Sunteți pe pagina 1din 39

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIALE
DI RUANG IGD DI RSUD KOTA SEMARANG

Disusun Oleh:
1; Aditya Amru abdullah
2; Agyl Primastuti
3; Ahmad Jupri
4; Ahmad Setiawan
5; Anastasya T Neonliu

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2014/2015

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
seminar Kelompok Yang Berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan
Diagnosa Medis Asma Bronchiale di Ruang IGD di RSUD Kota Semarang
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas akhir praktik stase KGD
program pendidikan profesi ners dan menambah pengetahuan
Serta ketrampilan dan memberikan asuhan keperawatan khususnya pada
klien yang menderita Asma Bronchiale
Penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,
arahan dan bimbingan dari semua pihak, kami ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
Banyak kekurangan, untuk menyempurnakan makalah ini kami mengaharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Februari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
PRAKATA ............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A; Latar Belakang ....................................................................................
B; Tujuan ................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................
A; Pengkajian ..........................................................................................
B; Analisa Data........................................................................................
C; Diagnosis Keperawatan ......................................................................
D; Intervensi ............................................................................................
E; Implementasi ......................................................................................
F; Evaluasi ..............................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN...
BAB V KESIMPULAN..
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

4
PENDAHULUAN
A; Latarbelakang
Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia,
baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari
waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara berkembang
prevalensi asma meningkat. Asma merupakan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi
survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di
Indonesia. Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi
dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara.
Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain
infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja
atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi. Prevalensi
asma di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada
dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%.
Selain di Indonesia prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat
3 kali disbanding di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.
Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil
penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma
mempunyai sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap
rangsangan.

B; Tujuan

5
1; Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan Asma Bronchiale.
2; Tujuan Khusus
a; Mahasiswa mengetahui tinjauan teori pada kasus Asma Bronchiale
yang meliputi :
1; Pengertian Asma Bronchiale
2; Penyebab Asma Bronchiale
3; Patofisiologi Asma Bronchiale
4; Tanda dan Gejala Asma Bronchiale
5; Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronchiale
6; Komplikasi Asma Bronchiale
7; Penatalaksanaan Asma Bronchiale
8; Pengkajian fokus dan Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus Asma Bronchiale
b; Mahasiswa mampu melakukan Asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa Asma Bronchiale

BAB II
KONSEP DASAR
1 PENGERTIAN
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
otot polos bronkiolus. (Corwin E.J., 2001 : 430)
Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh
penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat
mengakibatkan terhalangnya aliran udara. (Stein J.H., 2001 : 126)
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
mengakibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan
(mengi atau sesak). (Mansjoer A., 1999 : 476-477)
Asma adalah gangguan pernapasan pada bronkus yang menyebabkan
penyempitan intermiten pada saluran pernafasan.
2 ETIOLOGI
Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe :
1. Asma tipe non atopik (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan
(exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah :
1. Serangan timbul setelah dewasa.
2. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma.
3. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan.

7
4. Ada hubungan dengan pekerjaan dan beban fisik.
5. Rangsangan / stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan
serangan reaksi asma.
6. Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
merupakan keadaan yang peka bagi penderita.
2. Asma tipe atopik (ekstrinsik)
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan
(exposure) terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya
ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini
mempunyai sifat-sifat :
1. Timbul sejak kanak-kanak
2. Pada famili ada yang mengidap asma
3. Ada eksim waktu bayi
4. Sering menderita rinitis
5. Di Inggris penyebabnya house dust mite, di USA tepung sari bunga
rumput
3. Asma Campuran (mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat oleh faktor-faktor intrinsik
maupun ekstrinsik. (Alsagaff, H. dkk.1993 : 2)
3 MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan,
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :

8
1. Bising mengi (Wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari.
3. Napas atau dada seperti tertekan. (Mansjoer A., 1999 : 477)
4 PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :
1. Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan napas.
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronki.
3. Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Selain itu otot otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum
yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini
tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
imunologis dan sistem saraf otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan selsel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin
serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS A). Pelepasan
mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan
napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.

9
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur
oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau
nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti
infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang
Zat allergen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, mulut dan kontak kulit
dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga
merangsang
pembentukan
Reaksi
tubuh terhadap
allergen mediator kimiawi yang
dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
Tubuh tidak tahan terhadap allergen
terhadap respon parasimpatis.
Kontraksi otot polos pernapasan
Selain itu reseptor dan -adrenergik dari sistem saraf simpatis
Bronkospasme
terletak dalam bronki. Ketika
reseptor -adrenergik dirangsang, terjadi
Penyempitan
saluran pernapasan
Produksi
sputum
berlebih yang
bronkokonstriksi,
bronkodilatasi terjadi ketika
reseptor
-adrenergik
dirangsang.
Keseimbangan
antara
reseptor
dan -adrenergik
dikendalikan
Hambatan
aliran pernapasan
Resiko tinggi
infeksi
Gangguan
ventilasi
(hipoventilasi)
terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor-alfa
Distraksi ventilasi yang
tidak rata dan
sirkulasi
paru
Jalan
napas
tidak
efektif pada peningkatan mediator
mengakibatkan
penurunan
cAMP,
yang
mengarah
kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi
Penurunan sirkulasi darah, dispnea, wheezing, anoreksia
Batuk dan kelemahan
reseptor-beta
mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat
Gangguan difusi
gas di tingkat
alveoli
pemenuhan
istirahat
pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkanGangguan
bronkodilatasi.
Teori
yang tidur
sianosis
diajukan ialah bahwa penyekatan -adrenergik terjadi pada individu dengan
asma.
Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator
hipoksia
Intoleransi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh aktivitas
kimiawi dan konstriksi otot polos. (Smeltzer, S.C., 2001 : 611-612)
ansietas
Imunitas menurun
Ketidaktahuan tentang penyakit
Resiko tinggi infeksi
5 PATHWAY

Sumber : Stein J.H., (1998); Carpenito, L.J. (1999); Doenges, M.E. (2000); Smeltzer, Suzanne, C. (2001)

10

6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

11
Pemeriksaan laboratorium
1; Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
a; Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
b; Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
c; Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d; Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus
plug.
2; Pemeriksaan darah
a; Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b; Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
c; Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

Pemeriksaan penunjang

12
1; Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a; Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b; Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
c; Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d; Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e; Bila

terjadi

pneumonia

mediastinum,

pneumotoraks,

dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen


pada paru-paru.
2; Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3; Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama
serangan dapat dibagi menjadi 3

bagian, dan disesuaikan dengan

gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

13
a; Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
b; Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
c; Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4; Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
5; Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible,
cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler
atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

7 PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

14
1; Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2; Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
3; Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan

penyakitnya

sehingga

penderita

mengerti

tujuan

penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau


perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1; Pengobatan non farmakologik:
a; Memberikan penyuluhan
b; Menghindari faktor pencetus
c; Pemberian cairan
d; Fisiotherapy
e; Beri O2 bila perlu.
2; Pengobatan farmakologik :
a; Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam
2 golongan :
1; Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :

15

Orsiprenalin (Alupent)

Fenoterol (berotec)

Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,


sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang
oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang
sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
2; Santin (teofilin)
Nama obat :

Aminofilin (Amicam supp)

Aminofilin (Euphilin Retard)

Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,


tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.
Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya

16
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum
obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
b; Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak- anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
c; Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan
obat ini adalah dapat diberika secara oral.

17
BAB III
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
A; PENGKAJIAN PRIMER
1; Airway
a; Kaji dan pertahankan jalan napas
b; Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c; Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan napas jika perlu
d; Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist untuk dilakukan intubasi
jika tidak mampu untuk menjaga jalan napas atau pasien dalam
kondisi terancam kehidupannya atau pada asthma akut berat
e; Jika pasien menunjukan gejala yang mengancam kehidupan, yakinkan
mendapat pertolongan medis secepatnya.
2; Breathing
a; Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan
tujuan mempertahankan saturasi oksigen >92%
b; Berikan aliran oksigen tinggi melalui non re-breath mask
c; Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation

18
d; Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji
PaO2 dan PaCO2
e; Kaji respiratory rate
f; Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan
g; Periksa system pernapasan cari tanda:

Cyanosis

Deviasi trachea

Kesimetrisan pergerakan dada

Retraksi dinding dada

h; Dengarkan adanya:

Wheezing

pengurangan aliran udara masuk

3; Circulation/Sirkulasi
a; Kaji denyut jantung dan rhytme
b; Catat tekanan darah
c; Lakukan EKG

19
d; Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulphat 2
gram dalam 20 menit
e; Kaji intake output
f; Jika potassium rendah makan berikan potassium
4; Disability
a; Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b; Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan
pasien membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsive
B; PENGKAJIAN SEKUNDER
1; Riwayat Penyakit Sekarang
Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang dipakai
setiap hari dan saat serangan.
2; Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas
bagian atas.
3; Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah riwayat sakit asma pada keluarga.
4; Riwayat Sosial Ekonomi

20
Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis pekerjaan, jenis makanan
yang berhubungan dengan allergen, hewan piaraan yang dipelihara dan
tingkat stressor.
C; DIAGNOSA KEPERAWATAN
1; Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
2; Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.
3; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia /
mual-muntah.
D; INTERVENSI KEPERAWATAN
1; Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
a; Kriteria hasil :
1; Mendemonstrasikan batuk efektif.
2; Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan
pertukaran udara.
3; Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
b; Intervensi :
1; Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol
batuk.

21
2; Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2
sampai 4 liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan curah
jantung/gagal ginjal.
3; Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
4; Dorong / berikan perawatan mulut.
c; Rasional :
1; Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan
frustasi.
2; Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
3; Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
4; Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah
bau mulut. (Carpenito, L.J., 1999 : 131, Doenges, 1999 :166)
2; Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.
a; Kriteria Hasil:
1; Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
dengan AGD (Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas
gejala distres pernafasan.
2; Berpartisipasi

dalam

kemampuan atau situasi


b; Intervensi keperawatan :

program

pengobatan

dalam

tingkat

22
1; Kaji frekwensi kedalaman pernafasan
2; Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas.
3; Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
4; Awasi tanda-tanda vital.
c; Rasional
1; Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2; Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK :
bersihan jalan nafas tak efektif).
3; Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4; Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges
E., 2000 : 168)
3; Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia /
mual-muntah.

23
a; Kriteria hasil :
a; Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
b; Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan berat badan yang tepat.
b; Intervensi :
a; Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
b; Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat
khusus untuk sekali pakai dan tisu
c; Berikan makanan porsi kecil tapi sering
d; Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
c; Rasional :
a; Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
b; Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
dengan peningkatan kesulitan napas.
c; Membantu untuk meningkatkan kalori total
d; Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dan gerak diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
(Doenges M.E., 2000 : 159)
4; Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak

24
adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada
lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).
a; Kriteria hasil :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi.
b; Intervensi :
1; Awasi suhu
2; Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
3; Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
4; Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi
c; Rasional :
1; Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
2; Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
3; Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
4; Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur dan sensitivitas atau diberikan secara profilaktik
karena resiko tinggi. (Doenges M.E., 2000 : 162)

25

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S KEGAWATDARURATAN
SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONKHIALE PADA NY.S DI RUANG
IGD RSUD KOTA SEMARANG

A; PENGKAJIAN
1; IDENTITAS
a; Identitas klien

Namaklien
: Ny. S
No register
: 101191
Usia
: 64 tahun
Tanggal masuk
: 29 Januari 2015 (jam 10.00)
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Suku / bangsa
: Jawa / Indonesia
Jenis kelamin
: Perempuan
Diagnosa medis
: Asma Bronkhiale
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2015 (jam 10.10)
b; IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Hub dengan klien

B; RIWAYAT KESEHATAN

: Tn.M
: 45 Tahun
: laki laki
: Islam
: SD
: Karyawan swasta
: Sambungharjo RT 06/05 Semarang
: Anak

26
1; Keluhan Utama

Ds :Klien mengeluh sesak nafas


2; Riwayat kesehatan sekarang
Ds :klien mengatakan habis bersih-bersih rumah, tiba tiba jatuh dan
klien sulit untuk bernafas ( sesak nafas klien kambuh).
3; Riwayat kesehatan masa lalu
Ds :Klien mengatakan punya penyakit asma pada tahun 2008 dan klien
tidak rutin memeriksakannya ke poliklinik, bila asmanya kambuh klien
hanya membeli obat yang ada di warung.
4; Riwayat kesehatan keluarga
Ds :klien mengatakan, ayah klien dulu pernah menderita TBC dan
ayah klien meninggal pada tahun 1998 karena penyakit TBC yang
dideritanya.
5; Riwayata alergi
Ds :klien mengatakan tidak ada alergi obat,makanan,minuman namun
asma klien kambuh bila klien terkana debu dan kena angin malam.
C; PENGKAJIAN PRIMER
a; Pengkajian primer
1; Airway (A)

Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas dan klien
cuping hidung., sedikit ada secret.
2; Breating (B)
Terdengar suara ronchi dan whezzing dikedua lapang paru
klien. Klien terlihat sesak nafas, retraksi dada dangkal, terlihat
otot bantu pernafasan, nafas cepat, Rr : 26 x/m.
3; Circulasi (C )
Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil > 3 detik,
TD : 150 / 90 mmHg, N : 92 x/m. S : 37,60C
4; Dissability (D )

Kesadaran komposmentis, GCS E4-M6-V5, klien tidak


mengeluh nyeri.
D; PENGKAJIAN SEKUNDER
1; Keadaan umum

27
Ds :klien tampak lemah
2; Kesadaran
Do :Composmentis E:4 V:5 M:6
3; Tanda tanda Vital
Do :
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Pernafasan
: 26 X/menit
- Nadi
: 92 X/menit
- Suhu
: 37,6C
- Spo2
: 100 %
4; Berat Badan
Do :
BB : 50 Kg
- TB : 160 cm
Kepala
Inspeksi :Distribusi rambut tidak merata, rambut sedikit kotor, rambut
berwarna hitam dan beruban, tidak ada hematom maupun
lesi dikepala.
Palpasi : Tidak ada hematom maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada
kepala.
Mata
Inspeksi : Mata simetris, reflek pupil normal, pupil isokor, sklera non
ikterik, konjungtiva hiperemis.
Palpasi : Sklera non ikterik, konjungtiva hiperemis.
Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, dan sedikit ada serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.
Telinga
Inspeksi : Tidak ada kemerahan, telinga simetris, lubang telinga
cukup bersih.
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan pada daun telinga maupun tulang
mastoid.
Mulut dan Tenggorokan
-

5;

6;

7;

8;

9;

28
Inspeksi

: Bibir pucat, mukosa lembab, tidak ada stomatitis dan


leukopakia, ada karies gigi, tidak ada gusi bengkak, tidak
terlihat pembengkakan tonsil.

10; Leher

Inspeksi

: Terlihat otot bantu pernafasan, tidak ada pembengkakan


kelenjar tiroid dan tonsil.
: Tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid dan tonsil,

Palpasi
11; Dada/ paru
1; Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, Gerakan dada Simetris
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor eluruh lapang paru

Auskultasi : terdengar whezzing dan ronkhy.


2; Jantung
Inspeksi : Terlihat ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula
sinistra.
Palpasi
: Teraba ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula
sinistra.
Perkusi
: Suara perkusi dullnes
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, suara lup-dup
12; Abdomen

Inspeksi

: Tidak ada distensi abdomen, tidak ada strie, umbilkal


tidak menonjol, tidak ada kolostomi.
Auskultasi : terdengar peristaltik dengan frekuensi 5 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan epigastrik dan titik Mc Burney
point, tidak ada pembesaran hepar, lien dan limfe
Perkusi: suara perkusi thympani
13; Genital
Do : Tidak Terpasang Kateter
14; Ekstremitas
Atas
: Ekstermitas atas normal kekuatan otot 5 pada kedua
tangan.
Bawah
: Ekstermitas bawah normal dengan kekuatan otot 5 pada
kedua kaki, akral dingin.
15; Kulit

29
Palpasi : Akral dingin, tidak ada lesi dikulit.
16. Therapy
Pulmicort 1 x 1mg
Ventoline 1 x 2.5 mg
Ambroxol 3 x 1 tablet
Salbutamol 2 x tablet
E; Analisa data

Hari/

No

Data focus

Problem

Etiologi

Tgl/Jam
Kamis,
1
29/1/15
Jam 10.00
Wib

DS : klien mengeluh sesak


nafas
DO :

terdengar ronchi dan


whezzing dilapang

DS

dalam

efektifan

jumlah

yang

bersihan

jalanberlebihan,

nafas

peningkatan
produksi
mucus,eksudat

nafas, retraksi dada

dalam

dangkal, terlihat otot

dan

bantu pernafasan

bronkospasme

Klien

mengatakanGangguan

badannya lemas
DO :
Klien tampak lemas
Tekanan darah : 150/90

Murcus

paru kanan dan kiri.


Klien terlihat sesak

Ketidak

mmHg
Pernafasan : 26X/menit
Nadi : 92 X/menit
Suhu : 37,6C
Spo2 : 100 %

F; DIAGNOSA KEPERAWATAN

Retensi

pertukaran gas dioksida

alveoli

karbon

30
1; Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d Murcus dalam jumlah yang

berlebihan, peningkatan produksi mucus,eksudat dalam alveoli dan


bronkospasme
2; Gangguan pertukaran gas b.d Retensi karbon dioksida

G; RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari / Tgl / Jam


Kamis,

No

Intervensi

Tujuan dan Kriteria

Dx
1
Setelah

Keperawatan
dilakukan1; Monitoring

Rasional
Untuk

mengetahui

29

tindakan

pernafasan

gangguan

Januari

keperawatan selama

klien

yang

2015

menit,

(frekuensi,

menentukan

Jam

bersihan jalan nafas

kedalaman,

intervensi

10.14

normal

dengan

bunyi nafas)

selanjutnya.

wib

kriteria

hasil

Untuk memudahkan

menunjukan

jalan

ekspansi

30

nafas yang paten.

2; Posisikan semi

flower

nafas

terjadi

dan

dada

dalam bernafas.
Untuk memberikan
bantuan nafas dan

mempertahankan
O2
kadar O2 dalam
nasal / masker
tubuh.

3; Berikan

Tehnik

untuk

mengeluarkan
sekret
4; Ajarkan

untuk

secara

klienmandiri.
batuk

efektif
5; Kolaborasi

Untuk
mengencerkan

31
pemberian

mukus

dan

bronkhodilator mendilatasikan
saluran nafas.
2

Setelah dilakukan

1; Monitoring

Untuk

mengetahui

tindakan

pernafasan

gangguan

keperawatan selama

klien

yang

1 x 30 pertukaran

(frekuensi,

menentukan

gas membaik dengan

kedalaman,

intervensi

kriteria hasil TTV

bunyi nafas)

selanjutnya.

nafas

terjadi

dan

dalam rentang

Untuk memudahkan

Normal.

ekspansi

Mendemostrasikan
peningkatan
ventilasi dan oksigen
yang adekuat

2; Posisikan semi

flower

dada

dalam bernafas.
Untuk memberikan
bantuan nafas dan
mempertahankan

3; Monitor

respirasi

dan

setatus O2

kadar

O2

dalam

tubuh.
Tehnik

untuk

mengeluarkan
4; Ajarkan

untuk

kliensekret

secara

batukmandiri.

efektif

Untuk
mengencerkan

5; Kolaborasi

pemberian
bronkhodilator

H; IMPLEMENTASI

mukus
mendilatasikan
saluran nafas.

dan

32
Hari/Tgl/ Jam No Dx

Implementasi

Respon klien

Paraf

Keperawatan
Kamis
1,2
29
Januari

memonitoring
pernafasan klien

2015
Jam 10.15
Wib

DS : klien mengeluh sesak nafas.


DO : Klien terlihat sesak nafas,
retraksi

dada

terlihat

otot

pernafasan,Saat

dangkal,
bantu
klien

batuk, terdengar ada dahak


di

tenggorokan

klien,

terdengar suara whezzing


dikedua lapang paru klien.

10.20 Wib

1,2

Memposisikan

DS : klien mengatakan masih

klien semi fowler

sesak.
DO : klien terlihat masih sesak,
klien tidur dalam posis
semifowler.

10.15 Wib

1,2

Memberikan O2 DS : klien mengeluh masih


lewat nasal kanul

sesak nafas.
DO: klien masih terlihat sesak
nafas.

10.15 Wib

1,2

Melakukan

DS : klien mengatakan nyaman.


DO : klien menghirup asap
Kolaborasi
dg
yuang
keluar
dari
dokter
untuk
nebulezer.
pemberian
pulmicort
ventolin

dan
lewat

mesin nebulezer

33
10.25 Wib

1,2

Mengajarkan klienDS : klien mengatakan mau


batuk efektif.

mencobanya.
DO : klien bisa melakuakn batuk
efektif, dahak/sekret keluar
setelah melakukan batuk
efektif.

10.26 wib

1,2

Mengkaji

ulangDS : klien mengatakan badannya

keadaan

umum
masih lemas
DO : klien tampak lemas, dan

klien

gelisah
Rr : 25 x/m, TD : 150//90
mmHg,

I;

EVALUASI

Hari/tanggal
Kamis
29Januari
2015
11.00

No

Evaluasi

Dx
1 S : klien mengatakan masih sesak nafas .
O : Tidak terdengar gurgling, dahak keluar
sedikit, batuk sudah berkurang.
A : masalah Ketidak efektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi. Karena di bronkus klien
masih ada penemupukan secret yang belum

Paraf

34
bisa di keluarkan
P :lanjutkan intervensi
1; Anjurkan klien untuk teratur minum obat
2; Anjurkan klien untuk menghindari faktor

kekambuhan
3; Anjurkan klien untuka minum air hangat
4; Anjurkan klien mempraktekan batuk

efektif
2 S : klien mengatakan lemas dan masih gelisah
O:

Klien tampak lemas

retraksi dada simetris, dalam dan reguler,


ekpansi dada optimal, nafas klien dalam
dan tidak dangkal. Tidak terlihat otot
bantu nafas. Rr : 24 x/m

A : Masalah Gangguan pertukaran gas belum


teratasi karena klien masih merasakan sesak
dan

klien

tampak

sangat

lemas

akan

kondisinya.
P :lanjutkan intervensi
1; Anjurkan klien untuk teratur minum obat
2; Anjurkan klien untuk makan sedikit dan
sering
3; Anjurkan

klien

menghindari

faktor

kekambuhan
4; Anjurkan klien untuka istirahat yang

cukup

35

BAB IV
PEMBAHASAN
A; PERMASALAHAN KLIEN

Penyempitan saluran pernafasan ini disebabkan oleh alergen yang masuk


kedalam saluran pernafasan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran
nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen
presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut
dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan
dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan
membentuk imunoglobulin E ( IgE ).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka
orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah
rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen
tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan
basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan
didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.

36
Untuk kasus ini klien NY.S menderita asma sudah lama yaitu pada tahun
2008. Klien sudah mencoba untuk berobat ke klinik namun klien tidak rutin untuk
mengontrolkan penyakitnya.
Klien kambuh sesaknya bila klien terkena debu dan klien keluar malam
(terkena angin malam). Klien lebih sering minum obat dari warung bila sesak
nafasnya kambuh.
Karena klien sesaknya kambuh dank lien sudah tidak sanggup untuk
menahannya, dengan criteria klien wajah pucat, nafas dangkal, dan klien terlihat
lemas klien memeriksakan dirinya ke klinik. Kemudian dari klinik menyarankan
untuk memeriksakan ke RSUD kota Semarang.
Setelah klien sampai di IGD RSUD kota semarang klien di tangani
beberapa perawat dan klien di lakukan tindakan pemberian teraphy Oksigen dan
klien di lakukan nebulizer. Perawat melakukan tindakan selama 1x30 menit klien
mengatakn masih sesak dank lien minta di rawat di Rumah sakit. Kemudian klien
dirawat di ruang yudistira untuk mendapatkan tindakan-tindakan keperawatan
seuai intervensi keperawatan.
B; DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dari permasalahan permasalahan itu, muncul 2 diagnosa keperawatan


yaitu Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d Murcus dalam jumlah yang
berlebihan, peningkatan produksi mucus,eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme. Diagnosa yang pertama adalah Ketidak efektifan bersihan jalan
nafas, menurut Nanda nic-noc (2013), ketidak efektifan jalan nafas dalah
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernafasan
guna mempertahankan jalan nafas bersih.
Data untuk menegakkan diagnosa ini adalah adanya disneu, bunyi nafas
tambahan, perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan,adanya sputum,
sianosis. Bila dikaitkan dengan keadaan Ny. S, sangat sinkron dan sesuai dengan
apa yang yang dialami oleh klien, klien mengalami sesak nafas, terdengar suara
tambahan, terdapat seputum/dahak ditenggorokan klien. Hal ini mendukung
bahwa Ny.S mengalami masalah bersihan jalan nafas tak efektif.
Masalah keperawatan yang kedua adalah Gangguan pertukaran gas b.d
Retensi karbon dioksida menurut NandaNic-Noc (2013), Gangguan pertukaran
gas adalah kelebihan atau deficit pada oksigen dan/ eliminasi karbon di oksida
pada membrane alveolar kapiler.. Hal ini diakibatkan adanya pernafasan yang

37
abnormal terlihat dari kecepatan irama dan kedalamannya pernafasan, dan warna
kulit klien terlihat ubnormal yaitu pucat. Data yang mendukung adanya gangguan
pertukaran gas ini adalah adanya wheziing, retraksi dada dangkal dan cepat. Hal
ini selara dengan keadaan klien yang mengalami masalah pola nafas tak efektif.

BAB V
PENUTUP
A; KESIMPULAN

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, dilakukan


pengkajian ulang dan didapatkan data klien mengatakan sesak nafas
berkurang, tidak terdengar gurgling, batuk berkurang, masih terdengar suara
whezzing, retraksi dada simetris, dalam dan reguler, ekpansi dada optimal,
nafas klien dalam dan tidak dangkal. Terlihat otot bantu nafas. Rr : 26 x/m, TD
: 150/90 mmHg. Dengan keadaan klien seperti ini, klien di lakukan perawatan
di RSUD lebih lanjut sesuai intervensi keperawatan.

38

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes.2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Lewish.2000.America Thoraric Society
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Marylinn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperwatan Pedoman Untuk
Perencanaan/Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. G & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Jakarta : EGC
Tjokonegoro,A & Utama,H.2004. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III
Jakarta : EGC

39

S-ar putea să vă placă și