Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
BAB 2
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gagal Jantung
2.1.1. Definisi
Gagal jantung merupakan kelainan dari struktur jantung atau fungsi
jantung yang mengakibatkan gagalnya jantung untuk memompa darah ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan oksigen atau jantung hanya dapat
memopa darah ke jaringan jika tekanan pengisian jantung meningkat
diatas normal.3Gagal jantung biasanya disertai dengan simptom sesak
napas dan
diagnosa utama pada pasien dirumah sakit dengan untuk usia lebih dari 65
tahun pada tahun 1993.3
2.1.3. Etiologi
Tabel 2.1. Penyebab Gagal Jantung Kiri
Gangguan Kontraktilitas
Infark Myocardium
Transient Myocardial Ischemia
Beban volume : regurgitasi katup (mitral atau aorta)
Kardiomiopati dilatasi
Peningkatan afterload (beban tekanan)
Hipertensi sistemik
Obstruksi aliran : stenosis aorta
Obstruksi pengisian ventrikel kiri
Stenosis mitral
Konstriksi pericardial atau tamponade
Gangguan relaksasi ventrikel
Hipertrofi ventrikel kiri
Kardiomiopati hipertrofi
Kardiomiopati restriktif
Sumber : Sah, R.V., Fifer, M.A., 2011. Heart Failure. In : Lilly, L.S., ed.
Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins.3
Sumber : Sah, R.V., Fifer, M.A., 2011. Heart Failure. In : Lilly, L.S., ed.
Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins.
2.1.4. Patofisiologi
Gagal jantung kronis merupakan hasil dari variasi yang luas dari
gangguan-gangguan kardio vaskular. Etiologinya dapat dibagi kedalam grup (1)
gangguan kontraktilitas ventrikel, (2) afterload yang meningkat, (3) gangguan
relaksasi ventrikel dan pengisian ventrikel. Gagal jantung yang diakibatkan oleh
gangguan dari pengosongan ventrikel (dikarenakan gangguan kontraktilitas atau
tingginya afterload) disebut kegagalan sistolik dan gagal jantung yang
diakibatkan oleh gangguan relaksasi ventrikel atau pengisian ventrikel disebut
kegagalan diastolik.3
Impaired Contractility
Afterload
(Chronic Pressure
Overload)
Advanced aortic stenosis
Uncontrolled severe
Dilated Cardiomyopathies
hypertension
Heart Failure
>>
Ventrikuler
Stroke
end-diastolic
volume<
>> Atrial
Pressure
<
Hypertrophy
>>
ventrikuler
mass
Sumber : Sah, R.V., Fifer, M.A., 2011. Heart Failure. In : Lilly, L.S., ed.
Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins.
Penurunan stroke volume mengakibatkan pengosongan ruang yang tidak
sempurna sewaktu jantung berkontraksi, sehingga volume darah yang
menumpuk dalam ventrikel semasa diastol lebih tinggi dibantingkan
normal. Hal ini bekerja sebagai mekanisme kompensasi karena kenaikan
beban awal (volume akhir diastolik) merangsang stroke volume yang lebih
besar dari pada kontraksi berikutnya yang membantu mengosongkan
ventrikel kiri yang membesar.3,5
Pada gagal jantung, stress pada dinding ventrikel bisa meningkat, baik
akibat dilatasi atau beban akhir yang tinggi. Peninggian stress terhadap
dinding ventrikel yang terus menerus merangsang pertumbuhan hipertropi
ventrikel dan kenaikan masa ventrikel. Peningkatan ketebalan dinding
6
masa
serabut otot
Perubahan Neurohumoral
Perubahan neurohumoral pada awal gagal jantung merupakan
respon
yang
menguntungkan,
namun
selanjutnya
menyebabkan
RAAS
dan
sistem
neurohumoral
lain
dimaksudkan
sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron
dimaksudkan
kapasitas
Tidak
aktifitas
ada
fisik
menimbulkan
NYHA Class II
keterbatasan
biasa
lelah,
tidak
jantung
keterbatasan
aktifitas
berdebar-debar
dan
sesak nafas.
NYHA Class III
NYHA Class IV
dan
semakin
ketika
tidak
melakukan
aktifitas listrik.
Stadium B
Stadium C
Stadium D
Tanda
Spesifik
Peningkatan TVJ
Refluks hepatojugular
Suara jantung S3
Apex jantung bergeser ke lateral
Bising jantung
Kurang spesifik
Edema perifer
Krepitasi pulmonal
Suara pekak dibasal paru pada
10
>2kg/minggu
Berat badan turun (gagal jantung
perkusi
Takikardia
stadium lanjut)
Perasaan kembung atau begah
Nafsu makan menurun
Perasaan bingung( terutama pasien
Nadi irreguler
Nafas cepat
Hepatomegali
usia lanjut)
Depresi
Jantung berdebar debar
pingsan
Ascites
Kaheksia
Sesak pada gagal jantung memiliki banyak faktor, tetapi yang paling
penting adalah kongesti pulmonal dan akumulasi cairan di interstisial atau
intraalveolar. Faktor lain yang menyebabkan sesak saat aktivitas adalah
adanya penurunan pengembangan paru, meningkatnya resistensi saluran
napas, kelelahan otot pernapasan, dan anemia. Gejala lain yang sering
terjadi pada gagal jantung adalah :
a. Orthopnea
Orthopnea merupakan sesak saat terjadi perubahan posisi. Ini disebabkan
karena redistribusi cairan dari sirkulasi splanknik dan ektremitas bawah ke
sirkulsi sentral saat perubahan posisi, dengan terjadi peningkatan tekanan
kapiler pulmonal. Batuk saat malam sering dijumpai. Orthopnea biasanya
mereda jika duduk dengan tegak atau penambahan bantal.6
b. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)
Ini merupakan episode akut dari sesak dan batuk yang muncul saat malam
hari sehingga pasien terbangun dari tidur. PND bisa bermanifestasi sebagai
batuk atau mengi, ini karena terjadi peningkatan tekanan di arteri
bronkialis karena kompresi saluran napas serta terjadi edema yang
menyebabkan resistensi saluran napas meningkat.6
c. Respirasi Cheyne-Stokes
Berkaitan dengan penurunan curah jantung. Disebabkan karena penurunan
sensitivitas dari pusat respirasi terhadap PCO2. Terdapat fase apneu saat
PO2 menurun dan PCO2 meningkat. Perubahan ini menyebabkan depresi
pusat respirasi menyebabkan hipervetilasi dan hipokapnia, diikuti periode
apnea rekuren.6
11
d. Gejala lain
Dapat berupa gejala saluran pencernaan berupa anoreksia, mual, dan cepat
kenyang yang disebabkan karena kongesti hati.6
Kriteria Mayor
Paroxymal Nocturnal
Dyspnea
Distensi Vena Leher
Ronki
Kardiomegali
Edema paru akut
S3 Gallop
Peningkatan TVJ
Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
Edema Ekstremitas
Batuk malam hari
Sesak saat beraktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3
dari normal
Takikardi > 120 x/i
12
2.1.8. Diagnosis
a. Laboratorium rutin
13
Darah rutin, elektrolit, blood urea nitrogen, kreatinin serum, enzim hati,
dan urinalisis.5
b. Elektrokardiogram
Melihat bagaimana ritmenya, apakah ada pembesaran atau hipertorfi
ventirikel kiri.5
c. Foto toraks
Pada pemeriksaan foto toraks dapat ditemukan adanya pembesaran siluet
jantung
pulmonalis terutama di zona atas pada tahap awal, bila tekanan vena
pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran cairan pada fisura
horizontal dan garis Kerley B pada sudut kostofrenikus. Bila tekanan
lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwing pada lapangan paru
yang menunjukkan adanya edema paru bermakna.Dapat pula tampak
gambaan efusi pleura bilateral, tetapi bila unilateral, yang lebih banyak
terkena adalah bagian kanan.5
d. Biomarker
e. Echocardiography
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna
pada gagal jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran
obyektif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang perlu
dilakukan ekokardiografi adalah semua pasien dengan tanda gagal
jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang
berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko
disfungsi ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tidak
terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengindentifikasi
gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan
katup, serta mengetahui risiko emboli.5
14
Kriteria mayor atau minor dengan diikuti adanya penurunan berat badan
4,5 kg dalam 5 hari pengobatan.Berdasarkan gejala dan penemuan klinis,
diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan bila pada pasien didapatkan
paling sedikit 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor dari kriteria
Framingham.
2.1.9. Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
1. Terapi Diuretik
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia. Pemberian diuretik seperti furosemide (40- 80 mg) secara IV.
6
2. Penghambat ACE
Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal, dan
pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri. 6
3. Penyekat Reseptor Beta
Penyekat reseptor beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE.
Penyekat reseptor beta yang digunakan biasanya adalah carvedilol,
bisoprolol atau metoprolol dan digunakan bersama penghambat ACE dan
diuretik. 6
4. Mineralocorticoid Receptor Antagonist
Mineralocorticoid Receptor Antagonist bermanfaat untuk menghambat
aldosteron pada tingkat reseptor. Mineralocorticoid yang biasa digunakan
adalah Spironolactone, Eplerenone
15
5. Glikosida Jantung
Digitalis,
meningkatkan
memperlambat
frekuensi
kekuatan
jantung.
kontraksi
Efek
yang
otot
jantung
dihasilkan
dan
adalah
16
17
penyakit
jantung
koroner
adalah
sebesar
26,4%(11,20).
(manula) atau nasib buruk yang tidak dapat dihindari. Dalam hubungan ini
dikenal adanya Faktor Risiko PJK, yaitu kondisi yang berkaitan dengan
meningkatnya risiko timbulnya PJK. Faktor risiko tersebut diantaranya
adalah tekanan darah, merokok, lipid, diabetes mellitus, obesitas, dan
riwayat keluarga dengan penyakit jantung(11).
20
dan hanya ditambahkan pada pasien dengan faktor risiko moderat sampai
standar(21).
Gambar 4 Perbandingan antara faktor resiko tradisional dan nontradisional untuk PJK21
22
2.2.4 Patogenesis
1. Patogenesis plak aterosklerosis
Struktur arteri koroner jantung yang sehat terdiri atas 3 lapisan, yaitu
intima, media dan adventitia. Intima merupakan lapisan monolayer sel-sel
endotel yang menyelimuti lumen arteri bagian dalam. Sel-sel endotel
menutupi seluruh bagian dalam sistem vaskular hampir seluas 700 m 2 dan
dengan berat 1,5 kg. Sel endotel memiliki berbagai fungsi, diantaranya
menyediakan lapisan nontrombogenik dengan menutupi permukaannya
dengan sulfat heparan dan melalui produksi derivat prostaglandin seperti
prostasiklin yang merupakan suatu vasodilator poten dan penghambat
agregasi platelet(22). Rusaknya lapisan endotel akan memicu terjadinya
aterosklerosis
sebagaimana
yang
akan
dijelaskan
kemudian.
adalah
response
to
injury
hypothesis
sebagai
berikut(18,24):
24
Iskemia
miokardium
merupakan
hasil
dari
berbeda.
Diagnosis
NSTEMI
ditegakkan
jika
pasien
dengan
27
2.2.6. Diagnosa(18,30)
Berikut ini merupakan pendekatan diagnostik CAD yang penulis sajikan dalam bentuk tabel yang bersumber dari beberapa
literatur dengan harapan bisa mempermudah penulis dan pembaca membandingkan klasifikasi dari CAD baik ditinjau dari segi
anamnesa, pemeriksaan fisik sampai pada pemeriksaan penunjang.
Kriteria
Diagnostik
Anamnesis
NSTEMI
STEMI
Nyeri dada iskemik, identifikasi faktor pencetus dan atau faktor resiko. Sifat nyeri dada yang spesifik angina
sebagai berikut:
1. Lokasi: substernal, retrosternal dan prekordial.
2. Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan
dipelintir.
3. Penjalaran ke: leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/interskapula, dan dapat juga ke lengan kanan.
4. Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan
5. Hati-hati pada pasien diabetes mellitus, kerap pasien tidak mengeluh nyeri dada akibat neuropati diabetik.
28
29
Anamnesis
Khusus
Gambaran
menit
Stabil
dingin.
aktivitas sehari-hari
nyata terbatas seperti
keringat dingin.
30
Kriteria Diagnostik
NSTEMI
STEMI
STABIL
Pemeriksaan Fisik
31
Pemeriksaan
Penunjang
EKG
ST depresi
ST depresi
T inverted simetris
T inverted
simetris
Normal atau
transient
Normal, ST
depresi
>0,05mV, T
EKG
32
Pemeriksaan
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Penunjang
Laboratorium
Enzim jantung
(CK-MB, troponin
T, I, LDH, SGOT)
33
2.2.7. Penatalaksanaan18
1. Angina Pektoris Stabil (Kronis Koroner Sindrom)
34
Berdasarkan triase dari pasien dengan kemungkinan SKA, langkah yang diambil
pada prinsipnya sebagai berikut :
a.
b.
Jika EKG dan petanda biokimia curiga adanya SKA: Kirim pasien ke
35
5) Pemberian obat:
Mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5
menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau
tramadol 25-50 mg intravena.
berdampingan atau > 0,2 mV pada dua atau lebih sadapan prekordial
berdampingan atau blok berkas (BBB) dan anamnesis dicurigai adanya IMA maka
sikap yang diambil adalah dilakukan reperfusi dengan :
Terapi trombolitik bila waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12 jam,
usia < 75 tahun dan tidak ada kontraindikasi.
36
2)
Bila sangat mencurigai ada iskemia (depresi segmen ST, inversi T), diberi
Perhatikan monitoring EKG dan ulang secara serial dalam pemantauan 12 jam
pemeriksaan enzim jantung dari mulai nyeri dada dan bila pada evaluasi selama
12 jam, bila:
EKG normal dan enzim jantung normal, pasien berobat jalan untuk
evaluasi stress test atau rawat inap di ruangan (bukan di ICCU), dan
37