Sunteți pe pagina 1din 68

Peluang Asuransi Syariah Indonesia Masih Besar

Rabu, 01 Mei 2013, 15:34 WIB


REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA Masa depan asuransi syariah
di Indonesia masih terbuka lebar. Pertumbuhan ekonomi yang
kuat dikombinasikan dengan naiknya tingkat tabungan dan
berkembangnya perekonomian kelas menengah merupakan
pertanda baik untuk industri asuransi jiwa syariah.
Bert Paterson, Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia kepada ROL mengungkapkan,
penetrasi asuransi syariah di Indonesia masih terbilang kecil. Padahal, Indonesia menempati
jumlah populasi muslim terbesar di dunia. Beberapa peluang lain juga ditambahkan Bert demi
meningkatkan bisnis asuransi syariah di Indonesia. Pertama Indonesia memiliki jumlah
pendudukan muda yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang merangkak naik juga
menjadi peluang yang baik, stabilitas politik serta meningkatnya kecenderungan untuk
menambung menjadi pertanda yang baik bagi asuransi syariah.Memahani bagaimana pasar
Indonesia berkembang merupakan kunci untuk mengindetifikasi resiko dan berbagai hal yang
dapat menghalangi pasar, ujar Bert.
Pada 2011 lalu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berada pada angka 6,5
persen dan diperkirakan terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan ini dipengaruhi salah satunya
oleh konsumsi domestik rata-rata 65 persen dari total PDB selama beberapa tahun belakangan.
Menurut Bret, pasar asuransi syariah di Indonesia terbilang pasar yang belum tergarap dan
memiliki peluang yang besar. matang. Ini bisa terlihat dari gabungan penetrasi asuransi jiwa dan
kerugiaannya yang hanya berada pada angka 1,78 persen dari PDB 2011. Dengan rata-rata
kemampuan individu membayar premi asuransi jiwa hanya 44 dolar AS.
Tidak adanya perbedaan cara penjualan produk asuransi syariah dengan konvensional dinilai
menjadi faktor kurang berkembangnya asuransi syariah di Indonesia. Menurut data Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pangsa pasar asuransi jiwa syariah dan re-asuransi jiwa syariah
pada kuartal III tahun 2012 hanya sebesar 3,96 persen. Kebanyakan perusahaan asuransi jiwa
syariah masuk ke pasar dengan mengadopsi produk-produk syariah yang setara dengan produk
asuransi tradisional mereka. Saya yakin masalah kurangnya diferensiasi merupakan salah
satu alasan mengapa pasar asuransi jiwa syariah berada jauh di belakang pasar asuransi
konvensional dalam hal penetrasi, pengembangan distribusi dan produk, katanya.
Saat ini beberapa perusahaan asuransi lebih memilih membuat unit asuransi syariah ketimbang
membuat perusahaan baru dengan fokus asuransi syariah. Sampai tahun 2012, hanya ada tiga
perusahaan asuransi jiwa syariah, dan dua asuransi umum syariah. Selebihnya, ada 17 unit
asuransi jiwa syariah dan 20 unit asuransi umum syariah. Tiga lainnya adalah perusahaan reasuransi syariah atau unit re-asuransi syariah.
Secara umum kesadaran akan kebutuhan asuransi jiwa masih sangat rendah. Apalagi untuk
asuransi jiwa syariah. Asuransi syariah masih harus bekerja keras menentukan cara untuk

membedakan dirinya. Tapi bukan lantas edukasi yang dilakukan adalah dengan membedabedakan mengenai manfaat produk asuransi konvensional dengan syariah. Karena ini hanya akan
membingungkan nasabah. Pelaku industri harus bekerja sama untuk mengedukasi masyarakat
Indonesia. Kita juga perlu bermitra dengan regulator untuk menciptakan lingkungan industri
dapat beroperasi bagi keamanan finansial untuk keluarga Indonesia, katanya

Mengapa Asuransi Syariah ?


Senin, 30 Juli 2012 | 13:21 WIB
Baca juga

Tweet
0
KOMPAS.com - Di dalam ekonomi syariah (muamalah syariah), selain kita mengenal bank
syariah, asuransi syariah pun merupakan bagian dari muamalah.
Sebelum kita membahas asuransi syariah maka perlu kita ketahui bahwa asuransi adalah
perlindungan suatu nilai ekonomi, nilai ekonomi disini bisa dilihat dari manusia sebagai sumber
ekonomi yang dapat menghasilkan uang atau bisa juga barang atau benda yang mempunyai nilai
ekonomi seperti rumah, mobil dan lain-lain.
Berbicara mengenai asuransi syariah, ada beberapa landasan penting yang menjelaskan mengapa
asuransi syariah dibutuhkan:
1. Di dalam sebuah kehidupan ada resiko dan ketidakpastian. Dalam syariah pernyataan ini
didukung di Qs Lukman:34 dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa
yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorangpun yang mengetahui dibumi mana dia akan
mati, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.
2. Kita sebagai umat manusia diwajibkan untuk saling tolong menolong atau saling membantu.
Hal ini sangat jelas tersurat dalam Qs Al Maidah:2 dan tolong menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.
3. Bagi umat manusia yang beriman sangat dianjurkan untuk melakukan perencanaan kedepan
untuk diri dan keluarga tercinta, sesuai dengan Qs Al-Hasyir:18 Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang yang diperbuatnya
untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Setelah kita mengetahui beberapa landasan penting dari asuransi syariah, maka ada beberapa hal
yang juga perlu diperhatikan dalam membandingkan asuransi syariah dengan asuransi
konvensional yaitu:
1. Fundamental hukum dan operasional yakni (filosofinya) mencari ridho Allah sehingga

berdimensi dunia dan akhirat sementara asuransi konvensional tidak ada keharusan untuk
memiliki filosofi hukum operasional akhirat.
2. Fundamental hukum dan operasionalnya adalah berdasarkan Al Quran, hadist serta hukum
positif yang berlaku. Asuransi konvensional hanya menggunakan hukum positif yang berlaku.
3. Managemen dalam struktur organisasi terdapat DPS (Dewan Pengawas Syariah) dengan tugas
dan fungsi memastikan bahwa operasional, managemen, investasi dan produk perusahaan tidak
menyimpang dari prinsip syariah.
4. Sistem akuntansinya adalah membuat laporan yang terbuka dimulai dari sumber dana,
penggunaan dan zakatnya. Pada konvensional tidak ada kewajiban harus terbuka dalam hal
sistem pembukuannya.
5. Produknya didisain agar terhindar dari unsur gharar (sesuatu yang tidak jelas), maisir (bersifat
spekulatif) dan riba (bunga).
6. Operasional pengelolaan resiko berdasarkan prinsip membagi resiko (sharing of risk) diantara
mereka, sementara konvensional memiliki konsep transfer of risk yakni pemindahan resiko dari
peserta ke perusahaan, ini memiliki konsekuensi dana yang diperoleh menjadi berpindah dari
peserta menjadi milik perusahaan.
7. Operasional investasi dana kelolaan pada instrumen berbasis syariah, khusus untuk saham
syariah di Indonesia dapat dilihat pada data Jakarta Islamic Index. Pada asuransi konvensional
bebas menentukan instrumen investasi.
8. Operasional pembayaran klaim resiko bersumber dari rekening dana tabbaru yaitu dana yang
sejak awal sudah diniatkan dan diikhlaskan untuk kepentingan sosial atau tolong menolong
diantara peserta takaful (saling menanggung) apabila terjadi musibah. Pada asuransi
konvensional dana ini tercermin di rasio RBC (Risk Based Capital) atau rasio resiko berbanding
modal.
Demikian pembaca yang bijaksana berdasarkan hal-hal yang telah tersebut diatas maka
perusahaan asuransi syariah tentu memiliki kultur perusahaan berbasis syariah islam, dimana
dana yang terkumpul merupakan hak dari peserta, perusahaan syariah hanya memegang amanah
untuk mengelolannya, sedangkan pada konvensional dana yang terkumpul menjadi hak
perusahaan sehingga perusahaan bebas melakukan alokasi investasinya. (Oktin Utama,
praktisi asuransi syariah, partner TGRM Perencana Keuangan)
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/07/30/13214780/Mengapa.Asuransi.S
yariah
Perkembangan Asuransi Syariah 2008
Perkembangan asuransi syariah ibarat si gadis manis, diburu banyak orang dan
menenangkan. Kini, nyaris semua perusahaan asuransi membentuk unit syariah.
Bahkan asuransi asing juga ikut membuka unit syariah. Mereka tentu ingin

mencicipi kue syariah di Indonesia.


Ketua Umum Asosiasi Syariah Indonesia Muhaimin Iqbal menyatakan hingga Januari
2008, di Indonesia sudah ada 3 perusahaan yang full asuransi syariah, 32 cabang
asuransi syariah, dan 3 cabang reasuransi syariah. Ini pertumbuhan premi industri
bisa menembus Rp 1 trilun tahun ini. Rencana masuknya asuransi raksasa di pasar
asuransi syariah diharapkan mendukung pencapaian target itu.
Ia mengatakan perolehan premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan
kembali mengulang prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%. pada
2006, industri asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73%
dengan nilai total Rp 475 miliar. "Hingga akhir 2007, saya rasa kami bisa mencapai
Rp 700 miliar. Kalau tahun depan tumbuh 50% saja, sampai melebihi Rp 1 triliun,"
ucap Muhaimin.
Kendati asuransi syariah mengalami pertumbuhan yang pesat, jelas Muhaimin,
kontribusi terhadap total industri baru mencapai 1,11% per 2006 dan diperkirakan
meningkat ke posisi 1.33% tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari jumlah pelaku
industri asuransi syariah yang masih terbatas dan baru menunjukkan peningkatan
dalam dua tahun terakhir.
Ia menuturkan, pada 2003, hanya ada 11 pemain dalam industri syariah. Jumlah itu
meningkat menjadi 30 pemain pada 2006. Per juli 2007, terdapat 38 pemain
asuransi syariah dengan rincian 2 perusahaan asuransi syariah, 1 asuransi umum,
12 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah, dan 3 asuransi syariah.
Sistem Transparan.
Sementara itu, Direktur Utama Insight Invesment Management ggi H Achsien
menyatakan perkembangan pesat asuransi asuransi syariah di Indonesia memang
masuk akal. Disamping pangsa pasar yang besar, sistemnya juga transparandan
membuat nyaman pemegang polis jelas Iggi.
Menurutnya sistem asuransi syariah menjanjikan sistem yang lebih adir, transparan
dan terhindar dari unsur perjudian. Oleh karena itu orang merasa lebih aman
dengan asuransi syariah, cetusnya.
Calon Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari salah satu perusahaan asurasi syariah
itu meminta para pelaku asurasi syariah agar terus meningkatkan profesionalisme
dalam mengembangkan pasar. Ini penting agar ada pergesran orientasi parsar
dari pasar emosional menuju pasar rasionla., jelasnya.
Perkembangan asuransi syariah juga mencengangkan. PT Asuransi Takaful Keluarga
(ATK) misalnya. Disamping terus melakukan berbabagai inovasi produk, perusahaan
asuransi syariah terbesar di Indonesia itu terus menggalang aliansi strategis dengan

perusahaan sejenis.
ATK juga telah meluncurkan produk unit link Takafulink Alia yang merupakan produk
proteksi dan investasi berbasi saham. ATK menargerkan pendapatan Rp 20 miliar
Rp 30 miliar di akhir 2007.
Walaupun baru berjalan sebulan, pendaptan Takafulink Alia telah mencapai Rp 5
miliar. Oleh karena itu, target di atas dapat tercapai, ungkap Presiden direktur PT
Asuransi Takaful Keluarga disela-sela grand launching Produk Takafulink Alia di
Jakarta.
Karena investasi Alia berupa saham. Agus menilai produk tersebut potensial bagi
meresa yang agresif dalam berinvestasi. Divisi Syariah Asuransi Allianz Liafe
Indenesia (AALI) juga tidak ketinggalan . Allianz Syariah Life membukukan gross
written premium (GWP) sebesar Rp 31 miliar dan mjumlah polis sebanyak 3.702.
unit hingga Agustus 2007. Direktur Syarila AALI Kiswati Soerkoyo mengatakanper
Agustus 2007, GWP telah mencapai Rp 31,012 miliar dan jumlah polis meningkat
menjadi 3.702 unit.
Hasil yang hampir sama juga dibukukan Divisi Syariah PT Asuransi Jiwa (AJ) Central
Asia Raya (CAR) yang mulai dibentuk Mei 2007. Di Tahum pertama operasionalnya
(2007) mereka berhasil melai premi sebesar Rr20 miliar. Tahun ini, menurut Direktur
pemasaran PT AJ CAR Hero Samudra, Target perolehan premi naik 150% menjadi
Rp50 miliar.
Sementara itu, Divisi Syariah AJB Bumi putera menargetkan pertumbuhan
pendapatan premi sebesar 137% menjadi Rp237% miliar pada 2008. Untuk
mencapai itu, divisi yang baru berusia tiga tahun itu akan menfokuskan pada
ekspansi organik perusahaan.(Media Indonesia, Selasa, 29 Januari 2008
http://www.asuransisyariah.net/2008/08/perkembangan-asuransi-syariah-2008.html

Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia dari Masa ke


Masa

Asuransi syariah kian marak khususnya


di Indonesia dan berbagai perusahaan asuransi baik perusahaan asuransi dari luar
negeri atau dari Indonesia sendiri hampir seluruhnya memiliki produk asuransi
syariah.
Ya, perkembangan asuransi syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan
pesat. Khususnya karena di Indonesia didominasi oleh kaum Muslim maka
permintaan akan asuransi syariah pun semakin tinggi, apalagi asuransi ini
didasarkan pada prinsip Syariah Islam.
Perbedaan antara asuransi non-syariah dengan asuransi syariah sebenarnya tidak
terlalu siginifikan kelihatan, namun terletak pada perjanjian transaksinya. Dalam
asuransi non-syariah, nasabah membeli produk asuransi kepada perusahaan dan
akan ditanggung ketika terjadi musibah. Sedangkan asuransi syariah, nasabah
mengikatkan diri dan mereka akan saling menanggung satu sama lain jika terjadi
musibah, yang didasarkan pada prinsip syariat Islam.
Di Indonesia, produk asuransi syariah telah diperkenalkan pada tahun 1994,
walaupun menjadi tren sejak tahun 2010-2011. Perusahaan asuransi pelopor
asuransi berbasis syariah itu sendiri adalah Asuransi Takaful yang berdiri pada
tahun 1994. Produk asuransi syariah ini didasarkan pada Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang menjelaskan tentang tujuan
asuransi dan pedoman operasional asuransi syariah yang terdiri dari enam fatwa
yakni dituliskan dalam Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2001
tentang 'Pedoman Umum Asuransi Syari'ah':
1. Asuransi Syariah (Tamin, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi
dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang
tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm

(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.


3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.
4. Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan
kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah dana
kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Perkembangan asuransi syariah berkembang pesat khususnya sejak tahun
2010-2011 yang ditandai dengan banyaknya pemilik modal yang berani melakukan
investasi. Selain itu, perusahaan asuransi pun banyak yang menambahkan produk
asuransi syariah ke dalam tawaran produk mereka. Pendapatan premi asuransi
syariah sendiri mencapai nilai Rp 4,97 triliun pada tahun 2011. Pada tahun 2012
diprediksi bahwa perkembangan asuransi syariah akan memberi kontribusi hingga
30%.
Belum lagi disebabkan oleh tingginya minat dan optimisme masyarakat kepada
perusahaan asuransi syariah. Sebagai buktinya di Indonesia telah terdapat 20
asuransi syariah yang terbagi atas 17 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum
syariah dan 3 reasuransi syariah. Memang jika dibandingkan dengan negara lain di
Eropa, Timur Tengah dan Malaysia, pertumbuhan dan perkembangan asuransi
syariah di Indonesia masih lambat. Sebagai contoh di di Malaysia, banyak dana
asuransi syariah berasal dari pemerintah dan benar-benar didukung oleh
pemerintah.
Tetapi tidak menutup peluang perkembangan asuransi syariah di tahun-tahun
selanjutnya, apalagi jika didukung oleh pemerintah. Hal ini juga turut membenahi
perekenomian Indonesia jika dikelola dengan baik. Sebagai informasi berikut
beberapa perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi berbasis
syariah.
1. PT Syarikat Takaful Indonesia
2. PT Asuransi Syariah Mubarakah
3. PT MAA Life Assurance
4. PT MAA General Assurance
5. PT Asuransi Great Eastern Life Indonesia
6. PT Asuransi Tri Pakarta
7. PT AJB Bumiputera 1912
8. PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera
9. PT Asuransi BRIngin Sejahtera Artamakmur (Bringin Insurance)
10. PT Asuransi Binagriya Upakara
11. PT Asuransi Jasindo Takaful
12. PT Asuransi Central Asia (ACA)

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.

PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT

Asuransi Umum BumiPuteraMuda (Bumida) 1967


Asuransi Astra Buana
BNI Life Indonesia
Asuransi Adira Dinamika
Staco Jasapratama
Asuransi Sinar Mas
Prudential Life Assurance
Asuransi Jiwa SinarMas
Tugu Pratama Indonesia
Asuransi Allianz Life Indonesia
Asuransi AIA Indonesia
Panin Life, Tbk
Asuransi Allianz Utama Indonesia
Asuransi Ramayana, Tbk
Asuransi Jiwa Mega Life
AJ Central Asia Raya
Asuransi Umum Mega
Asuransi Parolamas
Asuransi Jiwa Askrida
Asuransi Jiwasraya (Persero)
Equity Financial Solution
Asuransi Kredit Indonesia
Asuransi Bintang, Tbk
Asuransi Bangun Askrida
Asuransi Tokio Marine Indonesia

Mengenal Lebih Jauh Asuransi Syariah dan Dasar


Landasannya

Memiliki asuransi memiliki manfaat bagi


setiap manusia. Hal tersebutlah yang mendasari asuransi syariah karena di Al

Qur'an sendiri terdapat konsep resiko di masa depan. Dalam konsep Islam, terdapat
konsep manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan hubungannya dengan
manusia. Nah, dalam konsep hubungan manusia dengan Tuhan terdapat sifat
limitatif yakni tidak bisa dikembangkan lagi. Tetapi tentang konsep hubungan
manusia dan manusia masih bisa dikembangkan. Termasuk juga dalam bidang
ekonomi.
Asuransi syariah sering disebut dengan istilah 'takaful' yang sebenarnya
metodenya sama dengan asuransi pada umumnya. Pihak asuransi berperan sebagai
penyedia penanggung dengan tertanggung yakni peserta penerima manfaat.
Namun yang membedakannya adalah prinsip operasional asuransi syariah
beradasarkan pada syarat Islam yang tentunya mengacu pada Al-Qur'an dan
As-Sunnah. Pertama kali istilah 'takaful' sebagai asuransi syariah digunakan adalah
pada tahun 1983 oleh Dar Al Mal Islami yakni sebuah asuransi Islam di negara
Genewa.
Prinsip operasional yang membedakan antara asuransi syariah dengan asuransi
konvensional atau pada umumnya adalah 'prinsip tolong-menolong'. Pada asuransi
syariah adanya prinsip saling menanggung antara satu pengguna asuransi dengan
yang lainnya. Nah, sementara pada asuransi konvensional adalah prinsip saling
menanggung antara pemegang asuransi dengan pihak perusahaan asuransi bukan
peserta lainnya.

Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi


Konvensional
Berikut beberapa perbedaan mendasar antara asuransi syraih dengan asuransi
konvensional yang mesti Anda ketahui untuk bisa dijadikan perbandingan:
1. Konsep operasional asuransi syariah adalah didasarkan pada hukum Islam yang
bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah untuk keselamatan dunia dan akhirat,
sementara asuransi konvensional tidak memiliki ikatan konsep operasional akhirat.
2. Konsep operasional dan ketentuan asuransi syariah didasarkan pada Al-Qur'an,
As-Sunnah dan hadits serta hukum positif lainnya yang berlaku, sementara asuransi
konvensional hanya mengikuti hukum positif yang berlaku, tidak didasarkan pada
hukum Agama.
3. Sistem akuntansi atau keungan dalam asuransi syariah harus terbuka tentang
laporan sumber dana dan sebagainya, sebaliknya asuransi konvensional tidak
memiliki ketentuan dalam sistem pembukuannya yang harus terbuka.
4. Ada Dewan Pengawas Syariah atau disingkat menjadi DPS dalam pengelolaan

struktur organisasi perusahaan asuransi syariah agar memastikan bahwa


manajemen, operasional, investasi dan produk asuransi syariah tidak menyimpang
dari prinsip syariat Islam.
5. Produk asuransi syariah memang dirancang sedemikian rupa agar terhindar
dari sesuatu yang tidak jelas (unsur grahar), adanya sifat spekulatif atau
diistilahkan 'maisir' dan riba atau bunga.
6. Untuk melihat operasional asuransi syariah dalam hal pengelolaan investasi
dana, utamanya saham syariah di negeri Indonesia dapat kita lihat di Jakarta Islamic
Index. Sementara pada asuransi konvensional bisa bebas untuk menentukan
instrumen investasi.
7. Metode pengelolaan resiko didasarkan pada prinsip dan hukum bagi resiko atau
sharing of risk di antara mereka sendiri, sementara pada asuransi konvensional
terdapat prinsip "transfer of risk" yaitu prinsip pemindahan resiko dari pemegang
asuransi ke perusahaan pihak asuransi sehingga konsekuensi dana yang didapat
berpindah dari pemegang asuransi menjadi milih perusahaan asuransi.
8. Metode pembayaran klaim resiko adalah berasal dari rekening tabungan bersama
yakni dana yang memang sudah diikhlaskan memang untuk kepentingan tolongmenolong antara pemegang asuransi syariah atau takaful jika terjadi sesuatu
musibah. Sementara pada asuransi konvensional bisa dilihat di rasio atau
perbandingan antara resiko dan modal.
Maka pada prinsip sederhananya, dana yang terkumpul dalam asuransi syariah
adalah hak dari pemegang asuransi, sebaliknya pada asuransi konvensional
merupakan hak perusahaan untuk melakukan alokasi kemana dana tersebut untuk
investasi. Ya, dalam hukum Islam tidak hanya dikenal bank syariah tetapi juga
asuransi syariah yang bisa membantu sesama manusia dengan prinsip tolongmenolong.
Jadi, bergantung pada Anda juga untuk memilih asuransi syariah atau asuransi
konvensional. Tentu Anda punya hak untuk memilih berdasarkan penjelasan di atas.
Dalam Asuransi syariah sendiri juga terdapat beberapa produk yang bisa Anda
pilih lagi sesuai dengan kebutuhan hidup Anda. Belum lagi memang hukum Islam
sendiri memberi landasan seperti ini bahwa asuransi itu penting:
1. Ketidakpastian dan resiko.
2. Saling membantu dan tolong-menolong.
3. Dianjurkan untuk membuat perencanaan masa depan bagi diri sendiri dan
keluarga.

Produk Asuransi Takaful - Pelopor Asuransi Syariah


Indonesia

Asuransi Takaful adalah pelopor asuransi


syariah di Indonesia. Perusahaan Asuransi Takaful berdiri pada tanggal 24
Februari 1994 yang diprakarsai oleh Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia
atau TEPATI dan digerakkan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia melalui
Yayasan Abdi Bangsa. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia, Departemen Keuangan
RI, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan beberapa pengusaha Muslim asal Indonesia turut
memotori Asuransi Takaful di bawah naungan Perusahaan PT Syarikat Takaful
Indonesia.
Asuransi Takaful memberikan jasa asuransi kepada masyarakat Indonesia yang
dilandaskan pada prinsip Syariah Islam dan telah berjalan sekitar satu dasawarsa.
Perusahaan Asuransi Takaful sendiri memiliki dua cabang perusahaan operasional
yakni:
1. PT Asuransi Takaful Umum (Asuransi Umum Syariah)
Perusahaan asuransi ini berdiri pada tahun 1994, tepatnya pada tanggal 4 Agustus
1994 dan beroperasi resmi sejak tanggal 25 Agustus 1994.
2. PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa Syariah)
Perusahaan ini diresmikan pada tanggal 2 Juni 1995 oleh Menristek/Ketua BPPT Prof.
Dr. B.J. Habibie.
Kepemilikan Perusahaan Asuransi Takaful
Saham mayoritas di Perusahaan Asuransi Takaful dimiliki oleh Syarikat Takaful
Malaysia Berhad sebesar 56%, Islamic Development Bank memiliki saham sebesar
26,39% dan selebihnya dimiliki oleh PNM atau Permodalan Nasional Madani, Bank

Muamalat dan Yayasan Abdi Bangsa. Untuk menjaga kualitas layanan jasa asuransi
yang diberikan oleh Asuransi Takaful, maka untuk perusahaan Asuransi Takaful
memperoleh sertifikat Sertifikasi ISO 9001:2000 dari SGS JAS-ANZ dari Selandia
Baru untuk Asuransi Takaful Umum. Sedangkan Asuransi Takaful Keluarga
mendapatkan Sertifikasi ISO 9001:2000 dari dari Det Norske Veritas (DNV) dari
Belanda.
Penghargaan terhadap Asuransi Takaful pun telah diraih yakni di antaranya adalah:
MUI Award 2004 dengan predikat sebagai Asuransi Syariah Terbaik di Indonesia dan
oleh Majalah InfoBank 2004 dan 2005 memberikan penghargaan kepada Asuransi
Takaful sebagai Asuransi Syariah yang Sangat Bagus dan sebagai Pioner Asuransi
Umum Syariah oleh Investor Syariah Award, serta penghargaan lainnya yang bisa
Anda di situs www.takaful.com.

Produk Asuransi Takaful Indonesia


Berikut produk asuransi yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful Indonesia:
1. Asuransi Takaful Umum, yang berfokus pada pemberian layanan dan bantuan
kepada tertanggung oleh karena kerugian seperti kebakaran, pengangkutan,
kendaraan bermotor dan niaga. Asuransi ini berfokus kepada perlindgungan yang
disesuaikan dengan Muamalah Syariah Islam. Produk-produk yang ditawarkan
adalah sebagai berikut:
-Takaful
-Takaful
-Takaful
-Takaful
-Takaful
-Takaful
-Takaful
-Takaful
-Takaful

Baituna
Surgaina
Abror
Ansor
Rekayasa
Aneka
Kebakaran
Pengangkutan & Rangka Kapal
Kendaraan Bermotor

2. Asuransi Takaful Keluarga yang berfokus pada pemberian layanan dan


bantuan serta investasi yang menyangkut asuransi jiwa dan keluarga, untuk
kesejahteraan masyarakat yang tentu dilandaskan pada Muamalah Syariah Islam.
Produk yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful Keluarga pun meliputi layanan
individual, layanan grup atau kumpulan, bancassurance dan khusus asuransi
kesehatan. Berikut pengelompokannya:
a). Asuransi Takaful Keluarga Layanan Individual yang mencakup:
-Takafulink
-Takaful Kecelakaan Diri

-Fulnadi
-Takafulink Alia
-Takaful Ukhuwah
b). Asuransi Takaful Keluarga Layanan Grup / Kumpulan yang mencakup:
-Takaful Ordinary: Takaful Al Khairat, Takaful Kecelakaan Diri, Takaful Kecelakaan
Siswa, Takaful Wisata & Perjalanan.
-Bancassurance: Takaful Pembiayaan.
-Takaful Kesehatan: FulMedicare.
Selain produk-produk umum di atas, ternyata Asuransi Takaful pun memiliki
produk unik lainnya yang bisa dinikmati oleh kalangan khusus, antara lain sebagai
berikut:
1. Asuransi Takaful Safari yang diperuntukkan kepada pelanggan Telkomsel yang
memberikan asuransi jiwa dalam rentang waktu 10 hari dengan nilai perlindungan
hingga senilai Rp 100 juta dengan pemotongan pulsa Rp 8.000/10 hari.
2. Asuransi Takaful Fulprotek yang berupa kartu dan memiliki fungsi sebagai kartu
asuransi, ATM dan debit.
Sebagai informasi, terdapat banyak rumah sakit rekanan yang bekerja sama dengan
Asuransi Takaful dan bengkel rekanan bagi Anda yang memilih asuransi Takaful
umum. Hal ini akan memberi jaminan bagi Anda yang menjadi nasabah Asuransi
Takaful.
Bagi Anda yang penasaran dengan berbagai produk asuransi syariah yang
ditawarkan oleh Asuransi Takaful ini bisa mengakses situs resmi mereka, atau Anda
juga bisa berkunjung ke kantor pusat mereka di Jakarta. Anda yang berada di
daerah lain pun bisa mengunjungi kantor-kantor cabang yang dimiliki oleh
Asuransi Takaful yang berada di berbagai daerah di Indonesia seperti Depok,
Tangerang, Bogor, Surabaya, Bali, Medan Lhokseumawe, Batam, Palembang dan
kota-kota lain di seluruh Indonesia.
Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia

Sejak akhir abad ke-20, perkembangan ekonomi syariah secara global mulai meningkat. Semakin
banyak bank-bank Islam yang menerapkan prinsip syariah, yaitu sistem perbankan yang tidak

meminjamkan atau memungut pinjaman dengan bunga pinjaman (riba) dan memiliki larangan
untuk berinvestasi pada usaha yang berkategori haram menurut ajaran Islam.
Perkembangan positif ini juga terlihat pada perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dengan
meningkatnya aset perbankan syariah dari Rp49,6 triliun pada 2008 menjadi Rp223 triliun pada
Agustus 2013. Dengan besarnya potensi produk syariah ini, banyak pula perusahaan asuransi di
Indonesia yang menawarkan produk syariah.
Pertumbuhan industri asuransi syariah ditargetkan sebesar 35% per tahun. Bahkan, pertumbuhan
premi asuransi syariah tercatat mencapai 43% di 2013. Ini lebih besar dibandingkan peningkatan
pada asuransi konvensional yang berada di posisi 20%.
Oleh karena itu, masa depan asuransi syariah di Indonesia dipandang masih terbuka lebar.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat dikombinasikan dengan naiknya tingkat tabungan dan
berkembangnya perekonomian kelas menengah, merupakan pertanda baik untuk industri asuransi
jiwa syariah.
Dalam pengertiannya, asuransi syariah adalah asuransi berdasarkan prinsip syariah dengan usaha
tolong-menolong (taawuni) dan saling melindungi (takafuli) diantara para peserta melalui
pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk
menghadapi risiko tertentu.
Prinsip asuransi syariah sendiri tidak jauh berbeda dengan perbankan syariah, yaitu
mengumpulkan dana dari nasabah untuk dikelola sesuai dengan syariah Islam. Selain itu, sistem
pada asuransi syariah juga menggunakan sistem bagi hasil.
Penempatan dana nasabah peserta asuransi syariah juga jelas dan tidak ditanamkan pada bisnis
yang dilarang agama, seperti perjudian atau yang keabsahannya diragukan. Berarti asuransi
syariah menjamin dana yang disimpan maupun didapat halal.
Skema hubungan si penanggung (perusahaan) dan tertanggung (nasabah) dalam asuransi syariah
juga berbeda dengan asuransi konvensional. Jika asuransi konvensional skemanya adalah
transfer risiko, di asuransi syariah sistemnya berbagi risiko (risk sharing). Inti hubungan
penanggung dan tertanggung adalah tolong- menolong, bukan pemindahan risiko dari peserta
asuransi kepada perusahaan asuransi.

Pengertian dan Manfaat


Posted on Oktober 31, 2009 | 4 Komentar

by ariefsulfie
Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), asuransi syariah diartikan sebagai usaha
saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai syariah. Jika seseorang menjadi peserta atau
asuransi syariah, dalam istilah syariah disebut sebagai muamman, sedangkan perusahaan
asuransi disebut dengan muammin. Pada dasarnya asuransi syariah dan asuransi konvensional
mempunyai tujuan sama, yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Namun beberapa
perbedaan mendasar dalam kontrak awal menjadikan asuransi syariah dinilai lebih fair
dibandingkan asuransi konvensional.
Menurut Ketua Badan Pelaksana Harian DSN Maruf Amin, berbeda dengan asuransi
konvensional yang menerapkan kontrak jual beli atau biasa disebut tabaduli, asuransi syariah
menggunakan kontrak takafuli atau tolong menolong antara nasabah satu dengan nasabah yang
lain ketika dalam kesulitan. Jadi di asuransi syariah ada risk sharing, ujar Maruf. Sedangkan
dengan akad tabaduli, terjadi jual beli atas risiko yang dipertanggungkan antara nasabah dengan
perusahaan asuransi. Dengan kata lain terjadi transfer risiko (risk transferring) dari nasabah ke
perusahaan asuransi.
A. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARIAH
Haramnya praktik asuransi dalam Islam sudah banyak digaungkan oleh para ulama-ulama di
Indonesia maupun manca negara. Hal ini dikarenakan adanya :
1.Gharar = Terlihat dari unsur ketidakpastian tentang sumber dana yang digunakan untuk
menutupi klaim dan hak pemegang polis. 2.Maysir= Yaitu unsur judi yang gambarkan dengan
kemungkinan adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan pihak yang lain.
3. Riba
Asuransi Syariah memiliki prinsip-prinsip antara lain :
1. Saling Membantu dan Bekerjasama Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS.
Al-Maidah:2) Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong sesamanya. (HR.
Abu Daud) Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi
kebutuhannya. (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud)
2. Saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan Seperti membiarkan uang

menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu
(QS. 4 :29)
3. Saling bertanggung jawab
4. Menghindari unsur gharar, maysir dan riba Islam menekankan aspek keadilan, suka sama suka
dan kebersamaan menghadapi resiko dalam setiap usaha dan investasi yang dirintis. Aspek inilah
yang menjadi tawaran konsep untuk menggantikan gharar, maysir dan riba yang selama ini
terjadi di lembaga konvensional.
B. TATA CARA DAN OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH
1. Akad = Akad antara perusahaan dengan peserta menggunakan akad mudharabah dengan
semangat saling menanggung (takaful), dan bukan berdasarkan akad pertukaran (tadabbuli)).
Unsur dalam konsep al-mudharabah ini ialah
a. Menginvestasikan dan mengusahakan ke dalam proyek dalam bentuk : musyarakah,
murabahah dan wadiah.
b. Menanggung resiko usaha secara bersama-sama dengan prinsip bagi hasil yang telah
disepakati.
c. Pembagian hasil atas keuntungan dari investasi dilakukan setelah penyelesaian klaim manfaat
takaful dari peserta yang mengalami musibah.
2. Pengelolaan dan Investasinya Tidak Bertentangan dengan Syariat Islam.
C. JENIS DAN PRODUK ASURANSI SYARIAH
Produk asuransi syariah terbagi menjadi tiga macam, yakni asuransi individu (jiwa, kecelakaan,
pendidikan, dlsb); asuransi grup (kecelakaan, wisata, pembiayaan, dlsb); dan asuransi umum
(kendaraan, kebakaran, dlsb).
D.PERBEDAAN ANTARA ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIAL
Asuransi syariah sangat berbeda dengan asuransi konvensional, karena pada asuransi
konvensional dilakukan praktik-praktik yang diharamkan dalam Islam. Dalam asuransi syariah
dikenal prinsip saling memikul risiko diantara sesama orang, sehingga antara satu dengan
lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Semua ini dilakukan atas dasar tolongmenolong dalam kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan dana/sumbangan/derma
(tabarru) yang disepakati bersama nilainya untuk menanggung risiko tersebut. Sesuai dengan
firman Allah SWT Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa
dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS Al-Maidah [5] :
2)
Ada tujuh prinsip yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, yaitu :
1. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS),yang bertugas mengawasi produk yang

dipasarkan dan produk yang ada dalam pengelolaan investasi dana.nDPS ditemukan pada
asuransi syariah tapi tidak pada asuransi konvensional
2. Akad yang akan dilaksanakan. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan
prinsip tolong menolong (takaful), sedangkan pada asuransi konvensional berdasarkan akad jual
beli (tadabbuli).
3. Prinsip perhitungan investasi dana. Pada asuransi syariah, dasar perhitungan investasi dana
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). Pada asuransi konvensional dasar perhitungan
investasi dana berdasarkan riba.
4. Kepemilikan dana. Pada asuransi syariah dana investasi yang terkumpul dari peserta (premi)
merupakan milik peserta seutuhnya sementara perusahaan asuransi hanya merupakan pemegang
amanah atau sebagai pengelola dana (mudharib). Pada asuransi konvensional, dana investasi
yang terkumpul dari peserta (premi) menjadi milik perusahaan, sehingga perusahaan bebas
menentukan alokasi investasi penggunaan dana.
5. Pembayaran klaim. Pembayaran klaim yang dilakukan oleh asuransi syariah diambil dari
rekening tabarru (dana kebajikan) seluruh peserta. Sejak awal menyimpan dana investasinya,
peserta sudah diminta keikhlasannya bahwa akan ada penyisihan dana yang akan digunakan
untuk menolong peserta lain jika terkena musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional
pembayaran klaim diambil dari dana milik perusahaan.
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan asuransi. Pada asuransi syariah, keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan dari investasi dana peserta akan dibagi antara perusahaan dengan
peserta sesuai dengan prinsip bagi hasil, dengan proporsi yang telah disepakati bersama di awal.
Sedangkan pada asuransi konvensional keuntungan yang diperoleh perusahaan menjadi milik
perusahaan seutuhnya.
7. Kemungkinan adanya dana yang hangus. Pada asuransi syariah tidak mengenal adanya dana
yang hangus meskipun peserta asuransi menyatakan akan mengundurkan diri karena sesuatu dan
lain hal. Dana yang telah disetorkan tetap dapat diambil kecuali dana yang sejak awal telah
diikhlaskan masuk ke dalam rekening tabarru (dana kebajikan). Sedangkan pada asuransi
konvensional dikenal adanya dana yang hangus jika peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran
premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo (reserving period).
E. MANFAAT PENTING MEMILIKI ASURANSI SYARIAH
Allah SWT memerintahkan kita agar senantiasa membuat perencanaan masa depan. Islam
mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan, bencana, dan kematian merupakan qadha dan qadar.
dari Allah. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Tapi perencanaan masa depan tetap harus dipersiapkan.
Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap hari memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan). Dan,
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau
kerjakan. (Al Hasyr:18).
Dalam Al Quran, surat Yusuf :43-49, Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk
sistem proteksi menghadapai kemungkinan yang buruk dimasa depan. Secara ringkas, ayat ini

bercerita tentang pertanyaan raja mesir tetang mimpinya kepada Nabi Yusuf. Dimana raja Mesir
bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus,
dan dia juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah serta tujuh tangkai yang merah
mengering tidak berbuah. Nabi Yusuf dalam hal ini menjawab supaya kamu bertanam tujuh
tahun dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh
tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapapi masa
sulit tesebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan.
Sangat jelas dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan kehidupan
dengan meproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Dan sangat jelas ayat diatas
menyatakan bahwa berasurnasi tidak bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan
adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sisitem proteksi yang
dikenal dalam mekanisme asuransi. Ayat ini memerintahkan kita untuk mempersiapkan diri,
melakukan ikhtiar antara lain dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki melalui
asuransi syariah bersama dengan saudara-saudara kita yang lainnya. Sehingga, jika takdir
menjemput kita, maka persiapan-persiapan untuk keluarga yang kita tinggalkan dalam batas
tertentu sudah tersedia.
Dengan demikian, kita tidak meninggalkan keluarga yang sengsara, terutama bagi sang ayah
sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Oleh karena itu, Allah swt memerintahkan kepada
umat Islam agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah, yang menjadi beban orang lain
sepeninggalnya. Kita perlu perencanaan yang matang dalam mempersiapakan hari depan, dan
jadilah bangsa yang visioner. Allah berfirman, Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatirkan terhadap kesejahteraan mereka.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. Al-Quran menjelaskan, Bagi kalian yang meninggal dunia dan
meninggalkan janda haruslah memenuhi minimum satu tahun kebutuhan hidupnya dan tempat
tinggalnya. Tapi bila dia meninggalkan tempat tinggal tersebut, tak dapat disalahkan bagi kalian
atas apa yang dilakukannya dan Allah Maha Mengetahui. Dalam ilmu faraid disebutkan bahwa
istri berhak atas 1/8 dari hak waris, orang tua masing-masing berhak atas 1/6 dari harta waris,
anak laki-laki mendapatkan 2/3 serta anak perempuan mendapatkan 1/3 dari harta waris, dan
lainnya. Misal, kebutuhan bulanan seorang istri dengan satu anak sebesar Rp 1 juta dan
kebutuhan tempat tinggal Rp 500 ribu. Berarti total kebutuhan perbulan Rp 1,5 juta. Untuk
memenuhi kebutuhan minimum selama setahun, harus terdapat dana sebesar Rp 1,5 juta x 12
bulan = Rp 18 juta. Dana sebesar Rp 18 juta tersebut hanya untuk istri yang dalam Al-Quran
mendapat bagian waris sebesar 1/8. Untuk seorang istri yang tidak memiliki anak berhak atas 1/4
dari harta waris. Karena itu, perhitungan kebutuhan asuransi minimum untuk keluarga ini sebesar
Rp 18 juta x 8 = Rp 144 juta. Patangpuluhan, 22-12-2008

Manfaat Asuransi Syariah


Indonesia merupakan Negara, dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk
agama Islam. Namun demikian, perkembangan produk-produk dengan prinsip
syariah baru berkembangn kurang lebih 3-4 tahun yang lalu.

Lalu apakah asuransi yang kita kenal sekarang (asuransi konvensional) telah
memenuhi syarat-syarat lain dalam konsep muamalat secra Islami. Dalam
mekanisme asuransi konvensional terutama asuransi jiwa, paling tidak ada tiga hal
yang masih diharamkan oleh para ulama, yaitu: adnya unsur gharar (ketidak jelasan
dana), unsur maisir (judi/ gambling) dan riba (bunga). Ketiga hal ini akan dijelskan
dalam penjelasaan rinci mengenai perbedaan antara asuransi konvensional dan
syariah.

Asuransi Syariah dan Konvensional


Asuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional mempunyai tujuan sama yaitu
pengelolaan atau penanggulangan risiko. Perbdaan mendasar antra keduanya
adalah cara pengelolaannya penglolaan risiko asuransi konvensional berupa
transfer risiko dari para peserta kepada perusahaan asuransi (risk transfer)
sedangkan asuransi jiwa syariah menganut azas tolong menolong dengan membagi
risiko diantara peserta asuransi jiwa (risk sharing).

Disamping perbedaan cara pengelolaan risiko, ada perbedaan cara mengelola unsur
tabungan produk asuransi. Pengelolaan dana pada asuransi syariah menganut
investasi syariah dan terbebas dari unsur ribawi.
Secara rinci perbedaan antara asuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional
dapat dilihat pada uraian berikut :

Kontrak atau Akad


Kejelasan kontrak atu akad dalam praktik muamalah menjadi prinsip karena akan
menentukan sah atau tidaknya secara syariah. Demikan pula dengan kontrak
antara peserta dengan persahaan asuransi. Asuransi konvensional menerapkan
kontrak yang dalam syariah disebut kontrak jual beli (tabaduli).

Kontrak Al-Mudharabah
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola.

Dana Hangus
Pada asuransi konvensional dikenal dana hangus, dimana peserta tidk dapat
melnjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa jatuh
tempo.

Dalam konsep asuransi syariah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus.


Peserta yang baru masuk sekalipun karena satu dan lain hal ingin mengundurkan
diri, maka dna atau premi yg sebelumnya sudah dibyarkan dapat diambil kembali
kecuali sebagian kecil saja yg sudah diniatkan untuk dana tabarru yang tidak dapat
diambil.

Manfaat Asuransi Syariah


Asuransi syariah dapat menjadi alterntif pilihan proteksi bgi pemeluk agama Islam
yang menginginkan produk yang ssuai dengan hokum Islam. Produk ini juga bisa
menjadi pilihan bagi pemeluk agama lain yang memandang konsep syariah adil
bagi mereka

Tabarru Asuransi Syariah


Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 53/DSN-MUI/III/2006,
tentang
Tabarru pada Asuransi Syariah
Menimbang :
a. bahwa fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dinilai
sifatnya masih sangat umum sehingga perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci;
b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang Akad Tabarru untuk asuransi;

c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang
Akad Tabarru untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
1. Firman Allah SWT, antara lain:
o Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu
menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu.
Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. (QS. alNisa [4]: 2).
o Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtera-an) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (QS. al-Nisa [4]: 9).
o Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Hasyr [59]: 18).
2. Firman Allah SWT tentang prinsip-prinsip bermuamalah, baik yang harus dilaksanakan
maupun dihindarkan, antara lain:
o Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
o Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. al-Nisa [4]: 58).
o Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil)harta orang lain secara
batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(QS. al-Nisa [4]: 29).
3. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif,
antara lain :

o Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS. al-Maidah [5]: 2).
4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang beberapa prinsip bermuamalah, antara
lain:
o Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama ia (suka) menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
o Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan
tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita
(HR. Muslim dari Numan bin Basyir).
o Seorang mumin dengan mumin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan
bagian yang lain (HR Muslim dari Abu Musa al-Asyari).
o Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia perniagakan, dan
janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga habis oleh sederkah (zakat dan
nafakah) (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan Baihaqi dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari
kakeknya Abdullah bin Amr bin Ash).
o Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr bin Auf).
o Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.
(Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas, dan
Malik dari Yahya).
5. Kaidah fiqh:
o Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
o Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.
o Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.
Memperhatikan:
1. Pendapat para ulama, antara lain:

Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru (amal kebajikan)
dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang digunakan untuk membantu peserta yang
memerlukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya
(kepada peserta) sebagai tabarru atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, alMuamalat al-Maliyyah al-Muashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 287).
Analisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru secara bergantian dalam
akad asuransi taawuni adalah kaidah tentang kewajiban untuk memberikan tabarru dalam
mazhab Malik. (Mushthafa Zarqa, Nizham al-Tamin, h. 58-59; Ahmad Said Syaraf al-Din,
Uqud al-Tamin wa Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sadi Abu Jaib, al-Tamin bain
al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53).
Hubungan hukum yang timbul antara para peserta asuransi sebagai akibat akad tamin jamai
(asuransi kolektif) adalah akad tabarru; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru kepada
peserta lain yang terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim) yang menjadi haknya; dan
pada saat yang sama ia pun berhak menerima dana tabarru ketika terkena musibah (Ahmad
Salim Milhim, al-Tamin al-Islami, h, 83).
2. Hasil Lokakarya Asuransi Syariah DSN-MUI dengan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah
Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada 23 Shafar 1427/23
Maret 2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD TABARRU PADA ASURANSI SYARIAH
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah;
b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau perusahaan asuransi dalam reasuransi
syariah.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Akad Tabarru merupakan akad yang harus melekat pada semua produk asuransi.

2. Akad Tabarru pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta
pemegang polis.
Ketiga : Ketentuan Akad
1. Akad Tabarru pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan
kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.
2. Dalam akad Tabarru, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu;
b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru selaku peserta dalam arti
badan/kelompok;
c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;
d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Keempat : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru
1. Dalam akad Tabarru, peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong
peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah.
2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru
(muamman/mutabarra lahu, // )dan secara kolektif selaku penanggung
(muammin/mutabarri- //).
3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad Wakalah dari
para peserta selain pengelolaan investasi.
Kelima : Pengelolaan
1. Pembukuan dana Tabarru harus terpisah dari dana lainnya.
2. Hasil investasi dari dana tabarru menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun
tabarru.
3. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad
Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad
Wakalah bil Ujrah.

Keenam : Surplus Underwriting


1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru, maka boleh dilakukan beberapa
alternatif sebagai berikut:
o a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru.
o b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para
peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko.
o c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada
perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.
2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh
peserta dan dituangkan dalam akad.
Ketujuh : Defisit Underwriting
1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru (defisit tabarru), maka perusahaan
asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman).
2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru.
Kedelapan : Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 23 Maret 2006 / 23 Shafar 1427 H
DEWAN SYARIAH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
DR. KH. M.A Sahal Mahfudh

Sekretaris
Drs. H.M. Ichwan Sam

Asuransi Syariah
1. A.

Pengertian Asuransi

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang
dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa
tak tentu (onzeker vooral).. Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Persuransian,Asuransi atau pertanggunan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana
pihak penanggunan mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertangung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. Sedangkan, ruang lingkup masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi,
memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbul kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya
seseorang
Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-taimin, penanggung disebut muammin, sedangkan
tertanggung disebut muamman lahu atau ustamin. at-tamin ( / ) diambil dari kata ( /)
memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut,
sebagaimana firman Allah, Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy:
4).
Asuransi di sebut pula sebagai takaful, tadhamun .
Dewan syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang pedoman
umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, asuransi syariah
(Tamin , takaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah.[4]

Dalam Ensiklopedia hukum Islam bahwa asuransi (at-tamin) adalah transaksi perjanjian antara
dua pihak ; pihak pertama berkewajiban membayar iuran dan pihak lain erkewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa
pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Men-Tamin-kan sesuatu artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan
untuk agar ia atau ahli warisnya memdapat uang sebagaimana yang telah disepakati, atau
mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, deikatakan seseorang empertanggungkan
atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya.
Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar yaitu al kifayah (kecukupan) dan al
amnu (keamanan). Sebagaimana firman Allah swt: Dialah Allah yang mengamankan mereka
dari ketakutan, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan
bentuk keamanan, mereka menyebutnya dengan al amnu al qidza`I (aman komsumsi). Dari
prinsip tersebut Islam mengarahkan kepada ummatnya untuk mencari rasa aman baik untuk
dirinya sendiri dimasa mendatang atau untuk keluarganya sebagaimana nasehat Rasul kepada
Sa`ad bin Abi Waqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja selebihnya ditinggalkan
untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.
Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-ta`min atau asuransi syariah dengan pengertian
saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta`min ke dalam tiga bagian,
yaitu ta`min at-taawuniy, ta`min al tijari, dan ta`min al hukumiy.
Menurut Mushtafa Ahmad Zaraq, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun
metodelogi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara
atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang
beragam yang akan terjadi dalam hidupnya dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam
aktivitas ekonominya.
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap taawun yang telah diatur
dengan sistem yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian
(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan demikina, asuransi adalah taawun
yang terpuji, yang saling menolong dalam berbuat kebijakan dan takwa. Dengan taawun mareka
saling membantu antara sesama, dan mereka takut dengan bahaya (malapetaka) yang
mengancam mereka.
Dalam buku Aqdu at-tamin wa Mauqifu asy-Syariah al-Islamiyah Minhu, az-Zarqa juga
mengatakan bahwa sistem asuransi yang dipahami para ulama hukum (syariah) adalah sebuah
sistem taawun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau

musibah-musibah. tugas ini dibagikan kepada sekelompok tertanggung, dengan cara memberikan
pengganti kepada orang yang tertimpa musibah. pengganti tersebut diambil dari kumpulankumpulan premi-premi mereka. Mereka (para ulama syariah) mengatakan bahwa dalam
penetapan semua hukum yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan ekonomi, Islam bertujuan
agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas saling menolong dan menjamin dalam
peleksnaan hak dan kewajiban.
Dari devinisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan saling
menolong atas dasar ukhuwah Islamiyah antara anggota peserta asuransi syariah dalam
menghadapi malapetaka (resiko).
Oleh sebab itu, premi pada asurasni syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh
pesertanya yang terdiri atas Dana Tabungan dan Tabarru dana Tabungan adalah dana titipan dari
peserta Asuransi Syariah (life insurance) dan akan mendapatkan alokasi bagi hasil (almudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan
beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan
mengajukan klaim, baik berupa nilai tunai atau pun klaim manfaat asuransi. Sedangkan tabarru
adalah derma atau dana kebijakan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika
sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life or general
insurance).
Menurut Dr. H. Hamzah Yaqub, dengan memperhatikan maksud dan tujuan asuransi, maka
dapatlah dikatan pembagian lebih lanjut sebagai berikut:
a. Asuransi ganti kerugian
Asuransi ganti kerugian dititik beratkan pada barang atau usaha yang menjadi pokok gantu
kerugian. Maksud pertanggungan adalah untuk memberi ganti kerugian kepada nasabah yang
menderita kerugian barang atau benda miliknya kerugian terjadi karena bencana atau bahaya
terhadap pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu berupa kemunduran dalam bentuk
miliknya atau kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh pihak yang bersangkutan.
Pembayaran ganti kerugian itu bersifat tidak pasti, bukan saja mengenai besar kecilnya jumlah
penggantian itu, tetapi juga mengenai waktunya. Sebab hal ini tergantung dari timbul tidaknya
suatu kerugian.
Jenis asuransi ganti kerugian meliputi pertanggungan kebakaran, pengangkutan, pencurian,
mobil dan segalanya.
b. Asuransi Sejumlah uang

Asuransi sejumlah uang dititik beratkan pada jumlah uang yang akan diberikan sebagai ganti
kerugian. Tujuan kad ini adalah untuk membayar sejumlah uang kepada nasabah, pembayaran
tidak tergantung kepada kejadian kerugian, melainkan pembayaran itu bersifat pasti. Asuransi ini
dimaksudkan sebagai asuransi jiwa, asuransi bunga hidup dan sebagainya.

1. B.

Dasar hukum asuransi syariah.

Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi
syariah. Asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan
pada nila-nilai yang dalam ajaran Islam, yaitu al Quran dan sunnah Rosul, maka landasan yang
dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodelogi yang dipakai oleh sebagian ahli
hukum islam.
Al Quran tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik asuransi
seperti yang ada saat ini. Hal ini terindikasi dengan tidak munculnya istilah asuransi ( al-tamin)
secara nyata dalam al quran. Walaupun begitu al quran masih mengakomodir ayat-ayat yang
mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar tolongmenolong, kerjasama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian di
masa mendatang[1].
Ayat-ayat dalam Al Quran yang mengandung nilai dari asuransi syariah diantaranya:
Perintah Allah untuk saling berkerja sama
QS. Al Maidah :2
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekalikali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksaNya.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.( QS. Al Baqarah:185)

Dalam konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembaga
asuransi, seseorang dapat dengan mudah untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya
dimasa yang akan datang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian
yang tidak disengaja.
Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depan
Allah SWT dalam Al Quran memerintahkan hambanya untuk sentiasa melakukan persiapan
untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita dalam kaitan ini berusaha untuk
menabung atau berasuransi.
Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Hasyr [59]: 18).
QS. Yusuf ayat:46-49
46. (setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf Dia berseru): Yusuf, Hai orang yang Amat
dipercaya, Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan
(tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya. 47. Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali
sedikit untuk kamu makan. 48. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit
dari (bibit gandum) yang kamu simpan. 49. kemudian setelah itu akan datang tahun yang
padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.
Ayat tersebut mengajarkan kepada kita suatu pelajaran yang luar biasa berharga, dalam peristiwa
mimpi raja Mesir yang kemudian ditafsirkan oleh Nabi Yusuf dengan sangat akurat sebagai suatu
perencanaan negara dalam menghadapi krisis pangan tujuh tahun mendatang. Kisah ini sebagai
pelajaran untuk menyiapakan proteksi dari suatu ancaman ekonomi di masa mendatang.[2]
Firman Allah tentang Prinsip-prinsip bermuamalah:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya. (QS. Al Maidah :1)
Hadits:

Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermuamalah, antara
lain:
Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama ia (suka) menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr bin
Auf).
Perintah untuk saling melindungi.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad SAW bersabda: barang siapa yang
menghilangkan kesulitan diniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT akan menghilangkan
kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka
Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akherat. HR Muslim.
sesungguhnya orang yang beriman ialah barang siapa yang memberikan keselamatan dan
perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia. HR Ibnu Majah.
Hadist tentang menghindari resiko :
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bertanya seseorang kepada Rasulullah SAW. Tentang
(untanya) : Apa (unta) ini saya ikat saja atau langsung bertawakal pada Allah SWT? Bersabda
Rasulullah SAW.: Pertama ikatlah unta itu kemudian bertawakalah kepada Allah SWT. (HR.
At-Turmudzi)

1. C.

SYARAT DAN RUKUN ASURANSI SYARIAH

Setiap terjadi transaksi harus melewati suatu akad yang mana merupakan ikatan secara hukum
yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikat diri.
Demikian pula halnya dalam asuransi, akad antara perusahaan harus jelas. Apakah akadnya jual
beli ( aqd tabaduli ) atau akad tolong menolong ( aqd tafakuli ) atau akad lainnya. Syarat-syarat
dalam transaksi adalah adanya pihak-pihak yang berakad, barang yang diakad dan harga.
Terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam menentukan rukun suatu akad. Jumhur
ulama fiqih menyatakan rukun akad terdiri atas tiga hal: pernyataan untuk mengikatkan diri

(shighat al-aqd), pihak-pihak yang berakad (al-mutaaqidain), dan obyek akad (al-maqud
alaih).
Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa rukun akad itu hanya satu, yaitu shigat al-aqd (ijab
qabul). Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad, menurut mereka, tidak termasuk
rukun akad . Tetapi, termasuk syarat-syarat akad, karena menurut mereka, yang dikatakan rukun
itu adalah suatu esensi ang berada dalam akad itu sendiri. Sedangkan, pihak-pihak yang berakad
dan objek akad di luar esensi akad.
Karena asuransi syariah menggunakan akad tijarah dan akad tabarru maka dalam menngikuti
asuransi syariah ini harus memenuhi syarat dan rukun kedua akad tersebut terlebih dahulu.
D. Akad dalam Asuransi
1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan / atau
akad tabarru.
2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru
adalah hibah.
3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
a)

hak & kewajiban peserta dan perusahaan;

b)

cara dan waktu pembayaran premi;

c) jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan
jenis asuransi yang diakadkan.

Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru


1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan
peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis);
2. Dalam akad tabarru (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai
pengelola dana hibah.
Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru

1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru bila pihak yang tertahan haknya,
dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum
menunaikan kewajibannya.
2. Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.
Jenis Asuransi dan Akadnya
1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah.

Premi
1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru.
2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan,
misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan,
dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya
dibagi-hasilkan kepada peserta.
4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru dapat diinvestasikan.

Klaim
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban
perusahaan untuk memenuhinya.
4. Klaim atas akad tabarru, merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan,
sebatas yang disepakati dalam akad.
Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Tauhid
Keadilan
Tolong-menolong
Kerja sama
Amanah
Kerelaan
Larangan riba, maisir, dan gharar.
1. E.

Perbandingan asuransi syariah dan asuransi konvensional

Asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional. Pada asuransi syariah setiap peserta
sejak awal bermaksud saling menolong dan melindungi satu dengan yang lain dengan
menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang disebut tabarru. Jadi sistem ini tidak
menggunakan pengalihan resiko (risk tranfer) di mana tertanggung harus membayar premi, tetapi
lebih merupakan pembagian resiko (risk sharing) di mana para peserta saling menanggung.
Kedua, akad yang digunakan dalam asuransi syariah harus selaras dengan hukum Islam
(syariah), artinya akad yang dilakukan harus terhindar dari riba, gharar (ketidak jelasan dana),
dan maisir (gambling), di samping itu investasi dana harus pada obyek yang halal-thoyyibah.
Konsep asuransi Islam berbeda dengan asuransi konvensional. Dengan perbedaan konsep ini
tentu akan mempengaruhi operasionalnya yang akan dilaksanakan akan berbeda satu dengan
yang lainnya. Berikut adalah perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

Keterangan

Konsep

Asal Usul

Asuransi Konvensional

Asuransi Syariah

Perjanjian antara dua pihak atau


lebih, dimana pihak penanggung Sekumpulan orang yang saling
mengikat diri kepada pihak
membantu, saling menjamin dan
tertanggung, dengan menerima bekerja sama dengan cara
Di
premi asuransi, untuk
masing-masing mengeluarkan
memberikan pergantian kepada dana tabarru.
tertanggung.
Dari al-Aqilah (kebiasaan suku
Dari masyarakat Babilonia 4000Arab jauh sebelum Islam
3000 SM yang dikenal dengan
datang). Kemudian disahkan
perjanjian Hammurabi. Dan
oleh Rasulullah menjadi hukum
tahun 1668 M di Coffe House
Islam, bahkan telah tertuang
London berdirilah Liyod of
dalam konstitusi pertama di
London sebagai cikal bakal
dunia (Konstitusi Madinah) yang
asuransi konvensional.
dibuat langsung oleh Rasulullah.

Bersumber dari wahyu Ilahi.


Bersumber dari pikiran manusia Sumber hukum dalam syariah
Sumber Hukum dan kebudayaan. Berdasarkan Islam adalah al-Quran, Sunnah
hukum positif, hukum alami dan atau kebiasaan Rasul, Ijma, Urf
contoh peristiwa.
atu tradisi dan Maslahah
Mursalah.
Tidak selaras dengan Syariah

Maghrib Islam karena adanya unsur


(Maysir, Gharar Maisir, Gharar dan Riba. Dan itu Bersih dari adanya praktik
Maisir, Gharar dan Riba.
dan Riba)
semua merupakan hal yang
diharamkan dalam muamalah.

Pengawasan

Hanya diawasi oleh Departemen


Keuangan. Tidak ada DPS
(Dewan Pengawas Syariah),
sehingga dalam praktiknya
bertentangan dengan kaidahkaidah Syara.

Selain diawasi oleh Departemen


Keuangan, juga ada DPS yang
berfungsi untuk mengawasi
pelaksanaan operasional
perusahaan agar terbebas dari
praktik-praktik muamalah yang
bertentangan dengan prisnsipprinsip Syariah.

Akad jual beli atau tadabbuli

Akad tabarru dan akad tijarah

Akad/ Perjanjian (akad muawadhah, akad idzaan (mudharabah, wakalah, wadiah,


akad gharar dan akad mulzim). syirkah dan sebagainya).
Sharing of Risk, dimana terjadi

Jaminan/Risk Transfer of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung


transfer risiko dari tertanggung
(Risiko)
antara satu peserta dengan
kepada penanggung.

Pengelola-an
Dana

peserta yang lainnya (tawun).

Pada produk-produk saving life


terjadi pemisahan dana yaitu
Tidak ada pemisahan dana yang
dana tabarru atau derma dan
berakibat pada terjadinya dana
dana peserta sehingga tidak
hangus (untuk produk savingmengenal istilah dana hangus.
life).
Sedangkan untuk term insurance
semuanya bersifat tabarru.

Indonesia asuransi syariah seolah memberikan titik terang bagi masyarakat muslim khususnya
untuk terjun dalam kegiatan-kegiatan perekonomian yang halal nan barokah. Solusi yang
ditawarkan sistem asuransi syariah sangat menggiurkan masyarakat untuk terlibat didalamnya
dikarenakan prinsip saling tolong-menolong didalamnya. Selebihnya , sekecil apapun upaya
pengembangan industri syariah di negeri ini patut kita berikan dukungan penuh kedepannya demi
terwujudnya karakter pribadi masyarakat yang menjalankan perekonomian berlandaskan prinsip
syariah.
Tata Cara Dan Operasional asuransi Syariah
Akad antara perusahaan dengan peserta menggunakan akad mudharabah dengan semangat saling
menanggung (takaful), dan bukan berdasarkan akad pertukaran (tadabbulli).
Unsur dalam konsep al mudharabah ini ialah:
perusahaan menginvestasikan dan mengusahakan dalam proyek berbentuk: musyawarah,
murabahah, dan wadiah.
Menanggung resiko usaha secara bersama-sama dengan prinsip bagi hasil yang telah disepakati.
Pembagian hasil atas keuntungan dari investasi dilakukan setelah penyelesaian klaim manfaat
takaful dari peserta yang mengalami musibah.
Pengelolaan dan investasinya tuidak bertentangan dengan syariah, bebas dari gharar (ketidak
jelasan transaksi), maysir (judi/ untung-untungan) dan riba.
Pengelolaan
1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi
sebagai pemegang amanah.
2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul
atas dasar akad tijarah (mudharabah).
3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru
(hibah).
Produk-Produk Asuransi Syariah
Asuransi Takaful Indonesia menyediakan berbagai jenis asuransi syariah yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan keluarga.

1. Asuransi Jiwa Murni (Al Khairat), adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat
proteksinya diperuntukkan bagi ahli waris apabila pemegang polis ditakdirkan meninggal dalam
masa perjanjian.
2. Asuransi Jiwa + Kesehatan (Falah), adalah produk yang dirancang secara khusus bagi
peserta yang menginginkan manfaat asuransi secara menyeluruh, ketika peserta mengalami
musibah meninggal baik karena sakit ataupun kecelakaan; cacat tetap total karena sakit atau
kecelakaan; cacat tetap sebagian karena kecelakaan; dana santunan harian selama peserta dirawat
inap di rumah sakit dan juga manfaat bila peserta mengalami atau menderita penyakit-penyakit
kritis.
3. Asuransi Dana Pendidikan (Fulnadi),adalah program asuransi untuk perseorangan yang
bertujuan untuk menyediakan dana pendidikan untuk putra-putri peserta sampai pendidikan
tingkat sarjana dengan manfaat proteksi atas resiko meninggal.

[1] Ali, AM Hasan. 2004. Asuransi dalam perspektif hukum islam. Jakarta : Kencana. Hlmn 105.
[2] Syakir,Sula, Muhammad, Ir. 2004. Asuransi Syariah (life and general); konsep dan sistem
operasional. Jakarta: Gema Insani Press. Hlmn 156
Mengapa Berasuransi Syariah ?
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/anggota/peserta
mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan
digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian
partisipan/anggota/peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan
operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/kontribusi yang
diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi
ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama
manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami
peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2,
yang artinya :
"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling

tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"


Mangapa harus Asuransi Syariah?
Asuransi yang selama ini digunakan oleh mayoritas masyarakat (non syariah) bukan
merupakan asuransi yang dikenal oleh para pendahulu dari kalangan ahli fiqh,
karena tidak termasuk transaksi yang dikenal oleh fiqh Islam, dan tidak pula dari
kalangan para sahabat yang membahas hukimnya.
Perbedaan pendapat tentang asuransi tersebut disebabkan oleh perbedaan ilmu
dan ijtihad mereka. Alasannya antara lain :
1. Pada transaksi asuransi tersebut terdapat jahalah (ketidaktahuan) dan ghoror
(ketidakpastian), dimana tidak diketahui siapa yang akan mendapatkan keuntungan
atau kerugian pada saat berakhirnya periode asuransi.
2. Di dalamnya terdapat riba atau syubhat riba. Hal ini akan lebih jelas dalam
asuransi jiwa, dimana seseorang yang memberi polis asuransi membayar sejumlah
kecil dana/premi dengan harapan mendapatkan uang yang lebih banyak dimasa
yang akan datang, namun bisa saja dia tidak mendapatkannya. Jadi pada
hakekatnya transaksi ini adalah tukar menukar uang, dan dengan adanya tambahan
dari uang yang dibayarkan, maka ini jelas mengandung unsur riba, baik riba fadl
dan riba nasi'ah.
3. Transaksi ini bisa mengantarkan kedua belah pihak pada permusuhan dan
perselisihan ketika terjadinya musibah. Dimana masing-masing pihak berusaha
melimpahkan kerugian kepada pihak lain. Perselisihan tersebut bisa berujung ke
pengadilan.
4. Asuransi ini termasuk jenis perjudian, karena salahsatu pihak membayar sedikit
harta untuk mendapatkan harta yang lebih banyak dengan cara untung-untungan
atau tanpa pekerjaan. Jika terjadi kecelakaan ia berhak mendapatkan semua harta
yang dijanjikan, tapi jika tidak maka ia tidak akan mendapatkan apapun.
Melihat keempat hal di atas, dapat dikatakan bahwa transaksi dalam asuransi yang
selama ini kita kenal, belum sesuai dengan transaksi yang dikenal dalam fiqh Islam.
Asuransi syari'ah dengan prinsip ta'awunnya, dapat diterima oleh masyarakat dan
berkembang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini.
Asuransi syariah dengan perjanjian di awal yang jelas dan transparan dengan aqad
yang sesuai syariah, dimana dana-dana dan premi asuransi yang terkumpul
(disebut juga dengan dana tabarru') akan dikelola secara profesional oleh
perusahaan asuransi syariah melalui investasi syar'i dengan berlandaskan prinsip
syariah.

Dan pada akhirnya semua dana yang dikelola tersebut (dana tabarru') nantinya
akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya
musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi
syari'ah, kita mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan
prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan
untuk berasuransi syari'ah. (Yusma Nirmala & Team)
(Sumber: Majalah ReInfokus April 2006)

Posted by Administrator at 6:27 AM


Labels: asuransi syariah, tabarru
Wednesday, August 27, 2008
Lebih Adil dengan Asuransi Syariah
Tak kenal maka tak sayang. Setidaknya begitulah potret yang bisa diambil dari
masih kurangnya minat masyarakat mengikuti asuransi syariah. Ini tak lain karena
kurangnya pengetahuan tentang lembaga keuangan tersebut. Masyarakat masih
minim dengan pengetahuan asuransi. Apalagi ketika asuransi telah disandingkan
dengan nama syariah, tentu lebih banyak istilah yang perlu diketahui. Tak hanya
untuk kepentingan pribadi dan keluarga, sebenarnya berasuransi juga sangat
penting dijalankan oleh pebisnis dalam rangka menanggulagi risiko kerugian pada
aset-aset usahanya.
Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), asuransi syariah diartikan
sebagai usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang
atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai syariah.
Jika seseorang menjadi peserta atau asuransi syariah, dalam istilah syariah disebut
sebagail muamman, sedangkan perusahaan asuransi disebut dengan muammin.
Selayaknya memulai sebuah asuransi, nasabah mengadakan kontrak dengan
perusahaan asuransi. Nah, di sini lah perbedaannya dimulai.
Pada dasarnya asuransi syariah dan asuransi konvensional mempunyai tujuan
sama, yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Namun beberapa perbedaan
mendasar dalam kontrak awal menjadikan asuransi syariah dinilai lebih fair
dibandingkan asuransi konvensional.

Menurut Ketua Badan Pelaksana Harian DSN Maruf Amin, berbeda dengan asuransi
konvensional yang menerapkan kontrak jual beli atau biasa disebut tabaduli,
asuransi syariah menggunakan kontrak takafuli atau tolong menolong antara
nasabah satu dengan nasabah yang lain ketika dalam kesulitan. Jadi di asuransi
syariah ada risk sharing, ujar Maruf. Sedangkan dengan akad tabaduli, terjadi jual
beli atas risiko yang dipertanggungkan antara nasabah dengan perusahaan
asuransi. Dengan kata lain terjadi transfer risiko (risk transferring) dari nasabah ke
perusahaan asuransi.
Pengelolaan dana melalui asuransi syariah diyakini dapat terhindar dari unsur yang
diharamkan Islam yaitu riba, gharar (ketidakjelasan dana) dan maisir (judi). Untuk
itu perusahaan asuransi syariah memegang amanah dalam menginvestasikan dana
nasabah sesuai prinsip syariah. Sesuai akadnya, mudharabah, yaitu akad kerja
sama dimana peserta menyediakan 100% modal, dan dikelola oleh perusahaan
asuransi, dengan menentukan kontrak bagi hasil.
Jika nasabah asuransi syariah mengajukan klaim, dana klaim berasal dari rekening
tabarru (kebajikan) seluruh peserta. Berbeda dengan klaim asuransi konvensional
yang berasal dari perusahaan asuransinya.
Satu lagi kelebihan asuransi syariah, yaitu tidak mengenal istilah dana hangus
layaknya asuransi konvensional. Peserta asuransi syariah bisa mendapatkan
uangnya kembali meskipun belum datang jatuh tempo. Karena konsepnya adalah
wadiah (titipan), dana dikembalikan dari rekening peserta yang telah dipisahkan
dari rekening tabarru. Lagi pula biaya operasional asuransi syariah. Hal tersebut
wajar, mengingat pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis
asuransi, terbatas pada kisaran 30% dari premi, sehingga pembentukan pada nilai
tunai cepat terbentuk di tahun pertama dengan memiliki nilai 70% dari premi.
Bandingkan dengan pembebanan biaya operasional asuransi konvensional yang
ditanggung seluruhnya oleh pemegang polis, sehingga pembentukan nilai tunai
menjadi lambat di tahun-tahun pertama menjadi bernilai nol.
Kondisi tersebut juga memungkinkan peserta asuransi umum syariah menerima
kembali sebagian premi jika ternyata hingga saat jatuh tempo belum ada klaim.
Tentunya juga dengan perhitungan bagi hasil yang telah disetujui di awal kontrak,
yang nilainya bergantung pada hasil investasi pada tahun tersebut. (SH)
Posted by Administrator at 6:36 AM
Labels: dewan syariah nasional, tabbaru, transfer resiko
Perkembangan Asuransi Syariah 2008
Perkembangan asuransi syariah ibarat si gadis manis, diburu banyak orang dan
menenangkan. Kini, nyaris semua perusahaan asuransi membentuk unit syariah.
Bahkan asuransi asing juga ikut membuka unit syariah. Mereka tentu ingin

mencicipi kue syariah di Indonesia.


Ketua Umum Asosiasi Syariah Indonesia Muhaimin Iqbal menyatakan hingga Januari
2008, di Indonesia sudah ada 3 perusahaan yang full asuransi syariah, 32 cabang
asuransi syariah, dan 3 cabang reasuransi syariah. Ini pertumbuhan premi industri
bisa menembus Rp 1 trilun tahun ini. Rencana masuknya asuransi raksasa di pasar
asuransi syariah diharapkan mendukung pencapaian target itu.
Ia mengatakan perolehan premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan
kembali mengulang prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%. pada
2006, industri asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73%
dengan nilai total Rp 475 miliar. "Hingga akhir 2007, saya rasa kami bisa mencapai
Rp 700 miliar. Kalau tahun depan tumbuh 50% saja, sampai melebihi Rp 1 triliun,"
ucap Muhaimin.
Kendati asuransi syariah mengalami pertumbuhan yang pesat, jelas Muhaimin,
kontribusi terhadap total industri baru mencapai 1,11% per 2006 dan diperkirakan
meningkat ke posisi 1.33% tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari jumlah pelaku
industri asuransi syariah yang masih terbatas dan baru menunjukkan peningkatan
dalam dua tahun terakhir.
Ia menuturkan, pada 2003, hanya ada 11 pemain dalam industri syariah. Jumlah itu
meningkat menjadi 30 pemain pada 2006. Per juli 2007, terdapat 38 pemain
asuransi syariah dengan rincian 2 perusahaan asuransi syariah, 1 asuransi umum,
12 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah, dan 3 asuransi syariah.
Sistem Transparan.
Sementara itu, Direktur Utama Insight Invesment Management ggi H Achsien
menyatakan perkembangan pesat asuransi asuransi syariah di Indonesia memang
masuk akal. Disamping pangsa pasar yang besar, sistemnya juga transparandan
membuat nyaman pemegang polis jelas Iggi.
Menurutnya sistem asuransi syariah menjanjikan sistem yang lebih adir, transparan
dan terhindar dari unsur perjudian. Oleh karena itu orang merasa lebih aman
dengan asuransi syariah, cetusnya.
Calon Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari salah satu perusahaan asurasi syariah
itu meminta para pelaku asurasi syariah agar terus meningkatkan profesionalisme
dalam mengembangkan pasar. Ini penting agar ada pergesran orientasi parsar
dari pasar emosional menuju pasar rasionla., jelasnya.
Perkembangan asuransi syariah juga mencengangkan. PT Asuransi Takaful Keluarga
(ATK) misalnya. Disamping terus melakukan berbabagai inovasi produk, perusahaan
asuransi syariah terbesar di Indonesia itu terus menggalang aliansi strategis dengan

perusahaan sejenis.
ATK juga telah meluncurkan produk unit link Takafulink Alia yang merupakan produk
proteksi dan investasi berbasi saham. ATK menargerkan pendapatan Rp 20 miliar
Rp 30 miliar di akhir 2007.
Walaupun baru berjalan sebulan, pendaptan Takafulink Alia telah mencapai Rp 5
miliar. Oleh karena itu, target di atas dapat tercapai, ungkap Presiden direktur PT
Asuransi Takaful Keluarga disela-sela grand launching Produk Takafulink Alia di
Jakarta.
Karena investasi Alia berupa saham. Agus menilai produk tersebut potensial bagi
meresa yang agresif dalam berinvestasi. Divisi Syariah Asuransi Allianz Liafe
Indenesia (AALI) juga tidak ketinggalan . Allianz Syariah Life membukukan gross
written premium (GWP) sebesar Rp 31 miliar dan mjumlah polis sebanyak 3.702.
unit hingga Agustus 2007. Direktur Syarila AALI Kiswati Soerkoyo mengatakanper
Agustus 2007, GWP telah mencapai Rp 31,012 miliar dan jumlah polis meningkat
menjadi 3.702 unit.
Hasil yang hampir sama juga dibukukan Divisi Syariah PT Asuransi Jiwa (AJ) Central
Asia Raya (CAR) yang mulai dibentuk Mei 2007. Di Tahum pertama operasionalnya
(2007) mereka berhasil melai premi sebesar Rr20 miliar. Tahun ini, menurut Direktur
pemasaran PT AJ CAR Hero Samudra, Target perolehan premi naik 150% menjadi
Rp50 miliar.
Sementara itu, Divisi Syariah AJB Bumi putera menargetkan pertumbuhan
pendapatan premi sebesar 137% menjadi Rp237% miliar pada 2008. Untuk
mencapai itu, divisi yang baru berusia tiga tahun itu akan menfokuskan pada
ekspansi organik perusahaan.(Media Indonesia, Selasa, 29 Januari 2008)
Posted by Administrator at 6:36 AM
Sistem Asuransi Syariah Miliki Keunggulan
Sistem Asurasi Syariah memiliki perbedaan dan keunggulan lebih bila dibanding
sistem asuransi konvensional. Perbedaan dan keunggulannya terdapat pada
prosedur penyimpanan dana, operasionalisasi dana asuransi, dan akadnya.
Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Muhammad Zubair mengatakan,
terdapat perbedaan antara asuransi syariah dan konvensional, yaitu penempatan
dana berdasarkan bagi hasil bukan bunga, premi tidak boleh digunakan perusahaan
asuransi untuk hal-hal yang melanggar syariat, uang yang diberikan pada klien
nasabah dari perusahaan tidak boleh digunakan bila premi yang dibayar klien jatuh
tempo, dan bila perusahaan untung, maka keuntungan dipotong dua setengah
persen untuk zakat.

"Asuransi syariah unggul dari segi akad. Dalam akad harus jelas karena
menentukan sah tidaknya secara syariat. Klien nasabah bisa mengambil akad
mudharabah atau tabarru. Asasnya bukan jual beli seperti di asuransi konvensional,
tapi tolong menolong," kata Zubair pada Talk Show Islamic Insurance yang digelar
Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Asuransi Syariah (BEMJ AS) Fakultas Syariah dan
Hukum, di Teater lt.2, Selasa (1/5).Meski memiliki keunggulan, kata Direktur Utama
MAA Life Assurance Syariah Hardy Harahap masih menghadapi sejumlah
permasalahan terutama minimnya regulasi yang mengatur sistem asuransi itu. Kini,
baru terdapat satu Undang-Undang (UU) yang mengatur secara khusus menyangkut
sistem asuransi syariah, yaitu UU Nomor 2 tahun 1992. Kendati demikian, lanjut
Hardy, UU itu belum mampu mengakomodasi semua kebutuhan terkait regulasi
asuransi syariah.
Hardy mencontohkan, bila terjadi persengketaan antara perusahaan dan klaim
nasabah, maka menurut UU itu harus diselesaikan di peradilan syariah. Sementara
itu, pemerintah belum menyediakan kelembagaan peradilan syariahnya, peradilan
seperti itu baru ada di Aceh. Menghadapi persoalan itu, Hardy meminta pengelola
asuransi membuat draf UU yang nanti diajukan ke pemerintah. Upaya itu agar
sistem asuransi syariah tidak cacat hukum dan terjaga kemurniannya dari unsur
ribawi.
"Asuransi harus dipergunakan demi kemaslahatan umat," kata Hardy. Perundangundangannya harus segera dilengkapi, agar mempermudah proses birokrasi dan
meningkatnya minat kaum Muslimin untuk segera beralih ke asuransi syariah.*
(Oleh: Endah Salsabila -UIN Online)

Asuransi Syariah
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset
dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko /bahaya tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/anggota/peserta
mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta.
Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta
investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau saling
membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah
dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :

"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong
menolong dalam dosa dan permusuhan"
1 Dasar Syariah dalam Asuransi Syariah
a. Perintah Allah SWT Untuk Mempersiapkan Hari Depan.
Allah SWT berfirman QS. An-Nisa/ 04 : 09 :


/ /
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau perencanaan yang
matang dalam mempersiapkan hari depan. Nabi Yusuf as, dicontohkan dalam Al-Quran
membuat sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan (QS. Yusuf/ 12 :
43 49)
b. Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada Allah
SWT, karena :
Karena segala sesuatunya terjadi setelah berpikir dengan baik, bekerja dengan penuh
kesungguhan, teliti dan cermat.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah SWT. Adapun manusia
hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin.
Allah SWT berfirman QS. Attaghabun/ 64 : 11)


/

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.
Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah dan kematian merupakan qodho
dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat perencanaan hari
depan (QS. A-Hasyr/ 59 : 18)
/
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2 Sejarah asuransi syariah di Indonesia

Kebangkitan sektor keuangan syariah yang kedua setelah perbankan, dialami oleh asuransi. Itu
terjadi pada tahun 1994, ketika untuk pertama kalinya didirikan perusahaan asuransi
berlandaskan syariah di Indonesia yaitu PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) dengan modal dasar
Rp 25 miliar dan modal disetor Rp 9 miliar. PT STI sendiri memiliki dua anak perusahaan, yaitu
PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) dan PT Asuransi Takaful Umum (ATU).
Pada tiga tahun pertama beroperasi, yaitu 1994, 1995 dan 1996, PT ATK mengalami kerugian
kumulatif sebesar Rp 1,383 miliar. Namun mulai tahun 1997, PT ATK mulai berhasil
membukukan laba yaitu sebesar Rp 135 juta. Laba itu terus tumbuh pada tahun 1998 menjadi Rp
312 juta, namun menurun kembali pada 1999 menjadi Rp 221. Kondisi ini sebetulnya relatif
baik, mengingat pada tahun-tahun itu ekonomi Indonesia tengah dilanda krisis.
Dibandingkan di sejumlah negara bahkan negara yang mayoritas penduduknya adalah
nonmuslim- keberadaan asuransi Takaful di Indonesia terbilang terlambat. Di Luxemburg,
Geneva dan Bahamas misalnya, asuransi Takaful sudah ada sejak tahun 1983. Sementara di
negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim, keberadaannya sudah jauh lebih lama
seperti di Sudan (1979), Saudi Arabia (1979), Bahrain (1983), Malaysia (1984) dan Brunei
Darussalam (1992).
3 Perbedaan asuransi syariah dan konvensional
1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Dimana nasabah yang
satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan akad
asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual beli antara nasabah dengan perusahaan).
2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).Sedangkan pada asuransi
konvensional investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya
sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi konvensional,
premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki otoritas penuh untuk
menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
4. Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan
dari rekening tabarru(dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk
keperluan tolong menolong. Sedangkan dalam asuransi konvensional dana pembayaran
klaim diambil dari rekening milik perusahaan.
5. Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan
selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional
keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim nasabah tak
memperoleh apa-apa.

6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan
suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen produk serta
kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
4 Produk asuransi syariah
1. Takaful dana pendidikan (fulnadi)
Fulnadi adalah program asuransi untuk perseorangan yang bertujuan untuk menyediakan dana
pendidikan untuk putra-putri peserta sampai pendidikan tingkat sarjana dengan manfaat proteksi
atas resiko meninggal.
2. Takaful asuransi jiwa murni (Al-Khairat)
Takaful Al-Khairat adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat proteksinya diperuntukkan
bagi ahli waris apabila pemegang polis ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian.
3. Asuransi jiwa kesehatan (takaful falah)
Adalah produk Asuransi Takaful Keluarga yang dirancang secara khusus bagi peserta yang
menginginkan manfaat asuransi secara menyeluruh, ketika peserta mengalami musibah
meninggal baik karena sakit ataupun kecelakaan.
4. Asuransi kesehatan group/kumpulan (fulmedicare)
Adalah Program Asuransi Kesehatan yang memberikan manfaat pelayanan kesehatan bagi
peserta yang mengalami sakit karena resiko penyakit atau kecelakaan.
5. Asuransi kesehatan keluarga (family care)
Takaful Family Care adalah program asuransi kesehatan yang khusus diperuntukkan bagi
keluarga. Jumlah minimal peserta adalah 2 orang.
6. Asuransi mobil (tafakul abror)
Produk Takaful yang menggantikan kerugian atas kendaraan bermotor yang disebabkan musibah
kecelakaan, pencurian serta tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
7. Asuransi perlindungan rumah (tafakul baituna)
Merupakan paket istimewa dari Takaful yang melindungi rumah dari risiko kebakaran yang
dilengkapi dengan perangkat perlindungan ekstra.
Menanti Gebrakan Asuransi Syariah
Yusuf Karim
Penduduk mayoritas muslim membuat Indonesia menjadi pangsa besar bisnis
syariah salah satunya asuransi syariah. Namun hingga kini sektor itu masih belum
berkembang luas. Masyarakat masih berpatokan return investasi tinggi yang
konvensional.
Perkembangan industri asuransi syariah di negeri ini diawali dengan kelahiran
asuransi syariah pertama Indonesia pada 1994, yakni PT Syarikat Takaful Indonesia

(STI) yang berdiri pada 24 Februari 1994.


Asuransi syariah pertama itu dimotori Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu
Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha Muslim Indonesia.
Selanjutnya, STI mendirikan dua anak perusahaan, yaitu asuransi jiwa syariah
bernama PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) pada 4 Agustus 1994 dan asuransi
kerugian syariah PT Asuransi Takaful Umum (ATU) pada 2 Juni 1995. Setelah
Asuransi Takaful dibuka, berbagai perusahaan asuransi menyadari cukup besarnya
potensi bisnis asuransi syariah di Indonesia.
Baru setelah itu, terjadi peningkatan signifikan dalam pangsa pasar asuransi
syariah. Sebagai contoh, pendirian bisnis asuransi jiwa syariah dilakukan oleh
perusahaan Asuransi Syariah Mubarakah.
Sedangkan strategi pengembangan bisnis melalui pembukaan divisi atau cabang
asuransi syariah dilakukan sebagian besar perusahaan, antara lain PT MAA Life
Assurance, PT MAA General Assurance, PT Great Eastern Life, PT Asuransi Tri
Pakarta, PT AJB Bumiputera 1912, dan PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) periode 2008-2011,
Mohammad Shaifie Zein menilai perkembangan asuransi syariah beberapa tahun
terakhir menunjukkan catatan cukup baik.
Premi perusahaan asuransi syariah pada 2006 sebesar Rp 497 miliar dengan total
aset Rp 917 miliar. Angka itu kemudian meningkat menjadi Rp 1,2 triliun dengan
total aset Rp 1,9 triliun pada 2007.
Namun ia mengaku belum mengetahui secara persis perkembangan di akhir 2008.
"Di 2008, kira-kira total asetnya diatas Rp 2 triliun. Kalau tahun ini kemungkinan
tidak seperti tahun-tahun sebelumnya," kata dia.
Berkah bisnis syariah ini pula yang mendasari peluncuran Prudential unit link
syariah pada 2007 lalu. Hanya selang setahun lebih, produk tersebut hingga akhir
2008 telah memiliki total dana kelola Rp 752 miliar meningkat dari posisi akhir 2007
Rp 496 miliar.
Assistant Vice President Head of Syariah and Product Development Prudential Ade
Bungsu menjelaskan bahwa peluncuran Pru-link Syariah berawal dari riset yang
dilakukan oleh perusahaannya.
"Dimulai pada riset di 2003, saat itu minat terhadap produk syariah sebenarnya
sudah cukup tinggi. Namun karena belum adanya berbagai instrumen investasi,

maka tidak ada pengembangan yang berarti," sebutnya.


Menindaklanjuti survei tersebut, Prudential masih menahan diri. Kemudian pada
2006 dilakukan kembali survei, saat itu, produk-produk berbasis syariah sudah
mulai bermunculan seperti Jakarta Islamic Index dan produk investasi berbasis
syariah lainnya.
Survei menunjukkan karakteristik masyarakat Indonesia yang berpenduduk
mayoritas muslim masih cenderung mengambang. "Hampir 70% masih melihat
return yang ditawarkan. Artinya kalau return-nya sama dengan yang ditawarkan
oleh konvensional mereka mau masuk syariah, kalau di bawah konvensional mereka
tidak mau," imbuhnya.
Sementara masyarakat yang berkarakter syariah loyalis hanya 10%, sisanya yang
20% masyarakat yang justru konvensional loyalis. Yang dimaksud syariah loyalis
adalah mereka yang hanya mau menggunakan produk keuangan syariah, demikian
juga untuk yang loyalis.
Ade menjelaskan bahwa berdasarkan hasil tersebut, maka Prudential berusaha
menciptakan produk asuransi unit link berbasis syariah yang tidak boleh kalah
dengan produk serupa yang konvensional. "Mulai dari layanannya, hingga
returnnya. Minimal sama dengan yang ada dikonvensional," sebutnya.
Selain itu, dari hasil survei 2003 juga disebutkan bahwa salah satu yang
menyebabkan masyarakat enggan menggunakan produk syariah adalah disebabkan
minimnya pengetahuan akibat jarangnya sosialisasi yang dilakukan.
Hal ini yang membuat Prudential melakukan aksi sosialisasi secara gencar. Ini
didukung dengan 60 ribu agen sales force yang sebelumnya juga menjual produkproduk konvensional.
Ade menilai bahwa ke depan kendala yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana
mengotimalkan potensi pasar syariah. Di lain sisi, penetrasi produk asuransi
maupun produk keuangan syariah relatif masih rendah, apalagi produk asuransi
syariah.
"Asuransi konvensional hanya 5%, demikian juga untuk produk syariah juga masih
minim. Ini yang menjadi perhatian kami," paparnya.
Selain itu, yang juga penting adalah menjaga bagaimana produk-produk syariah
bisa benar-benar mencerminkan prinsip-prinsip syariah. Jangan syariah hanya
digunakan sebagai simbol belaka. Ini akan menghancurkan kredibilitas industri
asuransi syariah. [E1]

Sumber :
http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2009/05/20/108677/menanti-gebrakanasuransi-syariah/
20 Mei 2009
Asuransi Syariah Bertumbuh
Industri asuransi pada 2010 diperkirakan akan tumbuh signifikan, menyusul makin
diminatinya asuransi syariah. Hal itu juga didukung oleh Keputusan baru dari Dirjen
Pajak yang menyangkut yang lebih memberi keleluasaan bagi agen (tenaga
penjual).
"Ini adalah suatu yang nyata bahwa asuransi syariah makin diminati orang.
Sekarang proporsinya sudah 50:50 dibandingkan dengan asuransi konvensional.
Nasabah baru di asuransi syariah bukan hanya orang muslim tapi juga banyak non
muslim," ungkap Dirut AXA Financial Indonesia, Ardin Lauhatta di Hotel Santikan,
Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut dia, asuransi syariah makin menemukan momentum pertumbuhannya
setelah terjadinya krisis keuangan global. "Sistem yang lebih transparan dan adil
membuat asuransi syariah makin diminati masyarakat," kata Ardin.
Dikatakan, dengan momentum tersebut maka asuransi syariah memiliki
pertumbuhan yang amat pesat dalam setahun terakhir. "Di perusahaan kami, porsi
perolehan premi baru antara asuransi konvensional dan asuransi syariah sudah
50:50. Padahal, produk asuransi syariah belum lama diluncurkan," ujarnya.
Dia menduga pertumbuhan itu juga terjadi di perusahaan lainnya di mana produk
asuransi syariah mendapatkan banyak nasabah baru. Apalagi, sekarang ini
pemahaman masyarakat terhadap asuransi sudah makin luas dan menganggap
sebagai suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan.
"Seseorang yang mempunyai gaji atau penghasilan pas-pasan, maka akan sangat
berisiko jika tidak mempunyai asuransi. Karena asuransi akan mempertahankan
kelangsungan pendidikan anak ataupun kesehatan keluarga," tambah Ardin.
Tentang Keputusan Dirjen Pajak No. PER-57/PJ/2009 di mana pajak yang berlaku bagi
agen itu dari 50% pendapatan, dan 50% lagi dianggap biaya, menurut dia, ibarat
insentif yang akan mendorong tumbuhnya agen-agen asuransi baru.
"Semakin banyak jumlah agen, kapasitas pendistribusian asuransi juga bakal naik.
Agen asuransi saat ini baru sekitar 360.000 orang," ujarnya. Dia berharap,
pertumbuhan premi yang pesat diharapkan bisa paralel dengan pertumbuhan
pemegang polis.

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan pesat premi asuransi jiwa cenderung tidak
diikuti pertumbuhan pemegang polis. Data per akhir 2008 menunjukkan,
pendapatan premi Rp 46,7 triliun, enam kali lipat dibandingkan pendapatan premi
pada 2000, sekitar Rp 7,3 triliun.
Namun, pada periode yang sama, jumlah pemegang polis hanya naik 1,4 kali dari
24,3 juta tahun 2000 menjadi 29,5 juta polis. Bahkan, sejak tahun 2003,
pertumbuhan jumlah pemegang polis amat lambat.
Dalam dekade terakhir, penetrasi asuransi jiwa atau rasio jumlah polis terhadap
penduduk Indonesia hanya naik dari 12 persen ke 13 persen. Adapun di negara lain,
seperti Malaysia, naik dari 30 persen menjadi 41 persen dan Thailand naik dari 3
persen menjadi 7 persen. (A-78/A-26).***
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=111788
22 November 2009
Bisnis yang Kian Menarik - Asuransi Syariah
Febry Mahimza, Windarto, dan Eko Zulham

PASAR asuransi syariah memang masih mungil. Menurut catatan Muhaimin Iqbal,
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), total aset asuransi syariah
pada semester I kemarin hanya Rp 967,458 miliar. Sangat njomplang jika dibanding
asuransi jiwa konvensional yang telah mencapai Rp 18,271 triliun. Karena pasarnya
yang belum berkembang itulah yang membuat perusahaan asuransi berskala global
tergiur untuk terjun ke sini. Setelah PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
meluncurkan produk syariahnya pada Maret silam, kini giliran PT Prudential Life
Indonesia mengayunkan langkah serupa.
Tak tanggung-tanggung, Prudential langsung menyisihkan duitnya sebesar Rp 37
miliar sebagai modal awal. Sebagai langkah awal, ada tiga produk asuransi berbasis
unit link yang ditawarkan, yakni Prulink Syariah Rupiah Equity Fund, Prulink Syariah
Rupiah Managed Fund, dan Prulink Syariah Fixed Income Fund. Modal sebesar Rp
37 miliar itu sebagai bukti keseriusan kami menggarap asuransi syariah, kata Kevin
Holmgren, Presdir PT Prudential Life Indonesia.
Seorang agen pemasar Prudential bertutur, hanya dalam tempo sebulan, sudah ada
ratusan nasabah yang berhasil dijaring. Tak hanya orang Islam saja yang tertarik,
orang beragama lain juga banyak yang membeli produk ini, ujarnya.
Saat dikonfirmasi, Direktur Keuangan Prudential Willian Kwan, enggan
mengomentari hal tersebut. Ia mengaku, setelah dipasarkan selama dua bulan, saat

ini sebagian besar nasabah Prudential syariah lebih memilih Prulink Syariah Rupiah
Managed Fund, yang merupakan kombinasi antara equity dan fix income. Sekitar
70% nasabah syariah kami memilih produk tersebut, tuturnya.
Tak mau kalah, PT BNI Life Insurance Divisi Syariah juga bersiap-siap meluncurkan
produk barunya, awal Desember ini. Ada tiga macam unit link yang ditawarkan.
Pertama, unit link syariah Optima yang memberikan return hingga lebih dari 15%,
unit link syariah seimbang dengan return 11%-12%, dan unit link stabil yang
memberikan return antara 9%-10% per tahun. Tiga produk itu dipasarkan melalui
dua jalur, yakni lewat agen pemasar dengan label B-Life Investlink Syariah dan cobranding dengan Bank BNI (B-Life Amanah Investa), tutur Ario Soesatio Adji, Kepala
Divisi Syariah PT BNI Life Insurance.
Kendati pemasarannya baru akan digeber awal tahun depan, Ario optimistis mampu
menjual 500 ribu polis dengan premi hingga Rp 10 miliar. Soalnya, pemasaran
produk-produk ini didukung langsung oleh Bank BNI serta 500 agen yang tersebar di
15 kantor cabangnya. Saya yakin target itu akan tercapai akhir 2008. Saat ini dana
kelolaan kami sudah mencapai Rp 10 miliar atau tumbuh lebih dari 200%,
paparnya.
Menurut Muhaimin Iqbal, banyak investor yang tertarik terjun ke asuransi syariah
karena pertumbuhan bisnisnya cukup pesat. Pada semester I kemarin saja,
pertumbuhan bisnis asuransi syariah mencapai 83,06% jika dibandingkan dengan
periode sama tahun lalu. Itulah yang mendorong asuransi asing pun ikut masuk ke
segmen ini. Perkara total asetnya yang masih tertinggal jauh dari konvensional,
kata Muhaimin, lantaran modal minimal yang dipatok pemerintah terlalu kecil,
hanya Rp 2 miliar. Agar bisa berkembang, mestinya modal minimal asuransi
syariah ditetapkan Rp 20 miliar, ujarnya.
Sudah begitu, produk-produk yang dijajakan perusahaan-perusahaan itu juga nyaris
seragam. Sebagian besar masih mirip produk konvensional. Yang diubah hanya
proses akadnya saja, lanjut Muhaimin. Akibatnya, yang terjadi bukanlah
membesarkan pasar, melainkan saling berebut pasar yang sudah ada.
Sumber :
http://www.majalahtrust.com/ekonomi/keuangan/1580.php
18 Desember 2009
Mengapa Memilih Asuransi Bentuk Syariah

Asuransi syariah merupakan bentuk lain dari ekonomi syariah atau muamalah syariah. Asuransi
merupakan jasa pelindungan terhadap manusia dan barang yang mempunyai nilai ekonomi.
Dengan adanya nilai syariah sebenarnya fungsi utama asuransi sebagai jasa pelindungan tidak
berubah. Yang berubah hanyalah nilai nilai (landasan) yang terkandung dalam asuransi.

Beberapa nilai asuransi biasa diubah sedemikian rupa agar sesuai dengan nilai nilai syariah
dimana tujuan asuransi syariah masih harus sama dengan asuransi biasa.

Landasan Asuransi Syariah


Asuransi dengan bentuk syariah dibutuhkan. Berikut ini beberapa landasan untuk asuransi
syariah:

Di dalam kehidupan, kita tidak tahu apa yang


akan terjadi pada masa depan kita. Dalam syariah, hal ini didukung oleh QS
Lukman:34 tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan [asti apa
yang akan diusahkannya besok,tiada seorangpun yang mengetahui di bumi
mana dia akan mati, Sehingga boleh dibilang, asuransi sangat dianjurkan
untuk digunakan sebagai pelindungan keuangan dimana pada masa depan
apa pun yang terjadi pada kita, keluarga kita masih memiliki materi (uang)
untuk menunjang kehidupan mereka.

Asuransi dengan bentuk syariah memiliki nilai saling tolong menolong seperti
yang tertulis dalam QS Al Maidah: 2 tolong menolong kamu dalam
mengerjakan kebaikan dan takwa

Asuransi syariah atau tipe asuransi lain bisa digunakan sebagai


perencanaan masa depan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Merencanakan
masa depan itu perlu sepertu yang ada di QS AL-Hasyir:18 hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok,
Memang masa depan hanyalah Tuhan yang tahu namun tidak ada salahnya
dari hari ini kita berjaga-jaga akan hari esok.

Perbedaan Asuransi Biasa dan Syariah


Selain nilai landasan yang berbeda, asuransi biasa dan syariah memiliki berbagai perbedaan
seperti:
Asuransi Syariah

Filisofi utamanya adalah mencari ridho Tuhan

Landasan hukum dan tata operasionalnya disesuaikan dengan Al Quran

Terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas memastikan perusahaan


asuransi ini tidak menyimpang dari prinsip syariah

Sistem akuntasi adalah laporan keuangan terbuka dimana nasabah dan


karyawan tahu sumber dana dan besarnya zakat

Pengelolahan resokp bersifat saling membantu sehingga bisa dibilang


sharing risk di antara anggota serta perusahaan asuransi

Asuransi Biasa

Filosofi utamanya adalah hukum negara di mana dia berdiri

Landasan hukum dan tata operasionalnya menggunakan hukum negara dan


ekonomi yang berlaku

Tidak adanya Dewan Pengawas Syariah

Tidak wajib membuat laporan keuangan terbuka agar bisa dilihat oleh
nasabah dan karyawan

Terdapat transfer risk di mana nasabah memindahkan resiko ke perusahaan


sehingga dana yang diperoleh dari nasabah berpindah ke perusahaan

Selain perbedaan yang dijabarkan di atas, sebenarnya perusahaan asuransi syariah dan biasa
masih memiliki perbedaan yang lain. Semoga artikel info mengenai asuransi ini semakin
membantu memantapkan diri dalam memilih tipe asuransi yang tepat. hmRahasia dan Keajaiban Asuransi Syariah

Segala macam musibah dan bencana yang


menimpa manusia adalah ketentuan Allah. Namun manusia wajib berikhtiar
untuk memperkecil resiko yang terjadi dan juga mempersiapkan sebaik mungkin
dampak financial/keuangan yang mungkin timbul. Salah satu cara mengatasi hal
tersebut ialah saling tolong-menolong.
Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim. Di era globalisasi
ini, sudah semestinya konsep tolong-menolong tidak hanya dilakukan dalam lingkup
yang sempit. Tentu saja untuk menjaga agar tolong-menolong ini selalu dalam

koridor kebaikan dan takwa diperlukan suatu system yang benar-benar sesuai
syariah. Asuransi telah menciptakan suatu system tolong-menolong yang
menjadikan semua peserta sebagai satu keluarga besar yang akan saling
melindungi dan secara bersama menanggung resiko keuangan dari musibah yang
mungkin terjadi melalui Asuransi Syariah. Dengan membuka Rekening Asuransi
Syariah, berarti anda telah berpartisipasi dalam men-syiar-kan tolong-menolong
dalam era globalisasi.
Asuransi Syariah dapat berfungsi sebagai :
1. Dana darurat keluarga. Anda tahu yang namanya keadaan darurat itu bisa
datang kapan saja dan dalam bentuk apa saja. Jika waktu itu datang tentunya anda
tidak ingin menyusahkan orang lain bukan ?
2. Dana pendidikan untuk anak anak anda. Semua orang tua tentunya
menginginkan setiap anaknya bisa sekolah setinggi mungkin. Berapa biaya yang
akan anda keluarkan untuk menyekolahkan anak anak anda nantinya ? Tentunya
anda tidak ingin anak anak anda putus sekolah karena kekurangan biaya kan ?
3. Dana pensiun untuk anda. Tentunya anda tidak ingin menyusahkan anak anak
anda ataupun keluarga anda lainnya ketika tiba saatnya anda pensiun ?
4. Dana abadi dan warisan. Dana abadi dan warisan ini bisa dipergunakan untuk
orang-orang yang Anda cintai dan orang-orang yang membutuhkan. Anda bisa
memberikannya kepada putra/i Anda, cucu atau lembaga sosial yang nantinya bisa
dipergunakan untuk anak anak yatim, orang jompo dan Insya Allah menjadi amal
Jariah untuk Anda. Jadi dunia dapat, akhiratpun terjamin.
Hidup Hanya Sekali, Mari jadikan Lebih Berarti. Hidup Tak Pernah Mengenal Siaran
Tunda, Mari Jadikan Lebih Bermakna. Hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang.
Hidup di dunia ini diawali dengan kelahiran dan diakhiri dengan kematian. Terminal
akhir dari kehidupan adalah untuk bertemu dengan Pemilik segala Rahasia dan
Keajaiban.
Mari kita jemput kekayaan dari yang Maha Kaya Raya dengan penuh yakin, optimis,
sabar, kerja cerdas, kerja keras dan kerja tuntas. Saatnya kita mendapatkan
kekayaan sejati. Baik kekayaan spiritual, kekayaan intelektual dan kekayaan
financial. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, Dialah pencipta segala keajaiban.
Maka jangan batasi keimanan Anda akan kasih sayang, dan kemurahan rezeki-Nya.

Manfaat Asuransi Syariah


Manfaat dari asuransi syariah antara lain, yaitu:
1.

Tumbuhnya rasa persaudaraan dan sepenanggungan di antara anggota.

2.

Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW agar umat islam saling tolong-menolong.

3.

Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat.

4.

Secara umum memberikan perlindungan-perlindungan dari resiko kerugian yang diderita satu
pihak.

5.

Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.

6.

Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya dengan jumlah tertentu dan
tidak perlu mengganti sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak pasti.

7.

Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi akan dikembalikan saat
terjadi peristiwa atau berhentinya akad.

Mekanisme Kerja Asuransi Syariah


Didalam

operasional

syariah

yang

sebenarnya

terjadi

adalah

saling

bertanggung jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta itu sendiri.
Perusahaan diberi kepercayaan oleh para peserta untuk mengelola premi,
mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang
mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian tersebut.
Adapun proses yang dilalui seputar mekanisme kerja asuransi syariah dapat
diuraikan:
1.

Underwriting Adalah proses penafsiran jangka hidup seseorang calon peserta


yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk menentukan besarnya premi.

2.

Polis Asuransi Adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta
asuransi dengan perusahaan asuransi.

3.

Premi (Kontribusi), Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa


baagian, yaitu:
a.

4.

Premi tabungan

b.

Premi tabbaru

c.

Premi biaya
Pengelolaan Dana Asuransi (Premi), Pengelolaan dana asuransi dapat

dilakukan dengan akad mudharobah, mudharobah musyarakah atau wakalah bil

ujrah. Pada akad mudharobah, keuntungan perusahaan asuransi syariah dari bagian
keuntungan dana daari investasi (sistem bagi hasil).
Mekanisme dana peserta dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu ditinjau dari ada
atau tidaknya unsur tabungan dan ditinjau dari aliran dana dalam asuransi syariah.
5.

Jenis Investasi Usaha Asuransi Syariah, Investasi merupakan penggunaan


modal untuk menciptakan uang , baik melalui sarana yang menghasilkan
pendapatan maupun melalui kerja sama yang lebih berorientasi risiko yang
dirancang untuk mendapatkan perolehan modal. Jenis investasi dan reasuransi
syariah terdiri dari:
a.

6.

Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada ban

Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi
sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Ketentuan klaim dalam asuransi syariah
adalah:

a.

Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian

b.

Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan

c.

Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya

d.

Klaim atas akad tabarru merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad

7.

Penutupan Asuransi Adalah berakhirnya perjanjian asuransi. Penyebab

berakhirnya perjanjian asuransi bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu:


a.

Perjanjian secara wajar karena masa berlakunya sudah berakhir sebagaimana

perjanjian semula
b.

Perjanjian berakhir secara tidak wajar karena dibatalkan oleh salah satu pihak

walau masa berlaku perjanjian belum berakhir


G.

Pengembangan Asuransi Syariah

Perkembangan asuransi syariah belakangan ini diburu banyak orang dan


menenangkan. Kini nyaris semua perusahaan asuransi membentuk unit syariah.
Bahkan asuransi asing juga ikut membuka unit syariah. Kendati asuransi syariah
mengalami pertumbuhan yang pesat, kontribusi terhadap total indistri baru
mencapai 1,11% per 2006 dan diperkirakan meningkat keposisi 1,33% tahun 2007.
Total penetrasi pasar asuransi di Indonesia hanya sekitar 3% dari jumlah penduduk.
Walaupun secara kuantitas, perkembangan asuransi syariah di Indonesia relatif
pesat, teatapi dalam kenyataannya asuransi syariah masih menghadapi beberapa
kendala.
H.
1.

Produk Produk Asuransi Syariah


Produk produk asuransi jiwa (life insurance)
Ada beberapa contoh produk produk life insurance dari salah satu asuransi
syariah yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga, sebagai pionir asuransi syariah di
Indonesia. Antara lain :
a)

Produk produk individu yang ada unsur tabungan (saving)[8]


Produk produk individu ada unsur tabungan (saving) artinya suatu produk

yang diperuntukan untuk perorangan dan dibuat secara khusus, dimana di


dalamnya selain mengandung tabarru juga terdapat unsur tabungan yang dapat
diambil kapan saja oleh pemiliknya, antara lain :
1)

Takaful Dana Investasi : bentuk perlindungan untuk perorangan yang


menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah dan
U$ Dollar sebagai dana investasi yang diperuntukkan bagi ahli warisnya jika
ditakdirkan meninggalkan lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya.

2)

Takaful Dana Siswa : bentuk perlindungan untuk perorangan yang bermaksud


menyediakan dana pendidikan, dalam mata uang rupiah dan U$ Dollar untuk putra
putrinya sampai sarjana.

3)

Takaful Dana Haji : bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan


dan merencanakn pengumpulan dana dalam mata uang rupiah dan U$ Dollar untuk
biaya menjalankan ibadah haji.

4)

Takaful Dana Jabatan : bentuk perlindungan untuk Direksi/pejabat teras suatu


perusahaan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata
uang rupiah/U$ Dollar sebagai dana santunan yang diperuntukkan bagi ahli
warisnya

jika

ditakdirkan

meninggal

lebih

awal

atau

sebagai

dana

santunan/investasi pada saat tidak aktif lagi ditempat kerja.


5)

Takaful Hasanah : bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan


dan merencanakan pengumpulan dana sebagai modal usaha/diperuntukkan bagi
ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal lebih awal.
b)

Produk produk individu (non saving)


Produk produk individu tanpa tabungan (non saving) : produk produk

syariah yang sifatnya individu dan didalam struktur produknya tidak terdapat unsur
toboggan atau semuanya bersifat tabarru dana tolong menolong, antara lain[9] :
1)

Takaful Kesehatan Individu, program ini diperuntukkan bagi perorangan yang


bermaksud menyediakan dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit
dan kecelakaan dalam masa perjanjian.

2)

Takaful

Kecelakaan

Diri

Individu,

program

yang

diperuntukkan

bagi

perorangan yang bermaksud menyediakan santunan untuk ahli waris bila peserta
mengalami musibah kematian karena kecelakaan dalam masa perjanjian.
3)

Takaful Al-Khairat Individu, program ini diperuntukkan bagi perorangan yang


bermaksud menyediakan santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami
musibah kematian dalam masa perjanjian.
c)

Produk produk kumpulan


Adalah produk yang didesain dalam jumlah peserta relative banyak dan dalam

struktur produknya ada yang mengandung unsur tabungan (saving) dan ada yang
tidak mengandung unsur tabungan. Produk produk kumpulan yang tidak
mengandung unsur tabungan diakhir masa kontrak tidak ada bagi hasil atau
pengambilan nilai tunai, karena semuanya bersifat tabarru, antara lain[10]:
1)

Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan, bentuk kumpulan yang ditujukkan untuk


perusahaan, organisasi/perkumpulan yang bermaksud menyediakan santunan

kepada karyawan/anggota apabila mengalami musibah karena kecelakaan dalam


masa perjanjian.
2)

Takaful

Kecelakaan

sekolah/perguruan

Siswa, bentuk kumpulan yang ditujukkan kepada

tinggi/lembaga

pendidikan

nonformal

yang

bermaksud

menyediakan santunan kepada siswa/mahasiswa/pesertanya apabila mengalami


musibah karena kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap total maupul sebagian
atau meninggal.
3)

Takaful Wisata dan Perjalanan, program yang diperuntukkan bagi biro


perjalanan dan wisata/travel yang berkeinginan memberikan perlindungan kepada
pesertanya apabila mengalami musibah karena kecelakaan yang mengakibatkan
cacat tetap total, sebagian atau meninggal selama wisata maupun perjalanan
dalam dan luar negeri.

4)

Takaful Pembiayaan, bentuk perlindungan kumpulan yang beberapa jaminan


pelunasan utang apabila yang bersangkutan ditakdirkan meninggal dalam masa
perjanjian.

5)

Takaful Majelis Taklim, bentuk perlindungan bagi majelis taklim yang


bermaksud

menyediakan

santunan

untuk

ahli

waris

jamaah

apabila

yang

bersangkutan ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian.


6)

Takaful Al-Khairat : bentuk perlindungan kumpulan yang diperuntukkan bagi


perusahaan pemerintah/swasta, organisasi yang berbadan hokum/usaha yang
bermaksud

menyediakan

santunan

meninggal

untuk

ahli

waris

bila

peserta/karyawan mengalami musibah meninggal.


7)

Takaful Medicare : program asuransi kesehatan yang memberikan jaminan


penggantian biaya pengobatan dan operasi peserta yang disebabkan oleh penyakit
maupun kecelakaan. Dengan mengikuti program Full Medicare, maka diharapkan
rasa aman dan terlindung dari hal hal yang tidak terduga.

8)

Takaful Al-Khairat + Tabungan Haji (Takaful Iuran Haji) : program bagi para
karyawan yang bermaksud menunaikan ibadah haji dengan pendanaan melalui
iuran bersama dan keberangkatannya secara bergilir.

9)

Takaful Perjalanan Haji dan Umrah, program ini diperuntukkan bagi jamaah
haji dan umrah yang bermaksud menyediakan santunan untuk ahli waris jamaah
bila peserta meninggal sewaktu menjalankan ibadah haji atau umrah.

Untuk perjalanan haji dimulai sejak pemberangkatan dari bandara sampai dengan
kembali ke tanah air setelah kembali dari Mekah.

Untuk perjalanan umrah dimulai dari tempat pemberangkatan jamaah umrah


sampai kembali ke tanah air.

2.

Produk produk asuransi kerugian (general insurance)


a)

Produk Produk Simple Risk[11]


Produk produk Simple Risk adalah jenis jenis produk asuransi umum

atau kerugian yang berdasarkan syariah, yang tingkat resiko dan perhitungan
secara teknis dalam prosuk produknya relative sederhana (simpe) dan resiko
standar tanpa perluasan jaminan. Umumnya jumlah penutupan masih dalam batas
Own Retention (OR) perusahaan, sehingga survei resiko tidak mutlak diperlukan,
antara lain :
1)

Takaful Kebakaran (Fire Insurance), memberikan perlindungan terhadap


kerugma dan atau kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan
percikan api, sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut resiko
yang ditimbulkannya. Dan juga dapat diperluas dengan tambahan jaminan polis
yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan.

2)

Takaful Kendaraan Bermontor (Motor Vehicle Insurance), memberikan


perlindungan terhadap kerugma dan atau kerusakan atas kendaraan yang
dipertanggungkan akibat terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
sebagian (partial loss) maupun secara keseluruhan (total loss), tindak pencurian,
tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga, huru hara, pemogokan umum,
kerusuhan, kecelakaan diri pengemudi dan kecelakaan diri penumpang.

3)

Takaful Kecelakaan Diri (Personal Accident Insurance), jaminan kecelakaan


yang bisa berakibatkan : meninggal dunia akibat kecelakaan, cacat tetap

seluruhnya akibat kecelakaan, cacat sebagian akibat kecelakaan dan penggantian


biaya dokter, biaya pengobatan rumah sakit akibat kecelakaan.
4)

Takaful Aneka (General Accident Insurance), memberikan perlindungan


terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat resiko resiko yang tidak
dapat ditutup pada polis polis Takaful yang telah ada, antara lain :

Takaful Penyimpanan Uang (Cash in safe/box insurance)

Takaful Kebongkaran (burglary insurance)

Takaful Tanggung Gugat (liability insurance)

Takaful A.T.M

Takaful Jaminan Ketidakjujuran (fidelity guarantee insurance)

Takaful Lampu Reklame (neon sign insurance)


b)

Produk Produk Mega Risk[12]


Produk Mega Risk adalah produk produk kerugma yang berdasarkan

syariah, dimana tingkat resikonya sangat tinggi (high risk) sehingga umumnya
melebihi

kapasitas

reasuransi

perusahaan

dan

dalam

struktur

perhitungan

teknisnya cukup rumit (complicated), antara lain :


1)

Takaful Kebakaran (industrial risk), menjamin objek objek dengan tingkat


resio tinggi seperti : pabrik, pengilangan, pergudangan, dan juga memberikan
kebebasan peserta takafaul untuk menggunakan polis yang sesuai dengan
kebutuhan penjaminan seperti property and pecuniary insurance (assurance harta
benda dan kepentingan keuangan)

2)

Takaful

Rekayasa (Engineering

insurance), memberikan perlindungan

terhadap kerugma dan atau kerusakan sebagai akibat yang berkaitan dengan
pekerjaan pembangunan beserta alat alat berat, pemasangan konstruksi
baja/mesin dan akibat beroperasinya mesin produksi serta tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga.

3)

Takaful

Pengangkutan

(Cargo

Insurance),

memberikan

perlindungan

terhadap kerugma dan atau kerusakan pada barang barang atau pengiriman uang
sebagai akibat alat pengangkutnya mengalami musibah atau kecelakaan selama
dalam perjalanan melaui laut, udara atau darat.
4)

Takaful Surety Bond (construction contract bond) memberikan perlindungan


terhadap kerugma yang terjadi pada pemilik proyek atau pemberian fasilitas
terhadap pelaksanaan kontrak atau penerima fasilitas dalam menjalankan kontrak.

5)

Takaful Rangka Kapal (Marine Hull Insurance), memberikan perlindungan


terhadap kerugma dan atau kerusakan pada rangka kapal dan mesin kapal akibat
kecelakaan dan berbagai bahaya lainnya yang dialami.

6)

Takaful Eenergi (Oil and Gas Insurance), memberikan perlindungan terhadap


kerugma akibat kecelakaan dan berbagai bahaya lainnya yang dialami dalam
pekerjaan pengeboran minyak dan gas di darat maupun lepas pantai.

7)

Takaful Tanggung Gugat (Liability Insurance), memberikan jaminan atas


kerugian peserta dari kemungkinan tuntunan ganti rugi pihak lain yang disebabkan
oleh keberadaan harta peserta atau aktivitas bisnis peserta atau profesi peserta.

DAFTAR PUSTAKA

http://anshorudin.blogspot.com/2012/03/asuransi-syariah.html
http://id.shvoong.com/law-and-politics/contemporary-theory/2174651-pengertianasuransi-syariah/
Dr. H. Hamzah Yaqub, Kode Etik Dagang Menurut Islam,..h:293
Sumber:

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2281442-pengertian-

asuransi-syariah/#ixzz29SRnMLgy

http://shanty04.blogspot.com/2011/01/makalah-asuransi-syariah.html
http://Pengertian Asuransi Syariah.htm
Muhammad Syakir Sula, 2004, asuransisyariah, Jakarta, gema insan

Asuransi Allianz Syariah di


Indonesia-Meneruskan
pertumbuhannya di
semester pertama 2009
Jakarta, 10 September 2009

Total jumlah polis gabungan lebih dari 11.800


Total GWP/Kontribusi gabungan mencapai Rp
91,5 milyar
Kinerja bisnis keagenan yang kuat

Didukung oleh permintaan nasabah dan potensi


pasar yang baik, kedua perusahaan Allianz di
Indonesia telah meluncurkan produk-produk
menggunakan prinsip syariah di tahun 2006.
Pada semester pertama 2009, divisi syariah PT
Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT Asuransi
Allianz Utama Indonesia melaporkan
pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jumlah
total polis gabungan yang diterbitkan mencapai
lebih dari 11.800 polis, meningkat sebesar 29%
dibandingkan dengan semester pertama 2008.

Bisnis syariah kami juga telah menghadapi


situasi pasar yang lebih menantang pada
semester pertama 2009. Meskipun demikian,
dengan dukungan yang kuat dari seluruh mitra
bisnis terutama para agen serta citra Allianz
yang kuat, kami mampu memenangkan
kepercayaan dari lebih banyak nasabah di
Indonesia,ujar Volker Miss, Presiden Direktur
Allianz Utama Indonesia.
Terkait dengan pendapatan premium, total
Pendapatan Premi Bruto (atau kontribusi)
gabungan dari kedua divisi syariah dari Allianz
di Indonesia telah mencapai Rp 91,57 milyar,
dibandingkan dengan jumlah Rp 97,35 milyar
pada semester pertama 2008. Transaksi premi
sekaligus pada asuransi jiwa individu yang lebih
rendah, seperti yang telah diprediksikan, adalah
alasan untuk penurunan tipis ini. GWP sebagian
besar dihasilkan dari produk dasar ritel, yang
didorong oleh kinerja penjualan yang kuat dari
bisnis agensi.
Bisnis asuransi umum syariah

Allianz Utama, perusahaan asuransi umum


Allianz di Indonesia, mengalami pertumbuhan
melalui dua lini bisnis utama syariah pada
semester pertama tahun 2009; asuransi
kendaraan dan properti syariah. Pada bisnis
kendaraan bermotor, pendapatan premi
meningkat hingga mencapai dua kali lipat
menjadi Rp 3,32 milyar, dibandingkan dengan
Rp 1,13 milyar pada tahun sebelumnya. Untuk
bisnis asuransi syariah properti, pendapatan
premi meningkat sampai dengan Rp 1,84 milyar
dibandingkan dengan Rp 1,23 milyar pada
semester pertama tahun 2008.
Jumlah polis yang diterbitkan sebanyak 1.230
polis, dibandingkan dengan 604 polis pada

semester pertama 2008. Pendapatan GWP(atau


kontribusi) yang dihasilkan oleh divisi syariah
Allianz Utama pada semester pertama 2009
telah mencapai Rp 5,62 milyar. Angka ini
tumbuh signifikan dibandingkan dengan Rp 3,47
milyar pada periode yang sama tahun lalu.
Bisnis asuransi kendaraan dan properti syariah
kami dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat. Dengan produk-produk yang
kompetitif dan dukungan kuat dari mitra usaha
kami dalam penjualan, kedua lini bisnis ini telah
menjadi lini bisnis utama kami untuk bisnis
asuransi umum syariah,ujar Soekrisno Tjokro,
Direktur Allianz Utama Indonesia.
Bisnis keagenan memberikan kontribusi 62%
dari total GWP divisi syariah Allianz Utama,
sedangkan Broker, Lembaga Keuangan dan
Bisnis Langsung memberikan kontribusi
masing-masing 30%, 4% dan 4% dari total
GWP.
Bisnis asuransi jiwa dan kesehatan
syariah

Pada bisnis asuransi jiwa dan kesehatan syariah,


premi baru yang disetahunkan (Annualized New
Premium/ANP), yang merefleksikan nilai dari
bisnis baru pada bisnis asuransi jiwa, meningkat
menjadi Rp 54 milyar, dibandingkan dengan Rp
43 milyar pada semester pertama 2008.
Hal ini dipicu oleh pertumbuhan jumlah polis,
yang meningkat menjadi 10.618 polis
dibandingkan dengan 8.721 polis pada periode
yang sama tahun lalu. Asuransi jiwa syariah
individu mengkontribusikan 97% dari total polis
sedangkan asuransi syariah kesehatan individu
memberikan sisanya sebesar 3%.
Bisnis premi regular kami mendominasi

pendapatan GWP di semester pertama ini. Hal


ini menunjukkan bahwa masih ada permintaan
yang kuat atas asuransi, terutama untuk
kebutuhan perencanaan keuangan keluarga.
Tahun lalu, kami memiliki permintaan yang kuat
untuk produk-produk premi sekaligus, namun
tahun ini, kami lebih fokus untuk melayani
produk-produk regular guna mengantisipasi
adanya perubahan permintaan,ujar Kiswati
Soeryoko, Direktur Syariah Allianz Life
Indonesia.
Allianz Life Indonesia saat ini didukung oleh
lebih dari 4.100 agen syariah terakreditasi, 23%
lebih banyak daripada jumlah agen yang
terakreditasi pada semester pertama 2008. Usaha
sukses dalam mengembangkan agen-agen yang
terakreditasi telah mendukung pertumbuhan
penjualan produk premi tahunan asuransi jiwa
syariah individu.
Perusahaan juga melaporkan pendapatan GWP
sebesar Rp 86 milyar dibandingkan dengan Rp
94 milyar pada semester pertama tahun
sebelumnya, yang mana 95% dari pendapatan
GWP dihasilkan dari bisnis keagenan sedangkan
5% selebihnya dihasilkan dari bisnis
bancassurance.

Fokus pada pertumbuhan yang


menguntungkan 2009 pada syariah

Kedua perusahaan tetap optimis dapat


memberikan kinerja yang lebih baik
dibandingkan tahun 2008, terutama terkait
dengan jumlah polis, pendapatan premium dan
profitabilitas.
Setelah menghadapi situasi yang sangat

menantang pada semester pertama, kami siap


untuk memberikan pasar produk-produk yang
lebih menguntungkan bagi pemegang polis dan
kerjasama yang lebih kuat dengan institusi
keuangan dan mitra perbankan sampai dengan
sepanjang tahun, ujar Volker Miss.
Kami tetap optimis bahwa kami bisa
mengungguli hasil syariah kami di 2008 untuk
penjualan dan juga aspek profitabilitas. Kami
tetap fokus untuk mencapai pertumbuhan yang
menguntungkan dalam bisnis syariah
kami,tambah Volker.

Pengakuan bagi Allianz Syariah

Allianz Life Indonesia pada 2 September 2009,


memenangkan The Best Syariah Life Insurance
Branch kategori perusahaan asuransi, dari ajang
penghargaan tahunan Best Syariah Majalah
Investor. Penghargaan ini merupakan hasil dari
analisa terhadap 8 kriteria sekaligus. Sebagai
pemenang penghargaan di kategorinya, cabang
usaha Allianz Life Syariah memiliki nilai
tertinggi dalam hal pertumbuhan satu tahun
pertumbuhan investasi, asset,cadangan teknis
dan pendapatan bersih serta investasi dan dua
rasio keuangan yang lain.
Bagi Allianz Indonesia, penghargaan ini
melengkapi pengakuan-pengakuan yang
diterima oleh Allianz Life Indonesia Best
Islamic Life Insurance dan 1st Rank The Most
Profitable Investment juga penghargaan Allianz
Utama3rd rank, The Most Expansive
Insurance dari Karim Business Consulting yang
diterima lebih awal pada 15 Agustus 2009.
Penghargaan-penghargaan ini menunjukkan
operasi bisnis yang sukses, kinerja keuangan
yang solid dan komitmen yang kuat dari bisnis

Allianz Syariah di Indonesia.


Tentang Allianz

Allianz adalah penyedia jasa asuransi dan


keuangan terkemuka yang berada di lebih 70
negara seluruh dunia dengan lebih dari 150.000
karyawan. Allianz melayani lebih dari 75 juta
nasabah di seluruh dunia, termasuk separuh dari
perusahaan-perusahaan yang tercantum pada
Fortune 500. Melalui operasionalnya di Asia,
Allianz mempekerjakan lebih dari 13.000
karyawan di 15 pasar di seluruh regional Asia
Pasifik.
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan
membuka kantor perwakilan di tahun 1981.
Pada tahun 1989, Allianz mendirikan perusahaan
asuransi umum, PT Asuransi Allianz Utama
Indonesia. Kemudian, Allianz memasuki bisnis
asuransi jiwa, kesehatan dan dana pensiun
dengan mendirikan PT Asuransi Allianz Life
Indonesia di tahun 1996. Saat ini, Allianz adalah
salah satu grup perusahaan asuransi terdepan
yang telah dipercaya sebagai mitra asuransi
untuk harta benda, kesehatan dan jiwa dari 1,3
juta tertanggung di Indonesia.. Allianz Utama
dan Allianz Life Indonesia didukung oleh lebih
dari 13.000 Financial Consultant dan memiliki
jaringan pelayanan yang luas dengan lebih dari
80 kantor di lebih dari 44 lokasi diseluruh
Indonesia.

S-ar putea să vă placă și