Sunteți pe pagina 1din 17

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar
masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama
pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang
masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan
lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan
penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang
meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.
Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele,
sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami
kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat
mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami
kematian.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian
berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya
ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa
komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam
mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga
masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat
mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup
seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya
penyakit gastrointeritis.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita
gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas dan dari latar
belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan makalah keperawatan
medikal bedah dengan judul gastroenteritis.]
2. Rumusan masalah
Bagaimana memperdalam kajian tentang gastroenteritis
Bagaimana cara merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis.
3. Tujuan
Untuk memperdalam kajian tentang gastroenteritis.
Menambah informasi kepada para pembaca tentang gastroenteritis.
Merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis.
4. Manfaat
Manfaat penulisan ini antara lain :

Dapat menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan pencernaan dengan


masalah gastroenteritis.

Pembaca dan khususnya penderita gastroenteritis dapat mengerti apa dan bagaimana
gastroenteritis.

Pembaca dapat lebih mengatahui bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan
pencernaan: gastroenteritis sehingga pembaca dapat menerapkannya.
Penulis ingin pembaca luas lebih mengetahui tentang gangguan pencernaan: gastroenteritis.
Penulis lebih mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan
pencernaan: gastroenteritis.

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Istilah
gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan
diare dan/ atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam
lambung dan usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik
frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
2. Anatomi fisiologi
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus
sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung
ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah
diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira
1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan
pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus
halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut
yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak
dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal.
Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke

dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen
asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas
kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi
air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua
bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa faeces yang
sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari
sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000
ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan
dari ileum maka akan terjadi diare.
Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk
baik sfingter internal dan eksternal.
3. Etiologi
Faktor infeksi
a.

Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada sat ini
telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang
ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang terutama
ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus,
coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit itu adalah aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium
defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp,
staphylococcus

aureus,

vibrio

cholerae,

dan

yersinia

enterocolitica.

Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli, capillaria
philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia, isospora billi, fasiolapsis
buski, sarcocystis suihominis, strongiloides stercoralis, dan trichuris trichuria.
b. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah bvakteri
non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri non invasive adalah :
vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasiv

adalah salmonella spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui suatu mekanisme
yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP
(cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-dependent dan
pengaturan ulang sitoskeleton.
c. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti : otitis media
akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
4. Insiden
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare diindonesia saat
ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk semua golongan umur dan 1,6 2,2 episode diare
setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah
sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang
7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan
227 (19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi.

5. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
6. Patogenesis
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral. Hal ini
disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan

ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak
penularannya transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya
diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah
kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau
lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas juga
mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara
lain daya penetrasi, yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk
koloni-koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi
dua yaitu:
1.

Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri
kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh
asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam
usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga
jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi enzim
muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus
sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane
bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam
membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan
cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di
bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan
absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini
akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus
akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk
mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam keadaan normal usus besar akan
meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja
ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum

terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi
diare.
2.

Bakteri enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik
eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan
ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S.
Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia)
patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi
dengan jasad renik lain.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel
mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit.
Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke
dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan
intoleransi yang akhirnya memperlama diare.
7. Gejala Klinik
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai
kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan
menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,
serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan
hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak
terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan
kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul
anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis
tubular akut.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama,
kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform, pada saat
diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
8. Pengobatan dan pencegahan Gastroenteritis

Umumnya, gastroenteritis virus didiagnosa oleh dokter berdasarkan gejala dan pemeriksaan
medis pasien. Rotavirus infeksi dapat didiagnosis dengan menggunakan :
1.Tes laboratorium dari spesimen tinja.
Tes untuk mendeteksi virus lain yang menyebabkan gastroenteritis tidak digunakan rutin,
namun unit Gastroenteritis virus pada CDC dapat membantu dengan analisa khusus berdasarkan
kebutuhan kesehatan masyarakat.
Yang paling penting dari memperlakukan Gastroenteritis virus pada anak-anak dan orang
dewasa adalah untuk mencegah kehilangan berat cairan (dehidrasi). Perawatan ini harus dimulai
di rumah. Dokter Anda mungkin memberikan petunjuk spesifik tentang apa jenis cairan untuk
memberi. CDC merekomendasikan bahwa keluarga dengan bayi dan anak-anak menjaga pasokan
larutan rehidrasi oral (ORS) di rumah setiap saat dan menggunakan solusi ketika diare pertama
terjadi pada anak. Oralit tersedia di apotek tanpa resep. Ikuti petunjuk tertulis di paket oralit, dan
penggunaan air bersih atau direbus. Obat-obatan, termasuk antibiotik (yang tidak berpengaruh
pada virus) dan perawatan lainnya, harus dihindari kecuali secara khusus direkomendasikan oleh
dokter.
Orang dapat mengurangi kesempatan mereka terinfeksi oleh :
1.sering cuci tangan,
2.desinfeksi segera permukaan terkontaminasi dengan pembersih pemutih klorin berbasis rumah
tangga, dan
3.segera mencuci pakaian kotor artikel.
Jika makanan atau air yang dianggap terkontaminasi, itu harus dihindari.
Gastroenteritis Rotavirus juga dapat dicegah dengan vaksin.
Saat ini ada dua vaksin rotavirus tersedia lisensi yang melindungi terhadap diare berat dari
infeksi rotavirus pada bayi dan anak-anak muda. Vaksin ini diberikan kepada anak-anak di tahun
pertama mereka hidup dengan vaksin anak lainnya.
9. Penatalaksanaan

Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :


1.

Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
Jenis cairan

Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum
serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan

glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri
(formula tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin
yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah
sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
Cairan parenteral :
1. Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
2. Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
3. Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg
BB/hari.
4. Dehidrasi berat
(a).Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun, berat badan 3 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg
BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB
/menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau
4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila
anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.

(b).Untuk

anak

lebih

dari

25

tahun

dengan

BB

10

15

kg

1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.


7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
(c).Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4
bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg

BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20
jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 tetes/kgBB/menit.

2.Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan
:
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak
jenuh).
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
a.Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
b. Hari kedua keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
c. Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.

3.Obat-obatan
a.Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis
0,5 1 mg /kg bb /hari.
b. Obat spasmolitik.
c. Antibiotik (Ngastiyah, 1997).
10. Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan.
a.

Pengobatan tergantung pada derajat dehidrasi.

Dehidrasi ringan ada kemungkinan lebih disukai untuk merawat anak di rumah, asal diberikan
perawatan medis tang efesien.
a.

Dihentikannya pemberian susu yang diganti dengan campuran glucose elektrolit (dioralite).

b.

Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang hari dan setiap 4 jam selama malam hari,
dilanjutkan selama 24 jam.

c.

Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali, jika diberikan jumlah kecil (15 ml susu krim
separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu makan.

d.

Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah campuran glucose elektrolit diturunkan secara
berimbang.

e.

Sucrose hanya ditambahkan jika feces mulai berbentuk


Dehidrasi ringan. Pada kasus ini, gambaran klinik ditegakkan secara baik danbayi mulai
dirawat :

a.

Dihentikannya pemberian susu.

b.

Penggantian deficit cairan danelektrolit serta koreksi gangguan asam basa. Ini didasarkan pada
penilaian klinis, atau pada rekaman kehi,angan berat badanterakhir. Pergantian dapat dilakukan
baik peroral atau intravena dan akan tergantung pada kehilangan air dan elektrolit melalui diare.

c.

Perawatan bayi dengan terapi intra vena

d.

Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk menentukan status elektrolit

e.

Dimulainya pemberian cairan peroral secara perlahan lahan untuk kmenentukan kemampuan
menerima cairan.

f.

Dimulainya pemberian susu secara berangsur-angsur seperti yangdiuraikanuntuk dehidrasi


ringan.

g.

Penimbangan berat badan harian dan pengumpilan urin harian.


Dehidrasi parah. Bayi dalamkedaan sakit parah dengan kegagalan sirkulasi :

a.

Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan masukan cairan dengan peningkatan yang
seksama.

b.
c.

Infuse plasma untukmenggantikan penurunan volume plasma


Koreksi asidosis merabolik dengan pemberian secara intravena 8,4 % natrium bikarbonat
dengan penilaian kembali status asam basa.

d.

Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi, secara berangsur-angsur susu diberikan kembali
seperti yang diuraikan untuk dehidrasi ringan.

e.

Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator. Diberikan oksigen dan bayi diobservasi

secara seksama, karena penurunan kadar kalium serum menimbulkan perubahan aktivitas
jantung, dan peningkatan kadar kalium secara cepat membawa resiko henti jantung.
b.

Perawatan rutin

a.

Pemberian obat-obatan, terutama antibiotika untuk mengatasu kuman infeksi . jika muntah
parah, obat-obatan yang sesuai, seperti kloramfenikol atau streptomisin, dapat diberikan secara
parenteral.

b.

Isolasi bayi dan pengertian akan proses infeksi silang serta pencegahannya.

c.

Perawatan bokong anak. Feces yang encer akan menyebabkan kemerahan dan ekskoriasi kulit.
Bayi tidak boleh ditinggal berbaring dengan popok yang basah dan kotor. Area popok dibasuh
secara lebih dan diberikan krim pelindung. Meninggalkan bokong dalam kedaan terpapar
merupakan cara yang terbaik untuk mendorong terjadinya penyembuhan.

d.

Inspeksi dan perawatan mulit bayi.

e.

Dukungan bagi orang tua. Jika terdapat bukti tidak adanya pengertian dalam hal perawatan
anak,ibu harusdidorong untuk tinggal bersama anak. Perawatan dapat diawasi dan diberikan
bantuan. Walaupun demikian, harus diingat bahwa banyak bayi yangmenderita gastroenteritis
kendatipun perawatan bayi yang bhaik, dan orang tua tidak boleh disalahkan karena keadaan ini.

f.

Persiapan pulang ke rumah. Segera setelah petunjuk pemberian makanan mencapai tingkat
sesuai umur dan kebutuhan anak, dan jika terjadi pertambahan berat badan anak yang
memuaskan dan tidak terdapat muntah atau feces yang encer, maka anak dizinkan pulang. Orang
tua diminta untuk datang ke unit rawat jalan untuk mengubungi dokter umum untuk menilai
kemajuan bayi.

BAB III
TINJAUN KASUS
I. PENGUMPULAN DATA
a. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
Umur
Suku / Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan

: Sodak
: 70 Tahun
: Jawa
: Islam
: Karyawan Kebun Baru

b. AMNESIA (DATA SUBJEKTIF)


Pada Tanggal 28 Juni
1. Alasan Kunjungan
2. Keluhan Utama

Jam 13.30 Wib


: mau berobat dan melakukan pemeriksaan
: muntah < 10 x, mencret 3 x sejak pagi. Badan lemas,
pusing, sakit perut, kepala pening.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


: Pasien pernah menderita oenyakit hipertensi dan penyakit
hernorrhopie dex pada tahun 2003
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
DM
: Tidak ada
Hepatitis
: Tidak ada
Asma
: Tidak ada
5. Riwayat pola kebiasaan sebelum masuk Rumah sakit
Nutrisi
: kurang mencukupi
Eliminasi
:Pola Minum
: Cukup
Pola istirahat
: tidak cukup waktu istirahat
Pola aktivitas
: tidak baik karena aktivitas yang banyak
Kebiasaan sesudah masuk rumah sakit
Nutrisi
: sudah agak mencukupi
Eliminasi
:Pola Minum
: Cukup

Pola istirahat
Pola aktivitas

: cukup Karen saran dokter


: sudah kurang

6. Riwayat Perilaku kesehatan


Pengguna akhohol
: tidak ada
Merokok
: ada
7. Riwayat psikososial
Hubungan dengan keluarga
: baik
Apakah ada keluarga lain tinggal di rumah : tidak ada
8. Latar belakang social budaya
Kebiasaan social dalam keluarga
Bebiasaan berobat

: baik
: baik

9. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien sedang mengalami GE sejak beberapa hari yang lalu dan sekarang sedang di rawat di
RSCM Langsa
c. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)
1. K/U
: sadar dan lemas
2. Tanda vital
:
TD
: 120/80 mmHg
Pois
: 78 x/menit
RR
: 22 x/menit
o
Temp
: 37.2 C
3. Inspeksi
Mata
skiera
: pucat
Kunjungtiva : pucat
Muka
: pucat
Perut
: sakit
4. Palpasi
Abdomen

: sakit bila ditekan

5. Auskultasi
Keadaan jantung
Keadan paru paru
II.

: Normal
: Normal

INTERPRETASI DATA
Dasar

Ds

: Pasien mencret dna mengalami mual muntah sejak


sebelum dibawa ke rumah sakit dna sesudah di bawa
kerumah sakit masih mual dan pusing
Do
: memeriksa keadaan pasien, mengukur vital sign dan memberi
oksigen karena pasien sesak.

III.

ANTISIPASI DATA DAN MASALAH POTENSIAL


Dasar

Ds
Do

: nyeri perut dan merasa mules dan pusing, mata gelap


: tekanan darah naik turun dan nod pun naik turun.
Antisipasi
: pasien harus banyak istirahat agar tidak terjadi komplikasi
yang tidak diinginkan, missal jika pasien mencret yang
berlebihan akan mengakibatkan komplikasi dehidrasi karena
kekurangan cairan, maka harus segera di beri terapi yang baik.
Masalah potensial
: Lemas dan masih merasa mual muntah dan pusing, sakit
kepala
Kebutuhan
: pasien memerlukan cairan infuse dan obat-obatan sesuai
dengan intruksi dokter agar pasien tidak lemas lagi karena
kekurangan cairan dan pasien harus banyak minum air putih.
IV.
TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Memasang oksigen
Memasang infuse
Pemberian obat-obatan
Berkolaborasi dengan doctor umum.
V.
RENCANA MANAJEMEN
Berikan konseling pada pasien untuk bedres total
Berikan terapi sesuai dengan intruksi dokter
Jelaskan kondisi pasien saat ini
Kolaborasi dengan dokter umum
Anjurkan pasien untuk bedres total
VI.
IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN
Memberikan konseling pada pasien untuk bedres total
Memberikan terapi sesuai intruksi dokter
Menjelaskan kondisi pasien saat ini
Melakukan kolaborasi dengan dokter umum
VII.
EVALUASI
Pasien susah menjalaknkan perawatan
Pasien sudah istirahat
Pasien sudah agak membaik
Pasien sudah minum obat yang teratur
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana
frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 250 gram
Etiologi terdiri dari 3 faktor infeksi
a.Infeksi internal

b.Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri
non invasive dan bakteri invasive
c.Infeksi parenteral
Gejala klinik pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri
perut sampai kejang perut, torgor kulit menurun, demam dan diare terjadi renjatan
hipovolemik.Tes diagnostik sangat diperlukan untuk pengkajian penyakit diare
Dasar pengobatan diare adalah :
1.Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
2.Dietetik.
3.Obat-obatan
Pemberian asuhan keperawatan diperikan untuk penderita diare
2. Saran
Saran dari para pembaca sebagai masukan sangat diperlukan untuk perbaikan bagi
penulis, diharapkan penulis mampu membuat karya tulisanya lagi lebih baik dimasa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ahlquist David A, Camilleri M. Harrisons Principles of Internal Medicine. 15th edition.
Braunwald, Fauci, Kasper et all (Editor). 2001.
2. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai Penerbit UI,
2000.
3. Naskah lengkap penyakit dalam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2007.
4. Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. Dalam buku: Text book of
Gastroenterology, 4th edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams & Wiekeins
Philadelphia. USA. 2003.
5. http://dianhusadadwiyulipamungkas.blogspot.com/p/pengobatan-dan-pencegahan.html

6. http://id.wikipedia.org/wiki/Gastroenteritis#Gejala
7. http://yusufsinaga.wordpress.com/2009/04/29/gastroenteritis-akut/

S-ar putea să vă placă și