Sunteți pe pagina 1din 27

Pengungkapan Rahasia Medis

Pengungkapan Rahasia Medis


Pengungkapan rahasia medis saat ini menjadi isu yang cukup kontroversial di
kalangan masyarakat bahkan di dalam lingkup medis itu sendiri. Seringkali kewajiban
untuk merahasiakan catatan medis seseorang bertabrakan dengan kepentingan umum
yang lebih besar. Dalam tulisan kami ini akan dibahas sekelumit hukum yang berkaitan
dengan kewajiban menyimpan rahasia medis, sanksi yang berlaku dan kaitannya dengan
pembukaan isi rekam medis dalam hal pendidikan, kewajiban dokter untuk melapor pada
yang berwajib bila menemukan pasien yang diduga sebagai korban kekerasan, adanya
penyakit menular yang membahayakan orang sekitar serta pro-kontranya dengan
kebebasan informasi.
Sebagai pendahuluan, sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengungkapan
rahasia medis yang dalam hal ini berkaitan dengan pembeberan isi rekam medis, ada
baiknya kita mengerti dulu makna rekam medis itu sendiri. Ada beberapa pengertian
rekam medis yang dipakai di Indonesia sebagai berikut:
1. Menurut Edna K Huffman:
Rekam Medis adalab berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan
bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat atau menjalani
pengobatan.
2. Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989:
Rekam Medis adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai identitas
pasien, basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima
pasien pada sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
3. Menurut Gemala Hatta
Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat
penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis
oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien.
4. Waters dan Murphy :

Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang keadaan pasien selama


perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan
5. IDI :
Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien.
6. BAB II butir 1 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK
No.78/Yan.Med/RS.UM.DIK/YMU/1/91:
Rekam medis di Rumah sakit adalah berkas yang berisikan catatan dan dokuman
tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama dirawat di rumah sakit
yang dilakukan di unit2unit rawat jalan termasuk unit gawat darurat dan unit rawat
inap.
Adapun isi Rekam Medis ialah catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk
data tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum isi Rekam Medis
dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu:
1. Data medis atau data klinis: Yang termasuk data medis adalah segala data tentang
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta basilnya, laporan
dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dsb. Data-data ini merupakan
data yang bersifat rabasia (confidential) sebingga tidak dapat dibuka kepada pibak
ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan
peraturan atau perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.
2. Data sosiologis atau data non-medis:
Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang tidak berkaitan langsung dengan
data medis, seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh
sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya merupakan
data yang juga bersifat rahasia (confidensial).

Manfaat dari rekam medis itu sendiri tertuang dalam Permenkes no. 749a tahun 1989
sebagai berikut:
Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.
Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
Bahan untuk kepentingan penelitian
Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Pihak yang berhak membuat rekam medis tertuang dalam BAB III butir 2 JUKLAK
PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS, yaitu :
Dokter Umum, Dokter spesialis, Dokter gigi dan Dokter gigi spesialis yang
berkerja di RS tsb.
Dokter tamu yang berada di RS tsb.
Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan medik.
Tenaga paramedis perawatan dan paramedis non perawatan yang langsung
terlibat di dalam pelayanan2 kepada pasien di RS meliputi: perawat, perawat gigi,
bidan, tenaga lab klinik, gizi, anestesia, penata rontgen, rehabilitasi medik, dsb.
Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang berupa
tindakan/konsultasi kpd pasien, yg membuat rekam medis adalah dokter yg
ditunjuk oleh direktur rumah sakit.
Kepemilikan Rekam medis di Indonesia diatur dalam Pasal 10 PERMENKES tentang
rekam medis yang menyebutkan:
(1) Berkas rekam medis milik sarana kesehatan
(2) Isi rekam medis milik pasien
Kewajiban memegang teguh rahasia jabatan merupakan syarat yang senantiasa
harus dipenuhi untuk menciptakan suasana percaya mempercayai yang mutlak diperlukan
dalam hubungan dokter pasien. Dimana hal ini juga merupakan hak bagi pasien untuk
memiliki keleluasaan pribadi dan keyakinan diri terhadap dokternya bahwa mereka akan
menyimpan rahasia nya itu, tapi sampai sejauh mana hal itu dapat dipegang?

Rahasia jabatan seorang dokter merupakan suatu kewajiban moril yang telah ada
sejak dahulu dimana yang menjadi pegangan adalah sumpah yang diciptakan oleh
Hippocrates Bapak Ilmu Kedokteran yang tersimpul dalam kalimat Apapun yang saya
lihat atau dengar selama menjalankan pengobatan atau malahan diluar itu , yang sama
sekali tidak seharusnya diberitakan kepada umum, akan saya simpan untuk saya sendiri
karena hal-hal itu memalukan untuk dibicarakan. Oleh karena norma-norma kesusilaan
yang berpokok pada sumpah hippocrates tersebut diatas dianggap tidak mencukupi,
karena banyak bergantung pada kelakuan dan tabiat perorangan, yang sudah tentu
berbeda-beda dan tidak selalu baik, maka diberbagai negeri di tegakan norma-norma
hukum.
Kesehatan akan tercapai jika tiap pasien dengan perasaan bebas dapat pergi ke
dokter, menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan tentang penderitaan jasmani
maupun rohani. Dan ini hanya mungkin bila pasien dapat menaruh kepercayaan
sepenuhnya kepada dokternya tanpa persaan takut atau khawatir, bahwa dokter itu akan
memberitahukan hal-hal mengenai penyakitnya kepada oarang lain, atau kepada
khalayak. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka norma-norma kesusilaan yang
telah ada dikuatkan dengan norma-norma hukum, yang kemudian dicantumkan dalam
beberapa peraturan dan undang-undang. Salah satu diantara berbagai peraturan itu
berwujud dalam sumpah atau janji dokter, yang walaupun dibebagai negara lafalnya ini
berbeda-beda tetapi mengandung makna yang sama dengan sumpah hippocrates. Yang
dalam lafal sumpah dokter Indonesia berbunyi Saya akan merahasiakan segala
sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai
dokter. Peraturan ini pun terdapat dalam kode etik kedokteran Bab II butir ke 11 yang
bunyinya Seorang dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, karena kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Untuk memahami rahasia jabatan ini dari sudut hukum kelakuan seorang dokter kita bagi
dalam dua jenis, yaitu:
1.

Kelakuan yang bersangkutan dengan pekerjaan sehari-hari.

Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah :

Pasal 11 PP Republik Indonesia No : 749/MENKES/PER/XII/1989


Tentang Rekam Medis/Medical Record yang berbunyi :
Rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya
Bab IV butir 2 Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor :
78/Yan.Med./RS.UM.DIK/YMU/I/91

Tentang

Petunjuk

Pelaksanaan

Penyelenggaraan Rekam Medik /Medical Record di Rumah Sakit, yang berbunyi :


Isi rekam medis adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiannya
Untuk melindungi kerahasiaan tersebut, maka dibuat ketentuan sebagai berikut :
a.

Hanya petugas rekam medis yang diizinkan masuk ruang penyimpanan rekam
medis.

b.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan badan
atau perorangan, kecuali yang telah ditentukan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku.

c.

Selama penderita deirawat rekam medis menjadi tanggung jawab perawat


ruangan dan menjaga kerahasiaannya.

Pasal 5 Kode Etik Profesi Rekam Medis yang berbunyi :


Setiap pelaksan rekam medis dan informasi kesehatan selalu menjunjung tinggi
doktrin kerahasiaan dan hak/kerahasiaan perorangan pasien dalam memberikan
informasi yang terkait dengan identitas individu dan sosial
Kewajiban untuk menyimpan rahasia ini juga tercantum dalam pasal 7 KODE ETIK
PROPESI REKAM MEDIS AMERIKA SERIKAT, yang berbunyi :
Jangan membuka rahasia tentang tindakan/kejadian yang tercantum dalam
laporan medis dan atau yang diketahuinya secara langsung yang dapat

membahayakan aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan atau aturan tindakan
profesi kecuali kepada pejabat yang berwenang.
Pasal 22 PP Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan,
Ayat 1 yang berbunyi :
Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksakan tugas propesinya
berkewajiban untuk menjaga kerahasian identitas dan data kesehatan pribadi
pasien
Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran
Pasal 1 PP no 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang
diketahui

oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama

melakukan

pekerajaannya dalam lapangan kedokteran

Pasal 2 PP no 10/1966
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang tersebut
dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih
tinggi daripada PP ini menentukan lain.
Pasal 3 PP no 10/1966
Yang wajib menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah :
a.
b.

Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.


Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang
ditetapkan oleh mentri kesehatan.

Pasal 4 PP no 10/1966

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahaasia


kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112
KUHP, mentri kesehatan dapat melakukan tindakan administratif

berdasarkan

pasal

UU tentang tenaga kesehatan.


Pasal 5 PP no 10/1966
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh
mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf b, maka mentri kesehatan dapat
mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kewajibannya.
Pasal 6 PP no 10/1966
Dalam pelaksanaan peraturan ini, mentri kesehatan dapat mendengar
Dewan Perlindungan Susila Kedokteran dan atau badan-badan lain bilamana
perlu.
Pasal 322 KUHP
1.

Barang siapa yang dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang ia wajib
menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang
maupun yang dulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus ribu rupiah.

2.

Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang yang tertentu, maka ini
hanya dituntut atas pengaduan orang tersebut.

Undang-undang ini sudah selayaknya berlaku untuk tiap orang, yang atas
pekerjaannya, berwajib menyimpan rahasia, jadi bukan untuk seorang dokter saja,baik ia
seorang dokter pemerintah, maupun doktrer partikelir.
Undang-undang ini memperkuat luas norma-norma kesusilaan yang telah ada,
karena tidak hanya mengancam pelanggaran yang dilakukan pada waktu sipelanggar
kerja aktif, umpamanya seorang dokter yang masih berpraktik, tetapi juga pelanggar yang

sudah berhenti atau pindah dari pekerjaannya semula, umpamanya seorang dokter
pemerintah yang telah pensiun atau seorang dokter partikelir yang tidak berpraktrk lagi.
Selama masih berpratek, maka boleh dianggap ada faktor kuat yang menjamin
seorang dokter tidak akan membuka rahasia tentang pasien-pasiennya, oleh katena hal
ini akan merugikan dirinya sendiri.
Seorang dokter yang dikenal sebagai pembuka rahasia mungkin sekali
prateknya makin lama makin merosot,suatu kejadian yang benar-benar merupakan
hukuman masyarakat.
Ayat 2 UU ini terutama penting berkenaan dengan rahasia jabatan dokter menurut
ayat ini seorang dokter yang membuka rahasia tentang pasiennya tidak dengan sendirinya
akan dituntut di muka pengadilan, melainkan hanya sesudah diadakan pengaduan oleh si
pasien.
Pasal 1365 Kitab Undang undang Hukum Sipil
Barang siapa yang berbuat salah hinggga seorang lain menderita kerugian ,
berwajib mengganti kerugian itu.
Seorang dokter berbuat salah kalau ia mungkin sekali tanpa disadari membuka
rahasia tentang seorang pasien yang kebetulan terdengar oleh mejikan orang yang sakit
itu. Lalu si majikan melepas pegawainya, karena takut penyakitnya akan menulari,
pegawai-pegawai lain. Si dokter diajukan oleh pasien itu. Selain hukum pidana menurut
pasal 322 KUHP dokter itu dapat dihukum sipil dengan diwajibkan mengganti kerugian.
Pada hakekatnya ancam,an hukum sipil ini menimbulkan berbagai soal yang
sulit-sulit yang dapat terjadi dalam pekerjaan kedokteran sehari-hari. Tentang hal ini
kelak akan diuraikan lebih lanjut.
Sumpah (janji) Dokter
Sumpah dokter yang lafalnya sebagai pengganti pasal 36 Reglement D.V.G., sekarang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah 1960 No. 26 dan diundangkan pada tanggal 2 Juni

1960. Sumpah ini sesuai dengan Pernyataan Jenewa 1948, jadi memuat semua asas susila
kedokteran yang bersumber pada Sumpah Hippocrates, ditambah dengan dengan
beberapa asas baru yang ditegakkan atas dasar pengalaman tentang kejahatan Nazi
Jerman dalam perang Dunia ke-II. Dengan berlakunya sumpah dokter baru itu segala
pertentangan yang menjadi cacat utama lafal sumpah yang lama dalam pasal 36
Reglement D.V.G., dan yang dulu telah banyak menimbulkan kebimbangan pada para
dokter yang tidak menguasai asas rahasia jabatan, sekarang hilang.
Berdasarkan apa yang diterangkan dalam penjelasannya, para dokter yang terkumpul
dalam musyawarah Kerja Susila Kedokteran Nasional di Jakarta mengusulkan kepada
Pemerintah supaya lafal itu diubah dan disesuaikan dengan keadaan sekarang.
2.

Kelakuan dalam keadaan khusus.

Menurut hukum maka setiap warga negara dapat dipanggil oleh Pengadilan untuk
didengar sebagai saksi selain itu seorang yang mempunyai keahlian dapat juga dipanggil
sebagai ahli. Maka dapatlah terjadi, bahwa seorang yang mempunyai keahlian
umpamanya seorang dokter, dipanggil sebagai saksi, sebagai ahli atau sekaligus sebagai
saksi ahli.
Sebagai saksi atau saksi ahli mungkin sekali ia diharuskan memberi keterangan
tentang seseorang (umpamanya terdakwa) yang sebelum itu telah menjadi penderita yang
diobatinya. Ini berarti ia seolah-olah diharuskan melanggar rahasia jabatannya.
Kejadian yang bertentangan ini dapat dihindarkan karena adanya : Hak undur diri
diantaranya tercantum dalam Pasal 277 Reglemen Indonesia yang dibaharui (R.I.D) dan
berbunyi :
1. Barang Siapa yang karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatannya yang
sah, diwajibkan menyimpan rahasia, boleh tetapi hanya dan terutama
mengenai hal yang diketahuinya dan dipercayakan kepadanya karena
martabatnya, pekerjaannya atau jabatannya itu.
2.

Pertimbangan , apakah permintaan untuk mengundurkan diri itu beralasan


atau tidak, diserahkan kepada pengadilan negara atau jika orang yang
dipanggil untuk memberi penyaksian itu orang asing maka pertimbangan itu
diserahkan kepada ketua pengadilan negara.

Penegakan hak undur diri dapat dianggap sebagai pengakuan para ahli hukum,
bahwa kedudukan rahasia jabatan itu harus dijamin sebaik-baiknya, malahan dengan
membebaskan seorang dokter ynag menjadi saksi atau saksi ahli, dari kewajibannya
untuk berceritera. Pembebasan itu tidak selalu datang dengan sendirinya. Menurut ayat 2
maka Pengadilan Negeri atau Ketua Pengadilan Negerilah yang memutuskan apakah
alasan yang dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk tidak berbicara itu, layak dan
dapat diterima atau tidak.
Dalam hal ini mungkin sekali timbul pertentangan yang keras antara pendapat
dokter dan pendapat hakim, yaitu bila hakim tidak dapat menerima alasan yang
dikemukakan oleh dokter untuk mengemukakan hak undur dirinya, karena ia
berkeyakinan bahwa keterangan yang harus diberikan itu melanggar rahasia jabatannya.
Bagi dokter maka pedoman yang harus menentukan sikapnya ialah tetap : Rahasia
jabatan dokter ialah pertama-tama dan terutama kewajiban moril. Alasan untuk
melepaskan rahasia dan pertimbangan sehat, yaitu ada atau tidaknya adanya kepentingan
yang lebih utama atau kepentingan umum.
Umpamakan seorang dokter sebagai saksi harus memberi keterangan mengenai
seseorang yang telah diperiksa dan diobatinya karena menderita luka-luka.
Pada sidang pengadilan ternyata si sakit itu ialah seorang penjahat besar yang
mmendapat luka-luka itu pada waktu ia melakukan tindakan pidananya. Keterangan
dokter itu sangat diperlukan oleh pengadilan agar rangkaian bukti menjadi lengkap. Kita
mudah mengerti, bahwa dalam hal demikian dokter itu wajib memberi keterangan, agar
masyarakat dapat dihindarkan dari kejahatan-kejahatan lain, yang mungkin dilakukan bila
ia dibebaskan. Pada peristiwa seperti tersebut diatas kita harus sadar, bahwa rahasia
jabatan dokter bukanlah dimaksudkan untuk melindungi kejahatan. Golongan yang
berpendirian mutlak, yang juga dalam hal serupa ini tidak sudi melepaskan rahasia
jabatannya, tidak hanya menjadi maknanya, yakni menjamin kepentingan umum,
malahan membahayakannya.
Untuk mengetahui apakah ada pelangaran pasal 322 KUHP yang semuanya
termasuk pelanggaran Undang-undang yang tidak dihukum , beberapa pasal itu ialah:
Pasal 48 KUHP

Tidak boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan karena terdorong oleh
adi paksa
Perlu ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dalam pasal 48 KUHP bukanlah adi
paksa mutlak (Relative overmacht). Seorang mengalami adipaksa mutlak bila ia
dihadapkan pada kekerasan untuk tekanan jasmani atau rohani sedemikian hingga ia tidak
berdaya dan kehilangan kehendak.
Pada keadaan adi paksa mutlak yang kebanyakan terjadi karena adanya tekanan rohani,
timbullah keadaan terpaksa atau darurat, sehinnga yang bersangkutan berbuat sesuatu hal
yang pasti tidak akan diperbuat olehnya bila keadaan terpaksa atau darurat itu tidak ada..
keadaan serupa itu menjadi sebab timbulnya pertentangan dalam jiwa orang yang
bersangkutan (conflict) yang hanya dapat diatasi, bilamana ia melakukan perbuatan yang
melanggar hukum. Hal ini biasanya berarti pengorbanan kepentingan suatu pihak kepada
kepentingan pihak lain. Contonya :
a.

Seorang sopir yang menderita epilepsi, yang jika penyakitnya bangkit pada
waktu ia sedang melakukan tugasnya pasti sangat membahayakan lalu lintas.

b.

Seorang guru yang menderita tuberculosis paru dan yang menimbulkan bahaya
akan menulari murid-muridnya pada waktu ia mengajar.
Dalam persoalan ini perlulah diadakan pertimbangan apakah dengan

mempertahankan rahasia secara mutlak dimana ada kemungkinan bahwa kepentingan


orang lain yang pada hakekat lebih utama dirugikan atau dikorbankan.
Pelanggaran rahasia jabatan yang terjadi pada konsult, pengajaran, rapat atau
permusyawaratan klinik itu sebenarnya dalah hal-hal yang termasuk dalam adipaksa, oleh
karena dalam hal-hal ini tidak hanya kepentingan si sakit sendiri yang diutamakan,
melainkan pada umumnya juga kepentingan yang lebih luas dan lebih besar. Baik pada
pengajaran klinik maupun pada rapat atau permusyawartan klinik tujuan terakhir tidaklah
lain dari pada membina dan memajukan ilmu kedokteran, yang sebenarnya beralas pada
kepentingan masyarakat.
Pasal 50 KUHP

Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undangundang, tidak dipidana.
Pasal 50 KUHP sering bersangkutan dengan kewajiban seorang dokter untuk
melaporkan: hal kelahiran, hal kematian, hal pennyakit menular. Kewajiban melaporkan
penyakit menular di indonesia diatur dalam undang-undang tentang wabah tahun 1962
No. 6. dalam hal ini dipahami, bahwa kepentingan umumlah yang harus diutamakan. Bila
seorang dokter yang menurut pendiriannya untuk memegang rahasia jabatan dalam hal
ini maka ia tidak hanya melanggar pasal ini tetapi juga membahayakan masyarakkat, oleh
karena membiarkan penyakit menular berlangsung tanpa tindakan yang diperlukan.
Pasal 51 KUHP
1)

Barang siapa melaskukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan


yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tidak dipidana.

2)

Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana


kecuali jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa perintah
diberikan dengan wewenang dan pelaksanaanya termasuk dalam lingkungan
pekerjaannya.
Pasal ini terutama penting bagi seorang dokter yang mempunyai kedudukan ganda

seoerti dokterangkatan bersenjata, seperti dokter biasa, dokter angkatan bersenjata wajib
menyimpan rahasia jabatannya mengenai para pasiennya sebaliknya pula sebagai seorang
militer ia harus berdiiplin militer dan harus taat pada perintah atasan.
HAK PASIEN ATAS RAHASIA PENYAKITNYA
Salah satu alasan mengapa Menteri Kesehatan menerbitkan Peraturan Tentang
Rekam Medis adalah :
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran.
Pada penjelasan disebutkan bahwa :

Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman
dan bebas. Ia harus dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan yang
mengganggunya, baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hak
itu berguna untuk menyembukan dirinya. Ia tidak boleh merasa khawatir bahwa segala
sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada orang lain, baik oleh dokter
maupun oleh petugas kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut.
Hak untuk disimpan rahasia penyakitnya ini, dicantumkan dalam :
1. Pasal 53 Ayat 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
yang berbunyi :
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
Penjelasan :
Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan
perawat, dalam melaksanakan tugasnya harus menghormati hak pasien.
Yang dimaksud dengan hak pasien antara lain ialah :

2.

Hak Informasi,

Hak untuk memberikan persetujuan,

Hak atas rahasia kedokteran,

Hak atas pendapat kedua (second opinion)

BAB II butir 8 Surat Edaran DIRJEN YANMED Tentang Pedoman Hak


Dan Kewajiban Pasien, Dokter Dan Rumah Sakit yang berbunyi :
Pasien berhak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.

SIAPA YANG WAJIB MENYIMPAN RAHASIA PENYAKIT PASIEN ?


Pasal 3 pp 10 Tahun 1966 menyebutkan :
Yang diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran adalah :
a.
b.

Tenaga Kesehatan.
Mahasiswa kedokteran , murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan / atau perawatan dan orang lain yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pada penjelasan pasal 2 disebutkan bahwa :


Berdasarkan pasal ini orang (selain daripada tenaga kesehatan) yang dalam
pekerjaannya berurusan dengan orang sakit atau mengetahui keadaan si sakit,
baik yang tidak maupun yang belum mengucapkan sumpah jabatan,
berkewajiban menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan si sakit.
Dengan demikian para mahasiswa kedokteran, kedokteran-gigi, ahli
farmasi, ahli laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai murid para medis dan
sebagainya termasuk dalam golongan yang diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri
Kesehatan dapat menetapkan, baik secara umum maupun secara insidentail, orangorang yang wajib menyimpan rahasia kedokteran, misalnya pegawai tata usaha pada
rumah-rumah sakit dan laboratorium-laboratorium.
TENAGA KESEHATAN YANG WAJIB MENYIMPAN RAHASIA PASIEN
Pengertian tentang tenaga kesehatan, diatur dalam :
1.

Pasal 1 butir 3 Undang-undang Tentang Kesehatan, yang berbunyi :


Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan upaya kesehatan.

2.

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1966 Tentang Tenaga


Kesehatan yang definisinya sama dengan yang tersebut diatas.

JENIS TENAGA KESEHATAN.


Pasal 2 PP Nomor 32 Tahun 1966 menyebutkan :
(1)

Tenaga kesehatan terdiri dari :


a.

Tenaga medis ;

b.

Tenaga Keperawatan ;

c.

Tenaga Kefarmasian;

d.

Tenaga Kesehatan Masyarakat ;

e.

Tenaga Gizi ;

f.

Tenga Keterapian Fisik ;

g.

Tenaga Keteknisan Medik.

(2)

Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

(3)

Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

(4)

Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

(5)

Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog


kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrastrator
kesehatan dan sanitarian.

(6)
(7)

Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.


Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis
Wicara.

(8)

Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi


elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi dan perekam medis.

RAHASIA PEKERJAAN DAN RAHASIA JABATAN.


Istilah yang terkenal dikalangan para tenaga kesehatan dan mahasiswa adalah
rahasia jabatan . Padahal didalam perundangundangan dibedakan antara rahasia
pekerjaan dan rahasia jabatan.
RAHASIA PEKERJAAN.
Rahasia pekerjaan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan
berhubung dengan pekerjaan atau keahliannya. Kewajiban untuk menyimpan rahasia
pekerjaan ini berlaku sejak bersangkutan mengucapkan sumpah atau janji pada akhir
pendidikan.
CONTOH :
1.

Seorang dokter, pada akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah untuk


menyimpan rahasia dengan lafal sebagai berikut :
Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan merahasiakan segala
sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan
saya sebagai dokter.

2.

Seorang perawat, pada akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah untuk


menyimpan rahasia, dengan lafal sebagai berikut :
Saya bersumpah / berjanji bahwa saya sebagai perawat kesehatan
tidak akan menceritakan kepada siapapun segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas saya, kecuali jika diminta pengadilan untuk
keperluan kesaksian.

Dengan mengucapkan sumpah atau janji seperti tersebut diatas, maka seorang dokter
atau seorang perawat diwajibkan untuk menyimpan rahasia sehubungan dengan
pekerjaannya. Kewajiban ini disebut sebagai kewajiban menyimpan rahasia
pekerjaan . Maksud daripada ketentuan ini adalah keharusan bagi yang bersangkutan
untuk tetap memegang teguh kewajiban itu, walaupun ia tidak menjadi / berstatus
pegawai negeri atau anggota ABRI.
RAHASIA JABATAN.
Rahasia jabatan ialah segala sesuatu yang diketahui dan harus
dirahasiakan sehubungan dengan jabatannya sebagai pegawai negeri sipil atau
anggota ABRI, karena sebelum diangkat sebagai pegawai tetap, yang bersangkutan
harus mengucapkan sumpah jabatan.
CONTOH :
Lafal sumpah pegawai negeri :
Saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau
menurut perintah, harus saya rahasiakan.
PERHATIAN :
Kewajiban menyimpan rahasia pasien harus tetap dipegang, meskipun
pasien tersebut telah meninggal dunia.
SANKSI HUKUM
Setiap tenaga kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk menyimpan
rahasia tentang penyakit pasien beserta data-data medisnya dapat dijatuhi sanksi

pidana, sanksi perdata maupun sanksi administratif, apabila dengan sengaja


membocorkan rahasia tersebut tanpa alasan yang sah, sehingga pasien menderita
kerugian akibat tindakan tersebut.
Akibat yang mungkin timbul karena pembocoran rahasia ini, misalnya :
-

Tidak jadi menerima santunan asuransi karena pihak asuransi membatalkan


keputusannya setelah mendapat informasi tentang penyakit yang diderita oleh
calon kliennya.

Tidak jadi menikah, karena salah satu pihak mendapat informasi mengenai
penyakit yang diidap oleh calon pasangannya.

Terjadi perceraian, karena salah satu pihak mengetahui penyakit yang


diidap oleh pasangannya.

Seorang pemimpin kalah dalam percaturan politik karena lawan politiknya


mendapat informasi mengenai penyakit yang diidapnya.

Merugikan negara, apabila informasi yang dibocorkan itu merupakan


rahasia negara.

SANKSI PIDANA
Pasal 322 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan bahwa :
(1)

Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut


jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia
diwajibkan untuk menyimpannya, dihukum dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

(2)

Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka


perbuatn itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

CATATAN :
1.

Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya


maupun rahasia jabatan (dan atau rahasia jabatan).

2.

Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya


dan atau rahasia jabatan, baik yang sekarang maupun yang telah lalu,
karena dia pindah pekerjaan atau telah pensiun.

3.

Ayat (2) menunjukkan bahwa delik ini adalah delik aduan, dimana
perkara itu tidak dapat diusut tanpa pengaduan dari orang yang dirugikan.
Pengaduan itu dapat dicabut kembali, selama belum diajukan ke sidang
pengadilan. Namun demikian, pada pasal 4 Penjelasan PP Nomor 10
Tahun 1966 disebutkan bahwa :
Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap
pembocoran rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduan.

Sebagai contoh :
Seorang pejabat kedokteran berulangkali mengobrolkan di depan orang banyak
tentang keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan demikian ia
telah merendahkan martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan
orang kepada pejabat pejabat kedokteran.
Pasal 112 KUHP.
Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau mengabarkan atau
menyampaikan surat, kabar dan keterangan tentang suatu hal kepada
asing, sedang diketahuinya bahwa surat, kabar atau keterangan

negara
itu harus

dirahasiakan demi kepentingan negara, maka ia dihukum dengan pidana penjara


paling lama tujuh tahun.
SANKSI PERDATA
Apabila pembocoran rahasia tentang penyakit pasien termasuk data-data
medisnya, mengakibatkan kerugian terhadap pasien, keluarganya maupun orang lain
yang berkaitan dengan hal tersebut, maka orang yang membocorkan rahasia itu dapat
digugat secara perdata untuk mengganti kerugian.
Hal ini diatur dalam Undang-Undang Tentang Kesehatan maupun dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Sipil atau Perdata (KUHS).
Pasal 55 Undang-Undang Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa :
(1)

Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelaian
yang dilakukan tenaga kesehatan.

(2)

Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan


sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 1365 KUHS.


Setiap perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi
orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya mengakibatkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Pasal 1366 KUHS.
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian karena
perbuatannya, tetapi atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau
kurang hati-hati.
Pasal 1367 KUHS.
Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya
atau disebabkan oleh barang-barang yang dibawah kekuasaannya.
Orang tua dan wali bertanggung jawab tentang kerugian yang disebabkan
oleh anak-anak belum dewasa yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka
melakukan kekuasaan orang tua atau wali. Majikan-majikan dan mereka yang
mengangkat orang-orang lain yang mewakili urusan-urusan mereka mereka adalah
bertanggung jawab tentang kerugian yang ditimbulkan oleh pelayan-pelayan atau
bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang
dipakainya. Guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang bertanggung jawab tentang
kerugian yang ditimbulkan oleh murid-murid dan tukang-tukang mereka selama
waktu orang-orang ini berada dibawah pengawasan mereka. Tanggung jawab yang
disebutkan diatas berakhir, jika orang tua-orang tua, wali-wali, guru-guru sekolah dan
tukang itu membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan untuk mana
mereka seharusnya bertanggung jawab.

Maksud daripada pasal 1367 KUHS ini adalah :


Apabila seorang bawahan melakukan kesalahan, maka yang digugat
adalah atasannya. Hal ini disebut juga dengan istilah respondeat superior
(tanggung jawab atasan). Sedangkan pidananya ditanggung sendiri oleh yang
bersangkutan.
SANKSI PIDANA UNTUK PEMBOCORAN RAHASIA REKAM MEDIS
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TENAGA
KESEHATAN.
Pasal 35 huruf d. Tentang Ketentuan Pidana yang diatur dalam PP Nomor 32 tahun
1966 Tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan :
Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
ayat 10 dipidana denda paling banyak Rp.10.000.000.00,- (sepuluh juta
rupiah).
Sedangkan bunyi pasal 22 ayat (1) yang dimaksud adalah :
Bagi setiap tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas
profesinya berkewajiban untuk:
a.

Menghormati hak pasien;

b.

Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi


pasien;

c.

Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan


tindakan yang akan dilakukan;

d.

Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;

e.

Membuat dan memelihara rekam medis.

SANKSI ADMINISTRATIF.

Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan peraturan


tentang rekam medis diatur dalam pasal 20 PERMENKES Tentang Rekam Medis
yang berbunyi :
Pelanggaran terhadap ketentuan ketentuan dalam peraturan ini dapat
dikenakan sanksi administratif mulai dari teguran sampai pencabutan ijin.
Pengungkapan Rahasia Medis Untuk Kepentingan Pendidikan
Pengungkapan informasi atau gambar atau pembicaraan mengenai pasien tanpa
ijin, meskipun dengan penyamaran identitas, jika si pasien dapat diidentifikasi melalui
nama, deskripsi, atau penampilannya, maka dapat menimbulkan perkara hukum karena
pelanggaran privacy. Sekalipun gambar atau informasinya dimuat dalam jurnal
kedokteran untuk tujuan pendidikan atau penelitian, jika si pasien dapat dikenali maka
dokter tersebut mudah kena ancaman perkara hukum karena pelanggaran rahasia
jabatan.
Seorang dokter yang menjadi pengajar klinik di fakultas kedokteran pada asasnya
berarti pelanggaran rahasia jabatan (Pasal 322 KUHP), yang biasanya tidak kita sadari
karena dianggap sudah selayaknya. Demikian pula ketika sedang bed-side teaching,
sebaiknya dokter dan mahasiswa klinik tidak membahas mengenai kondisi/penyakit
pasien didepan si pasien. Diskusi mengenai penyakit pasien dapat dilakukan diluar ruang
perawatan setelah bed-side teaching. Selain itu jika ingin melakukan demonstrasi
terhadap pasien sebaiknya pasien yang akan didemonstrasikan itu diberitahu lebih dahulu
dan diminta persetujuannya.
Pelanggaran rahasia jabatan yang terjadi pada saat pengajaran sebenarnya
termasuk bilangan adipaksa, oleh karena dalam hal ini tidak hanya kepentingan si pasien
sendiri yang diutamakan, melainkan pada umumnya juga kepentingan yang lebih luas dan
lebih besar. Tujuan akhir dari pengajaran klinik adalah membina dan memajukan ilmu
kedokteran, yang sebenarnya beralas pada kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, atas
kekuatan Pasal 48 KUHP, dokter yang bersangkutan akan dibebaskan dari ancaman
hukuman Pasal 322 KUHP.

Pada Permenkes RI tentang rekam medis disebutkan bahwa salah satu tujuan dari
rekam medis adalah untuk riset dan sebagai data dalam melakukan upaya peningkatan
mutu pelayanan medis. Permenkes ini juga memberikan peluang pembahasan informasi
medis seorang pasien di kalangan profesi medis untuk tujuan rujukan dan pengembangan
ilmiah. Demikian pula Asosiasi dokter sedunia (WMA, Oktober 1983) menyatakan
bahwa penggunaan informasi medis untuk tujuan riset dan audit dapat dibenarkan.
Kewajiban untuk melaporkan.
Seorang dokter dalam menjalankan profesinya mempunyai kewajiban-kewajiban
sebagaimana yang tertuang dalam Kode Etik Kedokteran, dimana salah satunya yaitu
pasal 13 tentang kewajiban seorang dokter terhadap pasien, yang berbunyi :
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tetang
seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Namun dalam praktek sehari-hari hal tersebut mendatangkan dilema, terutama bila dokter
tersebut dihadapkan dalam kasus2 tertentu. Adakalanya kita menemukan kasus2 seperti
ini:
1. Pasien yang kita tolong adalah korban dari tindak kekerasan. Apakah kita boleh
melaporkannya kepada yang berwajib. Apakah itu sudah termasuk dalam
pengungkapan rahasia medik?
2. Dalam kasus Child abuse. Apakah kita boleh melaporkannya kepada yang
berwajib. Apakah itu sudah termasuk dalam pengungkapan rahasia medik?
Untuk kasus no.1 dimana hal tersebut akan sering kita jumpai dalam praktek seharihari. Dimana seorang pasien yang kita tolong adalah korban dari tindak kekerasan.
Dalam hal tersebut kita harus mengetahui landasan hukum yang mengatur tentang hal
tersebut. Mungkin salah satu jawabannya ada pada KUHAP pasal 108 tentang Hak
dan Kewajiban Melapor khususnya pada butir pertama yang berbunyi :
1. Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban
peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau
pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis.

2. Setiap orang yang mengetahui pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
terhadap ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak
milik wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau
penyidik.
3.

Setiap pegawai negri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang mengetahui


tetang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera
melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik.

4. Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh
pelapor atau pengadu.
5. Laporan pengaduan yang diajukan secara lisan hsrus dicatat oleh penyidik dan
ditanda tangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik.
6. Setelah menerima laporan atau pengaduan , penyidik atau penyelidik harus
memberikan surat Tanda penerimaan laporan atau pengaduan kapada yang
bersangkutan.
Selain itu data-data medik yang telah kita buat dapat dibuka kembali untuk
kepentingan peradilan, sesuai dengan salah satu manfaat dari rekam medis yaitu
Legal value diamana Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan.
Pada kasus child abuse dimana kadang kala kita temui dalam praktek seharihari.Telah tertuang dalam Pedoman bagi dokter tentang penanganan KPA menurut
Asosiasi Dokter Sedunia (WMA). Pada butir ke-10 disebutkan bahwa Anak adalah
pasien karena itu juga harus menjadi tanggung jawab dokter untuk melakukan apapun
didalam batas kesanggupannya untuk melindung anak dari ancaman/ bahaya lebih
lanjut. Menghubungi pihak yang menangani perlindungan anak, diwajibkan oleh
hukum. Pada beberapa kasus, memasukkan anak dalam perawatan rumah sakit juga
diperlukan.
Orang yang belum dewasa (anak-anak)
Undang-undang yang mengurus tentang orang tua atau wali dari anak anak untuk
mengakses informasi mengenai anak-anaknya masih kurang jelas. Undang-undang di
beberapa negara bagian di Amerika menetapkan bahwa informasi mengenai jenis-jenis

pengobatan tertentu seperti pengobatan terhadap penyakit kelamin dan beberapa bentuk
pelecehan tidak dapat diinformasikan kepada orang lain tanpa persetujuan dari anak
tersebut. Beberapa undang-undang menetapkan bahwa para orang tua harus diberi tahu
sebelum anak-anaknya mendapatkan beberapa jenis perawatan.
Anak tersebut secara hukum telah dapat menetukan perawatan medik terhadap diri
mereka sendiri, maka kemungkinan para orang tua tidak mempunya hak untuk
memperoleh informasi mengenai perawatannya. Namun jika anak tersebut tidak dapat
melakukan pembayaran terhadap perawatannya dan mempercayakan orang tuanya untuk
membayar, maka orang tuanya berhak untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.
Bagaimanapun, pemberi informasi dapat memberikan informasi mengenai anak tersebut
kepada orang tua mereka tanpa resiko yang lebih besar akan pertanggung jawaban,
kecuali undang-undang negara bagian dengan jelas melarangnya.
Ketika anak-anak yang lebih dewasa ingin informasi mengenai dirinya
disembunyikan dari orang tua mereka, maka pemberi informasi harus membuat
keputusan yang pofesional mengenai informasi yang diberikan kepada orang tua kecuali
dalam keadaan tertentu dimana hukum ditetapkan, seperti ketika undang-undang
konstitusional mewajibkan atau melarang pemberitahuan. Pemberitahuan informasi pada
umumnya diperbolehkan ketika ada kemungkinan penyakit yang berbahaya seperti
penyakit menular pada anak-anak atau lainnya dan pencegahan terhadap penyakit yang
berbahaya membutuhkan keterlibatan orang tua.
Pasien sakit jiwa
Para wali dari pasien sakit jiwa diberikan hak untuk memperoleh informasi,
dimana keadaan sebaliknya pasien yang waras dapat memperoleh informasinya sendiri.
Bagaimanapun, beberapa pengadilan negara bagian telah menekankan bahwa
kepercayaan keluarga dan informasi dapat sangat mengecewakan pasien.
Ketika pasien sakit jiwa tidak mempunyai seorang wali, pada umumnya rumah
sakit mempercayakan otoritas pada keluarga terdekat atau orang lain yang bertanggung
jawab atas pengobatannya, khususnya untuk kelanjutan perawatan pasien atau
pembatalan administrasi.

Bila gangguan jiwa bersifat sementara dan pemberitahuan informasi agaknya


dapat ditunda, biasanya sangatlah bijaksana untuk menunggu sampai pasien mempunyai
haknya sendiri.
Kematian pasien
Setelah kematian pasien, jika ada seorang wali maka wali tersebut harus meminta
haknya sebelum mengeluarkan pernyataan. Jika tidak ada wali, otorisasi dapat diperoleh
dari orang terdekat seperti janda atau anaknya.
Pada banyak negara bagian, hanya wali atau administrator dari almarhum yang
mempunyai otoritas untuk mengesahkan pemberitaan kematian pasien. Sebagai
tambahan, banyak negara bagian menetapkan bahwa janda almarhum yang boleh
memperoleh informasi mengenai kematiannya. Sangat disarankan pada dokter untuk
memeriksa undang-undang negara bagian untuk menentukan adnya bahaya ketentuan
dam mengeluarkan pernyataan.
Pasien meninggalkan rumah sakit
Ketika pasien dikeluarkan, hanya dokter yang bertugas saat itu yang berhak
memeriksa status pasien, kecuali pasien atau walinya memberikan ijin pada dokter yang
lain.
Persetujuan untuk memberikan informasi.
Mengeluarkan informasi pasien berdasarkan otorisasi atau ijin dari pasien atau
walinya, mandat pengadilan dan mandat undang-undang.
Pasien harus diberitahu untuk berbagi informasi dengan petugas kesehatan lain,
dan pasien menandatangani inform consent.
Penyingkapan informasi kepada pihak ke III.
Pemeriksaan fisik calon pegawai. Apa yang harus dilakukan oleh seorang dokter
apabila dia harus memberikan informasi tenetang hasil pemeriksaan dalam hal ini
pemeriksaan terhadap para calon pegawai, kapada pihak ke III? Dimasa lalu, pengadilan

telah menetapkan bahwa tidak ada hubungan pasien dan dokter yang tercipta dalam
pemeriksaan fisik pegawai ; itu hanyalah hubungan nonkonsensual.
Kasus-kasus sekarang ini mengindikasikan bahwa pengadilan-pengadilan sedang
mengubah persepsi mereka terhadap hubungan pasien dan dokter. Seseorang datang
kedokter untuk pemeriksaan fisik pegawai atas rekomendasi atasannya seolah-olah
terlibat dalam hubungan pasien dan dokter hal ini menekankan kepada dokter atau
institusi yang diwakilinya bahwa adalah suatu tugas yang sangat penting untuk
membeberkan masalah kesehatan atau resiko kesehatan dari si pasien ini adalah bagian
dari fungsi kesehatan masyarakat dari seorang dokter umum dan sudah merupakan
tugasnya juga untuk memperingatkan. Sudah jelas bahwa tidak ada yang perlu
dipertanyakan kecuali pada beberapa kondisi tertentu yaitu seorang dokter mempunyai
tugas untuk menginformasikan masalah-masalah kesehatan pasiennya. Sekarang
pengadilan juga mempunyai tugas yang tidak kalah pentingnya yaitu melakukan
pemeriksaan murni yaitu berupa pangwasan terhadap dokter dan pihak ke-III, agar para
calon pekerja tersebut tidak dirugikan.
Menurut hukum kasus, baik dokter atau pasien mempunyai hak istimewa dimana
komunikasi antara mereka dapat menghindari campur tangan pihak ke-3. Bagaimanapun,
pengadilan-pengadilan telah secara khusus menunjukkan pada persoalan ini, sebagian
besar telah memutuskan untuk melindungi hak-hak pasien dari pernyataan informasi
rahasia yang tidak sah.
Kesalahan
Kesalahan2 pribadi, dalam kaitannya dengan praktek kedokteran, telah diketahui sejak
lama. Gangguan atau pelanggaran kerahasiaan mungkin diartikan sebagai pengambilan
foto-foto yang tidak diinginkan oleh seorang dokter sehingga menyebabkan sebuah
pengacauan tuntutan .jika media ikut terlibat maka gugatan meliputi tuntutan akan
publikasi diri pasien, tuntutan mengenai pasien yang tertukar ayau kesalah nama pasien
yang disalah gunakan untuk kepentinga komersial. Pertangguang jawaban seorang dokter
dalam sebuah kasusu pribadi didasarkan atas segala aktivitasnya atau keikut sertaan
dalam pelanggaran yang betubi-tubi. Bagaimanapun, pada kasus lain secara yuridiksi

dimana komunikasi antara pasien dan dokter tidak benar-benar dipertimbangkan hak2
istimewanya, pengadilan telah menolak mengakui segala pertanggung jawaban atas
penyingkapan ini.
Pelanggaran privasi.
Privasi dapat diartikan sebagai hak untuk menyimpan informasi mengenai diri sendri atau
pribadi sesorang yang tidak dapat diketahui orang lain. Beberapa negara bagian telah
mengakui bahwa hak2 privasi dilindungi oleh hukum
Pelanggaran kerahasiaan.
Mendiskusikan masalah pasien dengan pihak ketiga yang tidak barwenang adalah suatu
pelanggaran hukum dan pelanggaran rahasia kedokteran. Seorang pasien mempunya hak
mutlak untuk mengetahui apakah informasi yang diberikan pada seorang dokter tidak
akan diberitahuikan kepada orang lain tanpa seijin pasien. Hal ini berlaku untuk semua
tenaga kesehatan baik perawat maupun asisten dokter. Pengadilan telah menetapkan
bahwa tuntutan terhadap pelanggaran kerahasiaan didasarkan atas penyelewengan tugas
seorang dokter mengenai usaha perlindungan terhadap pemberitahuan informasi yang
tidak sah yang diperolah selama perawatan.

S-ar putea să vă placă și