Sunteți pe pagina 1din 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal Ginjal Kronik adalah proses kehilangan fungsi ginjal
secara progresif dalam periode beberapa bulan atau beberapa
tahun. Penyakit ini merupakan masalah di bidang nefrologi
dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Gejala-gejala
memburuknya fungsi ginjal tidak spesifik, dan mungkin juga
ditemukan tidak enak badan dan penurunan nafsu makan. GGK
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Dimana secara bertahap terjadi penurunan fungsi ginjal dari
waktu ke waktu dan biasanya menetap pada penderita penyakit
ginjal tahap akhir dan akan terus meningkat jika kita tidak
melakukan pencegahan dan pengelolaan dengan baik. Ada
banyak hal yang menjadi pencetus timbulnya penyakit Gagal
ginjal kronis. Salah satu diantaranya adalah penyakit diabetes
Melitus. Semakin hari angka penderita penyakit GGK terus
meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan keperawatan
untukmengatasi masalah- masalah yang ada.(Baradero,et,al.
2008).
B. TUJUAN PENULISAN
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap penyakit
CKD on HD
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan
dengan CKD ON HD
c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dengan CKD ON
HD
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan dengan
CKD ON HD
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi dan dokumentasi
terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan

C.
a.
b.
c.
d.

METODE PENULISAN
Metode Deskriptif (Study Kasus)
Study Keperawatan
Wawancara dengan Klien dan Keluarga
Dokumentasi Keperawatan

D. RUANG LINGKUP
Asuhan Keperawatan pada Ny. N pada tanggal 6 Juni 2012 di
Ruangan Renal Unit RS PGI CIKINI
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini tersusun sebagai berikut
a. BAB I
: Pendahuluan
b. BAB II
: Tinjauan Teoritis CKD ON HD
c. BAB III
: Format Pengkajian Keperawatan
d. BAB IV
: Pembahasan
e. BAB V
: Penutup

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFISINI
Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah).Penyakit Ginjal Kronik
dinyatakan juga sebagai suatu proses patofisiologi dengan
etiologi yang beragam mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
Selanjutnya, gagal ginjal ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang irreversible pada suatu derajat yang memerlukan terapi

pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi


ginjal.
(Brunner &
Suddarth,2002;Soeparman,1998;Sudoyo.W.Aru.et,al.2003;Doeng
es Marilynn,E.1999).
B.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

ETIOLOGI
Etiologi gagal ginjal kronik menurut Brunner dan Suddarth,
(2002).
Glomerulonefritis kronik
Nefropati diabetik
Nefrosklerosis hipertensi
Penyakit ginjal polikistik
Preparat toksik
Pielonefritis kronis dan nefritis interstial
Preparat lingkungan dan okupasi :timah,kadmium,merkuri,dan
kromium.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal menurut Sarwono,(1996).
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 %
75 %).
Pada stadium ini kadar kreatinin serum dan kadar BUN
normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : Insufisiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % 50 %).
Pada tahap ini, dimana lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak, GFR besarnya 25% dari normal, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) dan kreatinin serum meningkat. Gejala-gejala
nokturia dan poliuria mulai timbul.
- Stadium 3 : Gagal ginjal stadium akhir atau uremia (faal ginjal
kurang dari 10 %).
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak,
atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh, nilai
GFR hanya 10% dari keadaan normal, kreatinin dan BUN
meningkat. Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup
lagi untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit
dalam tubuh, yaitu : oliguria karena kegagalan glomerulus,
sindrom uremik.

Secara laboratorik CKD dinilai dari tes klirens kreatinin (TKK).


Nilai tes klirens kreatinin dianggap mendekati Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG).
Klasifikasi CKD di lihat dari penurunan fungsi GFR :
Stadiu
m

Diskripsi

Gangguan fungsi ginjal dengan GFR normal atau > 90 ml/men


meningkat

Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan GFR

60-89 ml/men

Penurunan sedang GFR

30-59 ml/men

Penurunan berat GFR

15-29 ml/men

Gagal ginjal

< 15 ml/men

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Anatomi fisiologi gagal ginjal kronik menurut Ns. Tarwoto,
Skep,et,al. (2009).
1. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ retroperitoneal yang
integral dengan homeostasis tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan
fisika
dan
kimia.(Klien
Gangguan
Ginjal,2008;1).Organ yang berbentuk seperti kacang berwarna
merah tua, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri

GFR

a.

b.
2.
a.
b.
-

karena tertekan ke bawah oleh hati. Pada orang dewasa ginjal


panjangnya 12-13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120-150
gram.
Struktur anatomi ginjal
Ginjal orang dewasa panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm,
dan beratnya antara 120-150 gram. 95 % orang dewasa memiliki
jarak antara kutub ginjal 11-15 cm. perbedaan panjang dari
kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk ginjal
merupakan tanda yang penting karena kebanyakan penyakit
ginjal dimanifestasikan dengan perubahan strktur.
Struktur mikroskopi ginjal
Nefron
Korpuskulus ginjal
Apparatus jukstaglomerulus
System rennin-angiotensin
Fisiologi Dasar Ginjal
Fungsi ekskresi
Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mili oSmol
Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam
rentang normal.
Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4
Mengekskresikan urea, asam urat dan kreatinin
Fungsi non ekskresi
Menghasilkan rennin, penting untuk pengaturan tekanan darah.
Menghasilkan eritropoetin, faktor dalam stimulasi produksi sel
darah merah oleh sumsum tulang.
Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
Degradasi insulin
Menghasilkan prostaglandin.

Diagram

sebuah Nefron yang memperlihatkan struktur Glomerulus dan


Tubulus

Brunner and Suddarth,(2002)

E.

FAKTOR-FAKTOR
KRONIK

YANG

MEMPERBERAT

GAGAL

GINJAL

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Infeksi traktus urinarius


Obstruksi trajtus urinarius
Hipertensi
Gangguan perfusi/gagal aliran darah ginjal
Gangguan elektrolit
Pemakaian obat-obat nefrotoksik

F.

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi gagal ginjal kronik menurut Sarwono, (1996).
1. Sistem Kardiovaskuler ; Hipertensi,Pitting edema (kaki, tangan,
sakrum),Edema periorbital,Friction rub perikardial, Pembesaran
vena leher.
2. Sistem Integumen ; Warna kulit abu-abu mengkilat, Kulit kering
(bersisik),Pruritus,Ekimosis,Kuku tipis dan rapuh,Rambut tipis dan
kasar.
3. Sistem Pulmonar ; Krekels,Sputum kental dan liat,Napas dangkal,
Pernapasan kussmaul,Overload efusi pleura.
4.
Sistem Gastrointestinal ; Napas bau amonia,Ulserasi dan
perdarahan pada mulut,Anoreksia, mual dan muntah,Konstipasi
dan diare,Perdarahan dari saluran GI.
5. Sistem
Neurologi
;
Kelemahan
dan
keletihan,Konfusi,Disorientasi, Kebas, Kejang, Kelemahan pada
tungkai,Rasa panas pada telapak kaki, Perubahan perilaku.
6. Sistem Muskuloskeletal ;Kram otot,Kekuatan otot hilang,Fraktur
tulang, Foot drop.
7. Sistem Reproduksi ;Amenore dan atrofi testikuler.
8. Sistem Hematologi ; Anemia
G. PATOFISOLOGI
Patofisiologi gagal ginjal kronik yg disebabkan penyakit
hipertensi menurut Sudoyo. W. Aru,et,al. (2006).Dengan bagan
halaman berikutnya.
Patofisiologi GGK
Hipertensi

Pe tekanan hidrostatik darah

Pe perfusi ginjal

Perubahan & atau gangguan filtrasi glomerulus


Pengurangan massa ginjal

Hipertrofi struktural dan fungsional


Nefron yang masih tersisa

Hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan


aliran darah glomerulus (proses adoptasi berlangsung singkat)

Sklerosis nefron yang tersisa

Penurunan fungsi nefron yang progresif

.5
L
F
G
1
0
%

.4
LF
G
30
%

.3
LF
G
30
%

.2
Te
rja
di

ka
da
r
ur

Terjadi kehilangan daya cadang ginjal .1

ea
da
n
kr
ea
tin
in
se
ru
m
Terja
di
gejal
a
dan
kom
plika
si
yang
seriu
s Uremi
a

Noktu
)
ria, LFG 6
%0
anemi badan
(a lemah
,
,TD
mual,
gangg nafsu
uan maka
n ,
metab
olism penur
una
e
BB
fosfor
&
kalsiu
.m dll

Belum
meras
akan
keluha
n

LFG masih
normal atau meningkat

Gagal Ginjal
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urine
a. Volume ;Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau
urine tidak ada (anuria).
b. Warna ;Urine keruh, mungkin di sebabkan oleh pus, bakteri,
lemak.
c. Berat jenis ;Kurang dari 1,015
d. Osmolaritas ;Kurang dari 350 moSm/kg menunjukkan kerusakan
tubular.
e. Klirens kreatinin ;Menurun.
f. Natrium ; >40 mEq/L
g. Protein ;Derajat tinggi proteinuria (3-4 +)
2. Darah
BUN/Kreatinin,Hitung darah lengkap,SDM,Na Serum, Kalium,
Magnesium, Kalsium,Protein.
3. Osmolaritas serum
4. Peilogram retrograid
5. USG Ginjal.
I.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
gagal
ginjal
kronik
meliputi
penatalaksanaan konservatif, transplantasi ginjal,dan dialisis.
Dialisis dibagi menjadi dua jenis yaitu peritoneal dialisis dan
hemodialisis,namun dalam kasus ini akan dibahas secara lebih
mendalam hemodialisis.
1. Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan konservatif GGK bermanfaat bila faal ginjal
masih pada tahap insufisiensi ginjal dan gagal ginjal kronik, yaitu
faal ginjal berkisar antara 10-50 % atau nilai kreatinin serum 2
mg % - 10 mg %. a).Cairan,b).Pembatasan natrium,c).Obat anti
hipertensi,d).Anemia,e).Hiperkalemia,f).Asidosis
metabolik,g).Dosis
obat,h).Preservatif
vena,
i).Persiapan
psikologis, j).Gangguan neuromuskular, k). DM, l).Anestesi,

m).Diit ; Diit rendah protein,Asam


bertahap yaitu kalori, KH dan lemak.

amino

esensial,Protein

2. Hemodialisa
Hemodialisis merupakan pengalihan darah pasien dari
tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan
ultrafiltrasi kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh
pasien.Hemodialisis suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka
pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien
dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal
disease (ESRD) yang memerlukan terapi panjang atau permanen.
(Klien Gangguan Ginjal.2008;136).
Tujuan :
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat
nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air
yang berlebihan.
Prinsip dasar Hemodialisis :
1. Difusi
Merupakan pengeluaran zat limbah dan toksin dari dalam darah
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi
tinggi ke cairan dengan konsentrasi yang lebih rendah.
2. Osmosis
Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
osmosis.
Pengeluaran
air
dapat
dikendalikan
dengan
menciptakan gradient tekanan, dimana air bergerak dari daerah
dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan
yang lebih rendah (cairan dialisat)
3. Ultrafiltrasi
Merupakan peningkatan gradient melalui penambahan tekanan
negatif pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan pada alat
ini sebagai kekuatan penghisapan pada membran dan
memfasilitasi pengeluaran air.
Indikasi dilakukan hemodialisis bila terdapat :
Kegagalan ginjal mendadak (Akut renal failure : ARF)
Kegagalan ginjal menahun (Chronic renal failure : CRF)
Dialisis preparatif/profilaktif
Misalnya
:
intoksikasi,
juga
pada
penderita
psosiais, schtricophremia.

1)

2)
3)
4)
5)
6)
7)

1.

2.

3.

Kontra indikasi hemodialisis :


Umur : dulu ditetapkan usia maksimum adalah 50 tahun, tetapi
belakangan ini batas tersebut sudah dinaikkan. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya tenologi HD dan bertambahnya
pengalaman-pengalaman.
Adanya penyakit-penyakit di luar ginjal yang tidak dapat
disembuhkan misalnya : keganasan.
Adanya penyakit kardiovaskular yang berat, misalnya : adanya
infark dan lainnya.
Keadaan umum yang terlalu buruk.
Sirkulasi pada haemodilisis
Extra coly oreal blood carculation untuk sekali pakai.
Dialysat circulation, Dialisat terbentuk dari 2 bahan : cairan
dialisat pekat dan air.
Akses pada sirkulasi darah pasien :
Kateter subklavikula dan femoralis
Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis
darurat dicapai melalui kateterisasi subklavia untuk pemakaian
sementara. Kateter femoralis dapat dimasukkan ke dalam
pembuluh darah femoralis untuk pemakaian segera dan
sementara.
Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan
(biasanya dilakukan pada lengan bawah) dengan cara
menghubungkan atau menyambung (anastomosis) pembuluh
arteri dengan vena secara side-to-side (dihubungkan antara
ujung dan sisi pembuluh darah). Jarum ditusukkan ke dalam
pembuluih darah agar cukup banyak aliran darah yang akan
mengalir melalui dialiser.
Segmen-arteri fistula digunakan untuk aliran darah arteri dan
segmen-vena fistula digunakan untuk memasukkan kembali
(reinfus) darah yang sudah dialysis.
Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum
dialysis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit
sepotong pembuluh arteri atau vena pasien sendiri.
Terdapat 2 (dua) tipe dasar dialyzer yaitu :
a. Parallel plate dialyzer

Darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan


dialysis dapat mengalir dalam arah yang sama, seperti darah,
atau dengan arah berlawanan.
b. Hollow fiber atau Capillary dialyzer
Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil dan
cairan dialysis membasahi bagian luarnya. Aliran cairan dialysis
berlawanan dengan arah aliran darah.
Satu system dialysis terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah
dan satu lagi untuk cairan dialysis. Bila system ini bekerja, darah
mengalir dari penderita melalui tabung plastic (jalur arteri),
melalui dialyzer hollow fiber dan kembali ke penderita melalui
jalur vena. Dialisat kemudian dimasukkan ke dalam dialyzer,
dimana cairan akan mengalir diluar serabut berongga sebelum
keluar melalui drainase. Komposisi cairan dialysis diatur
sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah
normal, dan sedikit dimodifkan agar dapat memperbaiki
gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal
ginjal. unsur-unsur yang umum terdiri dari Na +, K+, Ca++, Mg++,
Cl, asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat
dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam cairan
dialysis karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam cairan
dialysis. Natrium asetat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam
cairan dialysis akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan
penambahan asetat adalah untuk mengoreksi asidosis penderita
uremia. Asetat dimetabolisme menjadi bikarbonat. Glukosa
dalam konsentrasi yang rendah (200 mg/100 ml) ditambahkan
untuk mencegah difusi glukosa yang dapat menyebabkan
kehilangan kalori. Heparin secara terus-menerus dimasukkan
pada jalur arteri melalui infuse lambat untuk mencegah
pembekuan. Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan
hemodialisa adalah tiga kali seminggu, dengan setiap kali
hemodialisa 3 sampai 5 jam.

1.
2.
3.
4.

Penkes pada pasien hemodialisa


Hal-hal penting dalam program pendidikan bagi pasien
hemodialisa mencakup :
Alasan rasional dan tujuan terapi dialysis
Hubungan antara obat-obat yang diresepkan dan didialisis
Efek samping obat dan pedoman kapan harus memberikan obat
tersebut
Perawatan akses vaskuler

5.
6.

Dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan.


Pedoman pencegahan dan penatalaksanaan berlebihan volume
cairan.
7. Strategi
untuk
pendeteksian,
penatalaksanaan
dan
pengurangan gejala pruritus, neuropati serta gejala-gejala
lainnya.
8. Piatalaksanaan komplikasi dialysis yang lain dan efek samping
terapi (dialysis, pembatasan diet, dan obat-obatan).
9. Strategi untuk menangani dan mengurangi kecemasan serta
ketergantungan pasien sendiri dan anggota keluarga mereka.
10. Penganturan
finansial
untuk
dialysis;
strategi
untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan sumber-sumber finansial.
11. Strategi untuk mempertahankan kemandirian dan mengatasi
kecemasan anggota keluarga.
J. KOMPLIKASI
1. Jantung ; Edema paru,Eritomia,Efusi pericardium.
2. Gangguan elektrolit ; Hiperkalemia,Hiponatremia,Asidosis.
3. Neurologi ; Iritabilitas neuromuscular,Tremor,Koma,Gangguan
kesadaran,Kejang.
4. Gastrointestinal
;
Nausea,Muntah,Gastritis,Ulkus
peptikum,Perdarahan,GI.
5. Hematologi ; Anemia
6. Infeksi ; Pneumonia,Septicemia,Infeksi nasokomial.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; palpasi; nyeri dada
(angina).
Tanda : Hipertensi; nadi kuat, edema jaringan dan pitting; disritmia
jantung; fiction sub perikardial (respon terhadap akumulasi sisa);

pucat;
kulit
coklat
kehijauan,
kuning;
kecenderungan
perdarahan.
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tidak
ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguri atau anuria; distensi
abdomen atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat), oliguri,
atau anuria.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah, rasa bau
amoniak.
Tanda : Distensi abdomen (asites), pembesaran hati (hematomegali);
perubahan turgor kulit, lembab, edema, ulserasi gusi, perdarahan
gusi atau lidah, penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak berdaya.
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur
Kram otot (kejang), rasa terbakar pada telapak kaki.
Kesemutan dan kelemahan, khususunya ekstremitas bawah
(neuropati perifer)
Tanda : Gangguan status mental
Tanda chuostek dan trauseau positif
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki.
Tanda : Perilaku berhati-hati (distraksi), gelisah.
8. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, noktural paroxysmal dispnea, batuk dengan
atau tanpa sputum kental.

Tanda :

Takipnea, dispnea, peningkatan kusmaul (cepat dan dalam).


Batuk produktif dengan sputum merah mudah dan encer
(edema paru)
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (karena sepsis atau dehidrasi) ptekie,
ekimosis
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido; amenorhea, infertilitas.
11. Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, (misalnya : tak mampu bekerja
ataumempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat : mual, muntah, anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia.
4. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
beban jantung yang meningkat.
C. PERENCANAAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan gastrointestinal (akibat uremia); anoreksia, mual atau
muntah; pembatasan diet.
Tujuan : nutrisi adekuat
Kriteria hasil : - berat badan normal
- edema (-)
- mual dan muntah (-)
Intervensi
1. Awasi konsumsi makanan/cairan dan hitung masukan kalori
perhari
R/ : mengidentifikasi kekekurangan nutrisi/kekurangan terapi
2. Anjurkan pasien mempertahankan masukan makanan harian,
termasuk perkiraan jumlah konsumsi elektrolit dan protein.
R/ : memungkinkan kesempatan untuk memenuhi keinginan individu
dalam pembatasan yang diidentifikasi.
3. Ukur masaa otot melalui lipatan trisep

4.
R/
5.

6.

7.
R/
8.
R/
9.

2.

1.
2.
3.

4.

R/ : mengkaji keadekuatan penggunaan nutrisi


Perhatikan adanya mual dan muntah
: gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah pemasukan.
Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering. Jadwalkan sesuai
kebutuhan dialisis
R/ : porsi kecil dapat meningkatkan masukan, tipe dialisis
mempengaruhi pola makan
Kolaborasi dengan petugas diet
R/ : untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan gizi
pasien.
Kolaborasi pemberian diet tinggi karbohidrat dan pembatasan
natrium/kaliun sesuai indikasi
: memberuikan nutrien cukup memperbaiki dan menjaga
keseimbangan elektrolit
Kolaborasi pemberian multivitamin; asam askorbat, asam folat,
vitamin D, Fe, sesuai indikasi.
: menggantikan kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia
selama dialisis.
Berikan antiemetik misalnya proklorperazin sesuai program.
R/ : menurunkan stimulasi pada pusat muntah.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
insisi bedah dan luka tusuk.
Tujuan :
Kerusakan kulit tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Kulit tetap halus tanpa menjadi kering dan pecah-pecah
- lkus dan lesi tidak terjadi
Intervensi :
Kaji kondisi/keadaan kulit
R/ :Mempengaruhi pilihan intervensi
Pertahankan kebersihan kulit
R/ : Mencegah iritasi kulit.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga akan pentingnya menjaga
kebersihan kulit
R/ :Memberikan pengetahuan meningkatkan perasaan control
atau tanggung jawab akan kebersihan diri.
Anjurkan pasien untuk merawat kulitnya dengan menggunakan
lotion.

R/ : Lotion dapat memberikan kelembapan kulit kering.


3.

Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan penurunan


masukan cairan pola diet; penurunan motilitas usus,
ketidakseimbangan elektrolit : penurunan mobilitas.
Tujuan : tidak terjadi konstipasi
Kriteria hasil : - masukan cairan adekuat
- elektrolit seimbang
- pola diet efektif
Intervensi
1. Auskultasi bising usus. Perhatikan konsistensi dan frekuensi
defekasi, adanya distensi abdomen.
R/ : penurunan bising usus, feses keras, memerlukan intervensi
2. Tambahkan buah segar, sayur dan diet tinggi serat bila diindikasi
R/ : memberikan bulk yang dapat memperbaiki konsistensi feses
3. Dorong atau bantu dalam ambulasi bila mampu
R/ : aktivitas dapat merangsang peristaltik
4. Kolaborasi pemberian pelunak feses
R/ : menghasilkan pelunak feses sehingga lebih mudah
dikeluarkan
5. Berikan privasi pada saat buang air besar
R/:meningkatkan kenyamanan psikologis
4.

Resiko
gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
Tujuan :
Setelah 1 hari perawatan (1 kali hemodialisa) Tidak terjadi
kelebihan atau kekurangan volume cairan dan elektrolit.

Kriteria hasil :

Cairan dan elektrolit dalam batas normal

Sesak, edema, ronchi dan efusi pleura tidak ada.

Elektrolit, albumin dan TTV dalam batas normal.

TD: 120/80 mmHg

S : 36- 37 0C

N : 60- 80 x/mnt

P : 18- 20 x/mnt

Intake dan output cairan sesuai dengan yang di harapkan


Intervensi :
1. Kaji status cairan.

2.

3.

4.

5.
6.

R/ :Keseimbangan cairan positif dengan peningkatan berat badan


menunjukan retensi cairan.
Batasi masukan cairan
R/ :Pembatasan cairan dapat dilanjutkan untuk menurunkan
kelebihan volume cairan.
Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan cairan
R/ :Pengetahuan pasien dan keluarga dapat memotivasi tindakan
yang diberikan.
Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan.
R/ : Keseimbangan masukan dan keluaran cairan menunjukan
kebutuhan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi pemberian cairan IV
R/ : Pemberian cairan mencegah terjadinya kekurangan cairan.
Kolaborasi pemeriksaan lab: BUN,kreatinin,natrium,kalium.
R/ : Hasil pemeriksaan menunjukan tindakan selanjutnya yang
akan dilakukan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Pasien
Umur

:
:

Ny. N
64 tahun

yat penyakit
an utama

Pendidikan
Pekerjaan
Pengkajian
Wib
Nama Mahasiswa

SMA
: Wiraswasta
: Tgl. 06 Juni 2012

Pengkajian diambil
rawat : rawat jalan
Tanggal HD
merawat : PDGH
HD
ke
Medis : CKD on HD
HD I

Pkl. 09.00

Evi Kristianti

dari : Pasien

dan

: 06 Juni 2012
: 348

status

Status
Dokter yang
Diagnosa

: 15 November 2008

RIWAYAT KESEHATAN
: Pasien mengalami gagal ginjal sejak 4 tahun yang lalu.
: Pasien mengeluh pusing, berat badan naik dengan tidak
terkontrol.
Pernah dirawat

: Ya, 4 tahun yang lalu


Alasan : penyakit CKD on HD

Penyakit dahulu
lalu
Riwayat alergi

: Hipertensi sejak 10 tahun yang


: Tidak ada

PERNAPASAN
Pola napas
Sesak napas

: Teratur
: Tidak

PERSYARAFAN DAN PENGINDRA


Kepala dan Muka
: Tidak ada kelainan
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: Eye : 5
Motorik : 6
5
Total : 15
Istirahat/tidur
: Tidak ada kelainan
Penglihatan/Mata
Pupil
Seclera
Konjungtiva

: Isokor
: Unikterik
: Tidak anemis

Hidung
Gangguan penciuman

: Tidak ada kelainan


: Tidak ada kelainan

PERKEMIHAN
Urine

: Frekuensi
Warna
Bau
Jumah

: 2 x/hari
: Kuning
: Khas
: + 100 cc/hari

PENCERNAAN
Berat
badan
kg
Penambahan : 2,1 kg
Minum
: 600 cc/24 jam
MULUT DAN TENGGOROKAN
Mulut
: Bau keton
KARDIOVASKULER
Irama jantung
Nyeri dada

: Reguler
: Tidak

MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN


Kemampuan pergerakan
: Bebas

Verbal :

: 50,86

Hemiparese / Hemiplegia
Parestesia / Baal
Kekuatan otot

: Tidak
: Tidak
: Tidak ada Kelainan

KULIT
Warna
Turgor
Odem

: Tidak ada kelainan


: sedang
: Tidak ada

ENDOKRIN
Pembesaran Tyroid
Hiperglikemia
Hipoglikemia
Luka gangrene

: Tidak ada
: Ada
: Tidak ada
: Tidak ada

PERSONAL HIGIENE

: Mandiri

PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Riwayat spiritual
: Menjalankan ibadah dan berdoa
Keadaan emosi
: Stabil
Hubungan dengan keluarga : Akrab

DAFTAR PUSTAKA
Baradero,M,et,al.Klien Gangguan Ginjal.(2008).Jakarta :EGC.
Doenges, Marilynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Terjemahan dari Nursing Care Plans,
Guideline For Planning and Documenting Patient Care. (1993).
Alih bahasa. I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC.
Ns. Tarwoto, Skep,et,al. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan.Jakarta: Trans Info Media.

Sarwono,(1996). Buku Ajar Ilmu Dalam.Jakarta: FKUI.


Smeltzer,S,C (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Edisi 8. vol. Terjemahan dari Brunner
dan Suddarths Textbook of Medikal Surgical Nursing. Alih Bahasa
: Agung Waluyo. Jakarta : EGC.
Sudoyo. W. Aru,et,al.
Dalam.Jakarta. FKUI.

(2006). Buku

Ajar

Ilmu

Penyakit

Suharyanto,Toto,et,al.(2009).Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta:Trans Info
Media.

RESUME KEPERWATAN GAWAT DARURAT


PADA TN N 47 TAHUN DENGAN KASUS GAGAL GINJAL
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KEBUMEN
Nama Pengkaji : Windra Bangun S
A. Pengkajian
Tanggal
: 22 april 2013
Hari
: Senin
Jam
: 07.30
1.

2.
1.

2.

3.

4.

Identitas Klien
Nama
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Suku bangsa
Alamat
Agama
Diagnosa medis

: Tn N
: 47 tahun
: Laki - laki
: SMA
: Jawa / indonesia
: tanah sari
: islam
: CKD

Pengkajian Primer
Airway
Pasien penurunan kesadaran, sulit bernafas, nampak sesak, ada sedikit secret,
tidak ada muntahan di rongga mulut, terdengar adanya bunyi aliran udara
pernafasan, bunyi auskultasi paru ronkhi, terasa adanya aliran udara pernafasan
Breathing
Istri klien mengatakan tidak ada trauma abdomen dan tidak ada trauma dada.
Do.
RR 50 x per menit
Udara terasa berhembus
Perkembangan dada seimbang
Ada retraksi dinding dada
Perkembangan dinding dada cepat
Circulation
Istri klen mengatakan tanggal 22 april 2013, hari ini pukul 05.00 pasinya muntah
3 kali, riwayat HD 1 bulan yang lalu
Do .
KU lemah
Nadi 120x permenit, TD 260/160
Akral dingin warna kulit pucat, piting edema 2mm
Nadi terasa lemah dan cepat
Tidak ada indikasi pendarahan
Disability

5.

3.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1)

2)

Istri Klien mengatakan Tn N tidak memiliki riwayat trauma kepala, terkadang


mengeluh pusing jika terlalu capek saat dirumah
Do.
Ku lemah, kesadaran Sopor, GCS E 2 M 1 V 1
A : klien kesadaran sopor
V : tidak ada respon suara
P : respon nyeri tidak ada
Reflek cahaya pupil ada
Eksposure
DO :
klien memakai kaos oblong, clana panjang
tidak ada luka ditubuh klien
Tidak ada indikasi pendarahan
Suhu 35, 5 C
Pengkajian Sekunder
TTV
TD 260/160
N 140x permenit
S 35, 5
RR 50x permenit
Pemeriksaan Fisik
Kepala
bentuk bulat, rambut hitam ,sedikit beruban, tidak ada luka, tidak ada kerontokan
Mata
Mata selalu menutup, berkedip kedip tidak sadar saat bernafas, konjungtiva
anemis, sclera bening, pupil simetris, reflek cahaya tidak berespon.
Hidung
Tidak ada secret yang mengganggu, bersih, ada cuping hidung
Telinga
Simetris, bersih, tidak terlihat adanya benjolan
Mulut
Klien tidak memakai gigi palsu, tidak ada pendarahan atau muntahan di rongga
nafas, mukosa bibir anemis
Leher
Tidak ada pembesaran tiroid , tidak ada pembesaran kelenjar limfoid, tidak ada
peningkatan JVP
Dada
Paru paru
I : nampak tidak ada lesi
P . nafas
P : retraksi dinding dada, perkembangan dada seimbang
A : bunyi nafas paru
Jantung
I : dada simetris

A : S1 S2 takikardi
P : nadi perifer teraba lebih jelas
P : redup
h. Abdomen
I
: datar
A
: bising usus 12 x per menit
P
: timpani
P
: tidak ada masa abnormal dalam tubuh
i. Ekstremitas
Ektremitas atas dan bawah tidak ada kelemahan, adanya pitting edema pada
ekstremitas bawah 2mm
j. Genetalia
Tidak ada hernia scrotalis, testis lengkap
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan sementara cito didapatkan data :
Creatinin
: 122, 9
WBC
: 17, 74
HGB
: 9,8
b. Radiologi
Hasil belum dibacakan
c. EKG : sinus takikardi
5. Terapy
Transfusi set dengan RL 12 tpm
Pukul 07.45 mendapat diazepam
Pukul 08.00 ektra lasix 1 ampul
Pukul 08.30 injeksi lasix1 ampul
Terpasang dc no 16 dengan urine tampung 200cc
B.

Analisa data
No Data

Problem
Ds. Bersihan jalan nafas
Istri klien mengatakan tn N tidak efektif
pukul 05.00 kejang dan sesak
nafas

Do.
Ku lemah
Nampak sulit bernafas
Auskultasi paru ronkhi
Nafas spontan RR 50 x permenit
Terdapat retraksi dinding dada
Terdapat otot bantu pernafasan
saat bernafas

etiologi
Obstruksi jalan nafas
dan produksi secret

Perkembangan dada cepat


CRT> 2 detik
Terpasang kanul O2 4lpm

Ds. Kelebihan volume


Istri klien mengatakan klien cairan
pernah diperiksa di dokter
spesialis dalam 1 tahun lalu dan
didiagnosa gagal ginjal dan
riwayat HD terakhir 1 bulan
yang lalu

Gangguan mekanisme
pengaturan

Do.
Ku lemah
Nadi 120x per menit
TD 260/160 mm hg
Akral dingin pucat
Pitting edema 2mm
Nadi cepat
Auskultasi paru ronkhi
Creatinin 122, 9
C. Intervensi
No tanggal
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1
22.4.2013 NOC
NIC
1. Respiratory
status
:
Airway Management
ventilation
Pantau Ku pasien
2. Respiratory status : airway
R/ mendapat data masalah
patency
Buka jalan nafas, look, listen n feel
3. aspiration control
R/ Mengetahui apakah jalan nafasnya
setelah dilakukan tindakan
terganggu
keperawatan segera, pasien Kelola oksigenasi sesuai advice dokter
menunjukan keefektifan
Airway Suctioning
jalan nafas
Pastikan kebutuhan suction
Kriteria Hasil :
R/ memonitor kebutuhan
Bernafas dengan mudah
Monitor status oksgenasi
Suara nafas bersih
R/ mengetahui kebutuhan o2 pasien
Tidak ada sianosis
bradikardi hentikan dulu jangan di
Frekuensi nafas dalam
suction
rentan normal
R/ agar tidak membahayakan pasien
Tidak muncul otot bantu
nafas saat bernafas

D. Implementasi
Waktu

NOC
NIC
1. Electrolit and Acid base
Fluid Management
balance
Memantau keadaan umum klien
2. Fluid balance
R/ mengetahui masalah
3. Hidration Monitor status hidrasi, mukosa, tekanan
Tujuan :
darah dan laborat
Setelah dilakukan tindakan
R/ Melihat penyebab edema
keperawatan segera,
Pasang Dc sesuai ukuran
kelebihan volume cairan
R/ Memudahkan eliminasi dan balance
teratasi.
cairan
Kriteria Hasil : Berikan diuretik sesuai advice dokter
Nadi perifer teraba jelas
R/ mengurangi cairan berlebih
JVP tidak nampak
Intake dan output
NIC
seimbang
Fluid Monitoring
Tidak ada edema perifer
Monitor mukosa, turgor kulit, crt
tidak haus abnormal
R/ mengetahui status pasien terhadap
Tidak ada sunken eyes
cairan
monitor input dan output cairan
R/ sebagai balance cairan

No
Dx

07.20

implementasi

Respon

Menerima pasien dan mengantar pasien


masuk IGD

Masuk dibawa
brankart, KU
lemah
Pasien kejang,
tidak sadar dan
Keadaan Umum
lemah
Pasien semifowler
Canul O2 4lpm

07.25

1,2

Menanyakan kejadian pada keluarga dan


pantau Keadaan Umum klien

07.25
07.26

1
1

Memposisikan semifowler
Memberikan bantuan oksigenasi

07.27

Mengkaji jalan nafas, look, listen, feel

Nampak sesak,
sedikit secret
dimulut, terasa
hembusan nafas

07.28

Mengkaji pola nafas

Spontan RR 50x
permenit, ada

Ttd

07.29

1,2

Mengukur TTV

07.40

1,2

Memasang iv cateter sesuai advice dokter

07.45

1,2

Memberikan injeksi diazepam

07.47

Mengkaji sirkulasi tubuh

07.48

Memasang DC dan urine bag

08.00

Memberikan injeksi lasix

08.05

1,2 Mengeksposure pasien

08.10

1,2 Mengkur TTV kembali

08.20
08.30

1,2 Memasang NGT


2 Memberikan injeksi ektra lasix kembali

08.35
08.36
08.48

1,2
1
1,2

09.10

09.20
09.35
09.45
09.50
09.52

retraksi dinding
dada
TD 260/160
S : 35,5 C
N :120 x/menit
Transfusi set RL 20
tpm
Diazepam 10 mg
masuk
Akral dingin,
pucat, nadi lemah,
pitting edema 2mm
Dc terpasang
nomor 16
Lasix 1 ampul
masuk
Tidak ada luka lain
diseluruh tubuh
TD : 210/120
N 105 x/menit
RR 55 x/menit
S : 35,9

NGT terpasang
Lasix 1 ampul
masuk
Mengawasi keadaan pasien
Pasien sopor
Mengukur listrik jantung pasien
EKG s1s2 takikardi
Mengambil hasil sample darah di laborat
Creatinin 122,9
Wbc 17,74
Hb 9,8
Melaporkan segala keadaan pada dokter
Laporan diterima
jaga
Mengawasi keadaan pasien
Merencanakan pengiriman ke icu
ICU siap
Menyiapkan dokumentasi dan kelengkapan
Dokumentasi siap
Memeriksakan foto thorax ke radiologi
Mengantar pasien ke icu
Melakukan timbang terima dengan perawat
Timbang terima
jaga
selesai

10.06
10.07
10.11

Membawa brankart dan kelengkapan


kembalike IGD
Membersihkan brankart
Memposisikan brankart siaga di depan
IGD

Brankart bersih

E. Evaluasi
Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan nafas
efektif

Evaluasi
tidak

Ttd
S :O:

A. Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif


belum teratasi
P. lanjutkan intervensi
Monitor status pernafasan klien
Pantau bersihan jalan nafas
Rencanakan pemakaian sungkup
Rencanakan pemakaian mayo
Pasang oksimetri
Kelebihan
volume
cairan
berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan

S:O:
Ku lemah
Kesadaran sopor
N 105x/menit
TD 210/120
RR 55x / menit
Terpasang DC no 16
Akral dingin, CRT >2 detik, nadi cepat, piting

edema 2, lasixmasuk
A. Masalah kelebihan volume cairan belum
teratasi
P. Lanjutkan intervensi
Kelola terapi farmakologis sesuai advice
Monitor intake dan output
Monitor balance cairan
Konsulkan spesialis dalam

Rencana tindak lanjut


Keperawatan
Monitor status pernafasan klien
Pantau bersihan jalan nafas
Rencanakan pemakaian sungkup
Rencanakan pemakaian mayo
Pasang oksimetri
Kelola terapi farmakologis sesuai
advice
Monitor intake dan output
Monitor balance cairan
Konsulkan spesialis dalam

Kolaboratif
Kolaboratif rencana pengiriman ICU
Konsulkan spesialis dalam

S-ar putea să vă placă și