Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIALE
DI RUANG IGD DI RSUD KOTA SEMARANG
Disusun Oleh:
1; Aditya Amru abdullah
2; Agyl Primastuti
3; Ahmad Jupri
4; Ahmad Setiawan
5; Anastasya T Neonliu
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
seminar Kelompok Yang Berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan
Diagnosa Medis Asma Bronchiale di Ruang IGD di RSUD Kota Semarang
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas akhir praktik stase KGD
program pendidikan profesi ners dan menambah pengetahuan
Serta ketrampilan dan memberikan asuhan keperawatan khususnya pada
klien yang menderita Asma Bronchiale
Penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,
arahan dan bimbingan dari semua pihak, kami ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
Banyak kekurangan, untuk menyempurnakan makalah ini kami mengaharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
PRAKATA ............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A; Latar Belakang ....................................................................................
B; Tujuan ................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...
BAB V KESIMPULAN..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
4
PENDAHULUAN
A; Latarbelakang
Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia,
baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari
waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara berkembang
prevalensi asma meningkat. Asma merupakan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi
survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di
Indonesia. Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi
dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara.
Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain
infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja
atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi. Prevalensi
asma di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada
dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%.
Selain di Indonesia prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat
3 kali disbanding di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.
Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil
penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma
mempunyai sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap
rangsangan.
B; Tujuan
5
1; Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan Asma Bronchiale.
2; Tujuan Khusus
a; Mahasiswa mengetahui tinjauan teori pada kasus Asma Bronchiale
yang meliputi :
1; Pengertian Asma Bronchiale
2; Penyebab Asma Bronchiale
3; Patofisiologi Asma Bronchiale
4; Tanda dan Gejala Asma Bronchiale
5; Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronchiale
6; Komplikasi Asma Bronchiale
7; Penatalaksanaan Asma Bronchiale
8; Pengkajian fokus dan Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus Asma Bronchiale
b; Mahasiswa mampu melakukan Asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa Asma Bronchiale
BAB II
KONSEP DASAR
1 PENGERTIAN
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
otot polos bronkiolus. (Corwin E.J., 2001 : 430)
Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh
penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat
mengakibatkan terhalangnya aliran udara. (Stein J.H., 2001 : 126)
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
mengakibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan
(mengi atau sesak). (Mansjoer A., 1999 : 476-477)
Asma adalah gangguan pernapasan pada bronkus yang menyebabkan
penyempitan intermiten pada saluran pernafasan.
2 ETIOLOGI
Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe :
1. Asma tipe non atopik (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan
(exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah :
1. Serangan timbul setelah dewasa.
2. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma.
3. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan.
7
4. Ada hubungan dengan pekerjaan dan beban fisik.
5. Rangsangan / stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan
serangan reaksi asma.
6. Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
merupakan keadaan yang peka bagi penderita.
2. Asma tipe atopik (ekstrinsik)
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan
(exposure) terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya
ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini
mempunyai sifat-sifat :
1. Timbul sejak kanak-kanak
2. Pada famili ada yang mengidap asma
3. Ada eksim waktu bayi
4. Sering menderita rinitis
5. Di Inggris penyebabnya house dust mite, di USA tepung sari bunga
rumput
3. Asma Campuran (mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat oleh faktor-faktor intrinsik
maupun ekstrinsik. (Alsagaff, H. dkk.1993 : 2)
3 MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan,
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
8
1. Bising mengi (Wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari.
3. Napas atau dada seperti tertekan. (Mansjoer A., 1999 : 477)
4 PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :
1. Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan napas.
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronki.
3. Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Selain itu otot otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum
yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini
tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
imunologis dan sistem saraf otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan selsel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin
serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS A). Pelepasan
mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan
napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
9
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur
oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau
nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang
Zat allergen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, mulut dan kontak kulit
dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga
merangsang
pembentukan
Reaksi
tubuh terhadap
allergen mediator kimiawi yang
dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
Tubuh tidak tahan terhadap allergen
terhadap respon parasimpatis.
Kontraksi otot polos pernapasan
Selain itu reseptor dan -adrenergik dari sistem saraf simpatis
Bronkospasme
terletak dalam bronki. Ketika
reseptor -adrenergik dirangsang, terjadi
Penyempitan
saluran pernapasan
Produksi
sputum
berlebih yang
bronkokonstriksi,
bronkodilatasi terjadi ketika
reseptor
-adrenergik
dirangsang.
Keseimbangan
antara
reseptor
dan -adrenergik
dikendalikan
Hambatan
aliran pernapasan
Resiko tinggi
infeksi
Gangguan
ventilasi
(hipoventilasi)
terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor-alfa
Distraksi ventilasi yang
tidak rata dan
sirkulasi
paru
Jalan
napas
tidak
efektif pada peningkatan mediator
mengakibatkan
penurunan
cAMP,
yang
mengarah
kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi
Penurunan sirkulasi darah, dispnea, wheezing, anoreksia
Batuk dan kelemahan
reseptor-beta
mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat
Gangguan difusi
gas di tingkat
alveoli
pemenuhan
istirahat
pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkanGangguan
bronkodilatasi.
Teori
yang tidur
sianosis
diajukan ialah bahwa penyekatan -adrenergik terjadi pada individu dengan
asma.
Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator
hipoksia
Intoleransi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh aktivitas
kimiawi dan konstriksi otot polos. (Smeltzer, S.C., 2001 : 611-612)
ansietas
Imunitas menurun
Ketidaktahuan tentang penyakit
Resiko tinggi infeksi
5 PATHWAY
Sumber : Stein J.H., (1998); Carpenito, L.J. (1999); Doenges, M.E. (2000); Smeltzer, Suzanne, C. (2001)
10
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
11
Pemeriksaan laboratorium
1; Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
a; Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
b; Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
c; Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d; Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus
plug.
2; Pemeriksaan darah
a; Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b; Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
c; Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan penunjang
12
1; Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a; Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b; Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
c; Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d; Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e; Bila
terjadi
pneumonia
mediastinum,
pneumotoraks,
dan
13
a; Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
b; Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
c; Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4; Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
5; Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible,
cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler
atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
7 PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
14
1; Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2; Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
3; Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan
penyakitnya
sehingga
penderita
mengerti
tujuan
15
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Teofilin (Amilex)
16
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum
obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
b; Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak- anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
c; Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan
obat ini adalah dapat diberika secara oral.
17
BAB III
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
A; PENGKAJIAN PRIMER
1; Airway
a; Kaji dan pertahankan jalan napas
b; Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c; Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan napas jika perlu
d; Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist untuk dilakukan intubasi
jika tidak mampu untuk menjaga jalan napas atau pasien dalam
kondisi terancam kehidupannya atau pada asthma akut berat
e; Jika pasien menunjukan gejala yang mengancam kehidupan, yakinkan
mendapat pertolongan medis secepatnya.
2; Breathing
a; Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan
tujuan mempertahankan saturasi oksigen >92%
b; Berikan aliran oksigen tinggi melalui non re-breath mask
c; Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation
18
d; Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji
PaO2 dan PaCO2
e; Kaji respiratory rate
f; Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan
g; Periksa system pernapasan cari tanda:
Cyanosis
Deviasi trachea
h; Dengarkan adanya:
Wheezing
3; Circulation/Sirkulasi
a; Kaji denyut jantung dan rhytme
b; Catat tekanan darah
c; Lakukan EKG
19
d; Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulphat 2
gram dalam 20 menit
e; Kaji intake output
f; Jika potassium rendah makan berikan potassium
4; Disability
a; Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b; Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan
pasien membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsive
B; PENGKAJIAN SEKUNDER
1; Riwayat Penyakit Sekarang
Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang dipakai
setiap hari dan saat serangan.
2; Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas
bagian atas.
3; Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah riwayat sakit asma pada keluarga.
4; Riwayat Sosial Ekonomi
20
Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis pekerjaan, jenis makanan
yang berhubungan dengan allergen, hewan piaraan yang dipelihara dan
tingkat stressor.
C; DIAGNOSA KEPERAWATAN
1; Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
2; Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.
3; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia /
mual-muntah.
D; INTERVENSI KEPERAWATAN
1; Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
a; Kriteria hasil :
1; Mendemonstrasikan batuk efektif.
2; Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan
pertukaran udara.
3; Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
b; Intervensi :
1; Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol
batuk.
21
2; Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2
sampai 4 liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan curah
jantung/gagal ginjal.
3; Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
4; Dorong / berikan perawatan mulut.
c; Rasional :
1; Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan
frustasi.
2; Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
3; Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
4; Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah
bau mulut. (Carpenito, L.J., 1999 : 131, Doenges, 1999 :166)
2; Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.
a; Kriteria Hasil:
1; Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
dengan AGD (Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas
gejala distres pernafasan.
2; Berpartisipasi
dalam
program
pengobatan
dalam
tingkat
22
1; Kaji frekwensi kedalaman pernafasan
2; Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas.
3; Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
4; Awasi tanda-tanda vital.
c; Rasional
1; Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2; Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK :
bersihan jalan nafas tak efektif).
3; Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4; Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges
E., 2000 : 168)
3; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia /
mual-muntah.
23
a; Kriteria hasil :
a; Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
b; Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan berat badan yang tepat.
b; Intervensi :
a; Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
b; Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat
khusus untuk sekali pakai dan tisu
c; Berikan makanan porsi kecil tapi sering
d; Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
c; Rasional :
a; Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
b; Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
dengan peningkatan kesulitan napas.
c; Membantu untuk meningkatkan kalori total
d; Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dan gerak diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
(Doenges M.E., 2000 : 159)
4; Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak
24
adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada
lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).
a; Kriteria hasil :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi.
b; Intervensi :
1; Awasi suhu
2; Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
3; Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
4; Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi
c; Rasional :
1; Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
2; Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
3; Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
4; Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur dan sensitivitas atau diberikan secara profilaktik
karena resiko tinggi. (Doenges M.E., 2000 : 162)
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S KEGAWATDARURATAN
SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONKHIALE PADA NY.S DI RUANG
IGD RSUD KOTA SEMARANG
A; PENGKAJIAN
1; IDENTITAS
a; Identitas klien
Namaklien
: Ny. S
No register
: 101191
Usia
: 64 tahun
Tanggal masuk
: 29 Januari 2015 (jam 10.00)
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Suku / bangsa
: Jawa / Indonesia
Jenis kelamin
: Perempuan
Diagnosa medis
: Asma Bronkhiale
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2015 (jam 10.10)
b; IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Hub dengan klien
B; RIWAYAT KESEHATAN
: Tn.M
: 45 Tahun
: laki laki
: Islam
: SD
: Karyawan swasta
: Sambungharjo RT 06/05 Semarang
: Anak
26
1; Keluhan Utama
Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas dan klien
cuping hidung., sedikit ada secret.
2; Breating (B)
Terdengar suara ronchi dan whezzing dikedua lapang paru
klien. Klien terlihat sesak nafas, retraksi dada dangkal, terlihat
otot bantu pernafasan, nafas cepat, Rr : 26 x/m.
3; Circulasi (C )
Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil > 3 detik,
TD : 150 / 90 mmHg, N : 92 x/m. S : 37,60C
4; Dissability (D )
27
Ds :klien tampak lemah
2; Kesadaran
Do :Composmentis E:4 V:5 M:6
3; Tanda tanda Vital
Do :
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Pernafasan
: 26 X/menit
- Nadi
: 92 X/menit
- Suhu
: 37,6C
- Spo2
: 100 %
4; Berat Badan
Do :
BB : 50 Kg
- TB : 160 cm
Kepala
Inspeksi :Distribusi rambut tidak merata, rambut sedikit kotor, rambut
berwarna hitam dan beruban, tidak ada hematom maupun
lesi dikepala.
Palpasi : Tidak ada hematom maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada
kepala.
Mata
Inspeksi : Mata simetris, reflek pupil normal, pupil isokor, sklera non
ikterik, konjungtiva hiperemis.
Palpasi : Sklera non ikterik, konjungtiva hiperemis.
Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, dan sedikit ada serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.
Telinga
Inspeksi : Tidak ada kemerahan, telinga simetris, lubang telinga
cukup bersih.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan pada daun telinga maupun tulang
mastoid.
Mulut dan Tenggorokan
-
5;
6;
7;
8;
9;
28
Inspeksi
10; Leher
Inspeksi
Palpasi
11; Dada/ paru
1; Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, Gerakan dada Simetris
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor eluruh lapang paru
Inspeksi
29
Palpasi : Akral dingin, tidak ada lesi dikulit.
16. Therapy
Pulmicort 1 x 1mg
Ventoline 1 x 2.5 mg
Ambroxol 3 x 1 tablet
Salbutamol 2 x tablet
E; Analisa data
Hari/
No
Data focus
Problem
Etiologi
Tgl/Jam
Kamis,
1
29/1/15
Jam 10.00
Wib
DS
dalam
efektifan
jumlah
yang
bersihan
jalanberlebihan,
nafas
peningkatan
produksi
mucus,eksudat
dalam
dan
bantu pernafasan
bronkospasme
Klien
mengatakanGangguan
badannya lemas
DO :
Klien tampak lemas
Tekanan darah : 150/90
Murcus
Ketidak
mmHg
Pernafasan : 26X/menit
Nadi : 92 X/menit
Suhu : 37,6C
Spo2 : 100 %
F; DIAGNOSA KEPERAWATAN
Retensi
alveoli
karbon
30
1; Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d Murcus dalam jumlah yang
No
Intervensi
Dx
1
Setelah
Keperawatan
dilakukan1; Monitoring
Rasional
Untuk
mengetahui
29
tindakan
pernafasan
gangguan
Januari
keperawatan selama
klien
yang
2015
menit,
(frekuensi,
menentukan
Jam
kedalaman,
intervensi
10.14
normal
dengan
bunyi nafas)
selanjutnya.
wib
kriteria
hasil
Untuk memudahkan
menunjukan
jalan
ekspansi
30
2; Posisikan semi
flower
nafas
terjadi
dan
dada
dalam bernafas.
Untuk memberikan
bantuan nafas dan
mempertahankan
O2
kadar O2 dalam
nasal / masker
tubuh.
3; Berikan
Tehnik
untuk
mengeluarkan
sekret
4; Ajarkan
untuk
secara
klienmandiri.
batuk
efektif
5; Kolaborasi
Untuk
mengencerkan
31
pemberian
mukus
dan
bronkhodilator mendilatasikan
saluran nafas.
2
Setelah dilakukan
1; Monitoring
Untuk
mengetahui
tindakan
pernafasan
gangguan
keperawatan selama
klien
yang
1 x 30 pertukaran
(frekuensi,
menentukan
kedalaman,
intervensi
bunyi nafas)
selanjutnya.
nafas
terjadi
dan
dalam rentang
Untuk memudahkan
Normal.
ekspansi
Mendemostrasikan
peningkatan
ventilasi dan oksigen
yang adekuat
2; Posisikan semi
flower
dada
dalam bernafas.
Untuk memberikan
bantuan nafas dan
mempertahankan
3; Monitor
respirasi
dan
setatus O2
kadar
O2
dalam
tubuh.
Tehnik
untuk
mengeluarkan
4; Ajarkan
untuk
kliensekret
secara
batukmandiri.
efektif
Untuk
mengencerkan
5; Kolaborasi
pemberian
bronkhodilator
H; IMPLEMENTASI
mukus
mendilatasikan
saluran nafas.
dan
32
Hari/Tgl/ Jam No Dx
Implementasi
Respon klien
Paraf
Keperawatan
Kamis
1,2
29
Januari
memonitoring
pernafasan klien
2015
Jam 10.15
Wib
dada
terlihat
otot
pernafasan,Saat
dangkal,
bantu
klien
tenggorokan
klien,
10.20 Wib
1,2
Memposisikan
sesak.
DO : klien terlihat masih sesak,
klien tidur dalam posis
semifowler.
10.15 Wib
1,2
sesak nafas.
DO: klien masih terlihat sesak
nafas.
10.15 Wib
1,2
Melakukan
dan
lewat
mesin nebulezer
33
10.25 Wib
1,2
mencobanya.
DO : klien bisa melakuakn batuk
efektif, dahak/sekret keluar
setelah melakukan batuk
efektif.
10.26 wib
1,2
Mengkaji
keadaan
umum
masih lemas
DO : klien tampak lemas, dan
klien
gelisah
Rr : 25 x/m, TD : 150//90
mmHg,
I;
EVALUASI
Hari/tanggal
Kamis
29Januari
2015
11.00
No
Evaluasi
Dx
1 S : klien mengatakan masih sesak nafas .
O : Tidak terdengar gurgling, dahak keluar
sedikit, batuk sudah berkurang.
A : masalah Ketidak efektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi. Karena di bronkus klien
masih ada penemupukan secret yang belum
Paraf
34
bisa di keluarkan
P :lanjutkan intervensi
1; Anjurkan klien untuk teratur minum obat
2; Anjurkan klien untuk menghindari faktor
kekambuhan
3; Anjurkan klien untuka minum air hangat
4; Anjurkan klien mempraktekan batuk
efektif
2 S : klien mengatakan lemas dan masih gelisah
O:
klien
tampak
sangat
lemas
akan
kondisinya.
P :lanjutkan intervensi
1; Anjurkan klien untuk teratur minum obat
2; Anjurkan klien untuk makan sedikit dan
sering
3; Anjurkan
klien
menghindari
faktor
kekambuhan
4; Anjurkan klien untuka istirahat yang
cukup
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A; PERMASALAHAN KLIEN
36
Untuk kasus ini klien NY.S menderita asma sudah lama yaitu pada tahun
2008. Klien sudah mencoba untuk berobat ke klinik namun klien tidak rutin untuk
mengontrolkan penyakitnya.
Klien kambuh sesaknya bila klien terkena debu dan klien keluar malam
(terkena angin malam). Klien lebih sering minum obat dari warung bila sesak
nafasnya kambuh.
Karena klien sesaknya kambuh dank lien sudah tidak sanggup untuk
menahannya, dengan criteria klien wajah pucat, nafas dangkal, dan klien terlihat
lemas klien memeriksakan dirinya ke klinik. Kemudian dari klinik menyarankan
untuk memeriksakan ke RSUD kota Semarang.
Setelah klien sampai di IGD RSUD kota semarang klien di tangani
beberapa perawat dan klien di lakukan tindakan pemberian teraphy Oksigen dan
klien di lakukan nebulizer. Perawat melakukan tindakan selama 1x30 menit klien
mengatakn masih sesak dank lien minta di rawat di Rumah sakit. Kemudian klien
dirawat di ruang yudistira untuk mendapatkan tindakan-tindakan keperawatan
seuai intervensi keperawatan.
B; DIAGNOSA KEPERAWATAN
37
abnormal terlihat dari kecepatan irama dan kedalamannya pernafasan, dan warna
kulit klien terlihat ubnormal yaitu pucat. Data yang mendukung adanya gangguan
pertukaran gas ini adalah adanya wheziing, retraksi dada dangkal dan cepat. Hal
ini selara dengan keadaan klien yang mengalami masalah pola nafas tak efektif.
BAB V
PENUTUP
A; KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes.2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Lewish.2000.America Thoraric Society
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Marylinn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperwatan Pedoman Untuk
Perencanaan/Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. G & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Jakarta : EGC
Tjokonegoro,A & Utama,H.2004. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III
Jakarta : EGC
39