Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh
SHOFI KHAQUL ILMY
NIM. 105070200131010
KELOMPOK. 9
1. Definisi Asma
Menurut
GINA
(Global
Initiative
For
Asthma)
2002,
Asma
2. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma mencakup empat kategori antara lain:
1) Mild intermittent (ringan intermiten), dimana kondisi klien asma ringan
yang sebentar
2) Mild persistent,dimana kondisi klien dengan asma ringan yang terus
menerus atau menetap
3) Moderate persistent,dimana kondisi klien dengan asma sedang yang
terus menerus atau menetap
4) Severe persistent, dimana kondisi klien dengan asma berat yang terus
menerus atau menetap.
latihan,
emosi,
dan
polutan
lingkungan
yang
dapat
3. Epidemiologi Asma
Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun
hasil penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan
kuesioner ISAAC (Internationla Study on Asthma and Allergy in Children)
tahun 1995 prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003
meningkat menjadi 5,2%. Hasil survei asma pada anak sekolah di
beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi
asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7%-6,4%,
sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun 1995 dan
tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran
tersebut di atas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian secara serius.
Pada tahun 2002, sekitar 21,9 juta penduduk Amerika yang terjangkit
penyakit asma menyerang anak-anak lebih dari 8 juta anak yang umumnya
berusia dibawah 18 tahun.
Di Amerika, penyakit asma masuk dalam peringkat 10 besar yang
memiliki jumlah pasien rawat inap paling banyak. pada tahun 1980-1994,
terdapat 160 % terjadi peningkatan para pengidap asma hingga menyerang
pada balita. Sekitar 20 juta dari total penduduk Amerika menderita asma
dan 70 % diantaranya disebabkan oleh alergi.
4. Etiologi Asma
allergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang
peka. Alergen menyebabkan alergi pada orang-orang yang peka. Alergen
menyebabkan otot saluran nafas menjadi mengkerut dan selaput lendir
menjadi menebal. Selain produksi lendir yang meningkat, dinding saluran
nafas juga menjadi membengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga
nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya
sudah ada sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami
stres dan hamil merupakan salah satu stress secara psikis dan fisik,
sehingga daya tahan tubuh selama hamil cenderung menurun, daya tahan
tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan tersebar infeksi dan
pada keadaan ini asma dapat kambuh.
1) Faktor intrinsik
Infeksi
Fisik
atau sering
o Fatigue
o Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan bahkan
bicara.
o Kecemasan , labil, dan perubahan tingkat kesadaran
o Meningkatnnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest)
o Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur
Berikut tanda atau pola perilaku pada anak atau balita yang menderita
asma dilihat dari tingkat keparahan asma yang diderita, sebagai berikut :
1) Jika mengalami serangan asma ringan, anak memiliki ciri atau pola
perilaku, seperti :
o Anak tampak sesak saat berjalan.
o Pada bayi: menangis keras.
o Posisi anak: bisa berbaring.
o Kesadaran: mungkin irritable.
o Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
o Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi.
o Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
o Retraksi interkostal dan dangkal.
o Frekuensi nafas: cepat (takipnea).
o Frekuensi jalannya urat nadi: normal.
o Tidak ada pulsus paradoksus (< 10 mmHg)
o SaO2 % > 95%.
o PaO2 normal, biasanya tidak perlu diperiksa.
o PaCO2 < 45 mmHg
2) Jika mengalami serangan asma sedang, dengan ciri perilaku, seperti :
o Anak tampak sesak saat berbicara.
o Pada bayi: menangis pendek dan lemah, sulit menyusu/makan.
o Posisi anak: lebih suka duduk.
o Kesadaran: biasanya irritable.
o Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
o Mengi nyaring, sepanjang ekspirasi inspirasi.
o Biasanya menggunakan otot bantu pernafasan.
o Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya sedang.
o Frekuensi nafas: cepat (takipnea).
o Frekuensi nadi: cepat (takikardi).
o Ada pulsus paradoksus (10-20 mmHg)
o SaO2 % sebesar 91-95%.
o PaO2 > 60 mmHg.
o PaCO2 < 45 mmHg
3) Jika mengalami serangan asma berat tanpa disertai napas yang tibatiba berhenti :
o
o
o
o
o
o
o
torakoabdominal.
Retraksi dangkal/hilang.
Frekuensi nafas: lambat (bradipnea).
Frekuensi nadi: lambat (bradikardi).
Tidak ada pulsus paradoksus; tanda kelelahan otot nafas.
7. Patofisiologi Asma
Intrinsik (infeksi, psikososial,
stress)
Ekstinsik (inhaled
alergi)
Stimulasi reflek
reseptor syarat
parasimpatis pd
mukosa
Pelepasan
histamin tjd
stimulasi pd
bronkial smooth
Peningk
permiabilitas
vaskuler akibat
kebocoran protein
+ cairan dlm jar
edema mukosa
wheezing
Bronkus
menyempit
Gg pola
nps
Gg
cema
pertuk
aran
Ventilasi
terganggu
hiperkapnea
Supai
Suplai o2
8. Pemeriksaan
diagnostik
Asma
jar
O2 ke
Hipersekresi
mukosa
Penumpukan
sekret kental
Sekret tak keluar
Bernapas
efektif
dan pendatarankoma
diafragma.
2) Pemeriksaan
alergi; test kulit + yang menyebabkanketidakefekt
reaksi melepuh dan
gelisah
ifan jalan
hebat yang dapaat mengidentifikasikan allergen spesifik.
napas
5) Tes fungsi paru. Spirometri dapat dilakukan pada anak usia 5 atau 6
tahun,dan setiap anak usia 1-2 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan
napas rutin. Dalam spirometri akan mendeteksi:
9. Penatalaksanaan Asma
Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).
Tujuan :
o Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
o Mencegah eksaserbasi akut
o Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
o Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
o Menghindari efek samping obat
o Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
ireversibel
o Mencegah kematian karena asma
o Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai
potensi genetiknya.
Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara
dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat
tercipta apabila adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia
mendengarkan keluhan atau pernyataan pasien, ini merupakan kunci
keberhasilan pengobatan.
Ada 5 (lima) komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan
asma, yaitu:
pelayanan
kesehatan.
Penanganan
harus
cepat
dan
Prinsip pengobatan
Kontrol teratur
Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan
pasien adalah pelangi asma, sedangkan pada anak digunakan
lembaran harian.
o Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega
diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol
ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam
jangka panjang dan terus menerus. Untuk mengontrol asma
digunakan anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak,
kontrol
lingkungan
mutlak
dilakukan
sebelum
diberikan
Inhalasi kortikosteroid
antileukotrien
sebelum
Golongan
Nama generik
Bentuk/kemasan
obat
Pengontrol
(Antiinflamasi)
Steroid inhalasi
Flutikason
propionat
Budesonide
IDT
IDT, turbuhaler
Antileukokotrin
Oral(tablet)
Zafirlukast
Kortikosteroid
sistemik
Agonis beta-2
kerjalama
kombinasi
steroid dan
Agonis beta-2
kerjalama
Pelega
(Bronkodilator
)
Metilprednisolon
Prednison
Prokaterol
Formoterol
Salmeterol
Flutikason +
Salmeterol.
Budesonide +
formoterol
Agonis beta-2
kerja cepat
Salbutamol
Terbutalin
Oral(injeksi)
Oral
Oral
Turbuhaler
IDT
IDT
Turbuhaler
Prokaterol
Antikolinergik
Metilsantin
Kortikosteroid
sistemik
Fenoterol
Ipratropium
bromide
Teofilin
Aminofilin
Teofilin lepas
lambat
Metilprednisolon
Prednison
IDT, solution
IDT, solution
Oral
Oral, injeksi
Oral
Oral, inhaler
Oral
bersihan
jalan
napas
berhubungan
dengan
hipersekresi sekret
2) Gangguan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkus
3) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
11.
Intervensi Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan
jalan
napas
berhubungan
dengan
RR 18-24x/menit
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat ansietas yang dialami Mengetahui tingkat kecemasan
klien
untuk
memudahkan
dalam
kebiasaan
koping
koping
gunakan
Beri dukungan emosional untuk Dukungan
kenyamanan
dan
di
dapat
setiap
emosional
bisa
hati
Implementasikan teknik relaksasi
Jelaskan
yang
menurunkan
dan
menghilangkan kecemasan
prosedur Pemahaman terhadap prosedur
12. Evaluasi
Hasil yang diharapkan, klien dapat mempertahankan kebersihan jalan
nafas atas, mempertahankan oksigenasi atau ventilasi adekuat. Membantu
tindakan untuk mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan
nutrisi, dapat beraktivitas tanpa bantuan, memberikan informasi tentang
proses penyakit atau prognosis dan program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Halim Danukusantoso. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Penerbit
Hipokrates.
Smeltzer, C. Suzanne, dkk. 2000. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Vol 1. Jakarta : EGC.
Laily.
12
Juni
2007.
Pregnancy
and
Tuberculosis.
http://lely-
nursinginfo.blogspot.com/2007/06/Pregnancy-and-tuberculosis/html
Soedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga University
Press.
Frieri, Marianne.
402-412 WOMENS