Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. Definisi
1
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg,
atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
B. Anatomi
1
Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
a.
Atas
b.
Bawah
: diafragma
c.
Setiap sisi
: paru
d.
Belakang
2. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabangcabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.
Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya
tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kirakira 30 m. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3
lapisan yaitu :
a.
Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri
Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan
Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat
menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
5. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat
kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial.
Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran
tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan
kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.
6. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh
masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis.
Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi
kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
C. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
1
Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg.
Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94
mmHg.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
Diastolik
a.
< 85 mmHg
b.
85 99
c.
90 -104
: Hipertensi ringan
d.
105 114
: Hipertensi sedang
e.
>115
: Hipertensi berat
b.
140 159
c.
> 160
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole
180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal,
jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi
parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah
dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
D. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1
Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi
oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
a.
b.
c.
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d.
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan
hipertensi
jika
orang
tuanya
adalah
penderita
Ciri perseorangan :
a.
b.
c.
d.
Kebiasaan hidup
e.
f.
g.
h.
Stress
i.
Merokok
j.
Minum alcohol
k.
Ginjal
b.
Glomerulonefritis
c.
Pielonefritis
d.
e.
Tumor
f.
Vascular
g.
Aterosklerosis
h.
Hiperplasia
i.
Trombosis
j.
Aneurisma
k.
Emboli kolestrol
l.
Vaskulitis
m.
Kelainan endokrin
n.
DM
o.
Hipertiroidisme
p.
Hipotiroidisme
hipertensi
q.
Saraf
r.
Stroke
s.
Ensepalitis
t.
SGB
u.
Obat obatan
v.
Kontrasepsi oral
w.
Kortikosteroid
E. Faktor Resiko
a.
b.
Pria usia 35 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c.
d.
Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
e.
f.
g.
h.
Kegemukan
i.
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
b.
Sakit kepala
c.
Pusing / migraine
d.
e.
f.
Sukar tidur
g.
h.
Nokturia
i.
Azotemia
j.
a.
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b.
c.
f.
hipertensi
h.
i.
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j.
k.
l.
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)
IUP:
mengidentifikasikan
penyebab
hipertensi
seperti:
Batu
ginjal,
perbaikan ginjal.
d.
e.
(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
I. Komplikasi
Efek pada organ :
1
Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2. Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3. Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung
J. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a.
Diet
Menghentikan merokok
f.
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis
dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a.
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1). Dosis obat pertama dinaikkan
2). Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3). Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis,
memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita.
Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi
5. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
6. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
7. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
8. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
9. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
11. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
12. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
K. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a.
Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
c.
d.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
a.
Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
c.
d.
Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi
a. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
b. Batasi pemakaian garam.
c. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan
hipertensi dalam keluarga.
d. Tidak merokok.
e. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
f. Hindari minum kopi yang berlebihan.
g. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
h. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.
Bagi yang sudah sakit
a. Berobat secara teratur.
b. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk
dokter.
c. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain
karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci
utamanya adalah :
a. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
b. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
c. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
L. Diit Hipertensi
Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali
makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun,
permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut
penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
3. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore
hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik.
Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun
karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya,
sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
4. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah
belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih,
diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur
5. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu
air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi
diminum sore hari.
6. Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7. Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8. Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
M. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1. Kelemahan
2. Letih
3. Napas pendek
4. Gaya hidup monoton
Tanda :
1. Frekuensi jantung meningkat
2. Perubahan irama jantung
3. Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala :
serebrovaskuler
Tanda :
1. Kenaikan TD
2. Nadi : denyutan jelas
3. Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4. Bunyi jantung : murmur
5. Distensi vena jugularis
6. Ekstermitas (Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian
kapiler mungkin lambat)
9. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress
multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
a. Letupan suasana hati
b. Gelisah
c. Penyempitan kontinue perhatian
d. Tangisan yang meledak
e. Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f. Peningkatan pola bicara
10. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal
)
11. Makanan / Cairan
Gejala :
a. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
b. Mual
c. Muntah
d. Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
a. BB normal atau obesitas
b. Edema
c. Kongesti vena
d. Peningkatan JVP
e. Glikosuria
12. Neurosensori
Gejala :
a. Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b. Episode kebas
c. Kelemahan pada satu sisi tubuh
d. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e. Episode epistaksis
Tanda :
a. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
b. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c. Perubahan retinal optik
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a. Nyeri hilang timbul pada tungkai
b. Sakit kepala oksipital berat
c. Nyeri abdomen
13. Pernapasan
Gejala :
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b. Takipnea
c. Ortopnea
d. Dispnea nocturnal proksimal
e. Batuk dengan atau tanpa sputum
f. Riwayat merokok
Tanda :
a. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c. Sianosis
14. Keamanan
Gejala
Tanda
O. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Dx
1
Tujuan
Intervensi
Risiko tinggi
Cardiac Pump 1.
terhadap penurunan
effectiveness
kedua
curah jantung
Circulation
evaluasi awal
berhubungan
Status
lengkap
dengan peningkatan
Vital Sign
keterlibatan
afterload,
Status
vaskular.
vasokonstriksi,
Kriteria Hasil:
berat
diklasifikasikan
pada
orang
ventrikuler, iskemia
dalam rentang
sebagai
peningkatan
miokard
normal
tekanan
diastolik
(Tekanan darah,
sampai
Nadi, respirasi)
peningkatan
pertama,
kemudian
maligna.
Keperawatan
tangan
mentoleransi
ada kelelahan
3. Tidak ada
Perbandingan
untuk tekanan
dari
memberikan
2. Dapat
aktivitas, tidak 2.
Rasional
tentang
masalah
Hipertensi
dewasa
130,
hasil
Hipertensi sistolikjuga
Catat
kualitas
keberadaan, merupakan
faktor
untuk
penyakit
edema paru,
serebrovaskular
perifer, dan
penyakit
4. Tidak ada
3.
Auskultasi
penurunan
jantung
kesadaran
napas
dan
dan
iskemi
Denyutan
karotis,
mungkin
teramati/terpalpasi.
Denyutan pada tungkai
mungkin
menurun,
mencerminkan
efek
S4 umum terdengar
karena adanya
hipertrofi
atrium
(peningkatan
volume/tekanan
atrium). Perkembangan
S3
5. Catat edema umum
menunjukkan
fungsi.
Berikan
tenang,
lingkungan mengindikasikan
nyaman, kongesti paru sekunder
kurangi
terhadap
aktivitas/keributan
atau
lingkungan.
kronik.
gagal
terjadinya
jantung
pemijatan
punggung pengisian
kapiler
Anjurkan
mungkin
berkaitan
dengan
teknik vasokontriksi
atau
relaksasi,
panduan mencerminkan
imajinasi,
aktivitas dekompensasi/penurun
pengalihan.
an curah jantung
5.
Dapat
kerusakan
Membantu
untuk
menurunkan rangsang
simpatis,
meningkatkan relaksasi
7.
10.
Mengurangi
menurunkan
rangsang simpatis
8.
Dapat
menurunkan
rangsangan
yang
menimbulkan
stres,
akan
menurunkan TD.
terdiri
atas
diuretik,
penting
untuk
menggunakan
obat
retensi
dengan
demikian menurunkan
beban kerja jantung.
2
Intoleransi aktivitas
Energy
1.
berhubungan
conservation
terhadap
dengan kelemahan,
Self Care :
frekuensi
ketidakseimbangan
ADLs
dispnea
suplai dan
Kriteria Hasil :
dada,
keletihan
kelemahan
berlebihan,
fisik tanpa
diaforesis, dari
Intruksikan
untuk
tekanan darah,
penghematan energi
melakukan
Berikan
kerja
teknik
Teknik
energi
3.
kelebihan
2.
2. Mampu
indikator
peningkatan
nadi dan RR
membantu
dalam aktivitas
disertai
Menyebutkan
menghemat
mengurangi
dorongan penggunaan
energi
aktivitas sehari
untuk
melakukan juga
membantu
hari (ADLs)
secara mandiri
antara
Kemajuan
bertahap
aktivitas
mencegah
peningkatan
jantung
kerja
tiba-tiba.
Memberikan
bantuan
hanya
sebatas
kebutuhan
akan
mendorong
kemandirian
dalam
melakukan aktivitas.
3
Nyeri akut
Pain Level,
1.
berhubungan
Pain control,
dengan tekanan
Comfort level 2.
vaskular serebral
Kriteria Hasil :
Mempertahankan tirah
1.
baring selama fase akut
Berikan
menghilangkan
mengontrol
stimulasi/meningkatka
tindakan n relaksasi
nonfarmakologi untuk
2.
1. Mampu
Meminimalkan
Tindakan
sakit menurunkan
kepala
yang
penyebab nyeri,
memblok
3.
memperlambat/
tehnik
yang
dapat kepala
nonfarmakologi
meningkatkan
sakit komplikasinya.
untuk
kepala.
4.
3.
sakit
dan
Aktivitas
yang
nyeri, mencari
ambulansi
sesuai vasokontriksi
bantuan)
kebutuhan
menyebabkan
2. Melaporkan
respons
menggunakan
mengurangi
tekanan
nyeri (tahu
mampu
yang
kepala
pada
sakit
adanya
bahwa nyeri
berkurang
peningkatan
5.
Berikan
tekanan
dengan
makanan
menggunakan
manajemen
teratur
nyeri
dengan
Pasien
3. Mampu
lunak,
bila
terjadi kabur
sering
kepala.
mengenali nyeri
dilakukan
(skala,
menghentikan
episode
intensitas,
perdarahan.
postural
frekuensi dan
5.
tanda nyeri)
hipotensi
Meningkatkan
kenyamanan
umum.
4. Menyatakan
rasa nyaman
mengganggu menelan
setelah nyeri
atau
berkurang
membutuhkan
5. Tanda vital
dalam rentang
normal
1.
Kaji
kesiapan
dan
1.
berhubungan
disease process
hambatan
dengan kurangnya
Kowledge :
belajar.
informasi tentang
health Behavior
proses penyakit
Kriteria Hasil :
lama
1. Pasien dan
karena
perasaan
dinikmati
mempengaruhi
minat
keluarga
menyatakan
mempelajari penyakit,
pemahaman
tentang
penyakit,
Memberikan
dan
dasar
kondisi,
pemahaman
prognosis dan
peningkatan
program
ginjal.
pengobatan
3.
2. Pasien dan
TD
keluarga
faktor-faktor
mampu
kardiovaskular
melaksanakan
dapat diubah.
prosedur yang 4.
medis
secara benar
sumber
telah
menunjukkan
masukan hubungan
natrium.
dalam
menunjang
keluarga
hipertensi
dan
5.
sering
yang
mengidentifikasi
mampu
yang
risiko digunakan.
dijelaskan
3. Pasien dan
dan
penyakit
menjelaskan
menurunkan
kembali apa
menghilangkan kafein.4.
serta
atau ginjal.
Diit rendah garam
yang dijelaskan
dapat
mengontrol
perawat/tim
kesehatan
mengurangi
lainnya.
jumlah
dan
memberikan
dapat
efek
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Palmer,Anna dan Brian Wiiliam. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.