Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip
terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial. (Doenges, 1999)
F. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder. (Rita & Suriadi, 2001)
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
(2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter.
(2) Sirkulasi
Kolaborasi
Berikan anal getik, asetaminofen, codein
h) Kerusakan
mobilitas
fisik
sehubungan
dengan
kerusakan
neuromuskuler.
Tujuan : klien tetap terpenuhi mobilitas fisiknya
Kritera :
o mempertahankan posisi fungsional dengan tidak adanya kontraktur,
footdrop
o Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum
o mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus
Intervensi :
Kaji derajat imobilisasi pasien.
Bantu latihan rentang gerak.
Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra
atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.
Gunakan penahan/footboard selama terjadi paralise kaki
Evaluasi pemakaian alat bantu selama paralise
Kaji kemampuan klien untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan
keseimbangan untuk berdiri
Kaji sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna
kulit dan edema
i) Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
Tujuan : klien mampu beradaptasi terhadap perubahan sensor persepsi
Kriteria : meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi,
mendemonstrasikan perubahan perilaku menghadapi defisit.
Inervensi :
Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
Observasi respons perilaku.
Hilangkan suara bising yang berlebihan.
Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.
j) Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
Tujuan : ansietas berkurang
Kriteria : tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada
tingkat dapat diatasi
Intervensi :
Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan
prosedur.
8. Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 1.
Jakarta : CV Sagung Seto.