Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh:
1. Putri Arisetia N
2. Rahmania Putri A
3. Ranitasari
4. Rendi Saifinuha H
5. Retno Purwati
(P17420213022)
(P17420213023)
(P17420213024)
(P17420213025)
(P17420213026)
Tingkat 2A / Semester IV
BAB I
PENDAHULUAN
permasalahan
kesehatan
lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan per
masalahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai
banyak faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi.
Faktor-faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan
tungaunya, bulu binatang, asap rokok,asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit
ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek
atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr.
dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan,
penyakitasma bukan penyakit menular tapi penyakit keturunan.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang
didunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit
asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and
Alergies inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia
prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4
%.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saatini
hanya berfungsi menghilangkan gejala.
Namun, dengan mengontrol penyakit asma, penderita
penyakit
asma
bisa
asma
lebih
lanjut
dalam
halaman
detail
ini
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubahubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin,
2008).
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(Smelzer Suzanne : 2001)
Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme
akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus. (Elizabeth, 2000: 430)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (The American Thoracic Society).
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma bronchial adalah
suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif yang bersifat reversible, ditandai
dengan terjadinya penyempitan bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos
bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveoulus dengan suatu
keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas.
haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa oleh arteri
ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100
mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen
Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler dari
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dikeluarkan
melalui hidung dan mulut. Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang
telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksige, mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung
dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon
dioksida.
2.3 Etiologi
Suatu
hal
yang
fenomenahiperaktivitas
yang
menonjol
pada
penderita
bronkus.
Bronkus
penderita
asma
Asma
sangat
adalah
peka
2.5 Klasifikasi
Pembagian asma pada anak :
a. Asma episodic yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan
oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam
satu tahun.
merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam
hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14
hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan
ini.
b. Asma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan
dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan
tanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap
kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling
sering pada umur 8-13 tahun.
c. Asma kronik atau persisten
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan
50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh
batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14
tahun.
banyak.
Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering,
menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu
iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat.
Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau
pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan
asma.
Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari
pada selama inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam
intrapulmoner selama usaha ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus
tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh karena itu pendeita asma biasanya
dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan besar dalam
ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau kelaparan udara. Kapsitas sisa fungsional
paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karena
kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yang
panjang, sangkar dada menjadi membesar secara permanent, sehingga menyebabkan
suatu barrel chest (dada seperti tong).
2.7 Pathway
Ekstinsik (inhaled alergi)
Stimulasi reflek
reseptor
syarat
parasimpatis pada
mukosa bronkhial
wheezing
Udema mukosa
Ketidakefekt
Hipersekresi mukosa
Bronkus menyempit
kental
Penum
pukan
sekret
Ventilasi terganggu
hipoksemia
Gangguan
pertukaran
gas
gelisah
Intoleransi
aktivitas
Bernapas
melalui mulut
Keringnya
mukosa
Gangguan
pola tidur
cemas
Resiko
infeksi
Batuk tidak
efektif
Bersihan
jalan napas
tidak efektif
respiratori
ringan
sekunder
terhadap
hiperventilasi
tanda-tanda
hipertropi
otot
jantung,
yakni
(Euphilin
Retard),
obat
pencegahserangan
asma.
Kromalin
adanya
infeksi Aspergillus
sp.Aspergilosis
Seh
ubungan dengan asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi
dengan risiko asma (orangtua asma), dengan cara :
a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/anak
b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut
tidak mengganggu asupan janin
c. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
d. Diet hipoalergenik ibu menyusui
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang
telah tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta
allergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada
anak yang telah menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah
penelitian multi senter yang dikenal dengan nama ETAC Study (early
treatment of atopic children) mendapatkan bahwa pemberian Setirizin
selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik
terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan
kejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian setirizin
pada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).
2.12
Cara Penularan
Pada umumnya penularan penyakit asma lebih disebabkan oleh
2.13
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Polapemeliharaan kesehatan
GejalaAsmadapatmembatasimanusiauntuk
berperilakuhidup
normalsehingga
pasiendenganAsma
harusmengubahgaya
seranganAsma
b. Polanutrisidan
metabolik
Perlu dikaji tentang
karenadispneasaat
dansesakdapat
mempengaruhi
stresor yang
dialamipasiensehinggakemungkinanterjadiseranganAsma
yangberulangpunakan semakin tinggi.
g. Polahubungan dengan oranglain
16. GejalaAsma
sangatmembatasipasienuntukmenjalankan
kehidupannya
secara
normal.
Pasien
perlu
kondisinyaberhubungandengan oranglain.
h. Pola reproduksidan seksual
17. Reproduksiseksualmerupakankebutuhandasar
kebutuhan
ini
tidak
terpenuhi
akan
terjadi
menyesuaikan
manusia,bila
masalah
dalam
salahdapatmenghambatresponkooperatif
padadiripasien.
instrinsik
makaprludikajipenyebabterjadinya
pengaruhterhadapkehidupanpasienserta
dapatmeningkatkankekuatanjiwa
terhadapTuhanYangMaha
Esa
pendekatandiri
serta
pada-Nya
merupakanmetodepenanggulanganstresyangkonstruktif
21.
2) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan spirometri
22.
Pemeriksaan
dansesudah
spirometridilakukan
pemberian
aerosol(inhalerataunebulizer)
sebelum
bronkodilator
golongan
proses
patologik
ada
diparu
atau
e. Pemeriksaan sputum
26.
Untuk
melihat
adanyaeosinofil,
kristal
meningkat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihanjalannapastidakefektifberhubungandenganpeningkatan
produksisekret
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
32. Dx
1
: Bersihan
jalan
napas
tidak
efektif
humidifikasi,
seperti
nebulizer
36.
bronkospasme
37.
Tujuan : polanapas kembali efektif
38.
Kriteriahasil :
-
Polanapas efektif
Bunyi napas normal kembali
Batuk berkurang
39.
1)
2)
3)
4)
Intervensi :
Kaji frekuensikedalaman pernapasan danekspansidada
Auskultasibunyi napas
Tinggikan kepaladan bentuk mengubah posisi
Kolaborasipemberian oksigen
40.
Tidak adadispnea
Pernapasan normal Intervensi
43.
44.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
2) Tinggikankepalatempattidur,bantupasienuntukmemilih
3)
4)
5)
6)
45.
46.
Tidak adatanda-tandainfeksi
Mukosamulut lembab
Batuk berkurang
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Monitortanda-tandavital
Observasiwarna, karakter, jumlah sputum
Berikan nutrisiyangadekuat
Berikan antibiotik sesuai indikasi
50.
51.
pengetahuan
52.
Tujuan : kecemasan pasien berkurang
53.
Kriteriahasil :
-
54.
Intervensi :
yang berlebih
56.
Tujuan : polatidurterpenuhi
57.
Kriteriahasil :
58.
1)
2)
3)
4)
5)
59.
60.
63.
Intervensi:
82.
83.
DAFTAR PUSTAKA
84.
85.
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk
Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
86. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
87.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma
Management
and
Prevension
In
Children.
www.
Dimuat
dalam
www.Ginaasthma.org
88.
Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di
Ruanmg Nilam (Penyakit Dalam) Rumah Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh
Banjarmasin Program Studi D3. Keperawatan 2009.
89.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
90.
Media Aesculapius
Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta:
EGC
91.
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
92.
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
93. Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
94.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 200595.