Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
MAKALAH
Oleh
KELOMPOK 13
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B
dengan dosen: Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep.,M.Kes
Oleh
KELOMPOK 13
132310101011
132310101022
Ike Andriani
132310101057
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuni-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Marasmus Pada
Bayi Dan Anak. Makalah ini disusun berdasarkan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Klinik III B Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep.,M.Kes selaku fasilitator matakuliah
Keperawatan Klinik III B Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember;
2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan perhatian dan dukungannya
baik secara materil maupun non materil;
3. Rekan-rekan satu kelompok yang sudah bekerjasama dan berusaha
semaksimal mungkin sehingga makalah ini dapat terealisasi dengan baik;
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
PRAKATA....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
Bab 1. Pendahuluan........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................... 2
1.3 Implikasi Keperawatan................................................................. 2
Bab 2. Tinjauan Teori..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Marasmus................................................................... 4
2.2 Epidemiologi................................................................................
2.3 Etiologi ........................................................................................
2.4 Tanda dan Gejala..........................................................................
2.5 Patofisiologi..................................................................................
2.6 Komplikasi....................................................................................
2.7 Pengobatan dan Prognosis............................................................
2.8 Pencegahan...................................................................................
4
5
5
6
8
9
12
Bab 3. Pathways.............................................................................................. 13
Bab 4. Asuhan Keperawatan......................................................................... 14
4.1 Pengkajian.................................................................................... 14
4.2 Diagnosa....................................................................................... 16
4.3 Intervensi...................................................................................... 19
4.4 Implementasi................................................................................ 19
4.4 Evaluasi........................................................................................ 19
Bab 5. Penutup................................................................................................ 27
5.1 Kesimpulan................................................................................... 27
5.2 Saran............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA
28
Bab 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama
akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi
selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah
kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit
yang
disebabkan
oleh
kekurangan
kalori
protein.
(Suriadi,
protein
terjadi
setelah
beberapa
jam
dengan
makanan
ini
berjalan
menahun.
Keadaan
ini
laboratorium,
timbang
berat
badan,
kaji
tanda-tanda
awal
ditujukan
untuk
mengatasi
keadaan
yang
Implikasi Keperawatan
keperawatan
secara
optimal
pada
pasien.
Asuhan
perencanaan,
intervensi
dan
evaluasi.
Jika
asuhan
mengindikasikan
pencernaannya,
menganalisanya.
kita
adanya
dapat
Setelah
gangguan
melakukan
menganalisa
pada
pengkajian
kita
dapat
sistem
kemudian
mengambil
teratasi
sepenuhnya.
Setelah
pelaksanaan
asuhan
membandingkan
antara
berat
badan
menurut
umur
Gizi
buruk
yang
disertai
dengan
tanda-tanda
klinis
2.2 Epidemiologi
Kurang Energi Protein paling sering ditemukan di negara-negara sedang
berkembang. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan
keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang
sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi. Penderita KEP banyak
ditemukan balita penderita KEP berjenis kelamin perempuan daripada laki-laki
(60,20% : 39,80%). Sedangkan Agustina Lubis dkk. (1997) menemukan prevalensi
laki-laki : perempuan adalah 1 : 4.; menurutnya hal ini disebabkan karena perbedaan
nilai anak, anak laki-laki dianggap lebih berharga daripada anak perempuan sehingga
anak laki-laki akan mendapatkan perawatan kesehatan dan pemberian makanan yang
lebih baik. Dari segi golongan umur, balita penderita KEP lebih banyak ditemukan
pada usia 12 s/d 23 bulan, yaitu sebesar 50,00%. Balita pada usia ini, baru memasuki
suatu tahapan baru dalam proses tumbuh kembangnya. Di antaranya tahapan untuk
mulai beralih dari ketergantungan yang besar pada ASI atau susu formula ke makanan
semi adat. Sebagian balita mengalami masa ini tanpa kesulitan, namun sebagian lagi
menderita kesulitan makan yang berat.
2.3 Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang
dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang
tidak
tepat
seperti
terganggu,karena
yang
kelainan
hubungan
dengan
metabolik,
atau
orangtua-anak
malformasi
kongenital. (Nelson,1999).
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang
sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak
diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus
juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
terjadi
akibat
masukan
kalori
yang
sedikit,
b.
Infeksi
Infeksi
terutama
yang
infeksi
berat
dan
enteral
lama
misalnya
menyebabkan
infantil
marasmus,
gastroenteritis,
seperti
yang
hubungan
dengan
orangtua-anak
8.
9.
10.
11.
12.
13.
jelas.
Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
Vena superfisialis tampak lebih jelas.
Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
Anoreksia.
Sering bangun malam.
2.5 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh
akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet.
(Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
pokok
atau
energi.
Kemampuan
tubuh
untuk
sangat
penting
untuk
mempertahankan
kehidupan,
bahan
bakar,
sayangnya
kemampuan
tubuh
untuk
jaringan
memenuhi
pada
defisiensi
kebutuhan
energi,
kalori
tetapi
tidak
juga
hanya
untuk
Defisiensi
vitamin
yang
berlangsung
lama
Kompikasi
yang
gizi
buruk
Infeksi tuberculosisi
Parasitosis, disentri
Malnutrisi kronik
Gagguan tumbuh kembang.
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Gangguan fungsi vital
Gangguan keseimbangan elektrolit
dimulai dengan makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan
ketentuan sebagai berikut.
1. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
2. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
3. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan
keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk
meningkatkan energi ditambahkan 5% glukosa, dan
4. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap
2-3 jam.
Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat
pipa (per-sonde) (RSCM, 2003).
b. Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara
berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai
150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari.
c. Tahap Lanjutan
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh
makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya
diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan,
memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.
Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :
1. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia.
2. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
3. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
4. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000
SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan
dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
5. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe)
dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP berat.
2.7.2 Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi,
kematian sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat
dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi
sendiri. Prognosis ini tergantung dari stadium saat pengobatan
mulai dilaksanakan, walaupun kelihatannya pengobatan adekuat,
bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin
disebabkan perubahan yang irrever- sibel dari sel-sel tubuh akibat
under nutrition.
2.8 Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap penyakit marasmus dapat
dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha
tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik
untuk
pelayanan
pencegahan
kesehatan
bertujuan
dan
untuk
penyuluhan
mengurangi
gizi.
Tindakan
insidensi
dan
infeksi,
dengan
meningkatkan
makanan
yang
kesehatan
adekuat
gizi
tentang
merupakan
usaha
telah
dikemukakan
bahwa
meningkatnya
jumlah
bahan
merupakan
sebab
kemiskinan
makanan
utama
pendudukan
setempat
krisis
merupakan
yang
pangan,
akibat
memadai
sedangkan
lanjutannya.
nutrien
yang
diperlukan
untuk
dengan
Bab 3. PATHWAYS
Rendahnya Sosial
Malabsorbsi, infeksi
Ekonomi
anoreksia
Kurangnya Protein
dan kalori
Defisiensi
Pengetahuan
Marasmus
Kurang vit. A, C& E
esensial &
Lipolisis protein
<< kolagen
asam amino
produksi albumin
Keadaan umum
Lemah
Gg citra tubuh
Atrofi otot
Perub. Pertumbuhan
&
Risiko tinggi
perkembangan
Infeksi
Intoleransi aktivitas
Nafsu makan
Penurunan BB
Gangguan nutrisi
kurang
dari Keb.
tubuh
Pengkajian
4.1.1 Anamnesa
a. Identitas klien, meliputi:
1. Nama klien: sesuai dengan nama pasien.
2. Usia: klien marasmus biasanya berusia kurang dari 5 tahun (balita)
3. Jenis kelamin: terjadi pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan
4. Agama: bergantung pada pasien
5. Pendidikan: anak biasanya belum sekolah, sedangkan orangtua anak
biasanya berpendidikan rendah.
6. Alamat: klien dengan marasmus biasanya bertempat tinggal di daerah
dengan pemukiman kumuh atau pemukiman padat penduduk.
b. Identitas Orang tua (penanggung), meliputi:
1. Nama orang tua: sesuai dengan nama bapak dan ibu atau keluarga
penanggung dari klien.
2. Alamat orang tua: sama dengan anak
3. Pendidikan orang tua: biasanya orang tua klien berpendidikan rendah.
4. Pekerjaaan orang tua: pekerjaan orangtua klien dengan marasmus
biasanya adalah sebagai buruh atau dengan status sosial ekonomi rendah.
c. Data subjektif
1. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering mual dan muntah.
2. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sering rewel dan nangis terus
padahal sudah diberi makan.
3. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya semakin kurus badannya.
4. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya juga sering diare.
d. Data Objektif
1. Pasien tampak sangat kurus,
2. Rambut pasien tampak kemerahan,
masuk
riwayat
Rs
prenatal,
karena
natal
alergi,
dan
Meliputi
post
natal,
rumah
dan
komunitas,
pendidikan
dan
kesehatan,
persepsi
keluarga
tentang
sistem
pernapasan
(batuk,
Data
.
1.
DS
Etiologi
:
Keluarga
Problem
nutrisi
dari
kebutuhan tubuh
tinggi
badan,
edema,
rambut
kering,
dicabut,
kulit
hb
rendah,
Defisit
volume
cairan
DS:
keluarga
menyatakan
klien
kulit
kering
DS:respon
verbal
Defisiensi
tentang
pengetahuan
keluarga
DO:klien
ketidakmampuan
merawat
klien
mengalami
6.
DS:
keluarga
klien melemahnya
Perubahan
7.
dan
bertemu
dengan
orang asing
DO: Wajah pasien tampak
seperti
orang
tua
(berkerut)
8.
DS
keluarga
mengatakan
pasien Kurang
anaknya transport
adekuatnya Intoleransi
oksigen
ke aktifitas
keluar
dari
pembuluh
lebih
tinggi, sementara
jumlah
cairan
yang direabsorpsi
kurang
dari
normal.
4.3 Diagnosa
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
intake
makanan
tidak
adekuat
(nafsu
makan
berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi
berhubungan
dengan
kerusakan
pertahanan tubuh
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang nya
informasi.
6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan
sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak
adekuat.
7. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang
menyerupai orang tua ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya
diri dan memalingkan wajah.
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem
transport oksigen sekunder akibat malnutrisi.
9. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya
masukan protein (malnutrisi).
4.3 Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
.
1.
Keperawatan
Gangguan
Kriteria Hasil
Tindakan
Pasien mendapat 1. Dapatkan
nutrisi kurang
nutrisi yang
dari kebutuhan
adekuat.
Setelah
tubuh
berhubungan
dengan intake
makanan tidak
adekuat (nafsu
makan
berkurang)
dan Rencana
lemah,
anoreksia, lesu,
keluarga
keperawatan,
untuk
diharapkan
menyuapi
pasien akan
dapat
- meningkatkan
meningkat
- badan tidak
lemah, ceria
dan segar
- BB normal, hb
kering, kusam,
jarang, putih dan
mudah dicabut,
membesar
untuk data
klien
orangtua atau 2. Sebagai
tindakan
normal
mudah lelah
- edema hilang
DO: berat badan
- rambut
turun, berat
distribusi rata,
badan tidak
hitam nampak
sesuai dengan
berminyak
tinggi badan,
- hepar tidak
edema, rambut
riwayat diet
2. Dorong
anggota
masukan oral.
yang ditandai - Nafsu makan
mengeluh badan
1. Riwayat diet
dilakukan
(Wong, 2004),
dengan:
DS : Klien
Rasional
support
lain
untuk anak
ketika
disaat makan
3. Gunakan alat
makan
yang
makan
3. Untuk
menambah
semangat
makan si
dikenalnya
anak
4. Perawat harus 4. Mencegah
ada
saat
makan
untuk
terjadinya
hal-hal yang
memberikan
tidak
bantuan,
diinginkan,
mencegah
memberi
gangguan dan
semangat
memuji
untuk
anak
makan
mereka
5. Sajikan
makansedikit
tapi sering
6. Sajikan porsi
kecil makanan
untuk anak
5. Menggunaka
n alat makan
yang dikenal
oleh anak
akan
menambah
semangat
dan
bersisik, hepar
setiap
membesar, hb
berikan
porsi
secara terpisah
7. berikan
rendah, mata
makanan
pucat dan
kebutuhan
nkan
dilakukan
keseimbanga
secara
n kebutuhan
bertahap
8. observasi
intake
protein dan
dan
output
9. observasi TTV
10. kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
untuk
pemberian
vitamin
gizi
makanm
6. Memenuhi
nutrisi anak.
7. Mempertaha
TKTP,
cekung.
untuk
kalori anak
8. Memastikan
haluaran
output sesuai
dengan
intake anak
9. Memenuhi
kebutuhan
dan
anak untuk
untuk
kebutuhan
makanannya.
11. penyuluhan
kesehatan
tubuhnya
10. Menambah
pengetahuan
anak dan
2.
Defisit volume
Tidak terjadi
cairan
dehidrasi
Setelah
berhubungan
dengan diare,
mual, muntah.
DS: respon
dilakukan
tindakan
keerawatan,
1. Monitor
keluarga
1. Untuk
tanda-tanda
mengetahui
vital dan
TTV dan
tanda-tanda
tanda
dehidrasi
2. Monitor
dehidrasi
diharakan klien
jumlah dan
dan keluarga.
DO: klien BAB
akan daat:
- Mukosa bibir
tipe masukan
lembab
tidak terjadi
peningkatan
suhu
turgor kulit
baik
cairan
3. Ukur kaluaran
urine dengan
akurat
4. Dorong
anak
2. Untuk
mengetahui
cairan pada
anak
3. Untuk
mengetahui
keluarga untuk
keseimbanga
membantu
n antara
pasien makan
5. Tawarkan
input dan
makanan
ringan
6. Atur
kemungkinan
transfusi
7. Pelihara IV
line
8. Monitor
respon klien
dengan
penambahan
cairan
output
4. Meningkatka
n nutrisi
klien
5. Mempercepa
t pemulihan
volume
cairan yang
berkurang
6. Mencegah
infeksi
7. Mengidentifi
kasi apakah
terdapat
reaksi alergi
atau reaksi
yang tidak
diinginkan.
Gangguan
Tujuan : Tidak
integritas
terjadi gangguan
kemeraha
terjadinya
kulit
integritas kulit
n,
kerusakan
berhubungan
dengan
gangguan
nutrisi/status
metabolik.
DS: keluarga
klien
Kriteria hasil :
a. kulit
tidak
kering
b. kulit
tidak
bersisik
c. elastisitas
normal
1. Monitor
pucat,eksk
oriasi
2. Dorong
mandi
2xsehari
dan
gunakan
menyatakan
lotion
klien tidak
setelah
bergairah dan
mandi
3. Massage
lesu.
DO: klien kulit
kulit
bersisisk, kering.
Kriteria
hasilususn
ya diatas
penonjola
n tulang
4. Ubah
1. Mencegah
pada kulit
2. Mandi dapat
menjaga
kebersihan
kulit
3. Massage
dapat
mencegah
terjadinya
kerusakan
kulit
4. Baring yang
sering akan
mengakibatk
an
penekanan
pada kulit
posisi
baring
pasien
setiap 2
4
Resiko
Tujuan
:Pasien
jam.
1. Mencuci
1. Tangan yang
tangan
bersih akan
berhubungan
menunjukkan
sebelum dan
terhindar
dengan
tanda-tanda
sesudah
dari kuman
kerusakan
pertahanan
tubuh,
infeksi
Kriteria hasil:
a. suhu tubuh
ditandai
normal
dengan:
(36,60
badan lemah,
lesu, pusing,
Hb
rendah,
BB
tidak
sesuai
dengan
tinggi badan,
melakukan
semua alat
C-
pasien
dalam batas
normal
c. badan tidak
lemah dan
ceria
d. pusing
verbal klien
kembali
f. BB normal
lemah, lesu,
kembali
g. mata tidak
pucat
tenaga
kesehatan
bersih/steril
tidak akan
mengakibatk
an infeksi
3. Mempertaha
nkan
keseimbanga
n kebutuhan
protein dan
kalori anak
4. Memastikan
dalam
TTV anak
prosedur
tetap dalam
kontrol
infeksi
4. berikan
makanan
batas normal
5. Antibiotik
sebagai
pengobatan
TKTP
5. monitoring
pusing, Hb
TTV
6. Beri
rendah, BB tidak
5.
bersih/steril
3. Instruksikan
dan keluarga
berkurang
e. Hb normal
tidak ceria.
DO: klien
yang kontak
dengan
37,70 C)
b. lekosit
mata pucat
DS:respon
yang terlihat
tindakan
2. Pastikan
2. Alat yang
sesuai dengan
antibiotik
tinggi badan,
sesuai
mata pucat
Defisiensi
program
1. Tentukan
6. Pengetahuan
tingkat
orang tua
pengetahuan
pasien
orangtua
mempengaru
Tujuan
pengetahuan
pengetahuan
berhubungan
pasien
dengan
keluarga
kurangnya
bertambah
Kriteria hasil:
dan
pasien
2. Mengkaji
hi perawatan
informasi
Menyatak
kebutuhan
ditandai
an
diet dan
dengan
kesadaran
jawab
ketidakmamp
dan
pertanyaan
uan keluarga
perubahan
sesuai
merawat
pola hidup
mengident
klien
dan
indikasi
3. Dorong
ifikasi
konsumsi
hubungan
makanan
mengalami
tanda dan
tinggi serat
anoreksia dan
gejala.
dan masukan
anoreksia
DO:klien
mual.
DS:
cairan
adekuat
4. Berikan
ketidakmampua
n keluarga
informasi
merawat klien
tertulis untuk
orangtua
pasien
6.
sesuai
indikasi agar
tidak
membingung
kan orangtua
pasien
8. Untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
pasien
9. Menambah
wawasan
orangtua
klien dalam
perawatan
pasien.
1. Tiap anak
Perubahan
Tujuan : Anak
pertumbuhan
mampu tumbuh
orangtua
mempunyai
dan
dan
tentang tugas
tugas
perkembanga
berkembang
perkembanga
perkemban
sesuai dengan
n yang sesuai
gan sesuai
berhubungan
usianya.
dengan
dengan
dengan
melemahnya
kemampuan
fisik dan
ketergantung
1. Ajarkan pada
pasien
7. Jawaban
kelompok
Kriteria hasil :
Terjadi
usia.
2. Kaji tingkat
usianya
2. Memastika
n
peningkatan
perkembanga
perkemban
dalam perilaku
n anak
gan anak
an sekunder
personal, sosial,
dengan
akibat
bahasa, kognitif
masukan
atau aktifitas
Denver II
3. Berikan
kesempatan
kalori atau
motorik sesuai
nutrisi yang
dengan usianya.
tidak
adekuat.
DS: tidak
adanya nafsu
batas
normal
3. Memberika
bagi anak
yang sakit
kesempatan
memenuhi
anak untuk
tugas
tetap
perkembanga
makan klien.
DO: BB
tetap dalam
n
4. Berikan
beraktivitas
4. Mainan
yang sesuai
turun dan
mainan
dengan
jauh dari
sesuai usia
usia akan
IMB,
anak.
membuat
terlihatperut
anak
yang buncit
tertarik dan
dan klien
kooperatif
mengalami
anoreksia
serta mual.
7.
Gangguan
Tujuan
1. Kaji secara
citra diri
Anak mampu
verbal dan
seberapa
berhubungan
mengubah
nonverbal
besar
dengan
body
Respon
gangguan
perubahan
menjadi
pasien
yang
wajah yang
positif.
terhadap
menyerupai
image
orang tua
- Kriteria hasil :
a. mempertah
ditandai
ankan
tubuhnya
2. Monitor
frekuensi
1. Mengkaji
muncul
2. Dapat
dijadikan
sumber
dengan anak
menjadi
pemalu dan
tidak percaya
diri dan
memalingkan
wajah
interaksi
sosial
b. mampu
mengkritik
dirinya
3. Jelaskan
motivasi
3. Meyakinka
n pasien
mengidentif
tentang
tentang
ikasi
pengobatan,
perawatan
kekuatan
perawatan
maupun
dan
medis yang
prognosis
dilakukan
personal
c. body image
positif
penyakit
4. Fasilitasi
kontak
dengan
individu lain
dalam
kelompok
kecil
dapat
mempercep
at proses
penyembuh
an
dandapat
memberi
pasien
harapan
positif
4. Mempermu
dah kontak
sosial dan
membangki
tan PD
8.
pasien
1. Agar tidak
Intoleransi
aktifitas
mampu
permainan
terjadi
berhubungan
beraktifitas
dan
dikubitus
dengan
sesuai
aktifitas
gangguan
dengan
sesuai
pada anak
2. Untuk
memaksimal
sistem
kemampuan
transport
nya.
oksigen
sekunder
akibat
malnutrisi.
9.
dengan
kan gerak
usia
2. Bantu
pasien
3. Agar anak
Kriteria
semua
merasa
hasil :
kebutuhan
nyaman jika
Menunjukkan
anak
dengan
kembali
dengan
keluarga dan
kemampuan
melibatkan
keluarga
melakukan
keluarga
mampu
aktifitas.
pasien
mandiri
Kebihan
Tujuan
volume
Kelebihan
terhadap
sulit kembali
cairan
volume
tanda
semula jika
berhubungan
cairan
dengan
terjadi.
rendahnya
Kriteria
masukan
protein
(malnutrisi).
tidak
luka
tekan
2. Ubah posisi
sedikitnya
terdapat
edema
2. Agar tidak
terjadi
2 jam
3. Kaji
dikubitus/per
a. Menyebut
masukan
lukaan
diet
dan
kan faktor3. Agar cairan
kebiasaan
faktor
tidak
yang dapat
penyebab
menunjang
menumpuk
4.
Terjadi
retensi
dan
cairan.
edema jika
metodeintake dan
metode
hasil :
pencegah
an edema
b. Memperlih
atkan
output tidak
seimbang
penuruna
n
edema
perifer
dan
sacral.
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan
tidak adekuat (nafsu
makan berkurang)
Implementasi Keperawatan
1. Mendapatkan riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau
anggota keluarga lain untuk
menyuapi anak atau ada
disaat makan
3. Meminta anak makan dimeja
dalam kelompok dan buat
waktu makan menjadi
menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang
dikenalnya
5. Perawat harus ada saat makan
untuk memberikan bantuan,
mencegah gangguan dan
memuji anak untuk makan
mereka
6. Menyajikan makan sedikit
tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil
makanan dan berikan setiap
Defisit
volume
Tanda
tangan
cairan berhubungan
dengan diare, mual,
klien
3. Mengukur
muntah
3
Gangguan integritas
kulit
berhubungan
dengan
gangguan
haluaran
nutrisi/status
metabolik.
4
tanda vital
2. Menghitung input dan output
pertahanan tubuh
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tanda vital
1. Meningkatkan
program
diet
sesuai indikasi
3. Mendorong keluarga untuk
menyajikan makanan tinggi
serat dan intake cairan yang
6
adekuat
1. Meningkatkan
Perubahan
pertumbuhan
dan
perkembangan
berhubungan dengan
pendidikan
riwayat
melemahnya
kemampuan
fisik
dan ketergantungan
sekunder
akibat
adekuat.
Gangguan citra diri
berhubungan
dengan
yang
menyerupai
orang
perubahan
wajah
pemeriksaan DDST
3. Mendorong keluarga untuk
menjadi
prognosis penyakit
2. Mendorong klien
mengungkapkan perasaanya
3. Memfasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil
diri
dan
memalingkan wajah
8.
Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
gangguan
sistem transport
oksigen
1. Memberikan
dan
permainan
aktifitas
dengan usia
2. Membantu
kebutuhan
melibatkan
sesuai
semua
anak
dengan
keluarga
pasien
sekunder akibat
malnutrisi.
9.
Kelebihan
volume
cairan
berhubungan
posisi
sedikitnya 2 jam
3 Mengkaji masukan diet dan
rendahnya
kebiasaan
yang
dapat
menunjang retensi cairan.
masukan protein
dengan
(malnutrisi).
4.5
Evaluasi
Nama
No
Diagnosa
Evaluasi
dan
Paraf
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan
berkurang)
2
O: BB pasien naik
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
Gangguan
kulit
dengan
gangguan kulitnya.
nutrisi/status
metabolik.
bersisik
A: tujuan telah tercapai
Perubahan
pertumbuhan
perkembangan
berhubungan dengan
melemahnya
sekunder
yang
tidak
adekuat.
Gangguan citra diri S: orang tua pasien mengatakan sus,
berhubungan dengan anak saya sudah ngomong dengan
perubahan
yang
orang
menyerupai
tua
ditandai
orang sekitar
dan
diri
dan
memalingkan wajah
Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan mainannya
dengan
gangguan sistem
transport oksigen
sekunder
malnutrisi.
Kelebihan
volume
berhubungan
dengan
rendahnya
masukan protein
(malnutrisi).
semakin berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan tindakan keperawatan
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering
ditemui pada Balita. Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan
makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta
DAFTAR PUSTAKA
Berhman, Kliegman dan Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Vol 1. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Chris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wong, L. D & Whaleys, 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid
2.Jakarta: Media Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta :
FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification
(NIC).Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006:
Definisi & Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima
Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC
Adiningsih. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda Tip Mengatasi anak sulit makan Sulit
makan sayur dan minum susu. Jakarta: Gramedia.