Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN KASUS
DESEMBER 2014
FRAKTUR CRURIS
1.
2.
3.
4.
5.
OLEH:
Jonathan Ham
(C11111328)
Gerald Josep E.T.
(C11111324)
Syaza Naqibah
(C11111876)
Wahyu Ramadhan
(C11111890)
Timothy Y. Sangian
PEMBIMBING RESIDEN:
dr. Mira Maya Kumala
DOSEN PEMBIMBING:
dr. Sri Asriyani, Sp. Rad
LEMBAR PENGESAHAN
Jonathan Ham
Gerald Josep E.T.
Syaza Naqibah
Wahyu Ramadhan
Timothy Y. Sangian
(C11111328)
(C11111324)
(C11111876)
(C11111890)
Desember 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
47
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Sdr. AR
Tanggal lahir/umur
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat/ Tlp./HP
Tanggal masuk/jam
: 29-11-2014 / 21:34
Diagnose masuk
: Multiple trauma
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Dialami sejak 8 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit setelah mengalami kecelakaan.
Mekanisme injury : pasien sedang bermain di pinggir jalan, tiba-tiba disambar motor dari
arah samping, kaki kiri terlindas ban motor dan kepala terbentur aspal. Riwayat pingsan
ada. Riwayat mual muntah tidak ada.
C. PEMERIKSAAN FISIS
Primary Survey
Airway
:clear
Breathing : 20 kali/menit
Circulation : Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 98 kali/menit
Disability : GCS 15 (E4M6V5)
Pupil isokor diameter 2.5 mm/2.5mm
Exposure : 36,8 0C suhu axilla
Secondary survey
Regio orbita sinistra :
Inspeksi : tampak hematom, udem . tidak ada active bleeding.
Regio cruris sinistra :
Inspeksi : terpasang fiksasi, tampak luka robek yang sudah dijahit, tidak ada
active bleeding.
Palpasi : ada nyeri tekan
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis Pemerikaan
Hasil
Nilai Rujukan
3
WBC
4 - 10 x 103/Ul
DARAH
RBC
3.86x106/Ul
4.506.50 x 106/u L
RUTIN
HGB
10.4 g/dL
14 - 18 g/dL
HCT
PLT
30.3 %
335x 103/Ul
40 54%
129x 103/uL
SGOT
39 U/L
<38U/L
SGPT
13 U/L
<41U/L
Ureum
24 mg/dl
10-50mg/dl
Kreatinin
0.50 mg/dl
1,3mg/dl
Waktu bekuan
700
4-10
Waktu pendarahan
300
1-7
10-14
APTT
22.0-30.0
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Tampak fraktur transversal pada 1/3 tengah os tibia et fibula sinistra dengan
displaced segmen distal ke cranioposterolateral, shortening sekitar 1 cm disertai
soft tissue swelling sekitarnya
Mineralisasi tulang baik
Celah sendi yang tervisualisasi baik
Kesan : fraktur transversal 1/3 tengah os tibia et fibula sinistra
F. DIAGNOSIS
G. TERAPI
7
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Ada beberapa pengertian fraktur menurut para ahli adalah
1. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Price dan Wilson, 2006).
2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer dan Bare, 2002).
3. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari
trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,
yang menyebabkan fraktur yang patologis (Mansjoer, 2002).
4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang di tandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan , dan krepitasi
(Doenges, 2002).
5. Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibulayang
biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian
pergelangan kaki ( Muttaqin, 2008)
Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa fraktur
cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan
luasnya, yang di sebabkan karena trauma atau tenaga fisik yang terjadi pada
tulang tibia dan fibula.
Secara umum, penyebab fraktur utama adalah trauma. Trauma merupakan
masalah kesehatan utama seiring dengan peningkatan aktivitas dan transportasi
masyarakat di era modern ini. Berdasarkan data World Health Organization
(WHO), kecelakaan lalu lintas ternyata membunuh empat kali lipat lebih tinggi
dibandingkan nyawa-nyawa yang terbunuh dalam perang. Trauma/ kecelakaan
9
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat, dan pada usia
1 hingga 44 tahun adalah usia dengan tingkat kematian terbanyak akibat trauma.
Di Amerika Serikat, 28,6 juta mengalami trauma muskuloskeletal setiap tahunnya.
Hampir sebagian dari trauma tersebut berakhir pada keterbatasan fisik
(disabilitas), dan total kerugian yang ditanggungg selama pengobatan dan harihari yang dihabiskan tanpa bekerja diperkirakan mencapai 41 miliar dollar.3Selain
itu, sebagian dari seluruh wanita dan 8 dari seluruh pria di atas 50 tahun akan
mengalami sedikitnya sebuah fraktur osteoporosis selama hidupnya. Di Amerika
Serikat sekarang ini, 250.000 hingga 300.000 fraktur tulang panggul dilaporkan
terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Seperempat dari pasien ini tidak
pernahkembali ke tingkat prefracture ambulasi mereka. Karena jumlah yang
diharapkan meningkat dua kali lipat pada tahun 2025, situasi ini merupakan
masalah kesehatan masyarakat proporsi epidemi.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, Prevalensi cedera secara
nasional adalah 8,2 persen, prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan
(12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Provinsi yang mempunyai prevalensi
cedera lebih tinggi dari angka nasional sebanyak 15 provinsi. Penyebab cedera
terbanyak yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%), selanjutnya
penyebab cedera karena terkena benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat
lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%). Sedangkan untuk penyebab yang belum
disebutkan proporsinya sangat kecil.Jenis cedera patah tulang yang dikaitkan
dengan usia menurut kepustakaan RISKESDA 2013 mempunyai persentasi
tertinggi pada kelompok usia di atas 75 tahun (10%). 15
Prevalensi cedera tertinggi berdasarkan karakteristik responden yaitu pada
kelompok umur 15-24tahun (11,7%), laki-laki (10,1%), pendidikan tamat
SMP/MTS (9,1%), yang tidak bekerja atau bekerja sebagai pegawai (8,4%
persen), bertempat tinggal di perkotaan (8,7%) pada kuintil Indeks kepemilikan
menengah atas (8,7%).15
10
dengan mineralisasi yang baik sekalipun. Fraktur dapat berupa fraktur terbuka
atau fraktur tertutup tergantung dari berat-ringan paparan trauma/ cedera.
tulang
terjadi
sebelum
munculnya
trauma-trauma
minor
11
Avulsion fractures.
Gambar 1.
Stress fracture.
I.
Area dengan penigkatan
skerosis dengan beberapa
densitas periosteal pada
medial os tibia
II.
MRI sangat berguna sebagai
penegak diagnosis dini
sebelum tanda-tanda pada
foto polos muncul
12
Pathological fractures.
Fraktur patologi muncul akibat adanya kelemahan tulang atau
mineralisasi yang buruk. Tulang dapat fraktur walau dengan trauma ringan.
Biasanya didasari oleh suatu penyakit tulang, misalnya osteoporosis senilis pada
lansia atau osteomalasia. Pada pasien-pasien lansia bila tulang yang terkena
bukan pada area-area osteoporosis, seperti neck of femur, dapat dicurigai sebagai
sebuah keganasan.
ANATOMI3
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada
tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Tulang
membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsiumdan fosfat (Price dan
Wilson, 2006).
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh.Tulang
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan
fhosfat.Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang banyak mengandung
bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam kalsium ) yang membuat tulang
keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis (Price dan Wilson, 2006). Tulang ekstrimitas bawah
atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantara gelang
panggul terdiri dari 31 pasang antra lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula,
patella, tarsalia, meta tarsalia, dan falang (Price dan Wilson, 2006).
14
Secara khusus pada pembahasan kali ini lebih ditekankan pada Os Tibia
dan Fibula sesuai dengan kaitannya dengan kasus.Tibia adalah tulang medial
besar tungkai bawah. Tibia berartikulasi dengan condylus femoris dan caput fibula
di atas, dan dengan talus dan ujung distal fibula di bawah. Ia memiliki ujung atas
yang melebar, dan ujung bawah lebih sempit. Pada ujung atasnya terdapat
condylus medialis dan lateralis (kadang-kadang disebut plateau tibialis medialis
dan lateralis), yang berartikulasi dengan condylus medialis dan lateralis femur,
dipisahkan oleh cartilago semilunaris medialis dan lateralis (meniscus medialis
dan lateralis). Yang memisahkan permukaan atas sendi condylus tibialis adalah
area intercondylaris anterior dan posterior; diantara kedua area ini terdapat
eminentia intercondylaris. Condylus lateralis memiliki facies artikularis circularis
untuk caput fibulae pada aspek lateralnya. Condylus medialis mempunyai sebuah
alur pada aspek posteriornya untuk insersio m. Semimembranosus.
Corpus tibia berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan tiga
batas (margo) dan tiga permukaan (facies). Yakni, facies lateralis, facies medialis
dan facies posterior. serta tiga buah tepi yaitu margo anterior , margo medialis,
margo interosseus. Pada pertemuan margo anterior dengan ujung atas tibia
terdapat tuberositas, yang menjadi tempat melekat lig. Pattelae. Margo anterior
membulat dibagian bawah, tempat ia menyatu dengan malleolus medialis. Margo
lateral atau interossea menjadi tempat perlekatan membrana interossea. Ujung
bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya tampak sebuah permukaan
sendi berbentuk pelana untuk talus. Ujung bawahnya memanjang ke bawah
membentuk malleolus medialis. Facies lateralis malleolus medialis berartikulasi
dengan talus. Ujung bawah tibia memiliki lekukan lebar dan kasar pada
permukaan lateralnya untuk berartikulasi dengan fibula.
15
Pertumbuhan Tulang1
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu
osteogenesis desmalis dan osteogenesis enchondralis. Keduanya menyebabkan
jaringan pendukung kolagen primitive diganti oleh tulang, atau jaringan kartilago
yang selanjutnya akan diganti pula menjadi jaringan tulang. Hasil kedua proses
osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang selanjutnya akan mengalami
remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk tulang dewasa
yang tersusun dari lamella tulang. Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang terjadi
pada rasio yang jauh lebih kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi
karena fungsi dan untuk mempengaruhi homeostasis kalsium.Perkembangan
tulang ini diatur oleh hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.
Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis intramembranosa,
karena terjadinya dalam membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya
dinamakan tulang desmal.Yang mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang
atap tengkorak.Mula-mula jaringan mesenkhim mengalami kondensasi menjadi
lembaran jaringan pengikat yang banyak mengandung pembuluh darah.Sel-sel
mesenkhimal saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolannya.Dalam substansi
interselulernya terbentuk serabut-serabut kolagen halus yang terpendam dalam
substansi dasar yang sangat padat.Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya
pembentukan tulang yaitu matriks yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh
darah yang berdekatan.
Oleh karena di daerah yang akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat
anyaman pembuluh darah, maka matriks yang terbentuk pun akan berupa
anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan Pusat penulangan primer.
Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang
memulai sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga
berbentuk lempeng-lempeng atau trabekulae yang tebal. Sementara itu
17
KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya hubungan dengan dunia luar
menjadi fraktur terbuka (Open/simple fracture) dan fraktur tertutup ( closed/ compound
fracture). Penilaian ini kiranya cukup ditegakkan secara klinis dengan melihat ada
tidaknya jaringan tulang yang patah dan menembus ke permukaan kulit hingga terlihat
oleh mata. 5,6,8
1. Derajat I : luka kecil kurang dari 1 cm, bersih, terdapat sedikit kerusakan jaringan,
tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringam lunak. Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat simpel, transversa, oblik pendek atau kominutif.
2. Derajat II: laserasi kulit melebihi 1 cm, tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang
hebat atau avulsi kulit.fraktur yang terjadi biasanya fraktur sederhana/ simpel.
3. Derajat III: trauma tumpul yang hebat, fraktur hebat disertai kerusakan jaringan yang
luas disertai gangguan neurovaskular. Dibagi dalam 3 subtipe:
tidak lengkap (incomplete fracture). Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitarnya akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Pada foto radiologi fraktur lengkap hanya tampak garis fraktur linier yang radiolusen
dengan allignment tulang baik.5,8
Berdasarkan lokasinya, fraktur dapat mengenai bagian proksimal (plateau),
diaphyseal (shaft), maupun distal. Fraktur pada diafisis tulang panjang seperti femur,
humerus, dan lain-lain, biasa dibagi lagi menjadi fraktur 1/3 proksimal, 1/3 medius, dan
1/3 distal.8 Berdasarkan ada tidaknya perubahan posisi, dikenal fraktur dengan perubahan
posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat yang patah, fraktur tanpa
perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal. 5
21
Gambar 7. Berturut-turut: fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur segmental,
fraktur kompresi, fraktur patologis
23
Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada
anak-anak. Tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa
bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Korteks tulang
yang pada sisi tulang yang bengkok masih utuh, demikian juga periosteumnya.
Fraktur-fraktur ini akan sembuh segera dan segera mengalami remodelling ke
bentuk dan fungsi normal.8,10
Salter-Harris classification.
Klasifikasi Salter Harris merupakan klasifikasi fraktur yang melibatkan
epifisis tulang panjang. Jenis fraktur ini terjadi pada anak-anak, dimana lempeng
epifisis masih aktif berdiferensiasi. Kalsifikasi ini dibedakan menjadi lima tipe
berdasarkan tingkat keparahannya:
I
II
III
IV
24
25
PENEGAKAN_DIAGNOSIS
G
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri, dan bengkak di
bagian tulang yang patah, deformitas ( angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi
muskuloskeletal akibat rasa nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan
neurovaskular. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat
ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan. Anamnesis dilakukan
untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang
berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat
sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan
riwayat osteoporosis serta penyakit lain. Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal
penting, yakni inspeksi / look: deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan),
bengkak. Palpasi / feel (nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian
distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur
tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri,
efusi, dan krepitasi Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri,
warna kulit, pengembalian cairan kapler, sensasi. Pemeriksaan gerakan / moving dinilai
apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi
fraktur. Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala, toraks, abdomen, pelvis.
Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut
protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation.
Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan klinis dan radiologis.5
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah
rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa. Pemeriksaan
radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua gambaran, anteroposterior
(AP) dan lateral, memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur, memuat gambaran
foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada
anak) dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. 5
26
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Walaupun penampakan dan tingkat keparahan fraktur dapat terlihat melalui
gejala-gejala klinisnya yang tampak, pemeriksaan radiologi masih tetap dibutuhkan
mendokumentasi lokasi dan luas fraktur serta mengidentifikasi kemungkinan cedera
tulang lainnya. Evaluasi pada kasus pasien dengan cedera akut umumnya cukup
memanfaatkan radiografi konvensional. Namun akhir-akhir ini, teknik imaging lainnya
yang setingkat lebih di atas dari konvensional dikatakan memiliki peranan yang penting
pula.
Radiography (X-rays) adalah modalitas imaging trauma yang utama pada lesi
traumatik
yang
melibatkan
tulang.
Sebagian
besar
lesi-lesi
tulang
dapat
terdokumentasikan cukup dengan radiofrafi standar ini. Lokasi dan asal dari fraktur
biasanya sudah dapat didemonstrasikan pada foto polos. Walaupun demikian, perbatasan
jaringan-jaringan lunak sulit dinilai. Posisi yang sering digunakan yaitu posisi
anteroposterior (AP) dan posisi lateral. 7
Secara radiologis konvensional, karakteristik tulang dapat dinilai berdasarkan
klasifikasi dibawah ini:
displacement,
angulasi,
shortening,
rotasi,
avulsi/ amputasi.
fraktur tertutup
28
Gambar
13.. dislokasi
fraktur midklavikula
dengan
Gambar14
posterior disertai
displacement
segmen
lateralhumerus
ke arah distal
internal
rotation
dari caput
(dikutip darigambaran
kepustakaan
no.bulb
9) (dikutip
membentuk
light
dari kepustakaan no. 6)
29
(a)
(b)
(c)
Gambar 17 . (a) fraktur kominutif pada os tibia dengan dengan pola
triangular/ butterfly fragment, (b) fraktur segmental pada os femur, (c)
simple fracture pada os radius dan os ulna dengan arah garis fraktur
transversal (dikutip dari kepustakaan no. 6)
30
Computed tomography (CT) juga merupakan perangkat yang lebih sensitif dan
spesifik dibanding radiografi konvensional dalam mendeteksi dan memvisualisasikan
pola fraktur pada regio-regio dengan anatomi kompleks seperti pada wajah, spina
vertebra dan pelvis. Perekonstruksian CT-scan posisi sagital dan coronal dinilai sangat
bermanfaat. Kekurangan dari pencitraan CT-scan ini, gambaran fraktur sering luput.
Sehingga radiograf atau persiapan pencitraan digital harus selalu dipantau saat
menginterpretasikan trauma skeletal untuk menghidari fraktur yang luput pada potongan
aksial. 7
31
PENYEMBUHAN FRAKTUR
Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat
membentuk hematoma. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan
akan membentuk jaringan granulasi di dalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang
primitif (osteogenik) berdiferensiasi membentuk kondroblas dan osteoblas.
Kondroblas akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk
lapisan tebal yang disebut kallus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal
dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya, dan menyatu.
Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut
dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan
meluas menyeberangi lokasi fraktur. Penyatuan provisional ini akan menjalani
32
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus
tulang akan mengalami remodelling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh
seperti bentuk osteoblas tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkanbagian
yang rusak dan tulang sementara.
Secara detail fase-fase penyembuhan fraktur akan diuraikan sebagai
berikut:
1. Fase inflamasi
a. Hematoma adalah area fraktur terisi darah dari pembuluh darah
periosteum
dan
endosteum
membentuk
hematoma
dengan
jaringan
granulasi.
Terjadi
proses
inflamasi
granulasi
yang
terbentuk
akan
membentuk
massa
33
a. Terbentuknya
callus
sempurna (mature
35
b. Imobilisasi,
- Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan.
- Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai
terjadi penyembuhan
- Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat
eksternal bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna,
traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup,
kawat, batang, dll)
c. Rehabilitasi,
- Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada
bagian yang sakit
-
Untuk
mempertahankan
dan
memperbaiki
fungsi
dengan
36
KOMPLIKASI 10
1. Komplikasi segera
Lokal :
- kulit : abrasi, laserasi, penetrasi
- pembuluh darah : robek
- sistem syaraf : sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik
- otot
- organ dalam : jantung, paru, hepar, limpa, kandung kemih
Umum :
- ruda paksa multipel
- syok : hemoragik, neurogenik
Lokal :
- Sindrom kompartmen, nekrosis kulit, gangren, osteomyelitis, dll
Umum :
- ARDS, emboli paru, tetanus (infeksi).
3. Komplikasi lama
Lokal :
- sendi : ankilosis fibrosa, dll
- tulang gagal taut/taut lama/salah taut
- patah tulang ulang
- osteomyelitis, dll
38
Umum :
- batu ginjal (akibat imobilisasi lama ditempat tidur)
Delayed union
Delayed union artinya penyatuan yang tertunda, yaitu patah tulang yang
tidak menyatu dalam waktu 3-6 bulan, tidak terlihat ada pertumbuhan
tulang yang baru, kalaupun ada sangat sedikit, kalus (tulang muda) di
sekitar daerah patahan pun sangat kurang.
Ciri-ciri yang terlihat pada kasus delayed union yaitu :
o nyeri pada saat berjalan
o terdapat pembengkakan
o nyeri pada saat ditekan di daerah patahan
o tulang bertambah bengkok ( bisa bengkok, bisa tidak)
o terdapat gerakan yang abnormal pada daerah patahan
Non union artinya tidak menyatu atau tidak ada penyatuan, non union
merupakan kasus lanjutan dari delayed union. Jadi, bila patah tulang tidak
menyatu dalam waktu 6-8 bulan dinamakan non union.
Penyebab delayed union dan non union :
o terlalu banyak bergerak
o kurangnya asupan nutrisi untuk tulang (protein, kalsium, magnesium
dan zat mineral lainnya)
o terlalu stres
o jarang berjemur
o pernah jatuh atau terpeleset
39
Malunion
Mal union adalah dimana tulang yang patah menyatu dalam waktu yang
tepat (3-6 bulan) tetapi tulangnya menjadi bengkok. Penyebabnya bisa
karena terlalu banyak bergerak, pernah terpeleset sehingga fragmen
tulangnya bergeser, sering duduk atau tidur dengan posisi yang tidak tepat,
pengobatan dengan dipijit (karena tidak dilihat langsung, posisinya kurang
pas).
Osteomielitis adalah proses inflamasi yang terjadi pada tulang baik itu pada
sumsung tulang, kortex, periosteum atau jaringan lunak sekitarnya yang
meupakan manifestasi oleh infeksi mikroorganisme.
Berdasarkan durasi, osteomielitis terbagi menjadi osteomielitis akut dan
osteomielitis kronik. Berikut perbedaan antara osteomieltis akut dan osteomielitis
kronik.
Durasi
Gambaran radiologi
(foto polos)
Osteomielitis akut
< 2 minggu
Periosteal reaction
Osteolitik > sklerotik
Swelling (+)
Osteomielitis Akut
Osteomielitis Kronik
Osteomielitis kronik
> 2 minggu
Korteks menebal dan
irreguler
Osteolitik < sklerotik
Swelling (-)
41
PROGNOSIS
42
1. Pergelangan
3-4 minggu
7. Kaki
tangan
2. Fibula
3. Tibia
4. Pergelangan kaki
5. Tulang rusuk
6. Jones fracture
4-6 minggu
4-6 minggu
5-8 minggu
4-5 minggu
3-5 minggu
8. Metatarsal
9. Metakarpal
10. Hairline
11. Jari tangan
12. Jari kaki
Masa
Penyembuhan
3-4 minggu
5-6 minggu
3-4 minggu
2-4 minggu
2-3 minggu
2-4 minggu
BAB III
DISKUSI KASUS
43
A. RESUME KLINIS
Pasien An.AR masuk ke rumah sakit pada tanggal 29 Desember 2014
dengan keluhan luka pada kaki kiri. Keluhan pasien dialami sejak 8 jam yang
lalu sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan
lalu lintas. Pasien ketika itu sedang bermain-main di pinggir jalan. Kemudian
tiba-tiba disambar oleh sepeda motor dari arah samping. Akibatnya kaki kiri
pasien terlindas ban motor dan kepala pasien terbentur aspal.
Dari hasil
44
Pada hasil radiologi, ditemukan ada fraktur tibia et fibula pada pasien
ini, kemudian dilakukan tindakan sebagai tatalaksana untuk fraktur cruris.
Secara teori tatalaksana fraktur cruris adalah operasi. Ada beberapa teknik
operasi untuk kasus-kasus musculoskeletal, tetapi umumnya teknik yang
digunakan adalah Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Pada kasus ini
berdasarkan kesepakatan dengan keluarga pasien, pilihan tindakan yang
45
46
DAFTAR PUSTAKA
1. PRICE, A.S., WILSON M.L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis prosesproses penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta ECG.
2. JANQUIERA, LUIZ CARLOS., CARNEIRO, JOSE., 2006. Basic
Histology. Alih Bahasa: dr. Jan Tambayong. Penerbit. Jakarta ECG.
3. NETTER, FRANK H. 2008. Atlas of Human Anatomy 5th edition.
Saunders.
4. Gerard J Tortora BD. Principles of Anatomy & Physiology. 13 ed2012.
5. Mahartha, Gde Restu Adi; Maliawan, Sri; Kawiyana, Ketut Siki.
Manajemen Fraktur pada Trauma Muskuloskeletal. Bali: Fakultas
kedokteran Universitas Udayana. 2013. P1-13.
6. Young, Jeremy W. R. Skeletal Trauma: General Consideration. In Sutton,
David, seventh eds. Textbook Of Radiology And Imaging. London:
Elsevier Science Ltd. 2003. P 1371-87.
7. Rogers, Lee F.; Taljanovic, Mihra S.; Boles, Carol A. Skeletal Trauma. In
Grainger & Allison's Diagnostic Radiology, 5th ed. London: Churchill
Livingstone. 2008.
8. Price, Sylvia A.; Wilson, Lorraine M. Pathophysiology:Clinical Concepts
of Disease Processes 6th edition. Vol.2. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Pendit.
Jakarta: ECG. 2013. P 1365-72.
9. Mettler, Fred A. Essential Radiology Second Edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders. 2005.
10. Patel, Pradip R. Lecture Notes: Radiologi Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit
Erlangga. 2007. P 221-3.
11. Broughton NS. A Textbook of Pediatric Orthopaedic: Global Help; 1997.
12. Wanke P. Mercer's Textbook of Orthopaedics and Trauma: Edward Arnold
Ltd; 2012.
13. Ducworth T BCM. Lecture notes Orthopaedic and fracture 2010.
14. Greene W. Netter's Orthopaedics: Elsevier; 2006.
15. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
2013. Kemenkes RI.2013.
16. Daniel P Lew FAW. Osteomyelitis: Elsevier Science Ltd; 2004.
47
48