Sunteți pe pagina 1din 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Asfiksia dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan untuk membantu
proses belajar mengajar.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Bengkulu, Juni 2015
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................................
1.2. TUJUAN ...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
2.1. KONSEP TEORITIS ........................................................................................
2.2. PROSES KEPERAWATAN ..............................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
3.1. KESIMPULAN .................................................................................................
3.2. SARAN .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.Di Indonesia,
dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di
bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab
kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%,
trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.Berbagai
upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama
kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga
professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia,
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan
keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.Oleh karena itu,
keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat penting
dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru
lahir.
1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.2.1 TUJUAN UMUM
Memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien Asfiksia
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
a. Memahami pengkajian
b. Memahami perumusan diagnosa keperawatan
c. Memahami perencanaan
d. Memahami implementasi
e. Memahami evaluasi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. KONSEP TEORITIS
2.1.1. DEFINISI
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama
kehamilan atau persalinan. Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh
penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia gerapi
darum, anemia berat, cacat bawaan atau teroma. Asfiksia dalam persalinan dapat
disebabkan oleh pertus lama, ruktura akteri yang membakar, tekanan terlalu kuat
kepada anak pada plasenta, prolapsus, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak
tepat pada waktunya, plasenta previa, solusia plasenta, palacenta tua (serotinus). (
2.1.2. ETIOLOGI
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
bergantung

pada

pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan

pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran

darah

umbilikal

maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia (Parer, 2008).


Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan.
a. Penyakit infeksi akut.
b. Penyakit infeksi kronik.
c. Keracunan oleh obat-obat bius.
d. Uremia dan toksemia gravidarum.
e. Anemia berat.
f. Cacat bawaan.
g. Trauma.
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O
Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus

mengganggu sirkulasi
darah ke plasenta.

Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.


Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan

panggul.
Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi

uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.
Trauma dari dalam : akibat obat bius.
2.1.3. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan.Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.Apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus
neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode
apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak dimulai segera.

2.1.4. WOC
Paralisis Pusat
Pernafasan

Persalinan lama, lilitan


tali pusat, persentasi
janin abnormal

Obat-obatam

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2

Paru-paru terisi cairan

dan kadar CO2


meningkat
Obstruksi jalan nafas

Gg metabolisme dan
perubahan asam basa

MK: Bersihan jalan


nafas tidak efektif

Asidosis respiratorik

Napas cepat

Dipsneu
Suplai O2 dalam darah
menurun

Gg perfusi ventilasi

MK: Resiko ketidak


seimbangan suhu
tubuh

Napas cuping hidung,


sianosis, hipoksia

DJJ dan TD menurun

MK: Ketidak
efektifan pola napas

MK: Gangguan
Pertukaran Gas

2.1.5. MANIFESTASI KLINIS


Distres pernafasan (Apneu / megap-megap)
Detak jantung (tak terukur )
Refleks / respons bayi lemah
Tonus otot menurun
Warna kulit biru / pucat
2.1.6. KOMPLIKASI

Edema total, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia,


enterokolitis, nekrotikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask
berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks.
2.1.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium Biasanya ditemukan menurunya kadar hematokrit dan
peninggian trombosit akibat hiperaktivitas sumsum tulang.
Laboratorium Untuk menunjukan adanyan cairan spinal yang bercampur
darah atau xantokrom disertai dengan peninggian jumlah sel darah merah
dan protein, serta penurunan glukosa.
USG Untuk memantau berbagai perubahan yang terjadi akibat

perdarahan.
2.1.8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.
Memberikan jalan nafas dengan penghisap lender dan kasa steril.
b.
Potong tali pusat dengan teknik aseptic dan anti septik
c.
Apabila bayi tidak menangis lakukan cara sebagai berikut
1. Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus
dada, perut atau punggung
2. Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan mouth to
mouth.
d. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksia
dengan cara :
1. Membungkus bayi dengan kain hangat
2. Badan bayi harus dalam keadaan kering
3. Jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan minyak atau
baby oil untuk membersihkan tubuhnya
4. Kepala bayi ditutup dengan baik atau topi kepala yang terbuat dari
plastic
e. Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawat selanjutnya :
1. Membersihkan badan bayi
2. Perawatan tali pusat
3. Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat
4. Melaksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan
5. Memasang pakaian bayi
6. Memasang peneng (tanda pengenal) bayi

f. Mengajarkan dengan orang tua/ibu cara :


1. Membersihkan jalan nafas
2. Menetakkan yang baik
3. Perawatan tali pusat
4. Memandikan bayi
5. Mengobservasi keadaan pernafasan bayi
g. Menjelaskan pentingnya :
1. Pemberian ASI sedini mungkin sampai usia 2 tahun
2. Makanan bergizi bagi ibu
3. Makanan tambahan buat bayi diatas usia + 4 bulan
h. Apabila nilai apgar pada menit kelima belum mencapai nilai normal,
persiapkan bayi untuk dirujuk kerumah sakit. Jelaskan kepada keluarga
bahwa anaknya harus dirujuk kerumah sakit.
2.2. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Ruang
:

tanggal masuk
nomor register

:
:

a. Identitas orang tua


Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa.
b. Identitas bayi baru lahir
Nama, jenis kelamin, dan tanggal lahir.
c. Keluhan utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
d. Riwayat Persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
e. Pemeriksaan fisik:
1. Keadaan umum tampak lemah
2. Kepala : bentuk mesocephal, ubun-ubun besar sudah menutup.
3. Mata : sklera tak ikterik, konjungtifa tak anemis
4. Hidung : bentuk simetris, ada cuping hidung, nampak megap-megap,
belum napas
5. Telinga : bentuk simetris, tak ada kotoran
6. Mulut : bibir sianosis, membran mukosa tak kering
7. Leher : tak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Dada : bentuk simetris, ada retraksi dada
9. Frekuensi nafas < 30 kali/menit, atau apena (henti napas > 20 detik)
10. Jantung : denyut jantung < 100 kali/menit

11. Paru-paru : masih terdengar suara nafas tambahan ( ronkhi basah +)


12. Abdomen : meteorismus + tali pusat berwarna putih dan masih basah
13. Kulit : warna kulit sianosi
14. Extremitas : tak ada tonus otot, tonus otot sedikit/lemah
15. Refleks : tak ada reflek moro
2. DIAGNOSA
1. Dx I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
2. Dx II : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan perfusi
ventilasi
3. Dx III : Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
penurunan suplai O2 dalam darah.
4. Dx IV : Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan dipsneu
3. PERENCANAAN
No

Tujuan dan kriteria hasil

Dx
I NOC :
Respiratory status :

Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Aspiration control

tracheal suctioning
Auskultasi suara
sesuadah

suctioning
Berikan O2 dengan

nafas yang bersih, tidak

menggunakan

ada sianosis dan

nasal untuk
memfasilitasi

dispneu
Menunjukkan jalan

nafas efektif
Mampu

nasotracheal
Monitor status O2

klien
Buka jalan nafas,

suction

mengidentifikasi faktor

Memenuhi kebutuhan
oral pasien

Mengetahui status secret


yang terdapat dalam

nafas sebelum dan

Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara

Pastikan
kebutuhan oral /

Kriteria hasil :

Rasional

NIC :

Intervensi

bronkus

Memenuhi kebutuhan
O2 pasien

Mengetahui kebutuhan

O2 pasien
Memanfaatkan jalan
nafas

Mengurangi tekanan

pencegah

gunakan teknik

pada paru

chin lift / jaw


thrust bila perlu
Posisikan pasien

mengefektifkan

untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien

perlunya
pemasangan alat

jalan nafas buatan


Lakukan fisiologi

dada bila perlu


Keluarkan sekret
dengan batuk /
suction
Auskultasi suara

Membantu
pernafasan

Mengeluarkan sputum

Mengeluarkan sekret

Mengetahui adanya
bunyi nafas tambahan

Mencegah terjadinya
kekurangan cairan
akibat sesak nafas

nafas

Atur intake untuk


cairan
mengoptimalkan
keseimbangan

II

NOC :

Respiratory status : gas

exchange
Respiratory status :

ventilation
Vital sign status

NIC :
Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift/jaw

thrust
Monitor rata-rata,

Mematenkan jalan
nafas

Mengetahui adanya
tanda-tanda sesak
nafas

kedalaman, irama

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan

dan usaha

Suara nafas bersih

peningkatan ventilasi

respirasi
Monitor suara

Mengetahui adanya

dan oksigenasi yang

adekuat
Mendemonstrasikan

batuk efektif
Tanda-tanda vital

dalam rentang normal


Memelihara kebersihan

nafas
Monitor pola
nafas

Berikan
bronkodilator

bradipena, takipneu,
kusmaul, dll

Mendilatasi bronkus

Mengetahui adanya
kesulitan bernafas

Catat pergerakan

paru-paru dan bebas

dada, amati

dari tanda-tanda distres

kesimetrisan,

pernafasan

penggunaan otot
tambahan,
retraksi otot
supradaukular

III

NOC :
Termoregulasi
Termoregulasi :
newborn
Kriteria hasil :
Suhu kulit normal
Suhu badan 360 C - 370

C
TTV dalam batas

normal
Hidrasi adekuat
Tidak hanya menggigil
Gula darah DBN
Keseimbangan asam

basa DBN
Bilirubin DBN

dan intercostal
NIC :
Pantau suhu bayi

baru lahir sampai

stabil
Pantau TD, nadi,

bayi baru lahir

dan nutrisi

masukan cairan

benar
Memenuhi
kebutuhan cairan

keadekuat
dan nutrisi
Tempatkan bayi

Agar tindakan dapat


dilakukan dengan

dan RR dengan
tepat
Tingkatkan

Mengetahui suhu

Agar bayi terasa


nyaman

bayi baru lahir


pada ruangan
isolasi atau bawa

pemanas
Pertahankan
panas tubuh bayi

Mempertahankan
kehangatan tubuh

bayi
Mengethui suhu bayi

Monitor suhu

bayi min tiap jam


Monitor TD,

nadi, RR
Monitor warna

dan suhu kulit


Selimuti pasien

Mengetahui TD,

nadi, RR
Mengetahui warna

kulit dan suhu bayi


Menjaga agar
kehangatan tubuh
bayi

untuk mencegah
hilangnya
IV NOC :

Respiratory status :

Ventilation
Respiratory status :

Airway Patency
Vital sign status

kehangatan tubuh
NIC :
Buka jalan nafas,

gunakan teknik

thrust bila perlu


Posisikan pasien
memaksimalkan

batuk efektif dan suara

ventilasi
Identifikasi pasien

sianosis dan dipsneu


Menunjukkan jalan

nafas yang paten


Tanda-tanda vital
dalam rentang normal
(TD, nadi, pernafasan)

untuk

Mendemonstrasikan
nafas bersih, tidak ada

nafas

chin lift / jaw

Kriteria hasil :

Memanfaatkan jalan

pada paru

jalan nafas buatan


Lakukan fisiologi

dada bila perlu


Keluarkan sekret
dengan batuk /

suction
Auskultasi suara

nafas
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan

10

Membantu
mengefektifkan

perlunya
pemasangan alat

Mengurangi tekanan

pernafasan

Mengeluarkan sputum

Mengeluarkan sekret

Mengetahui adanya

bunyi nafas tambahan


Mencegah terjadinya
kekurangan cairan
akibat sesak nafas

keseimbangan

4. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dan disesuaikan
dengan kondisi klien.
5. EVALUASI
1. Diharapkan jalan napas bayi kembali efektif.
2. Diharapkan pola napas bayi kembali normal.
3. Diharapkan petukaran gas kembali normal
4. Diharapkan tidak terjadi cidera pada bayi

11

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus,
tidak pernah mati. Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain,
akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. Kanker Laring adalah keganasan
pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
Penyebab utama dari kanker laring tidak diketahui. Kanker laring
mewakili 1% dari semua kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor
penyebabnya adalah Tembakau, Alkohol dan efek kombinasinya, Ketegangan
vocal, Laringitis kronis, Pemajanan industrial terhadap karsinogen, Defisiensi
nutrisi (riboflavin) dan, Predisposisi keluarga
3.2. SARAN
3.2.1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang askep
terkhusus dengan pasien Asfiksia dapat diterapkan asuhan keperawatan.
3.2.2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai askep
terkhusus dengan pasien Asfiksia

12

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. Hardhi Kusuma.2013. APLIKASI NANDA NIC-NOC.


Yogyakarta : Medi Action

ZR,

Arief.

Weni

Kristiyana

Sari.2009.NEONATUS

&

ASUHAN

http://www.riyawan.com/p/asuhan-keperawatan-asfiksia-1.html,

diakases

KEPERAWATAN ANAK. Yogyakarta : NUHA MEDIKA


-

pada tanggal 11 Juni 2015

13

S-ar putea să vă placă și