Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh
Fajrin Nurrahmi, S. Kep
NIM 082311101012
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN ANEMIA APLASTIK
Oleh Fajrin Nurrahmi, S. Kep.
milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Jika dilihat satu
persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan
merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas
pembungkus luar atau stroma, berisi masa hemoglobin.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk
dari asam amino dan emerlukan zat besi. Sel darah merah dibentuk di
dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih dan tak
beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum
dalam batang iga-iga dan dari sternum.
Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai
tahap : mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin,
kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan
baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel
menjadi usang dan dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelial,
terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi
asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan
dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan
dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin
diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang
berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna
hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui
fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap
100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100%. Dalam berbagai
bentuk anemi jumlah hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam
beberapa bentuk anemi parah, kadar itu bisa dibawah 30% atau 5 gr setiap
100 ml. Karena hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk
bergabung dengan oksigen, maka pasien dengan enemia akan
memperlihatkan gejala kekurangan oksigen seperti napas pendek. Ini
sering merupakan salah satu gejala pertama anemia kekurangan zat besi
(Pearce, 2000).
c. Etiologi
1. Primer (kongenital)
Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan
sebagian dari padanya diturukan menurut hukum mendell, contohnya
anemia Fanconi. Anemia Fanconi merupakan kelainan autosomal
resesif yang ditandai oleh hipoplasia sumsung tulang disertai
pigmentasi coklat dikulit, hipoplasia ibu jari atau radius, mikrosefali,
retardasi mental dan seksual, kelainan ginjal dan limpa.2
Disebabkan karena pansitopenia konstitusional fanconi, defisiensi
pankreas pada anak, gangguan herediter pemasukan asam folat ke
dalam sel.
2. Sekunder
a) Karena bahan kimia dan fisik
1) hidrokarbon siklik :benzena dan trinitrotoluena
2) insektisida : chlordane atau DDT
3) arsen anorganik
4) obat-obat yang Dose dependen
a. obat sitostatika
b. preparat emas
5) obat yang dose independent
a. khloramfenikol : 1/60.000-1/20.000 pemakaian
khloramfenikol : 61%
fenibutasol:
19%
antikonvulsan:
4%
Sulfonamid:
3%
sampai berat
paling sering timbul dalam bentuk perdarahan kulit seperti petechie
dan
echymosis.
Perdarahan
mukosa
dapat
berupa
epistaxis,
atau
aplastik
mempunyai
bermacam-macam
derajat
c) Nuclear
Magnetic
Resonance
imaging
merupakan
cara
h. Penatalaksanaan
1. Menghentikan semua obat-obat atau penggunaan agen kimia yang
diduga menjadi penyebab anemia aplastik.
2. Anemia : transfusi PRC bila terdapat anemia berat sesuai yang
dibutuhkan.
3. Pendarahan hebat akibat trombositopenia : transfusi trombosit sesuai
yang dibutuhkan.
4. Tindakan pencegahan terhadap infeksi bila terdapat neutropenia berat.
5. Infeksi : kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila
organisme spesifik tidak dapat diidentifikasi, G-CSF pada kasus yang
menakutkan; bila berat badan kurang dan infeksi ada (misalnya oleh
bakteri gram negatif dan jamur) pertimbangkan transfusi granulosit
dari donor yang belum mendapat terapi G-CSF.
6. Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik : pemeriksaan
histocompatibilitas pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.
Pengobatan spesifik aplasia sumsum tulang terdiri dari tiga pilihan
yaitu transplantasi stem sel allogenik, kombinasi terapi imunosupresif
(ATG, siklosporin dan metilprednisolon) atau pemberian dosis tinggi
siklofosfamid.9
Terapi
standar
untuk
anemia
aplastik
meliputi
pasien, adanya donor saudara yang cocok (matched sibling donor), faktorfaktor
resiko
seperti
infeksi
aktif
atau
beban
transfusi
harus
C. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
a) Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
b) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
c) Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
d) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya
e) Ataksia, tubuh tidak tegak
f) Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda
lain yang menunjukkan keletihan
2. Sirkulasi
a) Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
b) Palpitasi (takikardia kompensasi)
c) Hipotensi postural
d) Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T
e) Bunyi jantung murmur sistolik
f) Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
g) Sclera biru atau putih seperti mutiara
h) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonsriksi kompensasi)
i) Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
j) Rambut kering, mudah putus, menipis
3. Integritas Ego
a) Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis
transfusi darah
b) Depresi
4. Eliminasi
a) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
b) Flatulen, sindrom malabsorpsi
c) Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
d) Diare atau konstipasi
e) Penurunan haluaran urine
f) Distensi abdomen
5. Makanan / cairan
a) Penurunan masukan diet
b) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
c) Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
d) Adanya penurunan berat badan
e) Membrane mukusa kering,pucat
f) Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
g) Stomatitis
h) Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
6. Neurosensori
a) Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
b) Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
c) Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
d) Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
e) Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
f) Hemoragis retina
g) Epistaksis
h) Gangguan koordinasi, ataksia
7. Nyeri/kenyamanan
a) Nyeri abdomen samar, sakit kepala
8. Pernapasan
a) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
b) Takipnea, ortopnea dan dispnea
9. Keamanan
a) Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida,
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
fenilbutazon, naftalen
Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis
b. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
penurunan
c. Perencanaan
No.
1.
Diagnosa
Perubahan perfusi
jaringan berhubungan
dengan penurunan
komponen seluler yang
diperlukan untuk
pengiriman oksigen /
nutrisi ke sel.
Intervensi
Ukur tanda-tanda vital, observasi
pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
1.
2.
3.
Rasional
Memberikan informasi
tentang keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu kebutuhan
intervensi.
Dispnea, gemericik
menunjukkan CHF
karena regangan jantung
lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.
Iskemia seluler
mempengaruhi jaringan
miokardial/potensial
resiko infark.
Dapat mengindikasikan
gangguan perfusi
serebral karena hipoksia
Vasokonstriksi (ke organ
vital) menurunkan
sirkulasi perifer.
Kolaborasi
6. Observasi hasil pemeriksaan
laboratorium darah lengkap.
Perubahan nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan
kurang dari kebutuhan
tindakan keperawatan 3 x
tubuh berhubungan
24 jam pasien mampu
dengan kegagalan untuk mempertahankan berat
mencerna atau ketidak
badan yang stabil
mampuan mencerna
Kriteria hasil :
makanan / absorpsi
a. Asupan nutrisi adekuat
nutrisi yang diperlukan b. Berat badan normal
6. Mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan
pengobatan/respons
terhadap terapi
7. Meningkatkan jumlah sel
pembawa oksigen,
memperbaiki defisiensi
untuk mengurangi resiko
perdarahan.
8. Memaksimalkan
transpor oksigen ke
jaringan.
9. Transplantasi sumsum
tulang dilakukan pada
kegagalan sumsum
tulang/ anemia aplastik.
1. Mengawasi masukan
kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi
makanan.
2. Makan sedikit dapat
menurunkan kelemahan
dan meningkatkan
asupan nutrisi.
3.
3. Gejala GI menunjukkan
efek anemia (hipoksia)
pada organ.
4. Meningkatkan napsu
makan dan pemasukan
oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri,
meminimalkan
kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan mulut
diperlukan bila jaringan
rapuh/luak/perdarahan.
5. Mengetahui efektivitas
program pengobatan,
mengetahui sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
6. Bila ada lesi oral, nyeri
membatasi tipe makanan
yang dapat ditoleransi
7. Meningkatkan masukan
protein dan kalori.
pencernaan.
yang normal.
Kriteria hasil :
a. Frekuensi defekasi 1x
setiap hari
b. Konsistensi feces
lembek, tidak ada
lender / darah
c. Bising usus dalam batas
normal
Intoleran aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
yang tepat.
2. Bunyi usus secara umum
meningkat pada diare
dan menurun pada
konstipasi.
3. Menurunkan distensi
abdomen.
1. Manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru
5.
Resiko infeksi
berhubungan dengan
penurunan daya tahan
tubuh sekunder
leucopenia, penurunan
granulosit (respons
inflamasi tertekan).
peningkatan toleransi
aktivitas.
Kriteria hasil :
a. Tanda tanda vital
dalam batas normal
b. Pasien bermain dan
istirahat dengan tenang
c. Pasien melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuan
d. Pasien tidak
menunjukkan tanda
tanda keletihan
3. Mencegah kelelahan.
4. Meningkatkan istirahat,
mencegah kebosanan
dan menarik diri.
1. Demam
mengindikasikan
terjadinya infeksi.
2. Tempatkan pasien di ruang isolasi 2. Mengurangi resiko
bila memungkinkan dan beri tahu
penularan
keluarga supaya menggunakan
mikroorganisme kepada
masker saat berkunjung.
pasien.
3. Pertahankan teknik aseptik pada
3. Mencegah infeksi
setiap prosedur perawatan.
nosokomial.
Kolaborasi
4. Lekositosis
4. Observasi hasil pemeriksaan
leukosit.
mengidentifikasikan
terjadinya infeksi dan
leukositopenia
mengidentifikasikan
penurunan daya tahan
tubuh dan beresiko untuk
terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Inherited.
http://www.mhprofessional.com/downloads/products/