Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
Andi Putra Erianto
(1408011)
Aries Sugianto
(1408014)
Bayu D. Pratama
(1408017)
Nani S. Iryani
(1408099)
Rinawati
(1408121)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di
suatu negara. Angka kematian Maternal dan Neonatal masih tinggi, salah
satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas
kepada masyarakat yang belum terlaksana. Saat ini angka kematian
perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup.
Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain
penyakit dan semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik
langsung maupun tidak langsung. Faktor yang berhubungan langsung pada
bayi baru lahir adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat beresiko tinggi
pada bayi, oleh karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat
sehingga angka kematian dan kesakitan dapat diturunkan.
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir
menderita
ikterus
pada
minggu
pertama.
Angka
kejadian
menunnjukkan
kemungkinan
adannya
ikterus
patologis
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hiperbilirubin.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu
hiperbilirubin
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan pada klien
hiperbilirubin
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien
hiperbilirubin
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
hiperbilirubin
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien hiperbilirubin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl,
bilirubin direk 0 0,2 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. Pada bayi prematur kadar
billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
B. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
f. Kern Ikterus
Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada
otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus,
Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
D. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20
mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah
melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah,
dan hipoksia.
E. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala yang pada penderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2.
3.
infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke
4.
5.
seperti dempul
6.
Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7.
Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8.
Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9.
Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
F. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking
G. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang
mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik
pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine
dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto
terapi.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih
dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.
I. Pengkajian Fokus
1. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan
Rh atau golongan darah A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma,
gangguan
menderita DM.
2. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.
3. Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan.
4. Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit
bayi tampak kuning.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
PATHWAYS
Eritrosit
Hemoglobin
HEM
Besi/Fe
Globin
Biliruin Indirek
(tidak larut air)
Melalui hati
Bilirubin berikatan dengan glukoronat/ gula residu bilirubin direk
(larut dalam air)
Indikasi fototerapi
Gangguan
integritas kulit
Diare
Kekurangan
volume cairan
Hipertermi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA BAYI
Nama bayi
: By. M.S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir/usia
Tanggal masuk
: 9 Desember 2015
Alamat
: Tn.S/ Ny.M
: Swasta/-
Usia ayah/ibu
: 35/31 tahun
Diagnosa medis
: Hiperbilirubinemia
B. RIWAYAT BAYI
Apgar score
:-
Usia gestasi
: 38 minggu
Berat badan
: 4000 gram
panjang badan : 58 CM
Tidak ada komplikasi dalam persalinan, antara lain aspirasi mekonium, denyut
jantung janin abnormal, tidak terjadi prolaps tali pusat/lilitan tali pusat, dan tidak
tejadi ketuban pecah dini.
C. RIWAYAT IBU
Usia
31
1.
Jenis Persalinan
Gravida
1
Partus
1
Abnormal
0
Persalian spontan, tidak ada komplikasi kehamilan serta tdak ada ruptur
2.
2. Tonus/aktivitas
Tonus otot :aktif dan klien menagis keras
3. Kepala/leher
a. Inspeksi
: Rambut hitam, distribusi rambut rata, rambut
bersih, sutura sagita tepat.
b. Palpasi
: Tidak ada benjolan maupun luka, Fontanel anterior
lunak, gambaran wajah simetris.
4. Mata
a. Inspeksi
:Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada lingkar
gelap pada daerah orbitapal pebra mata, konjungtiva tidak anemis,
sklera ikterik, pupil isokor pupil kanan 2 mm kiri 2 mm, lensa
jernih.
b. Palpasi
5. Hidung
a. Inspeksi
8. Toraks
Inspeksi
:Dada
kanan
dan
kiri
simetris,
tidak
ada
hiper/
sinistra.
11. Ekstremitas
Inspeksi :
a. Ekstremitas Atas : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi,
capilary refill < 3 detik,
b. Ekstremitas Bawah : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi,
tidak tampak edema, tidak tampak ada luka.
12. Umbilikus
Inspeksi :Normal, kering, dan tidak ada inflamasi.
13. Genital
Inspeksi : Laki-laki normal, penis berlubang, testis turun, rugae
jelas
14. Anus
Inspeksi : Paten , berlubang.
15. Kulit
Inspeksi : Warna kulit jaundice, turgor elastis dan kulit teraba
hangat.
16. Suhu
a. Lingkungan
Boks fototerapi
B. RIWAYAT SOSIAL
a. Struktur Keluarga (Genogram Tiga Generasi)
X
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
X
: meninggal
.........
: tinggal serumah
: pasien
b. Antisipasi VS pengalaman nyata kelahiran : Ibu klien
mengatakan ini kelahiran anak pertama dengan kondisi nya
sekarang sudah membaik dan sering menemani di ruangan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Riwayat persalinan
Pervaginam
Riwayat imunisasi
BCG, HB1
al
Indikasi
Diagnostik/laboratorium
pemer
dan tujuan
Hasil
Nilai
normal
Bilirubin total
iksaan
9 Jan Untuk
17,14 mg/dl
Bilirubin direk
2015
mengetahu
0,31 mg/dl
0-0,2
i bilirubin
16,83 mg/dl
0-10
Bilirubin indirek
Bilirubin total
10 Jan Untuk
6,24 mg/dl
Bilirubin direk
2015
0,25 mg/dl
Bilirubin indirek
mengetahu
i bilirubin
5,99 mg/dl
Analisa
High
High
0-0,2
0-10
E. ANALISA DATA
N
o
1.
Problem
Etiologi
Peningkatan kadar
Kondisi
kekuningan
Do : ikterus, jaundice disekitar
fisiologis/patologis
Resiko perubahan
Efek samping
suhu tubuh:
fototerapi
17,14 mg/dl
Ds :Do:
Mendapatkan terapi fototerapy
Bayi mendapat ASI dan PASI
S:36,7oc
Hipertermi
3.
Ds: Do :
Dalam boks terbuka, difototerapi
Jaundice
BAB dan BAK menggunakan
pempers
Resiko gangguan
integritas kulit
Efek samping
fototerapi
Tgl/jam
Diagnosa keperawatan
ditemukan
9 Jan 2015 /
Peningkatan kadar
11.30
2.
fisiologis/patologis.
10 Jan 2015/
14.00
3.
10 Jan
2015/14.00
fototerapi
Resiko gangguan
integritas kulit b/d efek
samping fototerapi
paraf
tgl/jam
teratasi
paraf
Dx keperawatan
Peningkatan kadar
bilirubin darah b/d
kondisi
fisiologis/patologi
s
Tujuan, kriteria
evaluasi
Tujuan dan
kriteria hasil:
Tidak ada
intervensi
Rasional
keperawatan
tindakan
a.Monitor
tanda- a.Mengetahui
tanda
vital
serum
fisiologis
peningkatan
hiperbilirubinemi
b.Monitor bilirubin
adanya
dengan:
Hasil
peningkatan
menunjukan
Resiko perubahan
suhu tubuh :
klien
b.Untuk megethui
a ditandai
atau
bilirubun
2.
keadaan
normal
Tanda dan
penurunan
hiperbilirubin
c.Monitor bila ada c.Peningkatan
muntah,
kaku
hiperbilirubin
gejala
kuduk
atau
mengakibatka
hiperbilirubi
tremor
adanya
n seperti
gangguan
jaundice dan
pada
ikterik hilang
syaraf
sistem
Hipertermi b/d
efek samping
fototerapi
tanda vital
b.Perhatikan suhu
lingkungan dan
gunakan isolasi
a.Mengetahui
keadaan
fisiologis
klien
b.Suhu
lingkungan
disesuaikan
c.Berikan minum
tambahan
agar
terlalu kontras
c.ASI
3.
tidak
dapat
membantu
penurunan
hiperbilirubin
dan
metabolisme
Resiko terjadi
tubuh
gangguan
bayi
terhadap
terjadinya
efek samping
hipertermi
fototerapi
a. Observasi
a.Perawatan kulit
keadaan
keutuhan kulit
dan warnanya
yang
kurang
dapat
Tujuan dan
meningkatkan
kriteria hasil:
terjadinya
selama dalam
gangguan
perawatan kulit
bayi tidak
mengalami
b.Bersihkan segera
bila bayi BAB
atau BAK
integritas
kulit.
b.Jangan biarkan
gangguan kulit
BAB
atau
BAK
bayi
lembab
pada
pempers,
dapat
c.Gunakan
lotion
pada
daerah
bokong
resiko
gangguan
integritas
terjadi
dan
kulit..
c.Agar
lembab
tidak
tidak
dan
terjadi
iritasi
d.Untuk
kering
kenyamanan
e.Lakukan
alih
dan
baring
dan
pemijatan
keefektifan
higiene bayi
e.Mengurangi
penekanan
pada satu sisi
tubuh
Dx keperawatan
Tgl/ja
m
Implementasi
respon
S:O : Suhu
Peningkatan kadar
36,7oC
bilirubin dalam
darah b/d kondisi
Mengkaji TTV klien
fisiologis/patologis.
S:O:
9 Jan
2015/
.1
Resiko perubahan
11.30-
klienmenan
Melakukan fototerapi gis
sesuai advis dokter
S:O:
klienminu
Memberikan ASI dan
resiko terjadi
mbanyak
gangguan integritas
kulit b/d efek
S:O : Klien
samping fototerapi
BAK dan
BAB
2.
Peningkatan kadar
9 Jan
Mengukur suhuklien
S:O:
paraf
Suhuklien
36,7 oC
Melakukanfototerapis
bilirubin dalam
samping fototerapi
resiko terjadi
diberikan
foto terapi
fisiologis/patologis
resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
S:O : klien
karena
kadar
2015/
bilirubin
171 mg/dl
gangguan integritas
kulit b/d efek
S:O : Klien
BAK dan
samping fototerapi
BAB
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
S:O:
klienminu
mbanyak
3.
9 Jan
resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
2015 /
21.00- Melakukanfototerapis
07.00
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
samping fototerapi
S:O:
Suhuklien
37 oC
S:O:
klienmenan
Menggantipopokklien
gis
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
Melakukanfototerapis
esuaiadvisdokter
Memberikaninjeksise
S:O : Klien
BAK dan
BAB
S:O:
suaiadvisdokter
Menggantipopokklien
Memberikan ASI dan
klienminu
mbanyak
No
1.
Dx keperawatan
Tgl/ja
Peningkatan kadar
m
10 Jan
2015/
b/d kondisi
07.0014.00
fisiologis/patologis.
Implementasi
Mengkaji TTV klien
respon
S:O : Suhu
36oC
Melakukan fototerapi
S: O: klien
diberikan
foto terapi
S:O : klien
menangis
samping fototerapi
keras,reflek
Mengganti popok klien
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek samping
fototerapi
Memberikan ASI
Mengobservasi refleks
bayi
Memonitor suhu tubuh.
hisap baik,
S:
O: Klen
BAB dan
BAK
S:O : klien
minum
Banyak,refle
mengobservasi keadaan
k hisab
baik,aktif, S:
warnanya.
36,7oc
S: O:warna
kulit sudah
tidak
diberi ASI
joundice
Berikan kenyamanan
S:O : bayi
diberikan
ASI oleh
ibunya
S: Bayi
nampak
tenang
Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
Mengganti popok klien
b/d kondisi
fisiologis/patologis
resiko perubahan suhu
S:O : klien
nampak
menangis
saat diganti
10 Jan
samping fototerapi
2015/
14.00-
Berikan kenyamanan
popok
S:O : bayi tidur
21.00
engan tenang
2.
Mengganti popok klien
S:O : Klien
BAK dan
gangguan integritas
BAB
S:O:
klienminumb
resiko terjadi
fototerapi
3.
anyak
Peningkatan kadar
10 Jan
2015 /
b/d kondisi
21.00-
Melakukanfototerapisesu
fisiologis/patologis
07.00
aiadvisdokter
Mengukursuhuklien
Memberikaninjeksisesuai
S:O:
Suhuklien
36,6 oC
S:O:
klienmenangis
S:O:
Klienmenan
advisdokter
gisketika di
samping fototerapi
suntik
Menggantipopokklien
resiko terjadi
S:O : Klien
gangguan integritas
kulit b/d efek samping
fototerapi
BAK dan
BAB
S:O:
klienminumb
anyak
No
1.
Dx
keperawatan
Peningkatan kadar
11Jan
Tgl/jam
2015/
b/d kondisi
11.30-
fisiologis/patologis.
14.00
Implementasi
respon
S:O : Suhu
36oC
S:O : klien
menangis
Resiko perubahan
samping fototerapi
klienminum
mengobservasi keadaan
keutuhan kulit dan
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
samping fototerapi
S:O:
warnanya.
banyak
S:O : warna
kulit normal
Hasil lab
menunjukan
kadar
bilirubin
6,24 mg/dl
I. EVALUASI
No
1.
tgl/jam
9 jan 2015
Dx .keperawatan
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
Perkembangan
paraf
S:
O:Klien tampak
ikterik,jaundice.
KU sadar, aktif,
=36,70C
Bilirubin 17,14 mg/dl
A: masalah belum teratasi
P:optimalkan intervensi
2.
S:
O:Klien tampak tenang,
aktif tidak rewel, t=36,70C
A: sebagian masalah teratasi
P: optimalkan intervensi
3.
resiko terjadi ganggua
n integritas kulit b/d
efek samping
S:
O: Tak ada tanda-tanda
kerusakan integritas kulit
A: masalah teratasi
P: optimalkan intervensi
fototerapi
10 Jan 2015
S:
O:.KU sadar, aktif, t =3670C
1.
peningkatan kadar
P:optimalkan intervensi
S:
2.
resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek
samping fototerapi
S:
O: Tak ada tanda-tanda
11 Jan 2015
1.
fototerapi
S: mengerti tentang
hiperbilirubin
O: Orang tua klien
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
b/d kondisi fisiologis
mendengarkan penjelasan
dan mengerti tentang hal hal
yang perlu dilakukan pada
bayi hiperbilirubinemia
Kadar bilirubin 6,14 mg/dl
A: masalah teratasi sebagian
P: optimalkan intervensi
2.
S:
O:.KU sadar, aktif, t =3720C,
resiko perubahan suhu
tubuh b/d efek
samping fototerapi
3.
S:
O: Tak ada tanda-tanda
resiko terjadi ganggua
n integritas kulit b/d
efek samping
fototerapi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan
hiperbilirubin pada bayi Ny. M S di RSUD kota Semarang yang dilakukan
dengan melaksanakan penerapan asuhan keperawatan dikaitkan antara teori
yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan, penulis uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada kasus bayi Ny. M.S ibu mengatakan cemas bayinya malas minum. Dari
hasil pemeriksaan ditemukan keadaan umum sedang, perut tidak terjadi
pembesaran hati,warna kuning pada kepala, leher, badan sampai lutut, reflek
morro dan grasping kuat, BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning
kecoklatan. hasil bilirubin total 17,74 mg%,
bilirubin direk 0,32 %. Menurut Surasmi (2003) bayinya malas minum,
Menurut matondang (2003) pada bayi hiperbilirubin K III keadaan umum
lemah. Menurut saifudin ( 2002 ) pada bayi dengan hiperbilirubin K III terdapat
pembesaran hati. Menurut farrer (2007) pada kasus hiperbilirubin K III
reflek lemah. Menurut Prihardjo ( 2002 ) pada bayi hiperbilirubin dengan K
III BAB berwarna kuning kecoklatan dan BAK berwarna kuning. Menurut
Saifuddin (2002) pada bayi dengan hiperbilirubin K III hasil laboraotorium
kadar bilirubin diatas 10 14 mg% (normal < 5 mg%). Sehingga pada tahap ini
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek yaitu dikasus
keadaan umum sedang dan diteori lemah,dikasus perut tidak ada pembesaran
hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping
kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB
kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna
gelap.
2. Interpretasi Data
Bayi Ny. MS lahir normal cukup bulan, umur 8 hari, dengan Hiperbilirubin
dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar
bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi
yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.Menurut
Manuaba (2002), masalah yang sering dijumpai pada bayi adalah gangguan
sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau
sering tidur, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin
pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum secara intensif dan
kolaborasi dengan dr. Sp.A. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus dilahan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K III yaitu potensial
terjadi hiperbilirubin K IV. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada
bayi dengan hiperbilirubin K IV akan muncul apabila kadar bilirubin
semakin meningkat lebih dari 10 14 mg%. Pada kasus ini tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.
4. Antisipasi
Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain : kolaborasi dengan dokter
spesialis anak, untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran
selama selama 6 jam dan istirahat 2 jam. Pada teori Antisipasi menurut Varney
(2007), Antisipasi untuk tanda hiperbilirubin K IV pada kasus ini antara lain :
perhatikan hasil darahbilirubin : jika hasilnya 7 mg % atau lebih segera hubungi
dokter spesialis anak, bayi perlu terapi. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.
5. Rencana Tindakan
Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Hiperbilirubin K
III antara lain beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi,
observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital, observasi keadaan
hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan
petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu
inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI/PASI sesuai kebutuhan, observasi BAB
dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi,
yaitu : beri foto terapi sinar sesuai program, yaitu selama 6 jam 2 jam istirahat.
Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K
III menurut Varney (2007) antara lain : mengobservasi keadaan umum dan
tanda vital, memenuhi kebutuhan dan cairan memeriksa bilirubin dalam darah
dengan pemeriksaan laboratorium, pemenuhan kebutuhan bayi dengan baik,
dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan terapi
selanjutnya.Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus.
6. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan sehingga pelaksanaan
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
7. Evaluasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan Hiperbilirubin
K III pada bayi Ny. M.S di RSUD Kota Semarang dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. MS, ibu mengatakan bayinya malas minum.
dari hasil pemeriksaan ditemukan pemeriksaan keadaan umum sedang
pada kepala, leher, badan sampai lutut.tidak ada pembesaran hati,BAB 2 x
berwarna kuning kecoklatan konsistensi lembek, BAK 3 atau 4 x
berwarna kuning jernih, dan hasil bilirubin total 17,74 mg%, bilirubin direk
0,32%.
2. Interpretasi Data pada bayi baru lahir By Ny. MS ibu mengatakan merasa
Cemas bayinya malas minum.dari hasil pemeriksaan didapatkan Bayi Ny. MS
lahir cukup bulan, umur 8 hari dengan hiperbilirubin K III dengan masalah
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam
darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang
adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.
3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir By Ny. MS dengan hiperbilirubin
K III tidak terjadi hiperbilirubin K IV karena tertangani dengan baik.
4. Antisipasi Pada bayi baru lahir By.Ny MS dalam langkah ini
adalahkolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian foto terapi
1x24 jam.
5. Rencana Tindakan pada Bayi Ny. M.S meliputi beri informasi kepada ibu
dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi
dantanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap
dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan
laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI
sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk pemberian terapi, yaitu : , beri foto terapi sinar 1x 24 jam.
6. Pelaksanaan pada bayi baru lahir By Ny M.S merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter
Pratama. Jakarta.
Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Hidayah, Alimun A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta. Salemba
Medika
Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa, Widyawati. Edisi 7. EGC.
Jakarta.
Diagnose Nanda (NIC dan NOC) 2007-2008