Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di negara maju
dan negara yang sedang berkembang. Jumlah penderita penyakit jantung adalah
29% dari seluruh jumlah populasi dan mencapai 56 juta kematian setiap tahunnya
di seluruh dunia. 12% dari jumlah kematian ini disebabkan oleh penyakit jantung
arteri koroner atau penyakit jantung iskemik. Angina adalah kondisi klinis
episodik yang ditandai dengan gejala tertekan hebat atau tekanan berat pada dada
dan nyeri menjalar ke rahang, bahu, punggung atau lengan. Stable angina
merupakan nyeri dada atau rasa tidak nyaman pada dada yang mempunyai pola
konsisten dan tidak mengalami perubahan dalam keparahan penyakit, durasi dan
waktu munculnya penyakit. Angina jenis ini biasanya berlangsung selama satu
hingga lima menit dan dapat dipengaruhi stres emosional. Angina jenis ini dapat
berkurang melalui istirahat dan episode terjadinya angina dapat diprediksikan.1
Kuantitas nyeri yang pertama sekali timbul biasanya nyata, dari beberapa
menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan berat maka harus
dipertimbangkan sebagai angina tak stabil (Unstable Angina Pektoris = UAP)
sehingga dimasukkan ke dalam sindrom koroner akut/acute coronary syndrome
(ACS) yang memerlukan perawatan khusus. Jumlah penderita UAP adalah lebih
dari 1 juta rawatan di RS dan 6-8% pasien dengan kondisi ini mengalami infark
miokardial non fatal atau kematian dalam 1 tahun setelah diagnosis ditegakkan.
Beragamnya defenisi unstable angina telah banyak dibuat tetapi pada tahun 1989,
Braunwald
membuat
sistem
klasifikasi
untuk
mengukur
keseragaman
kategorisasi yang sama dengan diagnostik dan prognostik informasi penyakit ini.
2,3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskular
Struktur dasar jantung dan fungsi jantung manusia berfungsi untuk
memompa darah ke paru dan sirkulasi sistemik. Jantung terdiri dari dua atrium
yang menerima darah balik dan dua ventrikel yang memompa darah dan katub
yang berfungsi untuk mencegah aliran darah balik dan sistem konduksi yang
menyalurkan impuls listrik yang menjalankan kerja jantung. Impuls listrik ini
disebarkan dan dirubah menjadi aktivitas mekanis melalui interaksi biokimia
yang mencakup beberapa ion seperti Na+, Ca++ dan K-.9
Elektrofisiologi
Ritme jantung dan kontraksi yang teratur diatur oleh impuls elektrik.
Setiap potensial aksi ini dimulai dari nodus SA yang merupakan kumpulan sel
miokard yang ada atrium kanan. Sel sel tersebut secara aktif memberikan
negative dibanding dengan extraseluler. Hal ini dihasilkan oleh aktivitas saluran
ion dan transportasi melalui membran sel dan kemampuan dari miosit untuk
menyalurkan impuls listrik. 8,9
Otonomik Jantung
Otonomik jantung adalah kemampuan intrinsik kardiomiosit untuk
Jantung
Fungsi pompa jantung ditentukan oleh banyak faktor seperti preload,
Preload
Preload merupakan keadaan awal dari otot sebelum kontraksi dimulai.
Afterload
Afterload menggambarkan tekanan dinding ventrikel selama kontraksi.
ke miokard.
2. Sklerotik arteri koroner
Sebagian besar penderita UAP mempunyai gangguan cadangan aliran
koroner yang menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama
dengan atau tanpa disertai trombosis baru yang dapat memperberat
penyempitan pembuluh darah koroner. Sedangkan sebagian lagi disertai
dengan gangguan cadangan aliran darah koroner ringan atau normal yang
faktor
risiko
yang
ada
hubungannya
dengan
proses
Gambar 2.2 Patofisiologi yang berperan dalam gejala klinis unstable angina
Beberapa pencetus fisiologi yang menginisiasi ruptur plak yang rentan. Ruptur
menyebabkan aktivasi, adhesi, dan aggregasi trombosit dan aktivasi kaskade
pembekuan (clotting), menghasilkan pembentukan oklusi thrombus. Jika proses
ini menyebabkan oklusi total pada arteri, akan terjadi infark miokard akut dengan
elevasi segmen ST. Selain itu, proses yang menyebabkan stenosis berat dapat
terjadi unstable angina.3
10
Kelas I
Kelas II
dalam 1 bulan, tapi tak ada serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir.
Kelas III
11
1. Anamesis
Anamnesis singkat penting pada saat pemeriksaan untuk mengetahui
apakah pasien memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya atau tidak. Nyeri
dada atau rasa tidak nyaman di dada merupakan keluhan dari sebagian besar
pasien dengan sindrom koroner akut. Seorang dokter harus mampu mengenal
nyeri dada angina dan mampu membedakan dengan nyeri dada lainnya karena
gejala ini merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien Sindrom Koroner
Akut.2,6
Sifat nyeri dada yang spesifik angina sebagai berikut : 2,6
a) Lokasi : substermal, retrostermal, dan prekordial
b) Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
c) Penjalaran ke : leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/interskapula,
dan dapat juga ke lengan kanan.
d) Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat
e) Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan
f) Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan
lemas. Berat ringannya nyeri bervariasi.
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit,
tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa
terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang
skapula, daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat
12
sesak napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula
terjadi palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan. 2
2. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda gagal jantung atau instabilitas hemodinamik harus dipahami
dengan baik oleh dokter agar dapat memberikan pengobatan yang tepat. Tujuan
pemeriksaan fisik adalah untuk mengeklusikan nyeri dada non kardiak dan
gangguan kardiak non iskemik (seperti emboli pulmonal, diseksi aorta,
perikarditis, penyakit jantung valvular) atau yang berpotensial menyebabkan
masalah ekstrakardiak seperti penyakit pulmonal (contohnya pneumothoraks,
pneumonia, atau efusi pleura). Dalam kasus seperti ini perlu dilakukan
pemeriksaan tekanan darah antara ekstremitas atas dan ekstremitas bawah karena
denyut yang tidak teratur, murmur jantung, gesekan pleura, nyeri dan palpitasi
serta massa abdomen merupakan tanda fisik yang penting yang dapat
mengungkapkan diagnosis lainnya selain unstable angina pektoris Sindrom
koroner Akut. Temuan lainnya seperti pucat, meningkatnya keringat atau tremor
merupakan faktor presipitasi seperti anemia dan tirotoksikosis. 5
3. EKG
EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis. Rekaman yang
dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran diagnosis dari
EKG adalah : 2
1. Depresi segmen ST > 0,05 mV
2. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inversi gelombang T
yang simetris di sandapan prekordial. Perubahan EKG lainnya termasuk
bundle branch block (BBB) dan aritmia jantung, terutama Sustained VT.
Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya perubahan segmen ST.
Namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan diagnosis NSTEMI
13
14
Keunggulan
Modalitas
yang
kuat
untuk
stratifikasi risiko
Sensitivitas
dan
spesitifitas
yang
lebih baik dari
CKMB
Deteksi serangan
infark
miokard
sampai dengan 2
Kekurangan
Kurang sensitive
pada
awal
terjadinya
serangan (onset
<6 jam) dan
membutuhkan
penilaian ulang
pada 6-12 jam,
jika hasil negatif.
Kemampuan
15
Rekomendasi
Klinik
Tes
yang
bermanfaat untuk
mendiagnosis
kerusakan
miokard, dimana
klinisi
harus
membiasakan diri
dengan
keterbatasan
penggunaan pada
minggu
setelah
terjadi
Bermanfaat untuk
seleksi pengobatan
Deteksi reperfusi
Cepat,
efisiensi
biaya dan tepat
Dapat mendeteksi
awal infark
yang
terbatas
laboratorium RS
untuk
nya
masingmendeteksi
masing
infark ulangan
yang terlambat
CK-MB
Kehilangan
Standar
yang
spesifitas pada
berlaku
dan
penyakit
otot
masih
dapat
jantung
dan
diterima sebagai
kerusakan otot
tes
diagnostik
miokard akibat
pada sebagaian
bedah
besar kondisi
Kehilangan
sensitifitas saat
awal
infark
miokard
akut
(onset < 6 jam)
atau sesudahnya
setelah
onset
(36 jam) dan
untuk kerusakan
otot
jantung
minor
(terdeteksi
dengan
troponin)
Mioglobin Sensitifitas
tinggi Spesifitas yang Tidak digunakan
Bermanfaat untuk
rendah
dalam
sebagai
deteksi awal infark
menilai
satusatunya
miokard
kerusakan
dan
petanda
Deteksi reperfusi
penyakit
otot
diagnostik
Sangat
bermanfaat
rangka
karena
dalam
menilai Penurunan yang
kelemahan pada
infark miokard
cepat ke nilai
spesifitas jantung
normal, sensitive
untuk kejadian
yang terlambat
(normal kembali
dalam 6 jam)
16
NSTEMI
STEMI
Nyeri Dada
Angina pada waktu
istirahat/aktivitas
ringan (CCS
III-IV).
Cresendo
angina. Hilang dengan
nitrat
Lebih berat dan lama
(> 30
menit). Tidak hilang
dengan
nitrat, perlu opium.
Lebih berat dan lama
(> 30
menit) tidak hilang
dengan
nitrat, perlu opium
EKG
Depresi segmen T
Inversi gelombang T
Tidak ada gelombang Q
Enzim Jantung
Tidak meningkat
Depresi segmen ST
Inversi gelombang T
Meningkat minimal
2 kali nilai batas
atas normal
Hiperakut T
Elevasi segmen T
Gelombang Q
Inversi gelombang T
Meningkat minimal
2 kali nilai batas
atas normal
2.4.5 Unstable angina (angina tak stabil/ATS) dan Sindrom Koroner Akut
17
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang
digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses
penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA),
infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST
(Non-ST elevation myocardial infarction/NSTEMI), dan infark miokard
gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation
myocardial infarction/STEMI) (Gambar 2.3). Angina Pektoris Tidak Stabil
(APTS) dan NSTEMI mempunyai patogenesis dan presentasi klinik yang sama,
hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui petanda biokimia nekrosis miokard
(peningkatan troponin I, troponin T, atau CK-MB) maka diagnosis adalah
NSTEMI; sedangkan bila petanda biokimia ini tidak meninggi, maka diagnosis
adalah APTS.13,15
18
Gambar 2.5 Algoritme Untuk Triase dan Tata Laksana Sindrom Koroner
Akut (SKA) 11
19
Gambar 2.6 Alur Rekomendasi Kelas I dan Kelas IIa dalam Penanganan
Awal Unstable Angina Pektroris/NSTEMI 12
Rekomendasi
Kelas I
Kelas IIa
Kelas IIb
Kelas III
20
menurunkan afterload.
Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung
dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O .
2
21
3. Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang
menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan
curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadioprotektif, obat ini sering
digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris
pada sebagian besar penderita.
Antiplatelet Therapy
Aspirin
Aspirin memblok sikooksigenase trombosit melalui asetilasi irreversibel
22
23
24
kimiawi dengan berat molekul sekitar 4000-6000 Da. Proses ini menghasilkan
rantai yang lebih pendek, mempengaruhi afinitas masing-masing LMWH untuk
mengikat faktor IIa. Dibandingkan UFH yang memiliki rasio anti-faktor Xa: antifaktor IIa sama dengan 1:1, LMWH memiliki rasio 4,1:1 sampai 2,1:1. Karena
dampak faktor Xa pada pembentukan trombin lebih besar, maka penghambatan
aktivitas pada tingkat ini tampaknya lebih efisien dalam mencegah pembentukan
trombin.14,17
Berat molekul yang lebih kecil dan peningkatan aktivitas hampir seluruh
produk LMWH anti-Xa berhubungan dengan waktu paruh yang lebih lama,
sehingga dapat diberikan dalam interval dosis 12 jam. Walau tiap LMWH
didapatkan dari sumber yang sama, produk ini tidak dapat ditukar karena
perbedaan aktivitas antara faktor-faktor koagulasi. 14,17
Keuntungan LMWH
LMWH menghasilkan respons terapi yang lebih mudah diprediksi
sehingga menjadi alternatif yang lebih disukai dan UFH. Hal ini berkaitan dengan
bioavailabilitas yang lebih baik dan eliminasi rute ginjal yang berfungsi secara
independen terhadap dosis yang diberikan. Bioavailabilitas pemberian LMWH
subkutan melebihi 90%, dibandingkan dengan 40% pada UFH, dan mungkin
berkaitan dengan efek anti koagulan. Protrombin Time (PT), dengan hasil
international normalized ratio (INR), merupakan tes standar laboratorium yang
digunakan untuk memantau terapi antikoagulan oral, tetapi activated partial
thromboplastin time (aPTT) yang digunakan untuk memantau anti koagulasi
heparin dalam pemantauan aPTT atau INR tidak dibutuhkan pada penderita yang
mendapatkan LMWH. 14,17
Respons antikoagulan mengurangi kebutuhan pemantauan aPTT intensif
dan penyesuaian dosis. Selain itu, pemberian secara subkutan dapat dilakukan
pada pasien rawat jalan sesuai kebutuhan. Pemberian UFH juga berhubungan
dengan komplikasi serius misalnya perdarahan mayor, trombositopenia dan
rebound hypercoagulable state setelah penghentian pada uji klinis yang
mengevaluasi LMWH pada ACS telah menunjukan bahwa frekuensi kejadian
yang merugikan tersebut tidak melebihi UFH. 14,17
25
26
BAB III
KESIMPULAN
Angina pektoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium biasanya mempunyai karakteristik tertentu. Lokasinya biasanya
didada, substernal atau sedikit dikirinya, dengan penjalaran keleher, rahang, bahu
kiri sampai lengan dan jari-jari bagian ulnar, punggung atau pundak kiri. Kualitas
nyeri biasanya merupakan nyeri yang timbul seperti rasa tertindih atau berat
didada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma, seperti
diremas-remas atau dada mau pecah dan biasanya pada keadaan yang berat
disertai keringat dingin dan sesak nafas.2
Ada 3 jenis angina pektoris antara lain: stable angina, variant angina &
unstable angina. 2
1. Stable angina merupakan nyeri dada atau rasa tidak nyaman pada dada
yang mempunyai pola konsisten dan tidak mengalami perubahan dalam
keparahan penyakit, durasi, waktu munculnya penyakit.
2. Variant angina (angina Prinzmetal)
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O darah ke miokard secara tiba-tiba.
2
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Bentuk ini merupakan suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan
yang bertambah progresif, sebelumnya dapat dimulai dengan angina stabil
atau angina yang terjadi pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat
istirahat maupun bekerja. Trombus biasanya labil dan menyebabkan
oklusi sementara yang berlangsung antara 10-20 menit.2.6
27