Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB I
PENDAHULUAN
Peternakan merupakan salah satu sub sektor perekonomian yang cukup
besar
perananya
dalam
memenuhi
dan
memperbaiki
gizi
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
merupakan hasil silangan pada peternak grand parent stock (Suryani dan
Santoso, 1999). North (1990) menyatakan bahwa terdapat dua tipe ayam parent
stock (pembibit) yaitu tipe ayam pembibit pedaging dan tipe ayam pembibit
petelur. Menurut Dirjen Peternakan (1992) pembibit adalah kegiatann untuk
menghasilkan bibit ternak bukan untuk keperluan sendiri dan pembibit hanya
boleh dilakukan oleh perusahaan peternakan dan tidak dibatasi jenis dan
jumlahnya . Ciri Ayam pembibit yang baik adalah mempunyai produksi yang
tinggi, tingkah laku lincah, riang, aktifmencari makan, cepat dewasa kelamin,
masa bertelur lama, bentuk badan tegap, mata terlihat cerah, dan masa rontok bulu
lambat (Chan dan Zamrowi, 2000). Pemeliharaan ayam pembibit embutuhkan
pemeliharaan khusus yaitu meliputi kecukupan dalam suplai pakan, kesesuaian
temperatur lingkungan, suplai udara, yang di dukung oleh manajemen
perkandangan yang sesuai serta perlindungan dari kemungkinan serangan parasit
dan penyakit luar (Tobing, 2000).
2.2.
berbeda dengan ayam petelur komersil, yaitu untuk menghasilkan telur yang
setinggi- tingginya. Namun terdapat perbedaan peinsip dalam hal biologis telur,
yaitu telur yang di hasilkan peternakan pembibit selain harus tinggi produksinya
juga harus menghasilkan telur dengan ferilitas dan daya tetas yang tinggi pula.
Selain itu, telur juga harus bebas bibit penyakit yang dapat di tularkan induk
melalui telur yang dapat menular kepada bibit anak ayam hasil tetasan
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Berdasarkan sistem ventilasi atau dinding kandang, ada dua macam yaitu
kandang tertutup (close house) dan kandang terbuka (open house). Kandang
tertutup adalah kandang yang semua dinding kandangnya tertutup. Sistem
ventilasi atau pergerakan udaranya tergantung sepenuhnya pada kipas yang
dipasang. Kandang yang terbuka adalah semua dinding kandangnya terbuka.
Kondisi dalam kandang sangat di pengaruhi oleh luar kandang (Sudaryani dan
Santoso, 2010). Lantai kandang sebaiknya di buat dari tembok, selain mudah di
bersihkan juga baik untuk mencegah perkembangan penyakit. Perssyaratan lain
seperti ventilasi kandang yang baik, kelembapan litter sekitar 20-25%, cahaya
yang cukup terang pelu di perhatikan dengan baik. Ayam petelur biasanya di
pelihara dalam sistem litter. Perlengkapan kandang yang harus ada pada kandang
pada kandang ayam petelur pembibit tidak berbeda dengan ayam petelur komeril,
yaitu tempat ransum, tempat minum dan sarang yang digunakan unuk bertelur,
Biosecurity
Asal kata biosecurity yaitu bio artinya hidup dan security artinya
2.4.
Sanitasi
Sanitasi merupakan usaha pemeliharaan kesehatan dengan menjaga
Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, bersih secara kimiawi (tidak mengandung
bahan kimia yang membahayakan) dan bersih secara mikrobiologis.
2.4.1. Sanitasi di Pintu Gerbang
Menurut Fadilah (2013) pintu gerbang suatu kawasan peternakan
merupakan salah satu titik awal keberhasilan kawasan tersebut terhindar dari
serangan suatu penyakit. Pintu gerbang harus selalu dalam keadaan terkunci.
Tidak setiap kendaraan atau orang bisa masuk ke kawasan farm. Di pintu gerbang
biasanya telah dipasang atau dibangun peralatan untuk proses sanitasi sebagai
berikut :
1. Peralatan sprayer dan bak celup (dipping) ban untuk kendaraan. Dengan
peralatan ini setiap kendaraan yang masuk kawasan farm dapat
didesinfeksi dari segala arah. Peralatan sprayer bekerja baik secara
otomatis maupun secara manual. Kendaraan yang telah diizinkan masuk
ke suatu kawasan farm harus disemprot terlebih dahulu dan melalui bak
yang airnya telah diberi desinfektan. Program sanitasi yang biasa
dilakukan di pintu gerbang adalah cara pengasapan (fogging) dengan
desinfektan dengan alat jet fogger
2. Ruang sprayer, tempat mandi, dan tempat ganti pakaian. Tempat ini
digunakan untuk karyawan atau tamu yang akan masuk ke area kandang.
Mereka diwajibkan melalui sprayer (shower) yang dirancang khusus untuk
orang, kemudian mandi dan berganti pakaian dengan pakaian bersih yang
telah disediakan farm. Semua pakaian dan barang yang tidak digunakan
disimpan dalam tempat penyimpanan (lockers).
3. Tempat parkir dan ruang tamu yang dibangun di luar kawasan farm
digunakan untuk kendaraan dan orang yang tidak diizinkan masuk area
perkandangan.
Desinfektan
Desinfektan adalah zat-zat kimiawi yang digunakan untuk mendesinfeksi.
Desinfektan untuk desinfeksi pada benda-benda mati seperti peralatan farm, alat
transportasi, lantai, air minum adalah dengan mengunakan zat kimiawi yang
bersifat germicides (germ = hama pathogen) yang meliputi zat-zat yang bersifat
bakterisida, fungisida, sporosida, dan amubasid. Contohnya adalah klor, karbol,
lisol dan formalin. Samberg dan Meroz (1995) menyatakan bahwa selain
menggunakan formalin, terdapat alternatif lain bahan kimia yang bisa digunakan
sebagai desinfektan, diantaranya Chlorine dioxide; Phenolic compounds;
Quatenary ammonium compounds; Iodophorus, glutaraldehyde dan peracetic
acid; Ozone; serta Hydrogen peroxide.
2.5.
Vaksinasi
Vaksinasi
merupakan
upaya
pencegahan
penyakit
dengan
cara
10
menetas hanya memiliki sedikit daging pada dada dan paha. Fadilah dan
Fatkhuroji (2013) menambahkan bahwa cara melakukan vaksinasi bisa melalui
tetes mata (intra-ocular), tetes hidung (intra nasal), suntik bawah kulit dan melalui
mulut (oral).
2.6.
Penanganan Limbah
Limbah peternakan ada dua macamyaitu limbah padat dan cair. Feses
sebagai alah satu limbah dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan pakan
ternak atau pupuk tanaman. Beberapa jenis limbah lain seperti pelastik, botol obat,
limbah cair obat dimasukan kedalam wadah sendiri (Sunarti dan Wahono, 1997).
Ayam yang mati (bangkai) harus dibakar di tungku untuk mengoptimalkan
program pencegahan penyakit (Lesson dan Summer, 2000).
Metode pembuangan unggas mati di industri perunggasan yaitu dengan
dikubur, dikubur dangkal, dibakar dan dipotong untuk di daur ulang sebagai pakan
ternak limbah kulit telur dihancrkan dan dikubur dalam tanah, tetapi beberapa di
rubah menjadi pakan ternak (mulyantini, 2010). Lubang penguburan bangkai
harus mempunyaikedalaman minimal 1,5 meter dan ditaburi kapur sebelum
ditutup rapat dengan tanah. Lubang harus berada di dalam lokasi peternakan dan
berjarak minimal 20 meter dari kandang terdekat dan jauh dari penduduk untuk
mencegah polusi maupun penyebaran penyakit; apabila dilakukan pembakaran,
maka sedapat mungkin dilakukan didalam lubang yang telah dipersiapkan atau
menggunakan
insenerator
40/Permentan/OT.140/7/2011)
(Peraturan
Mentri
Pertanian
No
11
2.7
Evaluasi Keberhasilan
2.7.1
Produksi Telur
Setiap ayam mempunyai standar produksi maksimal yang dapat
dicapainya. Iklim yang panas dan lembab di Indonesia membuat ayam petelur,
yang umumnya berasal dari wilayah subtropis, menderita sehingga produksi tidak
setinggi di negara asalnya. Hen Day merupakan membandingkan produksi telur
yang di peroleh hari itu dengan jumlah ayam yang hidup pada hari itu. Hen Day
mencerminkan produksi nyata dari ayam yang hidup atau jumlah yang ada
sekarang (Fadilah, 2004).
Hen Day merupakan indikasi produksi telur yang baik. Apabila produksi
telur ayam terus menerus di bawah standar, sedangkan ransum berkualitas baik
maka kemungkinan penyebab lainya adalah penyakit. Pencegahan penyakit
melalui sanitasi yang ketat perlu dilakukan sedini mungkin (Rasyaf, 2000).
Setelah mencapai puncak produksi, peresentase produksi hen day menurun secara
konstan dengan laju penurunan 1% per minggu. Pada saat ayam berumur 65
minggu, presentase produksi hen day telah berada di bawah angka 50% (Cobb,
2003).
2.7.2
Mortalitas
Mortalitas adalah jumlah ayam yang mati hari itu di bagi jumlah mula -
mula, dan dikalikan 100% (Rasyaf, 2009). Hal ini dapat berasal dari dalam
peternakan itu sendiri seperti penyakit, manajemen yang salah, cuaca, dan
12
13
BAB III
METODOLOGI
Praktek Kerja Lapangan tentang Manajemen Sanitasi dan Biosecurity di
Hatchery dilaksanakan pada 05 Agustus 05 September 2014 di PT. Charoen
Pokphand jaya farm, Desa Jatirejo, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen
3.1.
Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah ayam
parent stock pada PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, Desa Jatirejo, Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen dan alat tulis untuk mencatatat data hasil wawancara.
PT. Charoen Pokphand dipilih karena merupakan salah satu perusahaan
peternakan terbesar dan terkemuka serta memenuhi standar di Indonesia.
3.2.
Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan adalah dengan partisipasi aktif dengan melakukan kegiatan rutin dan
melakukan pencatatan data di PT. Charoen Pokphand. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan karyawan maupun staf
perusahaan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data
primer meliputi keadaan umum perusahaan baik tinjauan perusahaan, lokasi
perusahaan maupun fasilitas perusahaan, manajemen sanitasi dan biosecurity.
14
Data Sekunder diperoleh dari catatan perusahaan dan monografi perusahaan. Data
sekunder meliputi denah lokasi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, lay
out perusahaan dan data produksi. Data yang diperoleh kemudian diolah,
dianalisis, secara deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka, kemudian disusun
menjadi sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Profil Perusahaan
: Kabupaten Grobogan
Selatan
: Kabupaten Karanganyar
Timur
: Kabupaten Ngawi
Barat
: Kabupaten Boyolali
16
sangat
menguntungkan bagi
perusahaan
sehingga
diwilayah
Jawa
17
dibudidayakan
adalah
ayam
ras
pedaging Parents
Stock dengan
2.
Kantor
3.
Gudang,
4.
5.
Pos satpam
6.
Ruang sanitasi
7.
8.
9.
Gudang telur
18
oleh
asisten
yang
menjabat
sebagai Chief
19
Biosecurity
Berdasarkan hasil praktik kerja lapangan diperoleh bahwa kegiatan
biosecurity di PT. Charoen Pokphand jaya farm Sragen diterapkan dengan sangat
baik. Terdapat 2 komponen kegiatan biosecurity diantaranya kontrol lalu lintas,
dan sanitasi. Lokasi Farm memiliki pagar yang tinggi yang menutupi sekeliling
20
perusahaan dari lingkungan luar. Selain itu, terdapat peraturan bahwa pekerja
yang tinggal di dalam mess maupun tamu tidak boleh memelihara atau membawa
masuk hewan peliharaan kedalam area perusahaan untuk menghindari terjadinya
penularan penyakit.
Kontrol lalu lintas bisa dilihat dari ketatnya pengawasan terhadap
kendaraan yang keluar masuk perusahaan, dimana setiap kendaraan yang masuk
harus melapor terlebih dahulu, selain itu setiap kendaraan yang masuk harus
melalui car spray dan melewati dipping kendaraan. Kendaraan yang masuk
melalui car spray akan otomatis disemprot dengan menggunakan campuran air
dan Bromo Kuat dengan perbandingan 1 L : 2 ml. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fadilah dan Polana (2004) yang menyatakan bahwa kendaraan yang telah
diizinkan masuk kedalam unit perusahaan diwajibkan untuk disemprot atau
dispray dengan air yang telah diberi desinfektan.
Hal yang sama juga dilakukan terhadap pekerja ataupun tamu yang masuk
ke lingkungan Farm, harus melalui 2 shower, yaitu shower pertama yang terdapat
di pintu masuk satu dan shower kedua sebelum masuk kandang.
21
22
manusia, unggas tertular, udara, air, dan lain-lain. Pengendalian lalu lintas,
meliputi pengendalian lalu lintas manusia, ternak, peralatan dan kendaraan masuk
dan keluar. Prinsip biosecurity yang terakhir adalah sanitasi. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah pembersihan dan desinfeksi secara teratur kandang, peralatan
dan kendaraan serta menjaga kebersihan pekerja.
4.3.
Sanitasi
23
Tanaman liar dan rumput dilakukan pemotongan secara berkala dan tidak
dibiarkan tumbuh tinggi, karna jika di biarkan tumbuh tinggi maka rumput dapat
mendeposit air sehingga akan menyebabkan kelembapan menjadi tinggi dan akan
mendatangkan serangga atau burung. Pengendalian tikus dan lalat di lakukan,
karna hewan ini dapat menyebarkan penyakit pada ternak. Pengendalian tikus
dilakukan dengan memberikan racun tikus dan untuk pengendalian lalat
menggunakan obat lalat sagita. Menurut Lesson dan Summer (2000), kebersihan
lingkungan harus senantiasa di perhatikan, antara lain dengan memotong rumput
hingga 3-4 cm dan menyingkirkan peralatan kandang yang sudah tua .
Pengontrolan terhadap area peternakan juga di lakukan setiap hari oleh
security dan petugas kesehatan hewan agar tetap terjaga dengan baik. Menurut
Tobing (2002), kondisi lingkungan peternakan akan mempengaruhi kondisi dari
ternak. Lingkungan sekitar kandang harus disesuaikan dengan konsep biosekuritas
yang ada.
24
25
bahwa karyawan atau tamu yang masuk ke dalam area perusahaan harus melewati
rosedur desinfeksi dan mengganti pakaian dengan pakaian khusus yang telah
disediakan. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Frame (2010) yang
menyatakan bahwa para pekerja harus datang untuk bekerja baru mandi dan
mengenakan pakaian baru yang telah dicuci yang belum pernah kontak dengan
unggas sebelumnya. Alas kaki dan baju harus diubah dengan sepatu dan baju
hatchery yang telah disediakan di pintu masuk, tangan harus dicuci dan disterilkan
sebelum mulai bekerja. Prayitno dan Yuwono (1997) menambahkan bahwa
sanitasi dilakukan kepada setiap pekerja yang ada. Hal ini dimaksudkan agar
mobilitas pekerja tetap terjaga dalam kondisi bebas penyakit sehingga penyebaran
kuman penyakit bisa terhindarkan.
Kendaraan yang masuk ke area peternakan atau farm harus melewati
shower (terdapat 2 shower) yang menyemprotkan disinfektan. Shower kendaraan
menggunkan detergen. Sebelum melewati shower semua kendaraan yang akan
masuk area peternakan saat di pintu masuk gerbang untuk spedah motor akan di
siram dengan disinfektan namun untuk mobil di siram menggunakan pompa air
bertekanan tinggi untuk menghilangkan tanah dan kotoran.
Penyemprotan kendaraan di shower di lakukan untuk menghilangkan debudebu kendaraan dan membunuh mikroorganisme pembawa agen penyakit yang di
bawa dari luar area peternakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002),
yang menyatakan bahwa setiap kendaraan harus melewati alat pembasuh
kendaraan yang telah disediakan di depan pintu gerbang farm untuk
26
27
pad. Cooling pad selain berfungsi mencegah heat stress (cekaman panas), juga
dapat menjaga kelembapan dalam kandang, karna di atas cooling pad terdapat
saluran air untuk menyemprotkan air saat kelembapan rendah sehingga partikelpertikel air pun ikut terbawa kedalam kandang. Air tersebut merupakan larutan
desinfektan yang berfungsi membunuh/ membasmi mikroorganisme dalam udara
dan dalam kandang sehingga cooling pad dapat berfungsi untuk menyaring debu
yang masuk dan mengalirkan udara yang bersih kedalam kandang karna cooling
pad diberi desinfektan berupa virkon secara berkala, sanitasi peralatan dilakukan
secara total, pembersihan pipa nipple pada awal priode produksi dan pembersihan
mangkokan nipple setiap satu minggu sekali dengan busa yang telah diberi
desinfektan. Lemari fumigasi juga setiap hari harus di bersihkan. Pembersihan
sangkar di lakukan setiap satu minggu sekali namun apabila sewaktu-waaktu
kotor maka harus segera di bersihkan. Setiap minggunya dalam satu hari
dilakukan penyeleksian terhadap ayam yang lemah, ayam yang mati langsung di
lakukan bedah bangkai oleh petugas kesehatan hewan atau di buang langsung dan
di bakar langsung oleh petugas khusus kebersihan.Menurut Nuroso (2010),
pembersihan, pencucian, dan penyemprotan kandang serta peralatan kandang di
perlukan setlah selesai panen, di perkuat oleh Suprijatna (2005), kebersihan
peralatan dan perlengkapan kandang harus di kontrol sesering mungkin, terutama
saat dilakukan kegiatan pemberian pakan.
4.4.
Vaksinasi
28
Ilustrasi 8. Vaksinasi
Ilustrasi 9. Vaksinasi
Metode vaksin yang digunakan paa ayam pembibit (parent stock) broiler
adalah melalui tetes mata (intra oculer/IO), suntikan pada otot (intra muscule/IM)
untuk kill vaksin dan suntikan bawah kulit (subcutan/SC) untuk kill vaksin.
Menurut Sudaryani dan Santoso (2003), vaksin adalah proses memasukan bibit
penyakit yang sudah mati (vasksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah di
lemahkan (vaksinasi aktif) kedalam tubuh ayam, baik melalui injeksi, tusuk sayap,
mencampurkan dengan air minum maupun melalui tetes mata, mulut, ataupun
29
hidung. Pelaksanaan vaksin dilakukan saat ayam dalam keadaan sehat, pemberian
vaksin juga sesuai dengan dosis yang di anjurkan.
Vaksin yang diberikan untuk ayam pembibit (parent stock) broiler setiap
fase berbeda-beda karna saat pkl ayam pembibit sedang dalam fase grower yaitu
pada umur 11 minggu vaksin yang diberikan adalah (ILT+Reo Kill) dengan cara
IO+IM. Menurut Suprijatna et al. (2005), vaksinasi didefinisikan sebagai suatu
kegiatan memasukkan bibit penyakit (mikroorganisme) tertentu yang telah
dilemahkan ke dalam tubuh ternak dalam rangka menumbuhkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tertentu tersebut. Vaksinasi pada biasanya dilakukan dengan
metode injeksi subcutan (pada pangkal leher bagian belakang) atau spray. Rasyaf
(1995) menambahkan bahwa, vaksinasi dengan injeksi dilakukan di bawah kulit.
Menurut Fadilah et al (2007) Penyakit yang tidak boleh peternakan ayam pada
priode
pemanasan
(0-3
minngu)
yaitu
Avian
Colibacillosis,
Avian
Egg
Drop,
Syndrome,
Leucocytozoonosis,
Osteoporosis,
dan
Pneumorvirus Infection.
4.5.
Penanganan Limbah
Penanganan limbah di PT. Charoen pokphand jaya farm Sragen sudah
baik.
Terdapat limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa bangkai ayam, litter
yang sudah tidak terpakai, bekas vaksin dan obat, dan kotoran ayam. Sedangkan
30
limbah cair berupa air sisa pencucian kandang, oli bekas, dan air buangan
domistik (ilustrasi 16 dan 17).
31
Beberapa jenis limbah lain seperti platik, botol obat, limbah cair obat
dimasukan kedalam wadah khusus. Menurut Mulyatini (2010), metode
pembuangan unggas mati di industri perunggasan yaitu dikubur, dkubur dangkal,
di bakar, dan di potong untuk di daur ulang sebagai pakan ternak limbah kulit
telur di hancurkan dan di kubur dalam tanah, namun bisa di daur ulang sebagai
pakan ternak.
4.6
Indikator Keberhasilan
4.6.1
Produksi Telur
Produksi telur sangat menentukan keberhasilan suatu peternakan ayam
pembibit. Semakin tinggi produksi telur maka semakin baik peternakan
tersebut dalam pegelolaanya.
Ayam yang dipelihara di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen
adalah
Produk
yang
32
Umur Ayam
(Minggu)
Produkstivitas
(%)
Rata-rata
Produksi
Per Hari
(butir)
1
2
3
4
5
6
29
28
25
24
22
22
86,54
80,12
78,34
72,47
34,76
16,72
7.500
7.000
6.500
6.200
4.500
2.500
4.6.2 Mortalitas
33
Mortalitas
Betina
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0,69
0,23
0,15
0,40
0,08
0,08
0,05
0,10
0,05
0,06
Jantan
0,34
1,73
0,87
1,81
0,42
0,16
0,89
0,73
0,22
0,94
34
0,8% agar total mortalitas kumulatif di bawah 2% yaitu standar mortalitas untuk
kondisi tropis.
Mortalitas pada ayam PT.CPJF Sragen tidak disebabkan oleh penyakit,
melainkan karna adanya penyakit, melainkan disebabkan oleh tali rafia,
persaingan reproduksi dan tingkat kedudukan pejantan maupun betina satu dengan
yang lain(strata sosial ayam), karna ayam yang kuat akan mengalahkan ayam
yang lemah, serta sikap mematuk unggas lain dan kanibalisme. Pelaksanaan
biosekuritas di peternakanini sudah baik, hal ini ditandai dengan mortalitas yang
tidak disebabkan oleh penyakit. Menurut Ensminger (1992), mortalitas ayam
dapat disebabkan oleh prilaku kanibalisme. Kanibalime bisa menjadi masalah
serius pada ayam pembibit broiler. Kanibalisme biasanya ditandai dengan
mematuk bulu ekor ayam lain dan bagian tubuh lain. Kanibalisme disebabkan
oleh kondisi stres, kepadatan ayam, kepadatan ayam dalam suatu kandang,
intensitas cahaya, kekurangan nutrisi dan minum.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
35
5.1.
Simpulan
Berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan dapat
16,72-86,54%. Presentase
Saran
Dalam penerapan aspek-aspek sanitasi dan biosecurity sebaiknya seluruh
36
DAFTAR PUSTAKA
37