Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Angina pectoris dapat muncul akibat angina pectoris stabil (APS, stable
angina) dan keadaaan ini bisa berkembang lebih berat dan menimbulkan
sindroma koroner akut (SKA) atau yang lebih dikenal dengan serangan
jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian penyakit jantung koroner
2. Untuk menjelaskan etiologi penyakit jantung koroner
3. Untuk menjelaskan tanda gejala penyakit jantung koroner
4. Untuk menjelaskan resiko dan insidensi penyakit jantung koroner
5. Untuk menjelaskan patofisiologi penyakit jantung koroner
6. Untuk menjelaskan mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
7. Untuk menjelaskan komplikasi penyakit jantung koroner
8. Untuk menjelasakan pemeriksaan penunjang penyakit jantung koroner
9. Untuk menjelasakan penatalaksanaan penyakit jantung koroner
10. Untuk menjelasakan pengobatan penyakit jantung koroner
11. Bagaimanakah WOC pada penyakit jantung koroner
12. Untuk menjelasakan asuhan keperawatan penyakit jantung koroner
BAB II
TEORI
2.1
1. Dada terasa tak enak (digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
ternbakar dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang).
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih kuat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa
penyakit
patologi
secara
langsung,
tetapi
Berhenti merokok
1. ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam,
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam
dan mencapai puncak pada 36 jam.
jantung
dan
kontraktilitas
jantung
seperti
hipo
atau
hiperkalemia.
4. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
Angina.
b.
IMA.
c.
Aterosklerosis.
d.
Hipertensi.
ekokardiografi.
Sistem
ekokardiografi
dapat
menampilkan,
menganalisa dan menangkap hati secara penuh dalam satu detak jantung.
Perkembangan teknologi telah menciptakan alat baru yaitu Computed
tomography (CT) yang sudah lama berperan penting dalam mendeteksi dini
penyakit selama bertahun-tahun. Semakin berkembangnya teknologi,
sehingga dapat menciptakan generasi baru dengan CT scanner yang dapat
melakukan CT angiografi koroner (CTA) dengan mengurangi dosis radiasi
pada pemeriksaan klinis secara rutin.
Selain dengan CT juga dapat menggunakan tes in vitro di laboratorium,
melalui penggunaan biomarker baru yang tarutama dalam perawatan darurat
dapat mempengaruhi dan mendukung keputusan klinis. Pada gagal jantung
penggunaan natriuretik beredar-peptida B (BNP) sangat relevan, karena
tingkat biomarker ini adalah indikator yang baik untuk mengetahui sejauh
mana fungsi jantung terganggu. BNP digunakan baik untuk diagnosis awal
dan untuk pemantauan terapi. Pada beberapa pasien, serangan jantung
menjadi penyebab langsung insufisiensi jantung, sehingga deteksi cepat dari
infark miokard sangat penting dalam mencegah bertambah parahnya
kerusakan miokard dan kegagalan jantung selanjutnya. (Ekinci, 2010).
2.9 Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup,
obat-obatan dan prosedur khusus.
Perubahan gaya hidup :
2. Berhenti merokok
3. Olah raga
4. Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
5. Kurangi stress.
Obat
:
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan
Aliran darah melalui arteri koronaria harus kembali ada dan lancar untuk
jantung. Pengobatan awal biasanya segera diberikan tablet Aspirin yang
harus dikunyah. Pemberian obat ini akan mengurangi pembentukan bekuan
darah di dalam arteri koroner. Pengobatan penyakit jantung koroner adalah
meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan nitrat, antagonis kalsium) dan
mengurangi
demand
yang penting
mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita kencing
manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan berhenti merokok.
Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada,
maka harus dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang
menyempit secara intervensi perkutan atau tindakan bedah pintas koroner
(CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter
halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan
balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.
10
BAB III
WOC PJK
Faktor resiko
Dapat
dimodifikasi
Pola makan
dan gaya
hidup
LDL (kolesterol
jahat ) dlm
darah
Terjadi Plak
Ketidak
seimbangan
kebutuhan O2
Tidak dapat
dimodifikasi
PJK
Umur, Jenis
kelamin,
genetic/ Bakat
Pengobatan
Farmakologi
Trombolitik
MONACO
PTCA
Riwayat
Stroke
Non
Farmak
ologi
CABG
Sumbatan
banyak
11
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama
: Tn. Ardi
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Tn. Arya
Umur
: 38 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
: SMP
Pekerjaan
: Karyawan pertamina
12
bila pasien duduk malam hari sulit tidur kadang nyeri dada tidak
menjalar, karena keluhan tidak berkurang bahkan bertambah berat
klien dibawa ke IRD Dr Soetomo Surabaya dan masuk ruangan
Cardiology.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menderita penyakit tekanan darah tinggi, sesak nafas (sakit
jantung) sejak tahun 2000 dan tidak kontrol secara teratur.
Pasien pernah MRS dengan keluhan yang sama bulan Nopember tahun
2000 di RS Sukorejo Mojokerto dan kadang klien (2x) kontrol ke RS
Batu Malang.
Klien tidak pernah menderita penyakit kencing manis, TBC. Atau
penyakit menular dan menahun yang lain.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit hypertensi, penyakit DM ataupun penyakit
menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah
Sakit.
Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa
dan berobat ke dokter atau membeli obat kemudian sembuh.
5. Pemeriksaan Fisik
Secara umum
a. Keadaan umum : pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi
duduk pasien tampak lemah dan sakit sedang.
b. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 V5 M6
c. Antopometri : TB : 168 cm BB : 63 kg
d. Tanda vital : T : 170/130 mmHg, N : 100 x/menit, S : 36 5 o C, RR
: 32 x/menit.
Secara khusus
a. Kepala dan leher
Ekspresi wajah tegang, tampak gelisah, pucat tampak kusut
13
14
b. Pemeriksaan Thorak
Pulmonum
Inspeksi
Auskultasi : suara ronkhi pada paru kanan dan kiri basal bawah
paru wheezing tidak ada pada kedua paru.
Cor
Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak
tampak
Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada RAI 2 cm med/lat garis MCL ,
pulsasi jantung teraba pada apek, Thrill tidak ada
Perkusi : suara redup (pekak) pada daerah jantung
Batas kanan : pada sternal kanan
Batas kiri : 2 cm garis MCL S ICS VI Auskultasi : S1 dan S2
tunggal, tidak ada suara tambahan dari jantung.
Abdoment
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau
bekas luka, supel, perut datar dan tidak membuncit.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal
Perkusi : Suara tympani perut
Auscultasi : Peristaltik usus lemah, bising usus lemah (9 10
x/menit).
Ekstremitas
ATAS : Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada
cacat, simetris gerakan maksimal, tangan kiri terpasang infus RL,
kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki, turgor kulit baik.
Bawah : Lengkap, jari tangan lengkap, bersih tidak ada bekas luka,
15
Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan
data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan
kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk
menentukan diagnosa keperawatan.
DATA
ETIOLOGI
DS / Data Subyektif :
MASALAH
1. Peningkatan
1. Gangguan
pertukaran gas.
2. Ketidakseimbangan 2. Intoleran
miokard.
kurang
makan menurun
DO / Data Obyektif :
nafas
efektif.
Pernafasann
cepat
dan
dangkal.
Klien nampak kusut dan
kurang bersemangat
Segala
aktifitas
dibantu
perawat
dan
keluarga
16
yang
tidak
hanya
berbaring
tampak
kurang
bersemangat
Terpasng O2 nasal kanule
T : 170/130 mmHg
N : 100 x/menit
R : 32 x/menit
T : 36 5 o C
Porsi
makan
yang
17
Intervensi
:Observasi
gejala
yang
berhubungan,
contoh
18
dispnea,
Rasional
Intervensi
Rasional
Intevensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
: Menurunkan
kerja
miokard
sehubungan
19
dengan
kerja
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
20
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
jantung
dan
irama
(khususnya
bila
Intervensi
Rasional
21
c. Kurang
pengetahuan
[kebutuhan
belajar],
mengenai
kondisi,
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
22
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
: Pasien
karena
enggan
takut
menggunakan
melakukan/melanjutkan
serangan
angina/kematian.
nitrogliserin
secara
aktivitasbiasanua
Pasien
profilaktik
harus
sebelum
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
23
Rasional
d. Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
peningkatan
permeabilitas alveoli.
Tujuan :
Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan
status pernapasan : pertukaran gas dan status pernafasan : ventilasi tidak
bermasalah.
Intervensi :
a. Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha.
b. Pantau saturasi O2dengan oksimeter nadi.
c. Pantau status mental ex : tingkat kesadaran.
e. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nafsu makan.
Tujuan :
Pasien mampu aktif untuk memulai dan memelihara aktifitas dan
mampu beraktivitas.
Intervensi :
a.
b.
24
a.
Implementasi
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan
masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 yang dilakukan
yaitu :
1. Tindakan mandiri
2. Tindakan observasi
3. Tindakan health education
4. Tindakan kolaborasi
b. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana
tujuan dapat dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan
keperawatan, perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria
ini harus dapat diketahui. Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan
yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :
1) Masalah klien dapat dipecahkan
2) Sebagian masalah klien dapat dipecahkan
3) Masalah klien tidak dapat dipecahkan
4) Dapat muncul masalah baru.
25
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ
jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang
dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga
salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya
faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi),
tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga),
diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor
sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan
melakukan pola hidup sehat dan menghindari faktor-faktor resiko.seperti pola
makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan
olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.
Tanda Gejala Penyakit Jantung Koroner
1. Dada terasa tak enak (digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
ternbakar dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang).
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih kuat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa
26
4.2 Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang
nantinya menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih peka
terhadap tanda dan gejala serta dapat melakukan tindakan emergency
untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami
penyakit jantung koroner (PJK).
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Ischemic Heart Disease
IHDhttp://www.arupconsult.com/assets/print/IHD.pdf.Diakses tanggal 19
September 2010.
Cristoper. C. 2010. The Experiences of Coronary Heart Disease
Patients: Biopsychosocial Perspective.
http://www.waset.org/journals/ijpbs/v2/v2-4-31.pdf. Diakses tanggal 19
September 2010
Ekinci. 2010. Getting to the heart of things .
http://www.siemens.com/press/pool/de/events/healthcare/2010-08esc/heart_failure_expert_june2010.pdf
Shivaramakrishna. 2010. Risk Factors of Coronary Heart Disease among Bank
Employees of Belgaum City Cross-Sectional Study.
http://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun-2010/AJMS.3.2.152159.pdf. Diakses tanggal 19 September 2010.
Yuet Wai Kan. 2000. Adeno-associated viral vector-mediated vascular
endothelial growth factor gene transfer induces
neovascular formation in ischemic heart.
http://www.pnas.org/content/97/25/13801.full.pdf. Diakses tanggal 19 September
2010.
Anonim. 2010. Diktat Farmakologi Keperawatan. Banjarbaru: FK UNLAM.
Delmi RA. 2010. Penyakit jantung koroner.
http://www.scribd.com/doc/30488417/ Penyakit-Jantung-Koroner [19 Agustus
2010]
28
Doerge, Robert F. 1989. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Guyton, Arthur C. 1990. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 5 Bagian 1.
Jakarta:EGC.
Rasidin D. Asuhan keperawatan pada jantung koroner.
http://www.scribd.com/doc/13417068/Asuhan-Keperawatan-Pada-JantungKoroner [18 Agustus 2010]
29