A. Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987). Adapun menurut WHO (1974) komunitas adalah kelompok sosial yang di tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota masyarakat. Tujuan dari asuhan keperawatan, memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, menjamin semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien, melibatkan klien dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan, memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat. Ciri-ciri keperawatan komunitas, yaitu perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan kesehatan komunitas, Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care), Focus pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas kepada klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer, sekunder dan tersier. 1. Pencegahan Primer Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit. 3. Pencegahan Tersier Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya. B. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association) 1. Asumsi Sistem pemeliharaan yang kompleks. a. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier. b. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek penelitian. c. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier. d. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer. 2. Kepercayaan a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang. b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan. c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan. d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu. e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan. f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama. g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan. h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan. C. Falsafah Keperawatan Komunitas Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: 1. Manusia. Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh. 2. Kesehatan. Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor. 3. Lingkungan. Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual. 4. Keperawatan. Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas. D. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas Tujuan Umum Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Tujuan Khusus Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal: a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah. c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan. d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi. e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/ keperawatan. f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan. g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care). h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan. i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan. E. Sasaran Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan. 1. Individu Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial. 2. Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya. 3. Kelompok Khusus Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah: a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti; 1) Ibu hamil 2) Bayi baru lahir 3) Balita 4) Anak usia sekolah 5) Usia lanjut b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah: 1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya. 2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya. c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya: 1) Wanita tuna susila 2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba 3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain. d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: 1) Panti wredha 2) Panti asuhan 3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial) 4) Penitipan balita 4. Masyarakat Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas- batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya. F. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING CARE) Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah : 1. Sebagai Pendidik (Health Education) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. 2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor) Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data. 3.Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises) Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikianpelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya 4. Sebagai Pembaharuan (Inovator) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. 5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan. 6. Sebagai Panutan (Role Model) Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat. 7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator) Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. 8. Sebagai Pengelola (Manager) Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
G. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. 1. Upaya Promotif Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan: a. Penyuluhan kesehatan masyarakat b. Peningkatan gizi c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan e. Olahraga secara teratur f. Rekreasi g. Pendidikan seks. 2. Upaya Preventif Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan: a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah. d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui. 3. Upaya Kuratif Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan: a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing) b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas d. Perawatan payudara e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir. 4. Upaya Rehabilitatif Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan: a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat. 5. Upaya Resosialitatif Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
II. APLIKASI KEPERAWATAN KOMUNITAS Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan ( di rumah, di puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan menggunakan Proses keperawatan. Dengan menggunakan PROSKEP komunitas perawatan memakai latar belakang pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan komunitas, mengidentifikasi masalah dan diagnosis, merencanakan intervensi, mengimplementasikan dan mengevaluasi intervensi keperawatan. Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama yaitu : 1. komunitas yang merupakan klien 2. penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan :
a. Pengkajian b. Diagnosa Keperawatan c. Perencanaan d. Pelaksanaan e. Evaluasi.
A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam pengkajian yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah : a. CORE atau inti, data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari : umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok komunitas. b. 8 ( Delapan ) subsitem yang mempengaruhi komunitas 1) Perumahan, yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, kepadatan, 2) Pendidikan : apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan 3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal : apakah tidak menimbulkan stres 4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan ; apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang termasuk kesehatan 5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi 6) Sistem komunikasi ; sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi (misal televisi, radio, koran, atau liflet yang diberikan kepada komunitas). 7) Ekonomi : tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan pakah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR), sehingga upaya kesehatan yang diberikan dapat terjangkau (misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut 8) Rekreasi : apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka, apakah biaya terjangkau oleh masyarakat (komunitas). Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stres. c. Jenis Data Jenis data secara umum dapat diperoleh dari 1. Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. 2. Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran. d. Sumber Data 1. Data primer Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian. 2. Data sekunder Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atai medical record. (Wahit, 2005). e. Pengelolaan Data Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data, dengan langkah-lanakah sebagai berikut : 1) Klasifikasi/katagori data 2) Perhitungan prosentase cakupan menggunakan telly 3) Tabulasi data 4) Interpretasi data f. Prioritas masalah Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai factor sebagai criteria: 1. Perhatian masyarakat 2. Prevalensi kejadian 3. Berat ringannya masalah 4. Kemungkinan masalah untuk diatasi 5. Tersedianya sumber daya masyarakat 6. Aspek politis. CONTOH FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS NAMA KK : ____________________________________ ALAMAT : _______________________No___________ RT____________RW______KEL__________
KOMPOSISI KELUARGA No Nama Hub. Dengan KK Umur L/P Tingkat pendidikan Pekerjaan Agama Ket.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, kemudian dikelompokkan dan dianalisis seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnosis keperawatan komunitas yang terdiri dari : 1. masalah kesehatan, 2. karakteristik populasi, 3. karakteristik lingkungan
Contoh penyusunan Prioritas Masalah Komunitas PRIORITAS MASALAH KOMUNITAS No Masalah kesehatan A B C D E F G Ketersediaan sumber H I J K L
Keterangan Huruf : A = Sesuai dengan peran CHN H = Tempat B = Sesuai dengan program pemerintah I = Dana C = Sesuai dengan intervensi Pendidikan Kesehatan J = Waktu D = Risiko terjadi K = Fasilitas E = Risiko parah L = Petugas F = Minat Masyarakat G = Kemudahan untuk diatasi
Keterangan Angka : 1 = Sangat rendah 2 = Rendah 3 = Cukup 4 = Tinggi 5 = Sangat Tinggi Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komonen yaitu : 1) Problem (masalah) yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi. 2) Etiologi (Penyebab) menunjukkan, penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi : a. Perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat b. Lingkungan fisik, etologis, psikologis, sosial. c. Interaksi prilaku dan lingkungan. 3) dan Manifestasi (data penunjang) C. PERENCANAAN
Strategi yang digunakan mencakup proses kelompok, pendidikan kesehatan, dan kerjasama serta keterlibatan PSM (peranserta masyarakat) dalam memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat suatu perubahan. Pendekatan ini dirancang untuk mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki serta kemampuan mengurangi hambatan yang ada. Selain itu untuk menumbuhkan kondisi, kemajuan sosial, dan ekonomi masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan dengan penuh percaya diri dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Didalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Tahap persiapan. Dengan melakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerja sama dengan masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian. Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
3. Tahap Pendidikan dan latihan. 1. kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat 2. melakukan pengkajian 3. membuat program berdasarkan masalah atau diagnosis keperawatan 4. melatoh kader 5. keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
4. Tahap Formasi Kepemimpinan. Pada tahap ini peserta diberi dukungan, latihan, dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan kesehatan. 5. Tahap koordinasi intersektoral. Kerja sama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat. 6. tahap akhir. Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberi umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan kegiatan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut : 1. pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi 2. demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik 3. melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium 4. bekerjasama dengan aparat pemerintah daerah untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila stresor dari lingkungan. 5. rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
Contoh Format : PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS No Diagnosis Keperawat an Tujuan Interve nsi Waktu Tempat Penang gung Jawab Sasaran Evaluasi Jangka panjang Jangka pendek
Merumuskan Tujuan 1. Berfokus kepada masyarakat 2. Jelas dan singkat 3. Dapat diukur dan diobservasi 4. Realistik 5. Waktu relatif dibatasi jangka pendek, menengah dan panjang). 6. Melibatkan peran serta masyarakat Formulasi rumusan tujuan keperawatan 1) Satuan subjek (masyarakat) 2) Perilaku masyarakat yang dapat diamati 3) Satuan prediket (kondisi) yang melengkapi perilaku masyarakat. 4) Kriteria untuk menentukan pencapaian tujuan Contoh : Masyarakat dapat membuat bak penampung sampah umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam jangka waktu 1 bulan. Masyarakat dapat melakukan upaya-upaya pencegahan terjangkitnya penyakit demam berdarah dengan jalan membersihkan faktor-faktor yang dapat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Agepty melalui kerja bakti. Subjek : Masyarakat Predikat : Membuat bak penampungan sampah umum Kondisi : Swadaya dan gotong royong Kriteria : Dalam jangka waktu 1 bulan
D. IMPLEMENTASI Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang meliputi : 1. Bantuan untuk mengatasi masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat, dan meningkatkan kesehatan. 2. mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi 3. sebagai advokat komunitas (pendamping, pendukung, inovator, fasilitator dll) untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhnya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu ; 1. Pencegahan Primer. Yaitu Pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup kegiatan kesehatan secara umum, dan perlindungan khusus terhadap penyakit. Contoh : imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi, dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
2. Pencegahan Sekunder. Yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit. Contoh mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga dll.
3. Pencegahan Tersier. Yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga. Contoh : membantu keluarga yang mempunyai anak dengan risiko kekurangan gizi untuk melakukan pemeriksaaan secara teratur ke Posyandu.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan konsep : 1. Evaluasi struktur 2. Evaluasi proses 3. Evaluasi hasil
Sedangkan fokus dari evaluasi pelakasanaan askep komunitas adalah : 1. relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan 2. perkembangan atau kemajuan proses ; kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta 3. efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan program. 4. efektivitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan 5. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
Secara garis besar, Proses evaluasi meliputi :
1. menilai respons verbal dan nonverbal komunitas setelah intervensi dilakukan. 2. mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis