Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Pada kesempatan ini pula kami ingin mengucapkan terima kasih sebesarnya kepada :
1. Bapak dr. Togi Asman, M.Kes., selaku direktur RSUD koja.
2. Bapak H. Hadori Adib, SKM, selaku direktur Akademi Keperawatan Husada Karya
Jaya.
3. Ibu Ns. Wiwik Sofiah, APP, S.kep., selaku koordinator Keperawatan Medikal Bedah
III di Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya.
4. Para dosen dan staf Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya.
5. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan dorongan baik
moril maupun material, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
6. Rekan rekan Mahasiswa / I Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Khususnya
angkatan XVI yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Pada akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari teman sejawat sangat kami butuhkan untuk saling melengkapi
penyusunan makalah ini agar dapat lebih bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami selaku
tim penyusun mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................
.....
.....
.....
.....
.....
A. Pengertian ................................................................................................
......
B. Etiologi ...................................................................................................
.......
C. Patofisiologi .............................................................................................
.......
4
5
5
........
........
7
8
12
I.
13
...
14
...
21
...
21
...
22
....
25
28
......
28
29
29
29
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
......
30
B. Saran ....................................................................................................
......
30
Daftar Pustaka
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. ( Mansjoer,
2007: 3).
Di dunia diperkirakan sebanyak 1,2 juta jiwa nyawa melayang setiap tahunnya
sebagai akibat kecelakaan bermotor, diperkirakan sekitar 0,3-0,5% mengalami cedera kepala.
Di Indonesia diperkirakan lebih dari 80% pengendara kendaraan mengalami resiko
kecelakaan. 18% diantaranya mengalami cedera kepala dan kecederaan permanen, tingginya
angka kecelakaan lalu lintas tidak terlepas dari makin mudahnya orang untuk memiliki
kendaraan bermotor dan kecelakaan manusia. (Shell, 2008).
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000
mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua pertiga
berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah wanita,
lebih dari setengah semua pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera
bagian tubuh lainya. ( Smeltzer and bare, 2002 ).
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pasien cedera kepala ringan mengalami nyeri
kepala, beberapa penelitian menemukan bahwa 38% pasien cedera mengalami accute post
traumatik headeche (ATPH) dengan gejala paling sering pada daerah frontal dan tidak ada
hubunganya dengan berat luka cedera (Walter et al, 2005), juga dikatakan oleh Oshinsky
(2009) bahwa pasien trauma kepala ringan akan mengalami nyeri pada minggu pertama
setelah trauma, 12 dari 33 (36%), dari hasil penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa
dari 297 pasien cedera kepala mengalami nyeri kepala 3 hari sampai 1 miinggu 33%.
( Bekkelund and Salvesen, 2002 ).
Nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan disebabkan oleh perubahan neurokimia
meliputi depolarisasi saraf, pengeluaran asam amino pada neuro transmiter yang berlebihan,
disfungsi serotogenik , gangguan opiate endogen. Gejala klinis nyeri pada pasien cedera
kepala ringan terdapat beberapa tipe yaitu : nyeri kepala migraine, nyeri kepala kluster, nyeri
kepala cercicogenik dari hasil penelitian didapatkan hasil 37 % pasien mengalami nyeri
kepala tension, 27 % migraine dan 18 % cercicogenik dan gejala nyeri akan terus dialami
oleh pasien sampai 1 tahun. ( Lenaerts and Couch, 2004 ).
B. Tujuan.
1. Tujuan umum.
Diharapkan mahasiswa mengerti tentang asuhan keperawatan dengan cedera kepala ringan.
2. Tujuan khusus.
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan cedera kepala.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan cedera kepala.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatn pada klien dengan cedera kepala.
e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan cedera kepala.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan praktik.
g. Mampu mengidentifikasi faktor faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi dan
alternatif pemecahan masalah pada klien dengan cedera kepala.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala.
C. Ruang Lingkup.
Penulis membatasi lingkup bahasannya pada satu kasus yaitu Asuhan keperawatan
pada klien Tn. A dengan Cedera Kepala Ringan di ruang Neurologi RSUD Koja Jakarta
Utara, Mulai tanggal 18 Desember 2012 sampai 21 desember 2012.
D. Metode Penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian.
Cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurology atau menurunnya kesadaran
tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2002).
Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak ada
kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi
(Mansjoer, 2000).
Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan hilangnya
kesadaran sementara (Corwin, 2000)
Jadi cedera kepala ringan adalah cedera karena tekanan atau kejatuhan benda tumpul yang
dapat menyebabkan hilangnya fungsi neurology sementara atau menurunya kesadaran
sementara, mengeluh pusing nyeri kepala tanpa adanya kerusakan lainnya.
B. Etiologi.
Menurut Cholik Harun Rosjidi & Saiful Nurhidayat, (2009 : 49) etiologi cedera kepala adalah
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Patofisiologi.
1. Proses Penyakit.
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada
parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak
seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler, patofisiologi cedera
kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder,
cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat
kepala terbentur dan dapat memberi dampat kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala
sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia,iskemia
dan perdarahan. Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural
hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma
akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra
cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada
penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi
autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak
(Tarwoto, 2007).
2. Manifestasi Klinik.
Tanda-tanda dari terjadinya cedera kepala ringan adalah : Pingsan tidak lebih dari 10 menit,
tanda-tanda vital dalam batas normal atau menurun, setelah sadar timbul nyeri, pusing,
muntah, GCS 13-15, tidak terdapat kelainan neurologis.
Gejala lain cedera kepala ringan adalah : Pada pernafasan secara progresif menjadi abnormal,
respon pupil mungkin lenyap atau progresif memburuk, nyeri kepala dapat timbul segera atau
bertahap seiring dengan tekanan intrakranial, dapat timbul muntah-muntah akibat tekanan
intrakranial, perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara serta gerakan
3.
a.
b.
c.
d.
e.
D. Penatalaksanaan Medis.
Penatalaksanaan klien cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan dilakukan
menurut prioritas, yang ideal penatalaksanaan tersebut dilakukan oleh tim yang terdiri dari
perawat yang terlatih dan dokter spesialis saraf dan bedah saraf, radiologi, anastesi, dan
rehabilitasi medik. Klien dengan cedera kepala harus dipantau terus dari tempat kecelakaan,
selama transportasi : di ruang gawat darurat, unit radiology, ruang perawatan dan unit ICU
sebab sewaktu-waktu dapat berubah akibat aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya.
Menurut prioritas tindakan pada cedera kepala ditentukan berdasarkan beratnya cedera yang
didasarkan atas kesadaran pada saat diperiksa.
1. Klien dalam keadaan sadar ( GCS : 15 )
a. Cedera kepala simpleks ( simple head injury ).
Klien mengalami cedera kepala tanpa diikuti dengan gangguan kesadaran, amnesia maupun
gangguan kesadaran lainya. Pada klien demikian dilakukan perawatan luka, periksa radiologi
hanya atas indikasi, kepada kelurga diminta untuk mengobservasi kesadaran.
b. Kesadaran terganggu sesaat.
Klien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah cedera kepala dan saat diperiksa sudah
sadar kembali, maka dilakukan pemeriksaan foto kepala dan penatalaksanaan selanjutnya
2.
eliminasi ).
Sistem integumen ( nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, luka / lesi ).
Sistem reproduksi.
Sistem perkemihan (nilai frekuensi BAK, volume BAB)
Pola Makan / cairan.
Gejala : mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah kemungkinan muntah proyektil, gangguan menelan ( batuk, air liur
keluar,disfagia ).
10) Aktifitas / istirahat
Gejala : merasa lemah, letih, kaku, kehilangan keseimbangan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
trakeabronkial.
Tujuan : Pola napas efektif dalam batas normal.
Intervensi keperawatan :
Kaji kecepatan, kedalaman frekuensi dan bunyi napas.
Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler (150 450).
Berikan posisi semi prone lateral atau miring.
Apabila pasien sudah sadar, anjurkan dan ajak latihan napas dalam.
Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen.
Lakukan dengan tim analis dalam melaksanakan analisa gas darah.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan ADH.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
a.
b.
c.
d.
6.
dan perdarahan otak atau peningkatan tekanan intrakranial dan cedera psikis.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Intevensi keperawatan :
Kaji mengenai lokasi, intensitas, penyebaran, tingkat kegawatan dan keluhan-keluhan pasien.
Ajarkan latihan tehnik relaksasi.
Buat posisi kepala lebih tinggi.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan analgetika.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan
kerusakan neuromuskular. (Marilyn E. Doenges, 2001).
Tujuan : Pasien dapat melakukan kembali atua mempertahankan posisi fimasi optimal, Tidak
a.
b.
c.
d.
mobilisasi.
7. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya kuman melalui jaringan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Intervensi keperawatan :
a. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
b. Monitor suhu tubuh dan penurunan kesadaran.
c. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotik leukosti, liquor dari hidung,
telinga dan urin.
8. Gangguan integriatas kulit berhubungan dengan terjadinya kerusakan jaringan kulit.
Tujuan : Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko terjadinya gangguan integritas
kulit, Pasien dapat berpartisipasi / kooperatif pada setiap tindakan.
Intervensi keperawatan :
a. Inspeksi area kulit, kemerahan, bengkak, penekanan, kelembaban.
b.
c.
d.
9.
a.
b.
c.
d.
e.
H. Pelaksanaan Keperawatan.
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap
ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan
keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien gagal
jantung. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat
itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi
interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi /
disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi
dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
I.
Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi merupakan proses keperawatan dimana tahap keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan yang
ditetapkan. Evaluasi dalam proses keperawatan terbagi menjadi dua yaitu evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dibuat setelah beberapa tujuan
dan masalah yang ada pada klien tercapai atau teratasi. Sedangkan evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan secara terus-menerus untuk menilai kemampuan klien dalam
mencapai tujuan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada Tn.A usia 55
tahun dengan Cedera Kepala Ringan di ruangan neurologi lantai VIII RSUD KOJA
JAKARTA UTARA yang di laksanakan pada 18 Desember 2012.
A. Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian ini di lakukan pada 18 Desember 2012 pada pukul 10.00 wib.Klien Masuk
Rumah Sakit pada tanggal 17 Desember 2012 pada pukul 18.00 wib dan menjalani perawatan
di ruangan neurologi Lantai VIII RSUD KOJA JAKARTA UTARA dengan nomor register
1212009005, Teknik yang di gunakan penulis untuk mengumpulkan data adalah teknik
wawancara, observasi dan mempelajari catatan medis klien.
1. Identitas Klien.
Klien bernama Tn.A jenis kelamin laki-laki, berusia 55 tahun, klien sudah menikah,
beragama islam, suku bugis, pendidikan terakhir smp, bahasa yang di gunakan bahasa
indonesia, klien seorang wiraswasta, sumber biaya KJS, klien bertempat tinggal di jl.kali baru
rt 06/04, sumber informasi ini dari klien dan keluarga klien.
2. Resume.
Klien bernama Tn.A berusia 55 tahun di bawa k IGD RSUD jakarta utara pada tanggal 17
Desember 2012 pada pukul 18.00 wib. Dengan keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu.
Kemudian oleh perawat IGD dilakukan pemeriksaan TTV: TD :140 / 90 mmHg, Nadi :
82x/menit, RR :24x/menit, Suhu :37C, dan kemudian klien diberikan terapi infus Nacl 12
tetes/menit, dan pemberian O2 4 liter, pemeriksaan jantung dan EKG; bunyi jantung 1 dan 11,
mur-mur(-), paru :vesikuler, ronchi+-+ basah kasar, wheezing -/-,dan dilakukanpemeriksaan
rontgen dan ST scan, pemeriksaan thorak setelah dilakukan pemeriksaan klien di diagnosa
medis Cedera Kepala Ringan. Kemudian klien dipindahkan ke lantai VIII ruang neurologi
pada pukul 10.00 wib, dan dilakukan pengkajian oleh perawat ruangan yang di dapatkan hasil
keadaan umum lemah kesadaran compos metis, klien mengatakn pusing sejak 2 hari yang
lalu, mual muntah 3x cair, aktivitasnya dibantu oleh keluarga, Kemudian dilakukan tindakan
TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR :24x/menit, SUHU :37C.
3. Riwayat Keperawatan.
a. Riwayat Kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama.
Klien mengatakan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu, mual muntah 3x cair. Upaya mengatasi
2)
Keterangan :
: Laki -laki
: Perempuan
: Klien laki-lak
d. Penyakit yang pernah diderita keluarga.
Klien mengatakan, di dalam anggota keluarga klien ada riwayat penyakit keturunan
e.
hipertensi .
Riwayat psikososial dan spiritual.
Klien mengatakan orang terdekat adalah istri dan anaknya , pola komunikasinya baik dan
terbuka. Dalam membuat keputusan dirumah adalah klien , klien mengikuti kegiatan
kemasyarakatan seperti kerja bakti. Keluarga merasa cemas dengan kondisi klien selama
dirawat di rumah sakit, masalah yang mempengaruhi klien adalah penyakitnya. Mekanisme
terhadap stress dengan berdiam diri, klien ingin cepat pulang. Perubahan yang dirasakan
setelah jatuh sakit tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Didalam nilai-nilai kepercayaan klien yang bertentangan dengan ksehatan tidak ada, nilai
agama yang dilakukan adalah berdoa dan sholat. Klien mengatakan rumah klien berada
klien tidur siang 1 jam, dan tidur malam 6-7 jam sehari, kebiasaan sebelum tidur klien tidak
ada. Dalam pola aktivitas dan latihan klien bekerja sebagai wiraswasta. Dalam kegiatan
olahraga klien tidak pernah mengikutinya. Dan tingkat kekuatan dan ketahanan baik,
kemampuan untuk memenuhi kegiatan sehari-hari dibantu. Selama ini klien merokok, tidak
pernah minum-minuman beralkohol dan tidak pernah memakai obat-obatan ( napza )
Sistem pernafasan.
Pernafasan klien sesak 23 kali permenit, irama nafas tidak teratur, suara nafas ronchi.
Menggunakan alat bantu nafas nasal kanul O2 3 liter.
f. Sistem kardiovaskuler.
1) Sirkulasi perifer.
Nadi 80 kali permenit, iramanya teratur,denyut kuat, tekanan darah 170/100 mmHg, tidak ada
distensi vena jugularis di kanan ataupun di kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit normal,
pengisian kapiler 3 detik, tidak ada tanda-tanda oedema.
2) Sirkulasi jantung.
Kecepatan denyut jantung apikal 78kali permenit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung, tidak mengalami sakit dada.
g. Sistem hematologi.
Berdasarkan penilaian CT Scan yang telah dilakukan bahwa Tn. A menderita penyakit cedera
kepala ringan , dengan hasil : - tulang-tulang calfarium normal, bentuk dan ukuran sistem
vertikal serta cisterna normal, falx cerebri terletak di tengah : tak ada tanda tanda effek
massa, tanpa bayangan lesihipodens kecil didaerah capsula externa kanan, cerebllum dan
batang otak normal, kesan : infark cerebri dextra. Thorax : kardiomegali, sagestif predema
paru.
h. Sistem saraf pusat.
Tingkat kesadaran klien compos metis, bernilai GLASGOW COMA SCOLE , E = 4, M = 6,
V = 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan intraokular, refleks biologis normal dan ada refleks
patologis.
i. Sistem pencernaan.
Keadaan caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatistis, lidah tidak kotor, saliva
normal, mual ,terasa penuh di daerah perut, bising usus 12 kali permenit, klien tidak diare,
j.
k. Sistem urogenital.
Masukan cairan 1500 cc perhari, pengeluaran 400 cc perhari, warna kuning keruh, tidak ada
distensi kandung kemih atau pun keluhan sakit pinggang.
Sistem integumen.
Tugor kulit elastis, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tekstur rambut baik dan bersih.
m. Sistem Muskulosketal.
Klien sedikit mengalami kesulitan dalam pergerakan.
4444 4444
l.
5555 5555
5. Data Tambahan.
Klien dan keluarga kurang mengetahui tentang penyakit yang diderita klien.
6. Data Penunjang.
Hasil pemeriksaan ST SCAN, infark serebri dextra, Pemeriksaan Thorax,
pemeriksaan labolatorium Hasil : Hb :15,3, Ht :44, Leukosit :5600, Trombosit :225,000,
MCV :88, MCHC :35, Ureum :21, Kreatinin :0,9, asam urat:5,5 Kalium :3,68, Natrium :142,
kimia, albumin :3,78, globulin :2,32, protein total :6,10, lemak, kolestrol total :253,
7.
a.
b.
c.
d.
e.
8.
Data
Masalah
Ds :
Nyeri
Klien mengatakan nyeri kepala
kepalanya.
klien tampak meringis kesakitan.
Skala nyeri 6 7
Nyeri seperti ditusuk tusuk
TTV :
TD:130/70 mmHg.
S :36,5C.
RR :24x/menit
N :80x/menit.
Pemeriksaan ST scan infrak
serebri dextra
Etiologi
Cedera fisikis
Ds :
Resiko
Intake
Klien tidak nafsu makan
kekurangan
adekuat
Do :
klien tampak menghabiskan nutrisi
kurang
tidak
B.
Ds :
Kerusakan
Klien mengatakan aktivitas masih
mobilitas fisik
dibantu oleh keluarga
Do :
1.k/u lemah
2.aktivitas masih dbantu
Kerusakan
neuromuskuler
Diagnosa keperawatan.
Berdasarkan analisa data penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
berkurang.
riteria Hasil : k / u membaik, klien tampak tenang, TTV diatas batas normal, skala nyeri 0-1.
ntervensi :
a. Kaji skala nyeri.
b. Observasi Tanda tanda Vital : ( Tekanan darah, Pernafasan, Nadi, Suhu tubuh ).
c. Ajarkan teknik relaksasi : tarik nafas dalam.
d. Berikan posisi nyaman.
e. kolaborasi dalam pemberian obat.
2. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak
adekuat.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
g/dl.
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi cebresi.
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
observasi : BB klien.
anjurkan klien untuk melakukan perawatan mulut.
kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan
mobilitas fisik teratasi.
Kriteria hasil : k / u membaik, aktivitas klien sudah tidak dibantu lagi oleh keluarga.
Intervensi :
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas / latihan rom.
Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.
bantu klien dalam melakukan aktifitas.
kaji kelemahan klien.
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
D. Pelaksanaan keperawatan.
1. Tanggal 19 Desember 2012.
Diagnosa pertama : Nyeri berhubungan dengan cedera fisikis
a. Pukul 09 : 00 wib.
Mengobservasi TTV : Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan, Hasil : TD : 130 / 90 mmHg,
Nadi : 80 x / menit, RR : 22 x / menit, Suhu : 37C.
b. Pukul 09 : 30 Wib.
Mengkaji skala nyeri, Hasil : skala nyeri 6.
c. Pukul 10 : 00 Wib.
Melakukan pemberian obat lewat iv bolus : ketorolak 5 cc, Hasil : obat masuk dengan lancar.
Diagnosa kedua : Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat.
d. Pukul 10 : 30 Wib.
Melakukan pemberian obat melalui IV bolus : ranitidin 2,5 cc, Hasil : obat masuk dengan
lancar.
e. Pukul 12 : 00 Wib.
Mengajurkan klien makan sedikit tapi sering, Hasil : Klien dapat menghabiskan makan 1 / 4
porsi makan yang di sajikan.
Diagnosa ketiga : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
f. Pukul 13 : 00 Wib.
Menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas, Hasil : klien belum dapat melakukan aktifitas
2. Tanggal 20 Desember 2012.
Pukul 11 : 00 Wib.
Melakukan pemberian obat melalui IV bolus : ranitidin 2,5 cc, Hasil : obat masuk dengan
lancar
f. Pukul 12. 30 Wib.
Mengajurkan klien makan tapi sering, Hasil : Klien dapat menghabiskan makan porsi
makan yang di sajikan.
Diagnosa ketiga : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
g. pukul 13. 00.
menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas, Hasil : klien dapat melakukan aktifitas
sendiri.
3. Tanggal 21 Desember 2012.
Diagnosa pertama : Nyeri berhubungan dengan cedera fisikis.
a. Pukul 09 : 10 Wib.
Mengobservasi TTV : Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan, Hasil : TD : 120 / 70 mmHg,
Nadi : 80 x / menit, Rr : 20 x / menit, Suhu : 36 C.
b. Pukul 09 : 30 Wib.
Mengkaji skala nyeri, Hasil : Skala nyeri 1,
c. pukul 10.30 Wib.
Melakukan pemberian obat lewat iv bolus : ketorolak 5 cc Hasil : obat masuk dengan lancar,
Diagnosa kedua : Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat.
d. Pukul 11 : 00 Wib.
Melakukan pemberian obat melalui IV bolus : ranitidin 2,5 cc, Hasil : obat masuk dengan
lancar
e. Pukul 12. 30 Wib.
Mengajurkan klien makan tapi sering, Hasil : Klien dapat menghabiskan 1 porsi makan yang
di sajikan.
E.
Evaluasi keperawatan.
Pukul 14 : 00 Wib.
Diagnosa ketiga :
S : Klien Mengatakan aktifitas sudah tidak dibantu
O : Klien dapat melakukan aktifitas
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
3. Tanggal 21 desember 2012
Pukul 14 : 00 Wib.
Diagnosa pertama :
S : Klien Mengatakan nyeri sudah tidak ada
O : Observasi TTV : TD : 120/70mmHg, Nadi : 80x/menit, Rr : 20x/menit,
Suhu :36C.
Skala nyeri 1
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Pukul 14 : 00 Wib
Diagnosa kedua
S : Klien Mengatakan mual sudah tidak ada
O : klien menghabiskan 1 porsi makan yang disajikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahsan ini penulis akan membandingkan hasil tinjauan kasus yang dilakukan pada
Tn. A dengan cedera kepala ringan yang dirawat di ruang neurologi lantai VIII RSUD KOJA
Jakarta Utara dengan tinjauan teoritis. Setelah penulis membandingkan antara kasus cedera
kepala ringan pada Tn. A dengan tinjauan kepustakaan yang ada, maka terdapat beberapa
kesenjangan. Berikut ini penulis mencoba untuk membahas kesenjangan tersebut, dipandang
dari sudut keperawatan, yang terdiri atas pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan.
Pada saat penulis melakukan pengkajian Tn.A Tanggal 18 Desember 2012 s d 21 Desembar
2012 didapat data melalui klien dan keluarga kliem Tn.A menderita Cedera kepala ringan
karena adanya riwayat pernah jatuh dan dalam keluarga klien terdapat anggota keluarga
yang menderita hipertensi. Dalam pengkajian keluarga Tn. A sangat kooperatif sehingga
penulis mudah mendapatkan data.
B. DiagnosaKeperawatan.
Pada masalah keperawatan khususnya pada kasus Cedera kepala secara teori terdapat tiga
diagnosa yang sesuai dengan sesuai teori yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan cedera fisikis.
2. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Dalam menegakan diagnosa keperawatan penulis tidak menemukan adanya kesulitan atau
hambatan, hal ini didukung oleh tersedianya sumber buku diagnosa keperawata, data data
yang ditunjukan oleh klien sesuai dengan konsep yang ada. Adanya kerjasama yang baik
dengan perawat ruangan dan keluarga yang secara terbuka dalam menyampaikan semua yang
dikeluhkan dan dirasakan saat ini, sehingga penulis dapat menyimpulkan 3 diagnosa.
C. Perencanaan Keperawatan.
Perencanaan keperawatan berdasarkan prioritas masalah .tujuan yang diharapkan dari asuhan
keperawatan medical bedal dengan kasus cedera kepala yaitu agar Nyeri klien membaik dan
klien dapat memperbaiki pola hidup serta meningkatkan kesehatan secara mandiri sesuai
dengan kemampuan klien dan keluarga klien.dalam pembuatan perencanaan penulis bekerja
sama denga perawat ruangan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan,adapun
rencana yang akan dibuat meliputi mengobservasi TTV klien, mengkaji skala nyeri,
mengajarkan tehnik relaksasi. penulis tidak menemukan hambatan yaitu pada saat melakukan
perencanaan untuk klien,karena dari semua diagnosa yang ditemukan pada kasus sesuai
dengan perencanaan yang akan dilaksanaan kepada klien.
D. Pelaksanaan Keperawatan.
Pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik hail ini terjadi
karena adanya kerja sama klien serta perawat ruangan yang membantu dalam melakukan
tindakan pelaksanaan kepada klien. Dalam hal ini penulis tidak menemukan faktor
penghambat karena klien sangat kooperatif saat diberikan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan.
Tahap evaluasi merupakan penilaian akhir terhadap tujuan yang telah ditetapkan.pada tahap
evaluasi proses,klien mampu menunjukan respon yang positif dimana klien nampak berusaha
untuk sembuh dengan melaksanakan semua terapi medik yang diberikan, saat melakukan
evaluasi penulis tidak menemukan hambatan karena keluarga mau bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah kesehatanya.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan hasil dari asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
Cedera kepala ringan Diruang Neurologi lantai VIII RSUD KOJA Jakarta Utara, mulai dari
menambah
pengetahuan
masyarakat
tentang
makalah
yang
dibuat
oleh
pemakalah.pemakalah mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang atau salah dari pembuatan
makalah ini, karena pemakalah juga masih perlu saran dari masyarakat umum demi
menambahkan pengetahuan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 3. Jakarta
: EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2006). Buku saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Marion Johnson, dkk, (2000), Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book,
St. Louis.
Masjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta kedokteran, Edisi 3 Jild 2. Jakarta : Media
Aesculaplus.
Marjory Gordon, dkk, (2001), Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,
NANDA.
Nursalam. (2001). Pengantar Dokumentasi Keperawata. Jakarta : EGC
Tarwoto. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta : CV.
Sagung Seto.