Sunteți pe pagina 1din 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dyspepsia adalah masalah saluran pencernaan dengan gejala yaitu nyeri
abdomen kuadran kanan bawah abdomen. Tanda lainnya yang ditemui adalah
anoreksia hampir selalu ditemui yaitu sekitar 95% dari pasien dan kemudian baru
diikuti nyeri perut. Prevalensi penyakit dispepsia beragam, sebagian besar penelitian
menunjukkan, hampir 25 % orang dewasa mengalami gejala dyspepsia pada suatu
waktu dalam hidupnya. Suatu survey menyebutkan, sekitar 30% orang yang berobat
ke dokter umum disebabkan gangguan saluran cerna terutama dyspepsia. Dan 40 50
% yang datang ke specialis disebabkan gangguan pencernaan, terutama dyspepsia. Di
Indonesia diperkirakan 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek
spesialis merupakan kasus dispepsia. Di Amerika, prevalensi dispepsia sekitar 25%,
tidak termasuk pasien dengan keluhan refluks. Keluhan dispepsia merupakan
keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari
Dispepsia masih menimbulkan masalah kesehatan karena merupakan masalah
kesehatan yang kronik dan memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga
meningkatkan biaya perobatannya. Maka dari itu penting untuk mengetahui dan
memahami aspek yang tepat untuk ketepatan perawatan pada pasien dyspepsia.
Sebagai seorang perawat harus siap dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan

proses

keperawatan

diantaranya

pengkajian,

diagnosa,

intervensi,

implementasi dan evaluasi. Diagnosa keperawatan yang tepat dan juga merupakan
landasan umum sebagai perawat yaitu berasal dari NANDA, NOC dan NIC. maka
dari itu penyusun membuat makalah ini sebagai penunjang pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien dyspepsia.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.

Hal apa yang dikaji dalam pengkajian pasien dyspepsia?


Apa saja diagnosa pada penyakit dyspepsia dan apa diagnosa utamanya?
Apa saja intervensi yang dilakukan perawat terhadap pasien dyspepsia?
Bagaimana evaluasi pada pasien dyspepsia?

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui dan memahami pengkajian pasien dyspepsia.


Mengetahui dan memahami diagnosa keperawatan penyakit dyspepsia.
Mengetahui dan memahami intervensi yang dilakukan pada pasien dyspepsia.
Mengetahui evaluasi pada pasien dyspepsia

BAB II
PROSES KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengkajian Identitas Pasien
Kaji identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, alamat
2.1.2 Pengkajian Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian
samping dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak
nafsu makan, kembung, rasa kenyang.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman beralkohol
dan pola makan yang tidak teratur.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan emosional klien bisa terlalu stres, Sering nyeri pada
daerah epigastrium, klien sering mual dan muntah, klien
mengalami kelelahan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita
penyakit saluran pencernaan
2.1.3 Dasar pengkajian Gejala Dispepsia pada Klien
1. Terdapat nyeri pada daerah epigastrium
2. Pada saat Auskultasi Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak
terdengar (<5x/menit)
3. Produksi HCL lambung meningkat
2.1.4 Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola persepsi manajemen kesehatan

Perawat perlu mengkaji tentang bagaimana penanganan kesehatan klien


ketika sakit dan bagaimana persepsi klien terhadap penyakitnya, apakah
klien ada memeriksakan diri ke klinik terdekat sebelum dibawa kerumah
sakit atau klien percaya kepada hal-hal gaib pada klien dispepsia.
2. Pola nutrisi metabolik
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola nutrisi metabolic klien, berapa
kali klien makan sehari, bagaimana nafsu makan klien,menurun atau
meningkat, bagaimana dengan BB klien, apakah ada perubahan
3. Pola Eliminasi
Perawat perlu mengkaji bagaimana BAB dan BAK klien, konsistensinya,
warnanya, berapa kali klien BAB dan BAK dalam sehari, apakah klien
pakai alat bantu defekasi dan miksi
4. Pola aktivitas dan latihan
Bagimana pola aktivitas klien apakah klien mandiri atau beraktivitas
dibantu oleh keluarga
5. Pola istirahat dan tidur
Perawat perlu mengkaji lebih lanjut seperti berapa lama klien biasanya
tidur dalam sehari,jam berapa klien biasanya klien tidur, serta apakah ada
gangguan dalam tidurnya
6. Pola persepsi kognitif
Perawat harus mengkaji dan memeriksa bagaimana respon penglihatan,
pendengaran, reseptor nyeri dan respon alat indra lainya, kemampuan
berpikir klien, apakah klien bisa membuat keputusan.
7. Pola persepsi diri
Perawat perlu mengkaji apakah klien mengalami trauma, bagaimana
klien memandang dirinya.
8. Pola Koping dan toleransi stress
Perawat perlu mengkaji bagaimana manajemen stress klien. Apa yang
biasa dilakukan klien ketika stress
9. Pola peran hubungan
Perawat perlu mengkaji bagaimana

hubungan

klien

didalam

keluarganya, apakah klien mengalami kesulitan dalam menjalankan


perannya.
10. Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola seksual klien. Apakah klien
sudah mempunyai anak.

11. Pola keyakinan


Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji
apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien.
2.1.5 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan
2)

cemas,
Palpasi
Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena

3)

pasien sering muntah


Auskultasi
Peristaltik sangat lambat

4)

dan

hampir

tidak

terdengar

(<5x/menit)
Perkusi
Pekak karena meningkatnya produksi HCl lambung dan
perdarahan akibat perlukaan

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti:
pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia
fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan
sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional,
gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin


banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari
suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera
2. kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan cairan volume aktif

2.3 Asuhan Keperawatan NANDA, NOC dan NIC


NO
1

NANDA

NOC

NIC

Nyeri akut b.d agen


1. Kontrol nyeri
cidera
Defenisi :

1. Managemen nyeri
Defenisi :

Data subjektif :
Pasien

Pengurangan rasa nyeri serta


peningkatan kenyamanan yang
bisa diterima oleh pasien

mengeluh nyeri
Pasien

Perilaku seseorang untuk


mengontrol nyeri.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama x 24
mengatakan
jam,daya tahan pasien akan
dengan Aktivitas:
susah tidur pada meningkat
indikator:
Lakukan penilaian nyeri
malam hari
Menilai
lamanya
secara
komprehensif
Pasien
nyeri.
dimulai
dari
lokasi,
mengatakan
Menilai
faktor
karakteristik,
durasi,
nafsu
makan
penyebab
frekuensi,
kualitas,
Gunakan
catatan
intensitas dan penyebab.
menurun
nyeri
Kaji
ketidaknyamanan
Penggunaan
non
secara
nonverbal,
analgesic
untuk
terutama untuk pasien
Data objektif :
mengurangi nyeri.
yang
tidak
bisa
mengkomunikasikannya
Penggunaan
Dilatasi pupil

Tekanan darah
Penurunan RR

Klien tampak meringis

analgesic
yang
disarankan.
Melaporkan
tanda/gejala nyeri
pada
tenaga
kesehatan.
Menilai
gejala
nyeri.
Melaporkan
bila
nyeri terkontrol
2. Tingkatan nyeri
Defenisi :

Beratnya nyeri diamati atau


dilaporkan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x 24
jam,daya tahan pasien akan
meningkat
dengan
indikator:

Indikator :

Nyeri dilaporkan
Panjang episode
nyeri
Menggosok daerah
yang terkena
Mengerang dan
peduli
Ekspresi wajah
nyeri
Kegelisahan
Agitasi
Sifat lekas marah
Meringis
Cemerlang

secara efektif
Pastikan
pasien
mendapatkan perawatan
dengan analgesic
Gunakan
komunikasi
yang terapeutik agar
pasien dapat menyatakan
pengalamannya terhadap
nyeri serta dukungan
dalam merespon nyeri
Tentukan dampak nyeri
terhadap
kehidupan
sehari-hari (tidur, nafsu
makan,
aktivitas,
kesadaran,
mood,
hubungan
sosial,
performance kerja dan
melakukan
tanggung
jawab sehari-hari)
Bantu
pasien
dan
keluarga mencari dan
menyediakan dukungan.
Gunakan
metoda
penilaian
yang
berkembang
untuk
memonitor
perubahan
nyeri
serta
mengidentifikasi faktor
aktual dan potensial
dalam
mempercepat
penyembuhan
Tentukan
tingkat
kebutuhan pasien yang
dapat
memberikan
kenyamanan pada pasien
dan rencana keperawatan
Menyediakan informasi
tentang nyeri, contohnya

Diaforesis
Pacing
Fokus menyempit
Ketegangan otot
Kehilangan nafsu
makan
Mual
Intoleransi
makanan

penyebab
nyeri,
bagaimana kejadiannya,
mengantisipasi
ketidaknyamanan
terhadap prosedur
Kontrol
faktor
lingkungan yang dapat
menimbulkan
ketidaknyamanan pada
pasien (suhu ruangan,
pencahayaan, keributan)
Ajari
untuk
menggunakan
tehnik
non-farmakologi
(spt:
biofeddback,
TENS,
hypnosis, relaksasi, terapi
musik, distraksi, terapi
bermain,
acupressure,
apikasi
hangat/dingin,
dan pijatan ) sebelum,
sesudah
dan
jika
memungkinkan, selama
puncak nyeri , sebelum
nyeri
terjadi
atau
meningkat,
dan
sepanjang nyeri itu masih
terukur.

2. Administrasi Analgesik.
Defenisi :
Penggunaan agen farmakologi
untuk
menghentikan
atau
mengurangi nyeri.
Aktivitas :

tentukan
karakteristik,

lokasi,
kualitas,

dan
derajat
nyeri
sebelum pemberian obat
cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
cek riwayat alergi
pilih analgetik yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari
analgetik
ketika
pemberian lebih dari
satu
tentukan
pilihan
analgetik
tergantung
tipe dan beratnya nyeri
tentukan
analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
monitor
vital
sign
sebelum dan sesudah
pemberian
analgetik
pertama kali
berikan analgetik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
evaluasi
efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala (efek samping)
mengelola
analgesic
sekitar
jam
untuk
mencegah puncak dan
melalui
analgesia,
terutama dengan sakit
parah
Mengevaluasi
efektivitas
analgesic
pada interval yang
sering rutin setelah
setiap
administrasi,

2.

Kekurangan nutrisi
1. Status nutrisi
kurang
dari Definisi :
kebutuhan tubuh b.d
Sejauh mana nutrisi yang
ketidakmampuan
dicerna dan diserap untuk
mencerna makanan.
memenuhi
kebutuhan
Data subjektif :
metabolisme.
a) Nyeri abdomen
b)Penurunan
berat Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x 24
badan 20% atau
jam,daya tahan pasien akan
lebih
meningkat
dengan
c) Pasien
mengatakan
indikator:
tidak nafsu makan
d)Pasien
mengatakan
Asupan gizi
makan hanya sekali
dalam sehari
e) Pasien
mengatakan
susah menelan

Asupan makanan
Asupan cairan
Energi
Perbandingan berat

tetapi terutama setelah


dosis
awal,
juga
mengamati untuk tandatanda dan gejala efek
tak
diinginkan
(misalnya,
depresi
pernapasan, mual dan
muntah, mulut kering,
dan sembelit)
Ajarkan
tentang
penggunaan analgesik,
strategi
untuk
mengurangi
efek
samping, dan harapan
untuk terlibat dalam
keputusan tentang nyeri

1. Managemen nutrisi
Defenisi :
Menyediakan
mempromosikan asupan
yang seimbang.

dan
gizi

Aktivitas :

Tentukan status gizi


pasien dan kemampuan
untuk
memenuhi
kebutuhan gizi
Identifikasi
alergi
makanan pada pasien
atau intoleransi
Tentukan
preferensi
makanan pasien
Anjurkan pasien tentang
kebutuhan nutrisi (yaitu ,

10

Data objektif:
a) Bising usus
b) Mukosa pucat
c) Rambut rontok

tinggi
Hidrasi

2. Status nutrisi :
intake makanan
Defenisi :
Kecukupan nutrisi
yang masuk ke dalam
tubuh.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x 24
jam,daya tahan pasien akan
meningkat
dengan
indikator:

Intake kalori
Intake protein
Intake lemak
Intake karbohidrat
Intake vitamin
Intake mineral
Intake zat besi
Intake kalsium
Intake sodium

membahas pedoman diet


dan piramida makanan)
Bantu pasien dalam
menentukan
pedoman
atau piramida makanan
(misalnya , piramida
makanan vegetarian ,
panduan
piramida
makanan, dan piramida
makanan untuk pasien
berusia lebih dari 70
tahun) yang paling cocok
dalam
memenuhi
kebutuhan
gizi
dan
pilihan pasien
Tentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
Berikan makanan pilihan
sambil
menawarkan
bimbingan
terhadap
pilihan yang lebih sehat ,
jika perlu
Atur pola makan , yang
diperlukan ( yaitu ,
menyediakan makanan
berprotein
tinggi,
menyarankan
menggunakan bumbu dan
rempah-rempah sebagai
alternatif untuk garam,
menyediakan pengganti
gula , meningkatkan atau
menurunkan
kalori,
menambah
atau
mengurangi vitamin ,

11

mineral , atau suplemen )


Dorong keluarga untuk
membawa
makanan
kesukaan pasien selama
di rumah sakit atau
perawatan fasilitas , jika
perlu
Tawarkan
makanan
ringan padat nutrisi
Pastikan
diet
yang
menyertakan
makanan
tinggi kandungan serat
untuk
mencegah
konstipasi
Pantau kalori dan asupan
makanan
Pantau penurunan dan
kenaikan berat badan
Anjurkan pasien untuk
memonitor kalori dan
asupan
makanan
( misalnya , buku harian
makanan )
Anjurkan
persiapan
makanan yang aman

2. Terapi nutrisi
Defenisi :
Pengelolaan makanan dan cairan
untuk
mendukung
proses
metabolisme pada pasien yang
mengalami
malnutrisi
atau
tingginya resiko mendapatkan
malnutrisi.

Aktivitas :
Mengontrol

penyerapan

12

makanan/cairan
dan
menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
Memantau
ketepatan
urutan makanan untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi harian
Menetapkan
dalam
kolaborasi dengan ahli
diet,banyaknya
kalori
dan
tipe
kebutuhan
nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Menentukan
jimlah
kalori dan jenis zat
makanan yang diperlukan
untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli
makanan, jika diperlukan
Memilih
suplemen
nutrisi, jika diperlukan
Menetukan
kebutuhan
makanan
saluran
nasogastric
Memastikan
mengonsumsi makanan
berupa makanan yang
tinggi
serat
untuk
mencegah konstipasi
Memberi pasien makanan
dan minuman tinggi
protein, tinggi kalori, dan
bernutrisi yang siap
dikonsumsi,
jika
diperlukan
Membantu pasien untuk
memilih
makanan
lembut, lunak dan tidak

13

3.

Kekurangan
cairan
kekurangan
volume aktif

volume
1. Keseimbangan
b.d
cairan.
cairan Defenisi :
Keseimbangan cairan
intraseluler dan
ekstraseluler dalam tubuh

Data subjektif :
Pasien
mengeluh

Setelah dilakukan tindakan


lemah
saat keperawatan selama x 24
jam,daya tahan pasien akan
melakukan
meningkat
dengan
aktivitas
indikator:
Pasien
mengatakan
BAK

hanya

sekali dalam 2

hari

Data objektif :

Tekanan darah :
DBH.
Tekanan erteri ratarata : DBN
Tekanan vena
sentral : DBH
Tekanan hambatan
pulmonal : DBH

asam, jika diperlukan


Mengatur
pemasukan
makanan, jika diperlukan
Anjurkan
membawa
makanan dimasak dari
rumah ke institusi, jika
diperlukan
Memberi makanan yang
menarik, dengan cara
yang
menyenangkan,
memberikan tambahan
warna,
tekstur,
dan
variasi
Mengajarkan pasien dan
keluarga tentang memilih
makanan.

1. Managemen cairan.
Defenisi :
Mengatur keseimbangan cairan
dan mencegah komplikasi akibat
jumlah cairan abnormal
Aktivitas :

Timbang BB tiap hari


Pertahankan intake yang
akurat
Monitor status hidrasi
(seperti
:
kelebapan
mukosa membrane, nadi.
Monitor
status
hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
Monitor TTV
Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan
(seperti :edem, asites,
distensi vena leher)

14

Penurunan

Palpasi nadi perifer


Hipotensi
Ortostatik (-)
Kesimbangan
intake & output
(24jam)
Perubahan suara
napas (-)
Kestabilan berat
badan
Asites (-)
Distensi vena leher
(-)
Edema Perifer (-)
Mata Cekung (-)
Kebingungan (-)
Rasa haus abnormal
(-)
Hidrasi kulit
Kelembaban
mukosa kulit
Elektrolit serum :
DBN
Hematokrit : DBN
Berat jenis Urin
DBN

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama x 24
jam,daya tahan pasien akan

Monitor perubahan BB
klien
sebelum
dan
tekanan darah
sesudah dialisa
Penurunan
Monitor status nutrisi

denyut jantung
Monitor respon pasien
Lidah kering
untuk meresepkan terapi
Mukosa kering
elektrolit

Peningkatan
Anjurkan klien untuk
suhu tubuh
intake oral

Turgor
kulit
Distribusikan cairan> 24
jam
kering

Tawarkan snack (seperti :

jus buah)
Konsultasi
dengan

dokter, jika gejala dan

tanda kehilangan cairan


makin buruk

Persiapkan
untuk

administrasi
produk
darah

Berikan terapi IV

Berikan cairan
Berikan diuretic, Berikan

cairan IV
Nasogastrik
untuk

mengganti
kehilangan

cairan
2. Managemen elektrolit.
Defenisi :
Mengupayakan keseimbangan
dari elektrolit dan mencegah
2. Hidrasi
komplikasi yang tidak normal
Definisi:
air yang cukup dalam atau level elektrolit serum yang
kompartemen intraseluler tidak di inginkan
dan ekstracellular tubuh.
Aktivitas :

Monitor ketidaknormalan
elektrolit serum yang ada
Monitor
manifestasi

15

meningkat
indikator:

dengan

turgor kulit
membran mukosa
lembab
asupan cairan
output urin
natrium serum
jaringan perfusi
fungsi kognitif

klinis dari elektrolit yang


tidak seimbang
Menjaga kepatenan jalan
IV
Berikan cairan, seperti
resep, jika sesuai
Menjaga
keakuratan
intake dan output
Bersihkan IV dengan
aliran cairan elektrolit ,
jika sesuai
Berikan
supplemen
elektrolit (ex, oral, NG,
dan IV) seperti yang
ditentukan, jika sesuai
Konsultasikan
dengan
dokter tentang pemberian
elektrolit-sparing
obat
(spiranolactone),
jika
sesuai
Monitor
kehilangan
elektrolit
(Suction
nasogastric,
drainase
eleostomi, diare, drainase
luka, Dan diaporesis)
Langkah-langkah untuk
mengontrol Kehilangan
Elektrolit
Yang
berlebihan
(dengan
mengistirahatkan usus,
merubah tipe diuresis,
atau
mengelola
antiperetik) jika sesuai
Memberikan diet yang
tepat
untuk
ketidakseimbangan
elektrolit pasien (tinggi
pottasasium,
lemah
sodium, dan makanan

16

rendah karbohidrat)
Instruksikan pasien dan
atau keluarga untuk
memodifikasi
diet
khusus, jika sesuai
Ajarkan
pasien
dan
keluarga tentang tipe,
penyebab dan cara untuk
menyeimbangkan
elektrolit
Konsultasikan
dengan
dokter jika tanda dan
gejala cairan dan / atau
ketidakseimbangan
elektrolit menetap atau
memburuk
Monitor respon pasien
dari terapi elektrolit yang
diresepkan
Monitor efek samping
dari
dari tambahan
suplemen elektrolit yang
diresepkan ( GI iritasi)

2.4 Evaluasi Tindakan Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen cidera
S: Pasien mengeluh masih merasakan nyeri didaerah sekitar epigastrium
O: Pasien tampak meringis
A: Masalah belum teratasi
P: Konsultasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesic
2.

kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


17

S: Pasien mengatakan sudah lebih kuat dari sebelumnya


O: pasien sudah mampu melakukan aktivitas perlahan dan lemahnya
berkurang/BB pasien bertambah
A: Masalah Teratasi
P: Lanjut kepada diagnosa keperawatan selanjutnya
3. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan cairan volume aktif
S: pasien mengatakan BAK nya sudah normal
O: pasien tampak mata nya tidak cekung, adanya perbaikan turgor kulit dan
mukosa mulut tidak kering
A: Masalah teratasi
P: lanjutkan asuhan keperawatan yang belum teratasi.

18

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses Keperawatan dilakukan mulai dari Pengkajian. Diagnosa, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi. Pada klien penderita dyspepsia terdapat tiga diagnosa
yang diangkat diantaranya nyeri akut, kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan kekurangan volume cairan. Penyakit dyspepsia juga merupakan penyakit
dengan gejala khas diantaranya kuadran kanan bawah abdomen atau sekitar daerah
epigastrium. Tanda lainnya juga ada yaitu anoreksia dan disfagia.
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu diutamakan sesuai tanda dan
gejala yang sering muncul dan berhubungan sebagai pemicu dari tanda dan gejala lain
yang muncul. Maka dari itu perlu pengkajian yang sistematis dan lengkap agar
mengetahui diagnosa mana yang akan menjadi diagnosa utama. Kemudian
penyusunan intervensi juga berdasarkan NANDA NOC dan NIC yang menjadi
landasan perawat. Pada bagian Evaluasi dilakukan sesuai dengan keadaan kondisi
klien apakah masalah keperawatan tersebut teratasi atau sebagian teratasi atau tidak
teratasi sehingga dapat membuat rencana tindak lanjut selanjutnya.

19

S-ar putea să vă placă și