Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB I
LATAR BELAKANG
1
Latar Belakang
Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka
mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses
leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal,
telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di
ruang leher dalam yang terlibat.1
Anatomi dari abses leher dalam sangat komplek, sehingga sulit untuk menentukan
lokasi infeksi. Untuk membuat diagnosis dari abses leher dalam cukup sulit karena abses ini
ditutupi oleh beberapa jaringan lunak yang ada pada leher dan juga sulit untuk mempalpasi
serta menginspeksi dari luar.1,2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang maksud dengan Abses submandibula.?
2. Apa saja yang menjadi penyebab dan gejala-gejala Abses submandibula.?
3. Bagaimana cara mendiagnosa Abses submandibula.?
4. Bagaimana cara penanganan bagi penderita Abses submandibula.?
5. Saran apa sajakah yang bisa diberikan bagi penderita Abses submandibula.?
I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Abses submandibula.
2. Untuk mengetahui penyebab dan gejala-gejala Abses submandibula.
3. Untuk mengetahui cara mendiagnosa Abses submandibula.
4. Untuk mengetahui cara-cara penanganan Abses submandibula.
5. Untuk dapat memberikan saran yang baik bagi penderita Abses submandibula.
1 Mei 2015
BAB III
STATUS PASIEN
3.1 IDENTITAS
Nama
: Nn.S
Alamat
Umur
: 24 tahun
Kelamin
: perempuan
Pekerjaan
: Guru
Agama
: Islam
Tanggal periksa
: 12 Mei 2015
Kelainan darah
Kelainan endokrin
Gangguan nutrisi
Kelainan jantung
2 Mei 2015
Gangguan pencernaan
Gangguan respiratori
Kelainan imunologi
Gangguan TMJ
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Diabetes mellitus
:-
Lain-lain
:-
Kelainan darah
: tidak ditemukan adanya kelainan
Kelainan endokrin : tidak ditemukan adanya kelainan
Diabetes melitus : tidak ditemukan adanya kelainan
Kelainan jantung : tidak ditemukan adanya kelainan
Kelainan syaraf : tidak ditemukan adanya kelainan
Alergi
: tidak ditemukan adanya kelainan
lain-lain
:-
Bibir bawah
2. INTRA ORAL
a. Mukosa labial atas
Mukosa labial bawah
3 Mei 2015
Lidah
g.
h.
i.
j.
k.
Pemeriksaan Gigi
8
2 1
12
IV
III
II
I I
II
III
IV
IV
III
II
I I
II
III
IV
Keterangan :
: tidak ada kelainan pada gigi
8
2 1
1 2
Status lokalis :
Ekstra oral : terdapat adanya benjolan pada pipi kiri
Inspeksi: tampak 1 buah benjolan pada pipi kanan atas dengan diameter 4
cm, warna sama dengan kulit disekitarnya, pus (-), darah (-)
Palpasi: teraba 1 buah benjolan, konsisitensi kenyal, batas tidak jelas,
hangat, nyeri (+)
4 Mei 2015
3.7. TERAPI
Pembedahan
Ekstraksi gigi regio 47 dan 48
Medikamentosa
- Cefadroxil 3x250mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Injeksi Ranitidin 2x150 mg
- Asam mefenamat 2x250 mg
Terapi post operasi
- Cefadroxil 3x250mg
- Metronidazole 3x500 mg
- Betadine kumur
- Scalling kalkulus rahang atas dan rahang bawah
5 Mei 2015
6 Mei 2015
2. Ligamen periodontal
Ligamen periodontal adalah suatu jaringan ikat yang melekatkan gigi ke tulang
alveolar. Ligamen ini berhubungan dengan jaringan ikat gingiva melalui saluran
vaskuler di dalam tulang. Pada foramen apikal, ligament periodontal menyatu dengan
pulpa. . Ligamen periodontal seperti semua jaringan ikat lain, mengandung sel, seratserat dan subtansi dasar. Serat ligamen periodontal ada yang berbentuk krista
aleveolar, horizontal, oblik dan apikal. Suplai darah melalui cabang arteri alveolar
yaitu cabang arteri interdental.
3. Sementum
Sementum adalah jaringan terminal yang menutupi akar gigi yang strukturnya
mempunyai beberapa kesamaan dengan tulang kompakta dengan perbedaan
sementum bersifat avaskuler. Sementum membentuk lapisan yang sangat tipis pada
daerah servikal akar dan tebalnya bertambah pada daerah apikal.
4. Tulang alveolar
Bagian mandibula atau maksila yang menjadi lokasi gigi disebut sebagai prosesus
alveolar. Alveoli untuk gigi ditemukan di dalam prosesus alveolar dan tulang yang membatasi
alveoli disebut tulang alveolar. Tulang alveolar berlubang-lubang karena banyak saluran
Volkman yang mengandung pembuluh darah pensuplai ligamen periodontal.
3.1.2. Mandibula
Pengetahuan tentang ruang-ruang dileher dan hubunganya dengan fasia penting untuk
mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang dibentuk oleh berbagai fasia
pada leher ini adalah merupakan area yang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari
bakteri akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk
melalui saluran limfe.
Pembagian ruang ruang di leher berdasarkan Hollinshead (1954).
1
Di bawah hyoid:
Carotid Sheath
Ruang Pretrakeal
Ruang Retroviseral
Ruang Viseral
Ruang prevertebral.
Di atas hyoid:
8 Mei 2015
Ruang submandibula
Ruang submaxilla
Ruang masticator
Ruang parotid
Area perifaring:
Ruang retrofaring
Ruang parafaring (lateral Pharyngeal)
Ruang submandibula
Area intrafaring:
Ruang paratonsil
Abses paling sering mengenai ruang retrofaring, ruang parafaring (lateral pharyngeal),
Gambar 3.2. Otot milohioid yang memisahkan ruang sublingual dan submental.
9 Mei 2015
10 Mei 2015
digastricus. Dasar pada ruangan ini adalah otot milohyoid sedangkan atapnya adalah kulit,
facia superficial, otot platysma. Ruang submental mengandung beberapa nodus limfe dan
jaringan lemak fibrous..
3.2. DEFINISI
11 Mei 2015
Abses adalah infeksi akut yang terlokalisir pada rongga yang berdinding tebal,
manifestasinya berupa keradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, dan kerusakan
jaringan setempat8
Abses rongga mulut adalah suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang, atau tenggorokan
yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi. Kehadiran abses dentoalveolar sering
dikaitkan dengan kerusakan yang relatif cepat dari alveolar tulang yang mendukung gigi.
Jumlah dan rute penyebaran infeksi tergantung pada lokasi gigi yang terkena serta penyebab
virulensi organisme8
Abses submandibula terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari
spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian belakang mandibula. Dibatasi
oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh m.pterigoid eksternus. Berisi
kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam spasium sublingual. Juga berisi kelenjar
limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia superfisial yang tipis dan ditembus oleh
arteri submaksilaris eksterna.
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses periodontal dan
perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula.
3.3. ETIOLOGI
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa
submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain. Kuman
penyebab biasanya campuran kuman aerob dan aerob. 2,3
Abses submandibula merupakan salah satu bagian dari abses leher dalam. Sebagian besar
abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob,
maupun fakultatif anaerob.
kelompok
batang
gram
negatif,
seperti
Bacteroides,
Prevotella,
maupun
Fusobacterium.2,4
3.4. Tanda dan Gejala
1. Adanya respon Inflamasi
Respon tubuh terhadap agen penyebab infeksi adalah inflamasi. Pada keadaan ini
substansi yang beracun dilapisi dan dinetralkan. Juga dilakukan perbaikan jaringan,
proses inflamasi ini cukup kompleks dan dapat disimpulkan dalam beberapa tanda:14
12 Mei 2015
13 Mei 2015
Berawal dari etiologi diatas seperti infeksi gigi. Nekrosis pulpa karena
karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan
jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri
yang banyak, maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang
spongiosa sampai tulang cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan
menembus
dan
masuk
ke
jaringan
lunak.
Penyebaran
infeksi
ini
odontogen
dapat
menyebar
melalui
jaringan
ikat
14 Mei 2015
3.6. DIAGNOSIS
Diagnosis abses submandibula ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan
pemeriksaan penunjang seperti foto polos jaringan lunak leher atau tomografi komputer.
Tanda dan gejala dari suatu abses leher dalam timbul oleh karena: 6
1
efek massa atau inflamasi jaringan atau cavitas abses pada sekitar struktur abses.
A. Anamnesis
Beberapa gejala berikut dapat ditemukan pada pasien dengan abses submandibula adalah :
1
asimetris leher karena adanya massa atau limfadenopati pada sekitar 70%.7
torticolis dan penyempitan ruang gerak leher karena proses inflamasi pada leher.
Riwayat penyakit dahulu sangat bermanfaat untuk melokalisasi etiologi dan perjalanan abses
pasien seharus ditanya :
1
B. Pemeriksaan Klinik
Diagnosis untuk suatu abses leher dalam kadang-kadang sulit ditegakkan bila hanya
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Ditemukan pembengkakan dibawah
rahang baik unilateral maupun bilateral dan berfluktuasi. Karena itu diperlukan studi
radiografi untuk membantu menegakkan diagnosis, menyingkirkan kemungkinan penyakit
lainnya dan perluasan penyakit. 7
Pemeriksaan tomography komputer dapat ditemukan daerah dengan densitas rendah,
peningkatan gambaran kontras pada
dinding abses
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas test dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan
antibiotik yang sesuai. 7
1
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis. Aspirasi material yang bernanah
(purulent) dapat dikirim untuk dibiakkan guna uji resistensi antibiotik
Radiologis
Rontgen panoramik
Dilakukan apabila penyebab abses submandibuka berasal dari gigi.
15 Mei 2015
Rontgen thoraks
Perlu dilakukan untuk evaluasi mediastinum, empisema subkutis, pendorongan saluran
nafas, dan pneumonia akibat aspirasi abses.
16 Mei 2015
Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara
parenteral. Abses submandibula sering disebabkan oleh infeksi gigi dan paling sering
menyebabkan trismus. Maka sesegera mungkin setelah trismus hilang, sebaiknya pengobatan
terhadap penyebab segera dilakukan.1,8
Pola Kepekaan kuman anerob terhadap antibiotik
17 Mei 2015
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan
terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak
dan luas abses.
3.8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah Ludwigs angina. Ludwigs angina adalah infeksi
berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental, dan ruang submandibula. Penyebab dari
Ludwigs angina ini pun bisa karena infeksi lokal dari mulut, karies gigi, terutama gigi molar
dan premolar, tonsilitis, dan karena trauma ekstraksi gigi. Dapat juga disebabkan oleh kuman
aerob maupun anaerob.9,10
Ludwigs angina merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang
suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada tulang
hioid dan otot milohioideus. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan
pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian
dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas secara potensial.11
Gejalanya sangat cepat. Dapat menyebabkan trismus, disfagia, leher membengkak secara
bilateral berwarna kecoklatan. Dan pada perabaan akan terasa keras. Yang paling berakibat
fatal adalah Ludwigs angina tersebut dapat menyebabkan lidah terdorong ke atas dan
belakang sehingga menimbulkan sesak nafas dan asfiksia karena sumbatan jalan nafas yang
kemudian dapat menyebabkan kematian.9,10,11
18 Mei 2015
3.9. PROGNOSIS
Pada awalnya, kematian yang terjadi akibat kasus abses submandibula
ini lebih dari 50% kasus. Namun seiring dengan penggunaaan antibiotic
yang semakin luas, angka mortalitas tersebut turun hingga mencapai di
bawah 5%. Penggunaan antibiotic intravena memberikan prognosis yang
baik jika digunakan pada masa-masa awal kasus penyakit. Kemudian
tindakan operasi dilakukan jika terjadi obstruksi jalan napas, abses yang
terlokalisir dan kegagalan penggunanaan antibiotic untuk meningkatkan
kemungkinan kesembuhan.
19 Mei 2015
Kasus
Anamnesis
Anamnesis
1. rubor (kemerahan)
2. kalor (panas)
Bermanfaat untuk melokalisasi etiologi dan sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu,
perjalanan abses pasien seharus ditanya :
trauma
retrofaring
contoh
intubasi
3. dental caries dan abses.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Pada
pembekakan
tampak
rubor
perabaan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
4) Laboratorium
Aspirasi
material
pasien
belum
dilakukan
5) Radiologis
2. Radiologis
b. Rontgen panoramik
Dilakukan
apabila
abses
komputer
(CT-scan)
tidak
dilakukan.
c. Rontgen thoraks
Perlu
dilakukan
mediastinum,
untuk
empisema
evaluasi
subkutis,
21 Mei 2015
Diagnosis banding pasien ini adalah parotitis yang merupakan infeksi yang disebabkan
oleh virus mumps, bersifat self limitting disease. Gejala klinis meliputi pembengkakan dan
rasa nyeri pada kelenjar saliva terutama kelenjar parotid, disertai adanya demam, sakit
kepala, malaise dan anoreksia. Parotitis merupakan penyakit menular dari sekret pernafasan
atau saliva pasien, serta secara droplet. Periode inkubasi adalah 16-18 hari, periode penularan
adalah 6 hari sebelum gejala muncul dan 9 hari setelah gejala muncul. Pada kasus ini tidak
didapatkan pembengkakan pada kelenjar parotis dan tidak didapatkan riwayat kontak dengan
pasien parotitis sebelumnya.
Diagnosis banding kedua adalah Angina Ludovici yang merupakan infeksi ruang
submandibula berupa selulitis dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang
submandibula, tidak membentuk abses, sehingga keras pada pembesaran submandibula.
Sumber infeksi berasal dari gigi atau dasar mulut, oleh kuman aerob dan anaerob. Gejala
klinis berupa nyeri tenggorokan dan leher, disertai pembengkakan di daerah submandibula
yang hiperemis dan keras pada perabaan, dasar mulut yang membengkak dapat mendorong
lidah ke atas belakang sehingga menimbulkan sesak napas. Pada pemeriksaan fisik kasus ini
teraba fluktuasi dan tidak mendorog lidah ke belakang.9,10,11
Prinsip pengelolaan abses adalah pemberian antibiotik parenteral dosis tinggi dan evakuasi
abses. Antibiotik pertama yang diberikan pada pasien ini adalah Cefadroxil 3x250mg yang
sensitif untuk kuman aerob dan Metronidazole 3x500 mg yang sensitif untuk kuman anaerob.
Cefadroxil merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi pertama yang efektif
terhadap gram positif dan gram negatif. Kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi
terhadap cefadroxil Metronidazole memiliki sensitifitas yang tinggi terutama untuk kuman
anaerob gram negatif.1,8
Evakuasi abses dilakukan dengan ekstraksi gigi 48 dan 47. Pasien juga mendapatkan
terapi simptomatik berupa analgetik dan antiseptik kumur. Analgetik yang diberikan untuk
pasien yaitu asam mefenamat 2x250 mg. Sedangkan betadine kumur diberikan sebagai
antiseptik oral untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Ranitidin 2x150 mg merupakan
antagonis histamin reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada
reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung, diberikan untuk mencegah terjadinya
efek samping dari antibiotik dan analgetik yang diberikan kepada pasien. Betadine kumur
diberikan sebagai antiseptik oral untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pemberian
ranitidin 2x150 mg pada pasien untuk mencegah terjadinya efek samping dari antibiotik dan
analgetik karena merupakan antagonis histamin reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.1,8
22 Mei 2015
Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman
aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering ditemukan adalah
Staphylococcus, Streptococcus sp, Haemofilus influenza, Streptococcus Pneumonia,
Moraxtella catarrhalis, Klebsiella sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan
pada abses leher dalam adalah kelompok basil gram negatif, seperti Bacteroides, Prevotella,
maupun Fusobacterium. Hasil pemeriksaan mikrobiologi dari pus pada pasien ini adalah
Staphylococcus aureus, dengan hasil pewarnaan gram adalah coccus gram positif.2,3,4
Setelah luka dari ekstraksi gigi 48 dan 47 mulai sembuh, maka dilakukan ektaksi gigi
35,36,37 dan 46 agar tidak terjadi abses. Sedangkan untuk mengobati periodentitis marginalis
kronis dilakukan pembersihan kalkulus.1,8
Prognosa pasien pada kasus ini adalah ad bonam jika pasien mengatasi etiologi dari abses
yaitu . Serta mengikuti advice terapi yang telah diberikan.
23 Mei 2015
Telah dilaporkan kasus abses submandibula dextra oleh karena impaksi gigi 48 dan
gangren pulpa gigi 47 pada pasien perempuan dengan usia 24 tahun dengan keluhan rahang
kanan disertai susah membuka mulut, sulit makan, minum dan berbicara. Awalnya pasien
mengeluhkan nyeri pada gigi kanan bawah. Ketika keluhan nyeri gigi membaik, ada
pembekakan pada rahang sebelah kanan pasien
Pada pemeriksaan fisik pada regio submandibula dextra didapatkan benjolan yang oedem,
eritem, kalor dan nyeri tekan. Pada foto panoramic ditemukan impaksi pada gigi 38 dan
gangren pulpa gigi 47. Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang,
diagnosis pasien ini adalah abses submandibula dextra oleh impaksi pada gigi 38 dan gangren
pulpa gigi 47. Dilakukan tindakan evakuasi abses dan pemberian antibiotik parenteral.
Sehingga diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini telah sesuai dengan kepustakaan
yang ada.
24 Mei 2015