Sunteți pe pagina 1din 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GASTROENTERITIS DI RUANG MAWAR


RSK NGESTI WALUYO
PARAKAN

DISUSUN OLEH :
YANTRI 462010066 / SEPRIANY VANESSA SIMATAUW 462011009/ HERIYUANDINI
462011011/ MARIS YOSLINA WATI LAINUA 462011033/ GREIS DIANA MEANLY
RUDJUBIK 462011053/ ANASTHASIA INTAN PURNAMASARI 462011082

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT
PAEDIATRIC NURSING
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

A. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih
dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah
(Hidayat, 2006 :12).
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005 : 224).
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong, 2003 : 492).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu
keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi
bunag air besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi. Klasifikasi tingkat
dehidrasi menurut Hidayat (2006) adalah :
1. Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2 5 % dari berat badan atau rata rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi cepat dan
dalam.
3. Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 ml/kg BB,
pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah
menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun (apatis, samnolen, kadang
sampai soporokomateus).
B. Etiologi
Faktor penyebab diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu :
1. Faktor infeksi

Infeksi enteral ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan


penyebab utama gastroenteritis pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut : infeksi bakteri, seperti vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya ; Infeksi perasit : cacing (Ascaris, Trichuris,
Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans).
2. Infeksi parental
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitis / tonsiloferingitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah
2 tahun.
3. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, misalnya disakarida intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa),

monosakarida

(intoleransi

glukosa,

fruktosa

dan

galaktosa);

Malabsorpsi lemak dan malabsorpsi protein.


4. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
5. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).
C. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut
diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi
virus atau bakteri diusus halus distal atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa
fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transpor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal.
Iritasi usu oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengarhi lapisan oto sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat
dapat meninggal akibat syok hivopolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang
ditularkan melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang
motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam
usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang
besar.

Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan


menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit . hal ini
terjadi

karena

sindrom

malabsorpsi

meningkatkan

motilitas

usus

intestinal.

Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan


gangguan dari absorpsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium
potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam tinja sehingga
menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat mengakibatkan asidosis metabolik.
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus (Adenovirus enterik dan robavirus) serta
parasit (biardia lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel menghasilkan enteroksin atau kristotoksin yang melekat pada
dinding usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami
gastroenteritis akut adalah usus halus (Corwin, 2000 : 520).

Pathway

D. Manifestasi Klinis
Pasien yang menderita gastroenteritis, mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemungkinan timbul diare.
Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin

banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dabsorpsi oleh usus selama
diare. Gejala muntah dapat timbul setelah atau sebelum diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
(Ngastiyah, 2005 : 225). Frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali sehari, bentuk cair
pada buang air besarnya kadang kadang disertai lendir dan darah, nafsu makan
menurun, warnanya lama kelamaan menjadi kehijauan karena bercampur empedu,
muntah, rasa haus, malaise, adanya lecet pada daerah sekitar anus, feses bersifat
banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus,
adanya tanda dehidrasi, kemudian dapat terjadi diuresis yang berkurang (oliguria
sampai dengan anuria) atau sampai terjadi asidosis metabolic seperti tampak pucat
dengan pernapasan kusmaul (Hidayat, 2006 : 13).
E. Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk
diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya
Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /
oral.
Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /
hari.
Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset
1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
2. Dietetic (cara pemberian makanan)
Tujuan diit pada pasien gastroenteritis adalah memberikan makanan secukupnya
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberikan kerja usus, mencegah dan

mengurangi resiko dehidrasi, mengupayakan agar anak segera mendapat


makanan sesuai dengan umur dan beratnya. Syarat diit pada pasien
gastroenteritis adalah pasien tidak dipuasakan setelah terjadi rehidrasi, diberi
makanan peroral dalam 24 jam pertama, pemberian ASI diutamakan, makanan
cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang saluran pencernaan yaitu
tidak mengandung bumbu tajam, tidak menimbulkan gas, makanan diberi
bertahap dari makanan ringan (mudah dicerna) dalam bentuk yang sesuai
menurut umur dan keadaan penyakit, makanan diberikan dalam porsi kecil
dengan frekuensi sering.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa /
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis
0,5 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 50 mg /kg BB / hari. Antibiotic
juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis
bronkopeneumonia.
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan menurut Mansjoer (2000) adalah :
1. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis , biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta
untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna pekat/putih
kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu).
Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi
buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat
disebabkan karena malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses
berwarna orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan
berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah bakteri. Feses
seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare yang penyebabnya
adalah virus. Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya
adalah parasit. Feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mokus

disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat
lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorpsi lemak dalam usus halus
(Suprianto, 2008).
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P
serum pada diare yang diserta kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorpsi tekanan fungsi sumsum

tulang

(proses

inflamasi

kronis)

peningkatan

sel-sel

darah

putih,

pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, kalsium, bikarbonat.
4. Doudenum intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik.
G. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang
dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan data, menganalisa data sehingga
ditemukan diagnosa keperawatan. Adapun langkah langkah pengakajian ini adalah
sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan
Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, agama dan nama orang tua. Keluhan utama pasien biasanya mengeluh
berak encer dengan atau tanpa adanya lendir dan darah lebih dari 3 kali sehari,
berwarna kehijau-hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafsu
makan, dan disertai dengan demam ringan atau demam tinggi pada anak-anak yang
menderita infeksi usus.
Riwayat penyakit sekarang meliputi lamanya keluhan : masing-masing prang
berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan sosial, ekonomi,
hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan menjadi
gelisah, badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang
memperberat adalah ibu menghentikan pemberian makanan, anak tidak mau makan
dan minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula
garam).
Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam

keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita


penyakit kronis sehingga harus dirawat dirumah sakit.
Riwayat kehamilan dan kelahiran yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat
hamil, gizi, usia kehamilan dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup kesehatan
anak sebelum lahir, saat lahir dan keadaan anak setelah lahir.
Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia
anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif
atau bahasa dan personal sosial dan kemandirian.
Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat
imunisasi lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek samping
dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya.
Psikososial yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan sosial anak,
kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme koping yang digunakan oleh
anak dan keluarga. Respon emosional keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap
stres mencakup juga harapan-harapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit
anak.
Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis
makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk makan dan
minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang air besar dan buang air kecil dirumah
dan dirumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau
dari objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum
dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana
pola hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti baju.
Kesehatan mental meliputi pola interaksi anak, pola kognitif anak, pola emosi
anak saat dirawat, pola psikologi keluarga dalam mengenali penyakit anaknya.
Kesehatan sosial dan spritual yang perlu ditanyakan adalah pola kultural atau
norma yang berlaku dalam keluarga dan pola rekreasi serta keadaan lingkungan
rumah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
Pada anak terdapat keluhan dan kelainan-kelainan yang perlu mendukung perlu
dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, mukosa bibir kering,
dan turgor kulit berkurang, keelastisannya, kemudian ditanyakan frekuensi BAB,
adanya nyeri atau disentri abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat
badan (Gunawan, 2009).
b. Pola fungsional kesehatan
Pola fungsional kesehatan dapat dikaji melalui pola gordon dimana pendekatan
ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data secara sistematis dengan
cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik

pada masalah khusus. Model konsep dan tipologi pola kesehatan fungsional
menurut gordon :
Pola persepsi managemen kesehatan
Pola nutrisi dan metabolik
Pola eliminasi
Pola latihan aktivitas
Pola kognitif perseptual
Pola istirahat dan tidur
Pola konsep diri-persepsi diri
Pola peran dan hubungan
Pola reproduksi /seksual
Pola pertahanan diri
Pola keyakinan dan nilai
(Winugroho, 2008)
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis menurut
Wilkinson (2007) adalah :
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan intake inadekuat.
3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi .
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhdap
patogen.
6. Defisit pengetahuan tantang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi.
7. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
I.

Intervensi
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi (Wilkinson, 2007 :
174).
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kekeurangan volume
cairan akan teratasi dan keseimbangan elektrolit dan asam basa dapat tercapai
dengan kriteria hasil : hidrasi dan status nutrisi adekuat, frekuensi irama dan nadi
dalam rentang yang diharapkan, frekuensi dan irama nafas dalam rantang yang
diharapkan, kewaspadaan mental dan orientasi kognitif tidak ada gangguan,
elektrolit serum (misalnya natrium, kalium, kalsium dan magnesium) dalam batas
normal, serum dan pH urine dalam batas normal.
Intervensi yang diberikan adalah :
Beri larutan rehidrasi oral (LRO) sedikit tapi sering khususnya bila anak
muntah. Rasional : LRO untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan
melalui feses.
Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan. Rasional : untuk mengobati
patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan.

Berikan diet reguler pada anak sesuai toleransi. Rasional : karena


pemberian

diet

normal

secara

dini

bersifat

menguntungkan

untuk

menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan


durasi penyakit.
Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula bebas
laktosa atau formula yang mengandung setengah laktosa. Rasional : untuk
mempertahankan terapi cairan
Pantau intake dan output (urin, feses dan emesis). Rasional : untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi
Pantau berat jenis urin setiao 8 jam atau sesuai indikasi. Rasional : untuk
mengkaji hidrasi
Timbang berat badan anak. Rasional : untuk mengkaji hidrasi
Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental
setiap 4 jam atau sesuai indikasi. Rasional : untuk mengkaji hidrasi
Hindari masuka cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat dan
gelatin. Rasional : cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit dan
mempunyai osmolaritas tinggi
Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan
masukan dan keluaran dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi. Rasional : untuk
menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan
terapeutik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan intake inadekuat
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : asupan makanan dan cairan adekuat, zat
gizi terpenuhi, asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik, mencapai
berat badan ideal.
Intervensi :
Instruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan pemberian ASI. Rasional : hal
ini penting untuk mengurangi kehebatan dan durasi penyakit
Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel, dan roti panggang atau
teh. Rasional :: karena diet ini rendah energi dan protein, terlalu tinggi dalam
karbohidrat dan rendah elektrolit
Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan. Rasional : untuk
mengkaji toleransi pemberian makanan
Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat. Rasional : untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik
Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering. Rasional :
pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastrik
sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.

Timbang

berat

badan

setiap

hari.

Rasional

untuk

mengetahui

perkembangan nutrisi setiap hari


Gali masalah dan prioritas anggota keluarga. Rasional : untuk memperbaiki
kepatuhan terhadap program terapeutik.
3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi (Wilkinson, 2007: 220)
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi
dapat teratasi dengan kriteria hasil : suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu
tubuh dalam batas normal, nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan,
perubahan warna kulit tidak ada, keletihan dan mudah tersinggung tidak tampak.
Intervensi :
Kaji tingkat kenaikan suhu tubuh dan perubahan yang menyertai. Rasional :
suhu 38-410C menunjukkan proses infeksius akut sehingga dapat membentu
dalam diagnosis dan dapat ditentukan intervensi yang tepat
Beri kompres hangat pada daerah dahi, aksila, dan lipat paha. Rasional :
kompres hangat dapat mengurangi demam
Monitor tanda-tanda vital setiap 1 jam. Rasional : sebagai indikator
perkembangan keadaan klien
Anjurkan untuk minum cukup. Rasional : intake cairan yang adekuat
membentu penurunan suhu tubuh serta mengganti jumlah cairan yang hilang
melalui evaporasi
Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Rasional
: mempercepat proses evaporasi. Jumlah selimut perlu dibatasi untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik. Rasional :
digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus;
kerusakan kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kulit tidak
mengalami kerusakan dengan kriteria hasil : suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi
dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan, terbebas dari adanya lesi
jaringan, keutuhan kulit terjaga.
Intervensi :
Ganti popok jika basah atau kotor. Rasional : untuk menjaga agar kulit tetap
bersih dan kering
Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non-alkalin dan air
atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut. Rasional
karena feses diare sangat mengiritasi kulit
Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika
mungkin. Rasional : untuk meningkatkan penyembuhan
Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung
alkohol pada kulit teriritasi. Rasional karena dapat menyebabkan rasa
menyengat

Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi. Rasional : untuk


mengetahui secara dini adanya tanda-tanda infeksi dan untuk memberikan
terapi yang sesuai
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat berupa salep pelindung
pada kulit. Rasional : untuk mempercepat penyembuhan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhdap
patogen.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak terjadi infeksi
dengan kriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, status imunitas baik, nutris
adekuat, mendapat imunisasi yang tepat, nadi dan suhu dalam rentang yang
diharapkan.
Intervensi :
Pertahankan cuci tangan yang benar. Rasional : untuk mengurangi resiko
penyebaran infeksi
Pakaikan popok dengan tepat. Rasional : mengurangi kemungkinan
penyebaran feses
Gunakan popok sekali pakai. Rasional : superabsorbent untuk menampung
feses dan menurunkan kemungkinan dermatitis popok
Ajarkan anak, bila mungkin tindakan perlindungan diri misal dengan cuci
tangan setelah menggunakan toilet. Rasional : untuk mencegah penyebaran
infeksi
Anjurkan keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi khususnya mencuci
tangan. Rasional : untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
6. Defisit pengetahuan tantang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga pasien termotivasi
untuk merawat anaknya yang menderita gastroenteritis dengan baik dan benar
dengan kriteria hasil : keluarga pasien mengerti pengertian, penyebab, tanda dan
gejala dari gastroenteritis, cara pencegahan dan perawatan anak yang menderita
gastroenteritis, serta mampu mendemonstrasikan cara membuat oralit dan LHH
dengan baik dan benar.
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit dan cara perawatan
anaknya. Rasional : untuk menentukan intervensi secara tepat dengan
maslah yang ada
Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya. Rasional :
menurunkan rasa takut dan cemas terhadap kondisi anaknya
Berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan.
Rasional : berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan berdasarkan
kebutuhan;

Berikan penjelasn kepada orang tua tentang perawatan anak dengan


gastroenteritis dirumah, seperti pembuatan larutan gula garam. Rasional :
pembuatan LGG dilakukan sebagai penanganan pertama untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang akibat gastroenteritis.
7. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan ansietas berkurang atau teratasi
dengan kriteria hasil pasien tidak tampak cemas atau gelisah, pasien dapat
beristirahat atau tidur dengan nyenyak, pasien dapat merencankan strategi koping
untuk situasi-situasi yang membuat stress, mampu mempertahankan penampilan
peran, melaoprkan tidak adanya gangguan persepsi sensori, tidak ada kecemasan
secara fisik.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan. Rasional : respon individu dapat bervariasi tergantung
pada pola kultural yang dipelajari.
2. Pertahankan kontak sering dengan orang tua, selalu sedia untuk mendengarkan
dan bicara bila dibutuhkan. Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi
mungkin dapat memperbesar perasaan
3. Identifikasi cara-cara dimana pasien mendapat bantuan jika dibutuhkan.
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk melihat
realisasi dari penyakit atau pengobatan yang diberikan.
4. Berikan informasi yang sesuai kebutuhan dan jika diminta oleh pasien atau
orang terdekat. Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk
mendukung dan membantu
5. Beri stimulasi sensoris dan

pengalihan

yang

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan anak dan kondisinya, misal : dengan terapi bermain. Rasional :


untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

J. Referensi
Carpenito, Lynda Jual.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Corwin, E, S. 2000. Buku Saku Patofisologi. Jakarta : EGC
Frida.
2008.
Askep
http://alfreedr.blogspot.com/2010/06/askep-gastroenteritis.html.
Gunawan.
2009.
Asuhan
Keperawatan
Dengan
http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_diare.html

Gastrointestinal.
Gastrointestinal.

Hidayat, Alimul, Aziz, A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :


Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patofisiologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : EGC
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Infomedika.
Suprianto. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Eliminasi Alvi.
http://perawatsupri.wordpress.com/2008/07/07/asuhan-keperawatan-denganmasalah-eliminasi-alvi/
Syaifudin. 2001. Anatomi fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Wilkinson, M, Judith. 2007. Buku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Winugroho.

2008.

Model

Konsep

Keperawatan.

http://winugroho-emt-

n.blogspot.com/2008/08/model-konsep-tipologi-pola-kesehatan.html.
Wong, Donna, L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.
Jakarta : EGC.

S-ar putea să vă placă și