ini didiagnosis dengan hiperplasia prostat benigna dan LUTS berat.Pada kasus
ini pemeriksaan tambahan yang dilakukan untuk menunjang diagnosis berupa
pemeriksaan kimia darah yaitu fungsi ginjal untuk mencari kemungkinan adanya
penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas, serta pemeriksaan gula darah
untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes melitus yang dapat
menimbulkan kelainan persarafan pada vesika urinari. Dari hasil pmeriksaan kimia
darah tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan terhadap kadar kreatinin yang
dapat mengindikasikan adanya suatu penyulit pada saluran kemih bagian atas. Oleh
karena itu, diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya berupa foto polos abdomen
atau pemeriksaan USG trans abdominal atau pemeriksaan IVU untuk mengetahui
kemungkinan adanya kelainan pada ginjal berupa hidronefosis.
Pada penatalaksanaan sebelum dilakukannya tindakan operasi, pasien diberikan
obat berupa antibiotic seftriakson 1 g dan persiapan darah.Seftriakson digunakan
sebagai profilaksis karena pada 30% penderita yang dilakukan TURP sudah terjadi
infeksi sebelum operasi. Bila sinus vena prostat terbuka sebelum operasi dan
dilakukan irigasi dengan tekanan tinggi maka kuman bisa masuk ke dalam peredaran
darah dan terjadi bakteremia. Bakteremia tersebut memiliki risiko untuk terjadinya
sepsis.

Pada tanggal 26 Juni 2014 dilakukan tindakan TURP pada pasien dalam kasus
ini. Jenis anestesi yang digunakan berupa anestesi regional dengan pemberian obat
Bupivacaine (Buvanest). Tidak diberikan premedikasi pada pasien. Untuk medikasi,
pasien mendapatkan atropin sulfat 0.25 mg, furosemid 10 mg, dan ketorolac 30 mg.
Digunakan anestesi regional pada kasus ini karena merupakan suatu teknik
anestesi untuk anggota/daerah tubuh tertentu dalam kasus ini ialah prostat.
Keuntungan dilakukan anestesi regional yaitu pasien dapat tetap sadar sehingga jika
terjadi sindroma TURP maka manifestasi klinik dapat segera diketahui karena pada
anestesi umum gejala pada SSP tidak terlihat hingga pasien dibawa ke ruang
pemulihan dan gejala respirasi biasanya terselubung oleh ventilasi bantuan atau
ventilasi terkontrol dan oksigen konsentrasi tinggi yang digunakan selama anestesi.
Terdapat dua glongan obat anestesi regional yaitu golongan ester dan amide.
Obat anestesi yang digunakan berupa buvipacaine yang merupakan golongan amide.
Obat-obatan golongan amide mempunyai keunggulan dibandingan obat golongan
ester yaitu lebih stabil, dimetabolisme dalam hati dimana hasil hidrolisisnya tidak
menghasilkan PABA yang dapat menimbulkan reaksi alergi, serta masa kerja panjang
yang merupakan suatu keunggulan karena pada operasi TURP diperlukan waktu yang
cukup lama (< 1 jam). Buvipacaine memiliki onset anestesi yang lebih lama akan
tetapi durasi kerja obat lebih lama (2-3 kali) dibandingkan obat golongan amide
lainnya.
Pasien usia lanjut memerlukan dosis obat-obatan premedikasi yang lebih
rendah. Premedikasi opioid hanya digunakan jika kondisi preoperatif pasien disertai
nyeri berat.Pada kasus ini, tidak diberikan obat premedikasi pada pasien.
Pada kasus ini, pasien medapatkan obat medikasi berupa atropine sulfat pada
jam 11.15 dan 11.20 karena terjadi penurunan denyut nadi (bradikardi).Sedangkan
pemberian furosemid pada kasus ini bertujuan untuk mencegah terjadinya overload
cairan akibat penggunaan cairan irigasi.
Selama operasi pasien mendapatkan terapi cairan berupa cairan RL sebanyak 1
kolf. Tidak digunakan cairan normosalin karena pada pasien dalam kasus ini tidak
terjadi kekurangan natrium sebelum tindakan operasi dilaksanakan selain itu
pemberian cairan normosalin dapat mengakibatkan kelebihan cairan dalam darah
walaupan normosalin sendiri dapat mengganti kadar Na yang hilang selama proses
pembedahan.

S-ar putea să vă placă și

  • Penyuluhan Hipertensi Bayu
    Penyuluhan Hipertensi Bayu
    Document19 pagini
    Penyuluhan Hipertensi Bayu
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Tutorial Skizo
    Tutorial Skizo
    Document4 pagini
    Tutorial Skizo
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Document13 pagini
    Tinjauan Pustaka
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • TINJAUAN PUSTAKA TRIKOMONIASIS
    TINJAUAN PUSTAKA TRIKOMONIASIS
    Document11 pagini
    TINJAUAN PUSTAKA TRIKOMONIASIS
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Promosi Kesehatan
    Promosi Kesehatan
    Document13 pagini
    Promosi Kesehatan
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Refarat Selulitis
    Refarat Selulitis
    Document9 pagini
    Refarat Selulitis
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Promosi Kesehatan
    Promosi Kesehatan
    Document13 pagini
    Promosi Kesehatan
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Kesimpulan 2
    Kesimpulan 2
    Document1 pagină
    Kesimpulan 2
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Promosi Kesehatan
    Promosi Kesehatan
    Document13 pagini
    Promosi Kesehatan
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Kelasibuhamil 140104111318 Phpapp02 1
    Kelasibuhamil 140104111318 Phpapp02 1
    Document32 pagini
    Kelasibuhamil 140104111318 Phpapp02 1
    mengaak
    Încă nu există evaluări
  • BAB I Skabies
    BAB I Skabies
    Document1 pagină
    BAB I Skabies
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Document13 pagini
    Tinjauan Pustaka
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Dermatitis Foto Kontak Slide
    Dermatitis Foto Kontak Slide
    Document16 pagini
    Dermatitis Foto Kontak Slide
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Selulitis Daftar Pustaka
    Selulitis Daftar Pustaka
    Document1 pagină
    Selulitis Daftar Pustaka
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • BAB I Eksantema Fikstum
    BAB I Eksantema Fikstum
    Document1 pagină
    BAB I Eksantema Fikstum
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • BAB II Eksantema Fikstum
    BAB II Eksantema Fikstum
    Document8 pagini
    BAB II Eksantema Fikstum
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Refarat Selulitis
    Refarat Selulitis
    Document9 pagini
    Refarat Selulitis
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Kesimpulan dan saran FDE
    Kesimpulan dan saran FDE
    Document2 pagini
    Kesimpulan dan saran FDE
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • VALIDITASDANBIAS
    VALIDITASDANBIAS
    Document34 pagini
    VALIDITASDANBIAS
    Putri Agri
    Încă nu există evaluări
  • KASUS IKM Diare
    KASUS IKM Diare
    Document11 pagini
    KASUS IKM Diare
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Document4 pagini
    Pendahuluan
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Pembahasan Diare IKM
    Pembahasan Diare IKM
    Document8 pagini
    Pembahasan Diare IKM
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Tutorial Hemiparesis
    Tutorial Hemiparesis
    Document21 pagini
    Tutorial Hemiparesis
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • PENDAHULUAN Ikm 1
    PENDAHULUAN Ikm 1
    Document2 pagini
    PENDAHULUAN Ikm 1
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Document14 pagini
    Pembahasan
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Tutorial Intoksikasi
    Tutorial Intoksikasi
    Document6 pagini
    Tutorial Intoksikasi
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Kesimpulan
    Kesimpulan
    Document1 pagină
    Kesimpulan
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Refka Ispa
    Refka Ispa
    Document1 pagină
    Refka Ispa
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Tutorial Intoksikasi
    Tutorial Intoksikasi
    Document6 pagini
    Tutorial Intoksikasi
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări
  • Tutorial Anxietas
    Tutorial Anxietas
    Document9 pagini
    Tutorial Anxietas
    Banyol Olfactorius
    Încă nu există evaluări