Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh:
FEBRITA LAYSA S (P07120112060)
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem
dalam keadaan di mana asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk,
2000).
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
otot polos bronkiolus. (Corwin E.J., 2001)
Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh
penyempitan
yang
intermiten
pada
saluran
napas
di
banyak
tingkat
secara hiperaktif
terhadap stimuli
tertentu.(Smeltzer, 2002)
Asma bronchiale adalah suatu penyakit saluran alergi sehingga
menyebabkan gangguan pernafasan seperti sesak nafas, yang disertai dengan
nafas berbunyi mengi (Whezing).
Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan
penurunan ventilasi alveolus. (Huddak & Gallo,2003).
B. Anatomi Sistem Pernapasan
Sistem pernafasan adalah suatu sistem yang dimulai dari tempat masuknya
udara melalui hidung, hingga udara akan mengalami suatu pertukara gas di
paru-paru, dan dibentuk oleh organ-organ pernapasan.Sistem Pernafasan
meliputi saluran sebagai berikut:
1. Rongga Hidung
2. Faring
3. Laring
4. Trakhea
5. Rongga Thoraks
6. Paru-paru
7. Lobus Paru
8. Bronkhus Pulmonalis
Fisiologi pernafasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas Oksigen dan Karbon
Dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa,
Oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut, pada
waktu bernapas; oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli
dan mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonalis.Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan
diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung
kemudian dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini
hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveolikapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan
trakhea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Pernapasan jaringan atau
pernapasan interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan
oksigen (oksihemogloin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengangkut
oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan
darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon dioksida.
C. Etiologi
1. Alergen ekstrensik
a. Polen (tepung sari bunga)
b. Bulu binatang
c. Debu rumah atau kapang
d. Bantal kapuk atau bulu
e. Zat aditif pangan yang mengandung sulfit
f. Zat lain yang menimbulkan sensitisasi
2. Alergen intrinsik
a. Iritan
b. Stres emosi
c. Kelelahan
d. Perubahan endokrin
e. Perubahan suhu
f. Perubahan kelembapan
g. Pajanan asap yang berbahaya
h. Kecemasan
i. Batuk atau tertawa
j. Faktor genetik
D. Patofisiologi
Leukotrien (L) melekat pada tempat reseptor dalam bronkus kecil dan
menyebabkan pembengkakan otot polos di tempat tersebut. Leukotrin
juga menyebabkan migrasi prostaglandin melalui aliran darah ke dalam
paru-paru dan di sini, leukotrien meningkatkan kerja histamin.
E. Klasifikasi
Secara etiologis asma bronchiale di bagi dalam 3 tipe :
1. Asma bronchiale tipe nonatopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan dengan
paparan terhadap alergen dan sifat-sifat adalah:
a. Serangan timbul setelah dewasa
b. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma
c. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan
d. Perubahan cuaca / lingkungan yang nono spesifik merupakan
keadaan yang peka bagi penderita.
2. Asma bronkial hipe atopi (ekstrinsik)
Pada golongan ini ada keluhan yang berhubungan dengan paparan
terhadap alergen lingkungan yang spesifik, kepekaan ini biasanya dapat
ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronchial pada tipe-tipe yang
mempunyai sifat-sifat :
a. Timbul sejak anak-anak
b. Pada keluarga ada yang menderita asma
c. Sering menderita rinitis
3. Asma Bronchiale campuran
Pada keadaan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor ekstrensik dan
intrinsit
F. Tanda dan Gejala
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara
spontan, maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising mengi (Wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
2. Batuk tidak produktif, sering pada malam hari.
3. Ronki kering musikal, ronki basah sedang.
4. Dyspnea
dengan
lama
ekspirasi;
penggunaan
otot-otot
asesori
3. Bronchiolitis
4. Pneumonia
5. Emphysema.
H. Faktor Risiko
1. Tungau debu rumah
Asma bronkiale disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya
tungau debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas seseorang
sehingga merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas Tipe I. Tungau
debu rumah ukurannya 0,1 - 0,3 m dan lebar 0,2 m, terdapat di
tempat-tempat atau benda-benda yang banyak mengandung debu.
Misalnya debu yang berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang
berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga dari tumpukan korankoran, buku-buku, pakaian lama.
2. Jenis kelamin
Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada kekerapan asma
bervariasi, tergantung usia dan mungkin disebabkan oleh perbedaan
karakter biologi. Penyakit asma 2 kali lebih sering terjadi pada anak lakilaki usia 2-5 tahun dibandingkan perempuan sedangkan pada usia 14
tahun risiko asma anak laki- laki 4 kali lebih sering dan kunjungan ke
rumah sakit 3 kali lebih sering dibanding anak perempuan pada usia
tersebut, tetapi pada usia 20 tahun kekerapan asma pada laki-laki
merupakan kebalikan dari insiden ini.Peningkatan risiko pada anak lakilaki mungkin disebabkan semakin sempitnya saluran pernapasan,
peningkatan pita suara, dan mungkin terjadi peningkatan IgE pada lakilaki yang cenderung membatasi respon bernapas. Predisposisi asma
pada laki-laki lebih tinggi dari pada anak perempuan, akan tatapi
prevalensi asma pada anak perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
Aspirin lebih sering menyebabkan asma pada perempuan.
3. Binatang peliharaan
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster,
burung dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma
adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di bagian
muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil
(sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga menyebabkan
serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui.
4. Perubahan cuaca
Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya
kelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang
dapat membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai
stress/gangguanemosi
perlu
diberi
nasehat
untuk
Perokok pasif
Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya gejala penyakit
saluran nafas bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma
dapat
menaikkan
risiko
berkembangnya
asma
karena
dapat
mengancam
jiwa.
Makanan
yang
terutama
sering
mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan
telur. Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu
pencetus asma meskipun penelitian membuktikan alergi makanan
sebagai pencetus bronkokontriksi pada 2% - 5% anak dengan
asma.Meskipun hubungan antara sensitivitas terhadap makanan tertentu
dan perkembangan asma masih diperdebatkan, tetapi bayi yang sensitif
terhadap makanan tertentu akan mudah menderita asma kemudian,
anak-anak yang menderita enteropathy atau colitis karena alergi
makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Alergi makanan
lebih kuat hubungannya dengan penyakit alergi secara umum dibanding
asma.
I.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi
b. Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun
dengan pemberian kortikosteroid.
2. Analisa gas darah
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau
status
asmatikus.
Pada
keadaan
ini
dapat
terjadi
hipoksemia,
3. Radiologi
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya
tidak menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang menunjukkan
yang khas untuk asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus,
vaskulasrisasi paru.
4. Faal paru: Menurunnya FEV1
5. Uji provokasi bronkus
Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen. Penurunan FEV 1 sebesar
20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya
hiperreaktivitas bronkus.
6. Pulasan sputum dengan gram atau wright dapat mematikan adanya
infeksi saluran napas bagian bawah kalau terdapat banyak leukosit dan
patogen yang terutama terdiri atas bakteri.
J. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Faktor pencetus sedapat mungkin dihilangkan.
b. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
c. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat
diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.
d. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini(per
oral):
1) Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
b. Efedrin
c. Salbutamol
d. Terbutalin
Bronkodilator,
untuk
bronkospasme
dilatasi
dan
bronkus,
meningkatkan
tachycardia,
dysrhytmia,
palpitasi,
iritasi
: 0,5 2 mg/kg/hari,
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada
asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun,
dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik
dan stres.pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur
8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim
3 tahun.pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.untuk
jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan
dan laki-laki.
B. Keluhan Utama
Batuk-batuk dan sesak napas.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
D. Riwayat Penyakit Terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain.
F. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat
di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap
rokok dari orang dewasa.perubahan suhu udara, angin dan kelembaban
udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status gizi
BBSekarang
100%
BBideal
Anak
menunjukkan
pertukaran
gas
yang
normal,
Intervensi :
1.
2.
Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit
sampai 4 jam.
3.
4.
5.
catat kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia.
6.
7.
8.
9.
Kecemasan menurun
Kriteria
tua
merasa
tenang
dan
berpartisipasi
dalam
perawatan anak
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kriteria
Intervensi :
1.
Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin,
ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
2.
Monitor elektrolit
3.
4.
5.
Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat
meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).
6.
Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (7502000 ml), tergantung usia dan berat badan.
Kriteria
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
E. Kurangnya pengetahuan
pengobatan.
Goal
Kriteria
Intervensi :
1.
Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan
intervensi.
2.
3.
Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
4.
5.
Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
6.
7.
Perencanaan Pemulangan
1. Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau
phantom.
2. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
3. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu
binatang dan lainnya.
4. Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
5. Ajarkan penggunaan nebulizer.
6. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
7. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
8. Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
9. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
Daftar Pustaka.
Antony Crocbett, Penanganan Asma Dalam Primer, Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta 1997.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit
CV Sagung Seto Jakarta.
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
Soeparman, Sarwono Wasdapaji, Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, balai penerbit
FKUI, Jakarta 1998.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak.
Percetakan Infomedika Jakarta.
M. Amin, Hood Alsagar, Ilmu Penyakit Paru, Penerbit Air Langga University
Press 1993.
Tarwota, Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Penerbit Salemba Medika.
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Surabaya